• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala-kendala pelaksanaan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1 Keadaan Geografis SMP N 7 Surakarta

2. Kendala-kendala pelaksanaan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta

Kendala-kendala maupun gangguan yang terdapat dalam pelaksanaan pendekatan eclectic ketika pengelolaan kelas yang merupakan salah satu aspek pengelolaan pembelajaran, sedang berlangsung, dapat ditinjau dari penciptaan disiplin kelas. Sebagaimana disebutkan pada pembahasan yang sebelumnya, secara spesifik, efektifitas serta efisiensi keberhasilan belajar dapat dikaji dari sudut pandang

disiplin kelas. Karena masalah disiplin kelas merupakan suatu problema yang penting dalam pengelolaan kelas oleh seorang guru. Bahkan hal ini merupakan suatu kriteria penting dalam menilai kualitas keberhasilan mengajar seorang guru.

Untuk dapat melihat secara jelas tentang gangguan disiplin kelas yang dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pendekatan eclectic pada proses pembelajaran, dapat dilihat dari pengakuan beberapa siswa didik sebagai keyinforman yang diambil dengan proses wawancara dan memadukan pengakuan tersebut dengan hasil

questioner yang dibagikan kepada beberapa siswa lain di SMP N 7 Surakarta.

Dari sudut pandang siswa yang merasakan secara langsung penerapan pendekatan pengelolaan kelas yang dijalankan oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta dapat dikatakan bahwa dari pernyataan mereka merupakan pencerminan dari penerapan pendekatan eclectic yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar pada materi pendidikan kewarganegaraan. Dan berikut merupakan hasil wawancara dan observasi terhadap peserta didik di SMP N 7 Surakarta, berkaitan dengan penerapan pendekatan pengelolaan kelas yang mampu mewujudkan disiplin kelas pada proses pembelajaran materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Dari wawancara dengan key informan, yaitu beberapa siswa di SMP N 7 Surakarta yang memiliki kedekatan emosional dengan penulis, didapatkan beberapa pernyataan yang secara singkat memperlihatkan bahwa, “Beberapa siswa didik masih ada yang melanggar peraturan kelas secara sembunyi-sembunyi, dan perbuatan tersebut tidak pernah diketahui oleh guru pendidikan kewarganegaraan. Beberapa pelanggaran tersebut menurut pengakuan mereka antara lain; membaca komik di kelas ketika guru sedang menerangkan dan apabila guru berpindah posisi mereka akan segera menutupi buku bacaan tersebut dengan buku pelajaran, tidur dikelas secara diam-diam dengan posisi seperti orang menundukkan kepala dan meminta bantuan pada teman disamping tempat duduknya untuk membangunkan jika guru mendekat atau memberikan pertanyaan, mengerjakan tugas rumah di sekolah dengan mencuri pekerjaan teman yang telah lebih dahulu selesai mengerjakan, ijin kebelakang ketika ulangan sedang berlangsung untuk bisa melihat catatan di kamar

mandi, dan yang paling sering adalah melakukan pembicaraan selain hal yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ketika diskusi kelas sedang berlangsung secara diam-diam selama tidak diketahui oleh guru”. Untuk lebih jelasnya lihat hasil wawancara pada siswa (Lampiran:10, halaman:170)

Dari hal tersebut, memperlihatkan secara jelas bahwa guru kurang teliti dalam mengelola kelas, namun karena selama ini tindakan tersebut tidak pernah diketahui oleh guru, tentunya mereka tidak merasakan kekurangan atau kelalaian tersebut. Kediaman siswa, tidak selamanya berarti “focus” atau sedang berpikir namun bisa juga berarti “tidur”. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah gelisah ketika didekati, dapat berarti “menyembunyikan buku bacaan selain buku pelajaran”. Siswa yang ijin di kamar mandi ketika ujian sedang berlangsung, perlu diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang dengan melihat catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang siswa didik untuk menyampaikan pendapat mereka, namun bila tidak diberi batasan waktu yang tepat dengan bobot materi yang didiskusikan, akan menjadi kesempatan bagi siswa untuk memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.

