• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum tentang Kepolisian Resort Kota Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum tentang Kepolisian Resort Kota Yogyakarta"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

86

1. Wilayah Kepolisian Resort Kota Yogyakarta (Polresta Yogyakarta) Daerah Kota Yogyakarta dengan geografis sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman e. Terdiri dari 14 kecamatan yang terdiri dari 45 kelurahan

f. Luas 3256,90 Ha2 dengan struktur tanah sebagian besar telah didirikan pembangunan kota.

Wilayah hukum Polresta Yogyakarta meliputi 14 Polsek, yaitu: a) Polsek Gondomanan

Alamat : Jl. Lobaningratan No.1 GM Yogyakarta Telepon : (0274) 375376

b) Polsek Wirobrajan

Alamat : Jl. Kapten Tendean No.595 WB Yogyakarta Telepon : (0274) 374832

c) Polsek Pakulaman

Alamat : Jl. Purwanggan No.53 PA Yogyakarta Telepon : (0274) 513178

(2)

Alamat : Jl. Nyi Pembayun No.34 KG Yogyakarta Telepon : (0274) 374577

e) Polsek Umbulharjo

Alamat : Jl. Menteri Supeno No.105 UH Yogyakarta Telepon : (0274) 373916

f) Polsek Danurejan

Alamat : Jl. Krasak Timur No.40 DN Yogyakarta Telepon : (0274) 589609

g) Polsek Gedongtengen

Alamat : Jl. Jlagran No.12 GT Yogyakarta Telepon : (0274) 512696

h) Polsek Kraton Kadipaten

Alamat : Kraton Kadipaten Kidul No.373 KT Yogyakarta Telepon : (0274) 373793

i) Polsek Jetis

Alamat : Jl. Kyai Mojo No.5 JT Yogyakarta Telepon : (0274) 513136

j) Polsek Tegalrejo

Alamat : Jl. Magelang No.184 TR Yogyakarta Telepon : (0274) 513877

k) Polsek Ngampilan

Alamat : Jl. KS. Tubun No.28 NG Yogyakarta Telepon : (0274) 512185

(3)

l) Polsek Gondokusuman Mlati Wetan

Alamat : Jl. Mlati Wetan No.6 GK Yogyakarta Telepon : (0274) 513125

m) Polsek Mantrijeron

Alamat : Jl. DI. Panjaitan No.1 MJ Yogyakarta Telepon : (0274) 374167

n) Polsek Mergangsan

Alamat : Jl. Sisingamangaraja MG Yogyakarta 2. Visi dan Misi Polresta Yogyakarta

a. Visi Polresta Yogyakarta

Terwujudnya pelayanan kamtibmas prima, tegaknya hukum dan keamanan wilayah mantap serta terjadinya sinergi polisional yang proaktif dengan segenap komponen dalam rangka mendukung pembangunan Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, pariwisata yang berbudaya dan ramah lingkungan.

b. Misi Polresta Yogyakarta

Dengan mempedomani arah kedepan sesuai visi Polresta Yogyakarta, maka langgkah pencapaian sasaran strategi disusun ke dalam misi sebagai berikut:

1) Melangkah deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan / operasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.

2) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah responsif dan tidak diskriminasi.

(4)

3) Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalulintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang.

4) Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan dalam negeri.

5) Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum dan peraturan perundang-undangan.

6) Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proposional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

7) Mengelola secara profesional, transparan dan akuntabel dan modern seluruh aspek sumber daya Polresta Yogyakarta mendukung operasional tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). 8) Meningkatkan kerjasama (partnership) dengan pemerintah kota,

perguruan tinggi, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan instansi terkait lainnya untuk bersinergis dan bahu membahu menghadapi setiap permasalahan yang timbul dan mencari solusi yang komprehensif demi terciptanya situasi kota Yogyakarta yang kondusif.

9) Mendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah kota Yogyakarta untuk mewujudkan kemajuan, kemakmuran dan kemandirian dan kesejahteraan warga masyarakat kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Budaya / Pariwisata untuk menunju Yogyakarta Berhati Nyaman.

