• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Polisi dalam Upaya Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba Oleh Mahasiswa di Kota Yogyakarta

2. Kendala-Kendala Pada Upaya Represif

a. Kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Ketika ada orang yang mengetahui adanya penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa diwajibkan untuk melapor. Namun orang tersebut tidak mau melapor dengan alasan takut pada pihak yang dilaporkan. Masyarakat berpikir jika bersaksi nanti diancaman oleh pihak mahasiswa yang dilaporkan. Padahal itu sudah ada mekanismenya, sudah ada jaminan dari undang-undang bahwa pelapor akan dirahasiakan identitasnya, dan saksi pun tidak harus datang ke instansi yang terkait. Seandainya ada pemeriksaan, saksi tidak diketemukan dengan tersangkanya. Agenda pemeriksaan saksi tidak disamakan dengan agenda pemeriksaan tersangka. Padahal masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 105 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009). Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 107 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009).

b. Sering terjadi ada anggota polisi yang memberikan informasi akan ada razia kepada masyarakat.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta ketika melakukan razia sering mendapati tempat yang dirazia sudah tidak ada orang. Hal tersebut terjadi karena polisi terlalu dekat dengan masyarakat. Selain itu kadang ada anggota polisi yang menyalahgunakan narkoba. Karena kejahatan narkoba tidak ada jaminan untuk orang terbebas dari narkoba, kadang-kadang dari Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta ada anggota yang terjaring/tertangkap di wilayah lain. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta tidak tahu karena penyalahgunaan narkoba itu biasanya sangat rapi, yang tahu justru orang lain. Oleh karena itu tidak jarang kalau petugas Polresta Yogyakarta menangkap di Sleman, yang Polres Sleman menangkap di Kota Yogyakarta, petugas Polresta Yogyakarta menangkap di Bantul, yang Polres Bantul menangkap di Kota Yogyakarta.

c. Sat Res Narkota Poresta Yogyakarta belum bisa melakukan razia dan tes urine di kampus-kampus.

Razia dan tes urine di kampus-kampus belum pernah dilakukan karena agak rumit. Di kampus tidak dilakukan karena Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta kesulitan dalam koordinasi dengan pihak kampus. Selain itu Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta khawatir jika di kampus-kampus dilakukan razia maka akan menimbulkan kesan negatif terhadap kampus tersebut. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta sudah pernah mencoba

koordinasi dengan pihak kampus, tetapi tidak mendapat respon dari pihak kampus.

d. Kurangnya sarana dan prasarana, seperti alat penyadap dan inventaris mobil.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam memberantas penyalahgunaan narkoba menghadapi kendala atau hambatan, karena kejahatanan penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan internasional yang mungkin sampai ke luar negeri dan didukung dengan teknologi canggih dapat lewat pesawat terbang, bisa lewat kapal, bisa lewat mobil, bisa lewat internet, bisa lewat handphone, bisa lewat bank transfer. Namun Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta masih kekurangan sarana dan prasarana seperti belum punya alat penyadap dan belum punya inventaris mobil untuk membawa mahasiswa yang tertangkap pada waktu razia atau tindakan penangkapan ke Polresta Yogyakarta.

Sebenarnya penyadapan bisa melalui handphone, namun hal tersebut susah dilakukan karena harus bekerjasama dengan pihak layanan komunikasi. Padahal penyidik berwenang melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup. (Pasal 75 huruf I Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009).

Adapun sarana dan prasaran yang tersedia di Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta meliputi:

Alat peraga tersebut berisikan sampel-sampel narkoba. Alat peraga tersebut digunakan pada waktu pembinaan dan penyuluhan.

2) Kamera ada empat

Kamera tersebut digunakan pada waktu acara pembinaan dan penyuluhan, razia dan penangkapan.

3) Sarung tangan

Sarung tangan digunakan untuk mengambil barang bukti seperti narkoba, apalagi jika ada yang memakai suntikan dan yang menggunakan menyidap HIV.

4) Kantong plastik

Kantong plastik digunakan untuk menyimpan barang bukti. 5) Borgol

Borgol digunakan untuk memborgol orang-orang yang tertangkap. 6) Senter ada lima

Senter digunakan pada waktu patrol dan razia pada malam hari. 7) Tes Kit ada sekitar tiga puluh lebih.

Tes Kit digunakan untuk mengetahui adanya kandungan narkoba di dalam pil, kapsul atau yang lainnya.

8) Komputer ada sembilan

Komputer digunakan untuk menyusun berkas perkara, menyusun rencaka kerja, menyusun laporan kegiatan, dan lain-lain.

9) Printer ada sembilan 10) Brankas ada dua

Brankas digunakan untuk menyimpan barang bukti.

e. Kurang adanya koordinasi antara pihak kepolisian dengan PT. Telkom, jaringan jomunikasi (Indosat, Telkomsel, dan lain-lain), dan bank.

Kurangnya koordinasi antara Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dengan pihak bank dapat terlihat dari, ketika penyidik ingin mengetahui rekening seseorang yang mungkin dicurigai tidak diperbolehkan dan ketika penyidik ingin memblokir rekening juga susah.

Antara Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dengan pihak layanan komunkasi juga masih kurang koordinasi. Hal tersebut dapat terlihat ketika penyidik ingin mengetahui nomor telephone/handphone punya siapa tidak bisa, atau ingin mengetahui posisi nomor handphone ada dimana juga susah. Pihak layanan komunikasi tidak mau memberitahukan informasi kepada Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta.

Padahal penyidik berwenang memerintahkan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga dari hasil penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika milik tersangka atau pihak lain yang terkait. Penyidik juga berwenang untuk mendapat keterangan dari pihak bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka yang sedang diperiksa. Selain itu penyidik berwenang untuk mendapat informasi dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 80 huruf b, c dan d Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009).

D. Upaya Polisi Dalam Mengatasi Kendala-Kendala yang Dihadapi Polisi

Dokumen terkait