Disini, penulis juga memberikan hasil penyebaran questioner pada beberapa siswa, yang walaupun sudah penulis jelaskan bahwa nama mereka tidak akan penulis terakan dalam hasil penelitian, namun penulis merasa apa yang mereka jabarkan tidak seluruhnya sesuai dengan fakta yang ada. Mungkin ada ketakutan dari mereka apabila mereka menyatakan pendapat yang tidak baik, akan membawa dampak yang tidak baik pula bagi diri mereka di masa yang akan datang. Namun tidak ada salahnya apabila penulis jabarkan hasil penyebaran questioner tersebut, agar dapat menjadi masukan lain bagi seluruh kalangan pendidikan. Dan beberapa pendapat tersebut antara lain:

“Guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang sering menegur atau mengingatkan, apabila siswa sedang berbicara dengan teman ketika pelajaran sedang berlangsung. Dan guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang sering membantu atau mengarahkan, apabila siswa sedang mengalami kesulitan ketika mengadakan diskusi

kelas. Mereka juga sering berpindah posisi dan berkeliling ketika mengajar di kelas. Guru PKn di SMP N 7 Surakarta memang menyampaikan materi pelajaran dengan cepat dan tepat serta mudah dimengerti. Dan mereka memang senantiasa memberikan catatan penting disetiap akhir pelajaran, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan. ” Hal ini merupakan bentuk penerapan tindakan pengelolaan kelas yang memerlukan penguasaan mengenai pendekatan pengelolaan kelas yaitu “Group Processes Approach”. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok. Oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah (1) pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial, dan (2) tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

“Bapak/ibu guru PKn, tidak langsung menghukum ketika siswanya lupa mengumpulkan tugas, melainkan memberikan nasihat dan kesempatan untuk mengumpulkan tugas tersebut dipertemuan berikutnya. Apabila ada seorang siswa yang bertindak tidak baik di dalam kelas dan membuat keadaan kelas menjadi tidak menyenangkan, bapak/ibu guru PKn di SMP N 7 Surakarta langsung menegur anak yang membuat onar dan kembali mengajar. Yang dilakukan oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta kepada siswa, apabila siswa mendapatkan nilai rendah ketika ulangan adalah memberikan tugas sebagai nilai tambah. Yang dilakukan guru PKn di SMP N 7 Surakarta apabila ada siswa yang kurang bisa memahami materi pelajaran yang disampaikan adalah memberi kesempatan untuk bertanya.” Ini merupakan bentuk penerapan pendekatan pengelolaan kelas oleh guru yang didasarkan pada Behavior- Modification Approach atau pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa (1) semua tingkah laku, yang “baik” maupun yang kurang “baik” merupakan hasil proses belajar, dan (2) ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adapun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan negatif.

“Peserta didik di SMP N 7 Surakarta memang cenderung lebih merasa akrab dengan bapak/ibu guru PKn yang mengajar mereka di bandingkan dengan perasaan takut. Dan peserta didik tidak pernah meninggalkan jam pelajaran tanpa ijin terlebih dahulu kepada bapak/ibu guru PKn yang sedang mengajar. Serta mereka berpakain rapih di dalam kelas dikarenakan “rasa senang” terhadap peraturan yang ada. Yang siswa ucapkan saat bapak/ibu guru PKn selesai mengajar mayoritas adalah, “terimakasih ibu/bapak guru”. Dan mayoritas dari mereka tidak merasa bosan ketika diajar oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta. Bahkan ada diantara mereka yang menganggap guru PKn di SMP N 7 Surakarta sebagai sahabat, maupun pengganti orang tua kandung mereka di rumah.” Perasaan akrab, rasa senang maupun kedekatan antara siswa dengan guru bahkan adanya perasaan ingin membalas budi dengan mengucapkan kata “terima kasih” kepada bapak/ibu guru PKn disetiap akhir pelajaran berlangsung, merupakan bentuk keberhasilan dari penerapan pendekatan pengelolaan kelas oleh guru yang berakar dari Socio-Emosional-Climate Approach

atau pendekatan iklim sosial kelas. Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa (1) proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru - peserta didik dan antara peserta didik, dan (2) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.