(5)

3. Macam-Macam Kebijaksanaan dan Kebijakan Kepala Kepolisian Resort Kota Yogyakarta (Kapolresta Yogyakarta)

a. Kebijaksanaan Kapolresta Yogyakarta dalam rangka penyelenggaraan keamanan sesuai Kebijakan Pemerintah Daerah dalam pembangunan bidang kemanan jangka panjang dan menengah sebagai berikut:

1) Penyelenggaraan keamanan memperhatikan:

a) Asas legalitas yaitu ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

b) Asas kepentingan umum yaitu menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan.

c) Asas proposional yaitu keseimbangan antara bobot gangguan dan kekuatan anggota.

d) Asas kemitraan yaitu diselenggarakan oleh Polri bersama masyarakat dan unsur terkait lainnya.

e) Asas pencegahan yaitu mendahulukan tindakan preventif edukatif daripada tindakan penegakan hukum. Penegakan hukum adalah upaya terakhir dan dilaksanakan dalam rangka preventif.

2) Penyelenggaraan keamanan dilaksanakan melalui tindakan preemtif (pembinaan masyarakat atau preventif tidak langsung), preventif dan penegakan hukum.

3) Lembaga yang berperan dan terkait dalam penyelenggaraan keamanan meliputi:

(6)

a) Presiden dibantu Komisi Nasional sebagai penentu kebijakan makro.

b) Polri sebagai penyelenggara utama.

c) Polisi khusus (polsus), Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa sebagai pendukung penyelenggaraan keamanan.

d) TNI, Pemerintah Daerah (Pemda), Criminal Justice System (CJS) dan masyarakat sebagai unsur bantuan dan kerjasama.

e) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan publik pengawas.

4) Strategi membangun kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan tugas-tugas Polri (Partnership building).

a) Melanjutkan penggelaran kuat anggota Polri terutama bagi Bintara Polri sebagai pengemban diskresi di lapangan sampai komunitas-komunitas terkecil didukung kualitas pelayanan internal yang lengkap dan kokohnya landasan hukum untuk kinerja Polri pada tahun 2010.

b) Menggelar pelayanan masyarakat sampai komunitas terjauh didukung sinergi polisional dengan elemen-elemen msayarakat serta tercapai kualitas masyarakat patuh hukum melalui perencanaan sosial yang partisipatoris, pada tahun 2011.

(7)

c) Menggelar pelayanan masyarakat secara menyeluruh didukung sinergi polisional dengan elemen birokrasi (kementrian / lembaga) dalam menjaga supremasi hukum, pada tahun 2012.

d) Mendinamisir dan menggelar pelayanan masyarakat dan sinergi polisional secara lengkap dalam mewujudkan kondisi yang menjangkau pembangunan nasional untuk berwawasan ketertiban dan keamanan, pada tahun 2013.

e) Terwujudnya pelayanan masyarakat yang rima dan kebulatan sinergi polisional yang produktif sebagai pra kondisi daya saing bangsa dan keunggulan nasional. Pada tahun 2014.

b. Kebijaksanaan Kapolresta Yogyakarta dalam rangka menciptakan situasi kamtibmas di wilayah Polresta Yogyakarta yang selaras dengan Visi Kota Yogyakarta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat akan tugas Polri, Kapolresta Yogyakarta mencanangkan kebijakan berupa 4 (empat) program sebagai berikut:

1) Menekan perkelahian pelajar a) Tindakan preemtif:

(1) Pembinaan dan penyuluhan di sekolah.

(2) Menjadi inspektur Upacara di sekolah setiap hari Senin.

(3) Membuka jaringan melalui Forum Organisasi Organisasi Profesi (FKOP).

(4) Pembinaan dan penyuluhan pada wali murid / komite sekolah. (5) Pemasangan spanduk imbauan.

(8)

(6) Pembinaan jaringan kelompok/geng pelajar.

(7) Pembinaan jaringan melalui guru Bimbingan dan Konseling (BK).

(8) Koordinasi dengan Pendidikan Nasional (Diknas) berkaitan dengan kurikulum / kebijakan sekolah.

(9) Pendataan sekolah-sekolah. b) Tindakan preventif:

(1) Patroli rutin di sekolah menjelang bubaran sekolah. (2) Patroli ditempat mangkal anak sekolah.

(3) Penjagaan di lokasi rawan tawuran.

(4) Penjagaan di tempat pertandingan olehraga antar sekolah. (5) Penjagaan di tempat pentas seni pelajar.

(6) Pengaturan arus lalu lintas di sekolah-sekolah.

(7) Membubarkan kelompok-kelompok pelajar yang mangkal / bergerombol di luar sekolah.

c) Tindakan represif:

(1) Razia gabungan (Diknas, perwakilan guru BK) di dalam sekolah, sasaran pornografi, senjata tajam (sajam), narkoba, minuman keras (miras).