Dan sikap disiplin yang telah mempribadi dalam setiap diri peserta didik serta merupakan bukti keberhasilan guru dalam menanamkan kedisiplinan pada mereka, terlihat dari, “Cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat ketika diskusi kelas sedang berlangsung”, yaitu dengan jalan mengacungkan jari terlebih dahulu dan berpendapat setelah ditunjuk oleh guru. Dan yang mereka lakukan ketika melihat ada sampah yang tergeletak di sudut-sudut ruangan kelas adalah membuang sampah tersebut ketempat sampah. Serta didukung oleh beberapa pernyataan peserta didik di SMP N 7 Surakarta mengenai alasan mereka mengikuti upacara bendera yaitu, “Karena dengan mengikuti upacara bendera dapat membuat kita lebih disiplin

dan teratur”. Serta terlihat pula dari tindakan yang mereka lakukan apabila ada teman yang sedang sakit dan butuh untuk diantarkan ke UKS, adalah segera mengantar dan kembali ke dalam kelas untuk kembali melanjutkan pelajaran. Dan disetiap jam pelajaran kosong yang mereka lakukan adalah segera mengeluarkan buku materi dan mempelajari materi yang belum dibahas tanpa disuruh. Untuk lebih jelasnya, lihat jawaban angket penelitian dari siswa (Lampiran:11, halaman:181).

Pernyataan-pernyataan tersebut, memperlihatkan secara nyata bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pengelolaan kelas yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi, masih terdapat kendala-kendala atau gangguan disiplin kelas yang tidak diketahui oleh guru dikarenakan mereka kurang teliti dalam memperhatikan detil kecil dari tingkah laku peserta didik. Namun secara umum, dapat dikatakan guru SMP N 7 Surakarta telah melaksanakan pendekatan eclectic dalam pengelolaan pembelajaran dengan sangat baik. Mereka memberikan penguatan dan hukuman disesuaikan dengan kebutuhan siswa, mereka mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan diskusi kelas secara kelompok, juga mereka mengendalikan emosi kelas agar stabil dan tidak terjadi kericuhan. Kekurangan ini, diharapkan akan lebih dibenahi di waktu yang akan datang.

3. Alasan penerapan pendekatan eclectic dalam pembelajaran PPKn di

SMP N 7 Surakarta

Pendekatan eclectic yang diterapkan dalam pengelolaan pembelajaran PPKn di SMP N 7 Surakarta, bukanlah tanpa suatu alasan. Disiplin kelas yang terbentuk pada peserta didik, tidak akan terwujud dengan adanya pemaksaan kehendak dari guru maupun pelaksanaan peraturan yang ketat dari sekolah. Dengan adanya penerapan pendekatan eclectic, mampu meningkatkan keberhasilan proses belajar utamanya dalam pendidikan kewarganegaraan yang terlihat dengan dapat terwujudnya disiplin pada siswa didik serta dapat dilihat dari sudut pandang guru PKn di SMP N 7 Surakarta yang mendidik dan mengajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan eclectic agar mampu menciptakan disiplin kelas yang

merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan proses belajar. Berikut adalah hasil wawancara dan observasi peneliti dengan guru PKn di SMP N 7 Surakarta:

“Peserta didik senantiasa memasuki ruangan kelas sebelum guru masuk kelas. Kemudian mereka memasuki ruangan kelas dengan baik dan tertib. Setelah itu memberi salam kepada guru secara baik. Dan mereka juga selalu mengikuti acara doa bersama dengan baik. Serta memberikan penghormatan dengan baik. Jika terjadi keterlambatan, mereka senantiasa patuh terhadap peraturan yang ada. Dalam keseharian di ruang kelas, mereka menempatkan peralatan sekolah sesuai dengan ketentuan. Juga yang paling membuat saya bangga, mereka tidak pernah saling mengganggu selama pelajaran berlangsung”. Demikian dipaparkan oleh guru SMP N 7 Surakarta. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jawaban angket penelitian dari guru (lampiran:12, halaman:184).

Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan saya sendiri ketika melihat beliau mengajar dikelas. Saya melihat bahwa memang peserta didik berperilaku baik selama mengikuti pelajaran, mereka memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dan mempergunakan waktu belajar dengan sebaik-baiknya. Mereka juga mengikuti pelajaran dengan tertib. Meminjam barang milik teman dengan ijin adalah hal yang sering saya dapati dan apabila mereka saling meminjam maka akan segera mengembalikan. Peserta didik juga terlihat ceria dalam menyambut setiap tugas yang diberikan guru dan segera mengerjakan dengan semangat.