(2) Razia gabungan (Polri, Diknas, Polisi Pamong Praja (Pol PP)) di luar sekolah pada saat jam belajar dengan sasaran tempat hiburan, mall, warnet, stasiun, game center, terminal, warung tempat mangkal.

(9)

(3) Razia pelajar di luar jam sekolah di tempat kerumunan anak-anak pelajar, dengan sasaran sajam, pornografi, surat kendaraan bermotor (ranmor).

(4) Melakukan tindakan tegas terhadap pelajar yang terlibat perkelahian/tawuran

2) Malioboro bebas dari gangguan kamtibmas (a) Tindakan preemtif:

(1) Melakukan pembinaan dan penyuluhan (binluh) dan pendidikan masyarakat (dikmas) tentang lalu lintas (lantas) terhadap pedagang kaki lima (PKL), tukang parkir, tukang becak, kusir andong, sopir taksi, satuan pengamanan (satpam), tukang kunci.

(2) Pemasangan spanduk imbauan pesan-pesan kamtibmas di pertokoan, pasar, mall, parkiran.

(3) Pebinaan jaringan terhadap kelompok tukang parkir, PKL, satpam dan sumber info lain di kawasan Malioboro.

(4) Koordinasi dengan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) kawasan Malioboro.

(5) Koordinasi dengan pengelola pasar Beringharjo, hotel, pertokoan, Benteng Vredeberg.

(6) Pemberdayaan TV Video Trone untuk pesan kamtibmas.

(7) Pesan kamtibmas melalui publik addres di mall, pasar dan hotel.

(10)

(8) Imbauan melalui selebaran di boks ATM. (b) Tindakan preventif:

(1) Patroli bersepeda, jalan kaki, kendaraan bermotor roda dua (ranmor R2) dan roda empat (R4).

(2) Mengatur lalu lintas di daerah rawan macet.

(3) Penambahan personel pada malam Minggu, malam Senin dan hari-hari libur.

(4) Penempatan pos-pos sementara di tempat rawan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

(5) Penempatan kendaraan dan personel di simpang empat (sp4) teteg KA, sp4 batik terang bulan, depan gedung agung dalam rangka quick responses.

(6) Penempatan personel secara tertutup di tempat dan jam rawan gangguan kamtibmas.

(c) Tindakan represif:

(1) Razia premanisme, sajam, narkoba dan miras.

(2) Razia gabungan dengan instansi terkait terhadap parkir liar, PKL, becak, andong, Kartu Tanda Penduduk (KTP).

(3) Penindakan hukum terhadap pelanggar lalu lintas.

(4) Penindakan hukum terhadap pelaku kejahatan / pelanggaran. 3) Menekan peredaran miras dan narkoba:

(a) Tindakan preemtif:

(11)

(2) Pendataan tempat-tempat hiburan malam, hotel, cafe yang menyediakan miras.

(3) Pendataan apotek, toko obat, penjual jamu.

(4) Pembinaan dan penyuluhan di lembaga-lembaga pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi), kelurahan, kecamatan, tingkat RT dan RW.

(5) Koordinasi dengan instansi terkait (Pemda, Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP), Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK), Lembaga Pemasyarakatan (LP), Gracia).

(6) Koordinasi dengan PT. Telkom, Indosat (jaringan komunikasi) dan bank.

(7) Pemasangan spanduk imbauan. (b) Tindakan preventif:

(1) Patroli di tempat rawan.

(2) Pemberdayaan dan pembentukan kring narkoba. (3) Pemberdayaan dan pembentukan jaringan informan.

(4) Sosialisasi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkoba.

(c) Tindakan represif:

(1) Razia tempat-tempat hiburan, sekolah, kos-kosan, LP, warung remang-remang.

(2) Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan miras dan narkoba.

(12)

(3) Ungkap jaringan pelaku miras dan penyalahgunaan narkoba. (4) Pemusnahan terhadap miras dan narkoba.

4) Gerakan disiplin berlalu lintas: (a) Tindakan preemtif:

(1) Launching gerakan disiplin lalu lintas (GDL) dengan musyawarah pimpinan daerah (Muspida).

(2) Sosialisasi undang-undang lalu lintas yang baru.

(3) Open house play group den TK (pengenalan makro Polresta, rambu-rambu lalu lintas.

(4) Dikmas lantas kepada masyarakat melalui kegiatan kecamatan, lurah, RT dan RW.

(5) Pembentukan Patroli Keamanan Sekolah (PKS) di sekolah-sekolah dari tingkat SD sampai SMA.

(6) Pembinaan saka bhayangkara.