Guru PKn di SMP N 7 Surakarta menambahkan, “Siswa yang saya ajar senantiasa bekerja atau belajar dengan jujur. Saya tidak pernah mendapati mereka mencontek maupun berbuat curang baik ketika ujian maupun mengerjakan tugas kelas dan pekerjaan rumah. Mereka juga selalu menghargai atau menghormati pendapat orang lain. Saya membiasakan mereka untuk selalu tertib dalam kegiatan diskusi, yaitu dengan mengajukan pertanyaan dengan tertib dan baik serta mengacungkan jari terlebih dahulu serta menjawab setelah dipersilahkan. Siswa di SMP N 7 Surakarta ini memang cukup baik dalam tindakan meninggalkan kelas dengan ijin guru, saya jarang melihat mereka bolos bahkan saya juga jarang

mendapati mereka bermain di jam kosong. Murid-murid selalu menjaga kebersihan meja atau tempat duduknya. Bukankan ini merupakan hal yang cukup baik dan memperlihatkan tindakan partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan kelas?”.

Secara singkat, hasil wawancara penulis dengan Ibu Aisah, S.Pd, beliau adalah salah seorang guru PKn di SMP N 7 Surakarta, berkaitan dengan masalah penerapan pendekatan pengelolaan kelas pada disiplin kelas ialah sebagai berikut, “Menurut saya pengelolaan kelas yaitu mengelola apa yang ada dalam kelas, baik siswanya yang utama juga alat-alat yang ada didalamnya. Kesemuanya itu tidak lain harus dikuasai untuk mendukung sistem pembelajaran. Dan yang paling utama harus dikuasai oleh seorang guru agar dapat mengelola kelas dengan baik adalah dengan memiliki penguasaan terhadap karakter siswa. Didalam hal tersebut, penting sekali penguasaan pada psikologi pendidikan. Karena dengan hal tersebut akan membantu sekali dalam pengelolaan kelas. Menurut saya dengan mengetahui karakter per siswa didik kita akan lebih menguasai pengelolaan kelas. Bila sebagai seorang guru kita terlalu dekat atau terlalu jauh sama anak sangat tidak bagus, sebagai pendidik yang mengarahkan perilaku siswa dan sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu kepada siswa, kita harus bisa menyeimbangkan kedudukan kita dengan siswa didik. Tidak terlalu jauh tapi juga tidak terlalu dekat. Jadi peserta didik bisa menghargai dan menyayangi guru. Masalah kedisiplinan, dapat dibina dengan menerapkan peraturan yang ada dengan tegas dan ditindak lanjuti dengan baik, sehingga ada pemantauan dan evaluasi. Sementara ini kebanyakan peraturan kelas dibuat oleh sekolah, namun ada juga yang merupakan kesepakatan dengan siswa didik bahkan orang tua atau wali murid. Ada banyak sekali faktor yang harus dikorelasikan dalam mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Sementara ini, banyak anak yang berani mengutarakan pendapat kepada guru. Itu semua tidak terlepas dengan adanya pemberian motivasi dan juga keterbukaan antara guru dengan peserta didik.”

Beberapa fakta tersebut merupakan bukti dari diakuinya sikap disiplin peserta didik oleh guru PKn di SMP N 7 Surakarta. Sehingga memang antara pernyataan yang dikemukakan oleh guru dan siswa, memiliki kesesuaian dan

memang benar adanya dalam pengamatan saya selaku peneliti. Menurut peserta didik, guru PKn di SMP N 7 Surakarta dalam cara mereka mengajar di kelas, mencerminkan penerapan pendekatan eclectic yang baik dan relevan, sehingga membuat peserta didik menjadi betah dan tidak merasa bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Dan menurut pandangan guru PKn di SMP N 7 Surakarta, peserta didik menjadi jauh lebih disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan dunia pendidikan sekarang ini karena mendorong guru agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada trianggulasi data (lampiran:8, halaman:155).

C. Temuan Studi

Berdasarkan data penelitian yang dipaparkan di atas, peneliti menemukan beberapa temuan studi yaitu :

1. Memang benar adanya bahwa dengan diterapkannya

pendekatan eclectic yang relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan pada saat ini, mampu menciptakan disiplin kelas sehingga dapat memberi kemudahan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran pada PBM PKn di SMP N 7 Surakarta. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Ade Tatang M. Dalam hasil penelitian tersebut, disebutkan

beberapa pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas yaitu:

Pendekatan Pengubahan tingkah laku, yang mana pendekatan pegubahan tingkah laku ini didasarkan pada suatu teori yang mengatakan bahwa semua tingkah laku baik yang sesuai maupun tidak sesuai adalah hasil belajar. Kemudian ada pula Pendekatan Iklim Sosio Emosional yang didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, dengan guru sebagai penentu utama hubungan interpersonal

dan iklim kelas. Dan yang terakhir adalah Pendekatan Proses Kelompok, yang mana pendekatan ini mendasarkan pada prinsip-prinsip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Empat asumsi dasar yang diadopsi dari pendekatan proses kelompok, yaitu; kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, tugas pokok guru adalah mempertahankan dan mengembangkan suasana kelompok yang efektif dan produktif, kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial masing-masing siswa, dan tugas pengelola kelas adalah mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang dimaksud. Dan dengan diterapkannya ketiga pendekatan ini dalam pengelolaan kelas oleh guru, mampu mempermudah dalam penciptaan kedisiplinan dan pencapaian tujuan belajar yang efektif dan efisien. Dan ketiga pendekatan ini, tercover dalam pendekatan eclectic.

2. Peneliti menemukan bahwa guru PPKn di SMP N 7

Surakarta merasa telah berhasil dalam menerapkan pendekatan eclectic

dalam proses pengelolaan kelas yang merupakan bagian dari proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi, masih terdapat kendala- kendala atau gangguan disiplin kelas yang tidak diketahui oleh guru dikarenakan mereka kurang teliti dalam memperhatikan detil kecil dari tingkah laku peserta didik. Beberapa kelalaian guru antara lain, “Kediaman siswa, tidak selamanya berarti “focus” atau sedang berpikir namun bisa juga berarti “tidur”. Siswa yang terlalu memperhatikan buku dan mudah gelisah ketika didekati, dapat berarti “menyembunyikan buku bacaan selain buku pelajaran”. Siswa yang ijin di kamar mandi ketika ujian sedang berlangsung, perlu diperhatikan secara teliti karena ada kemungkinan bertindak curang dengan melihat catatan di kamar mandi. Dan yang paling rawan, diskusi kelas merupakan ajang siswa didik untuk menyampaikan pendapat mereka, namun bila tidak diberi batasan waktu yang tepat dengan bobot materi yang

memperbincangkan hal lain selain materi yang mereka diskusikan.” Tapi secara umum, dapat dikatakan guru PPKn di SMP N 7 Surakarta telah melaksanakan pendekatan eclectic dalam pengelolaan pembelajaran dengan baik. Mereka memberikan penguatan dan hukuman disesuaikan dengan kebutuhan siswa, mereka mengarahkan dan membantu siswa dalam kegiatan diskusi kelas secara kelompok, juga mereka mengendalikan emosi kelas agar stabil dan tidak terjadi kericuhan. Kekurangan ini, diharapkan akan lebih dibenahi di waktu yang akan datang.

3. Peneliti juga menemukan bahwa disiplin kelas yang

terbentuk dengan adanya penerapan pendekatan pengelolaan kelas sehingga meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, adalah disiplin kelas yang tidak dipaksakan oleh aturan yang terlalu ketat dan tidak dapat dibentuk dengan sikap otoriter guru sebagai pendidik dan pengajar. Namun disiplin kelas dapat dibentuk dengan penerapan peraturan yang ada dengan baik, dan segera di tindaklanjuti secara hati-hati dengan toleransi yang ada namun tetap tegas sanksinya, dengan peran serta guru yang mengarahkan dan membimbing untuk peningkatan kedisiplinan dari dalam diri sendiri sehingga terbentuk “self discipline” atau disiplin diri, dari peserta didik yang lahir secara naluriah dari diri mereka sendiri dan mempribadi dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Dan menurut pandangan guru PPKn di SMP N 7 Surakarta, alasan mereka menerapkan pendekatan eclectic dalam proses pembelajaran adalah, karena peserta didik menjadi jauh lebih disiplin dan tertib, serta lebih mudah menerima setiap materi pelajaran yang diberikan dengan diterapkannya pendekatan eclectic yang relevan dengan dunia pendidikan sekarang ini, karena pendekatan tersebut mendorong guru agar lebih mampu mengenal karakteristik tiap anak didik, sehingga turut membantu dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar PKn di SMP N 7 Surakarta.

BAB V