(7) Penyuluhan safety riding, safety driving kepada masyarakat yang terorganisir (perguruan tinggi, perusahaan).

(8) Pemasangan spanduk imbauan berkaitan dengan tertib berlalu lintas.

(9) Koordinasi dengan instansi terkait. (10) Melaksanakan lomba lalu lintas. (11) Pelayanan SIM keliling.

(b) Tindakan preventif:

(13)

(2) Melaksanakan patroli beat. (3) Commander wish pagi dan pagi.

(4) Mengoptimalkan pelakasanaan pos 24 jam (7 pos) untuk quick responses.

(5) Penambahan personel pada saat hari Sabtu, Minggu dan hari libur.

(6) Melaksanakan upaya-upaya manajemen rekayasa lalu lintas apabila ada kemacetan, penutupan jalan.

(7) Menempatkan unit patwal di daerah rawan macet dan pelanggaran.

(8) Pengawalan terhadap VVIP, VIP dan kegiatan masyarakat. (9) Mengoptimalkan zona kawasan tertib lalu lintas.

(c) Tindakan represif

(1) Razia ranmor terhadap para pelajar, masyarakat, sasaran kelengkapan ranmor dan surat-surat.

(2) Penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas. (3) Penegakan hukum terhadap laka lantas.

4. Struktur Organisasi Kepolisian Resort Kota Yogyakarta (Polresta Yogyakarta) Polresta Yogyakarta terdiri 4 (empat) unsur, yaitu

a. Unsur pimpinan yang terdiri dari Kapolresta dan WakPolresta

b. Unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang terdiri dari Seksi Pengawas (Siwas), Seksi Profesi dan Pengamanan (Sipropam), Seksi Keuangan

(14)

(Sikeu), Seksi Umum (Sium), Bagian Oprasional (Bagops), Bagian Rencana (Bagren), dan Bagian Sumber Daya (Bagsumda).

c. Bagops terdiri dari Sub Bagian Pembinaan Operasional (Subbag Binops), Sub Bagian Pengedalian Operasional (Subbag Dalops), dan Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Subbag Humas). Selanjutnya Bagren terdiri dari Sub Bagian Program Anggaran (Subbag Progar) dan Sub Bagian Pengendalian Anggaran (Subbag Dalgar). Kemudian Bagsumda terdiri dari Sub Bagian Personalia (Subbag Pers), Sub Bagian Sarana Prasarana (Subbag Sapras) dan Sub Bagian Hukum (Subbag Kum).

d. Unsur pelaksanaan tugas pokok yang terdiri dari Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu, Satuan Intelegen dan Keamanan (Sat Intelkam), Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim), Satuan Reserse Narkoba (Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta), Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas Polresta Yogyakarta), Satuan Samapta Bhayangkara (Sat Sabhara), Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas), Satuan Pengamangan Objek Vital (Sat Pam Obvit) dan Satuan Perawatan Tahanan Dan Penitipan Barang Bukti (Sat Tahti).

e. Unsur pendukung yaitu Seksi Teknologi Informasi Kepolisian (Sitipol). Selain itu Polresta Yogyakarta juga membawahi 14 Polsek. Struktur organisasi Polresta Yogyakarta akan lebih jelas jika dibuat skema, dapat terlihat pada Gambar 1 berikut ini:

(15)

KA P OLRES TA W AK P OLRES TA S IW AS S IPR OPAM AKP AKP AKP AKP S IK EU S IU M B AG OPS B AG S UMD A S AT T AH TI S IT IPOL SUB B AG B INOPS SUB B AG DAL OPS SUB B AG HUM AS SUB B AG PR OGA R SUB B AG DAL GAR B AG R EN SUB B AG PERS KP KP KP SUB B AG SAR P R A S SUB B AG KUM AKP AKP AKP AKP AKP AKP AKP AKP S AT IN TELK AM S ENTRA P EL AY AN AN KEP OLIS IAN TE RP AD U S AT R S KRIM S AT R S NA R KO B A AKP KP S AT B IN MAS S AT S ABHA R A S AT LAN TAS KP KP KP P OLSEK S AT P AM O B VI T KP AKP AKP UN S UR P IM P INA N UN S UR P E NG AW AS DA N P E M B AN T U P IM P INA N UN S UR P E L AK S AN A T UG AS P OK OK UN S UR P E ND UK UN G Ga mbar 1. S ke ma St rukt ur Or ga nisasi P olre sta Y ogya ka rta S umber : Dokumen da ri S ubba g Huma s pad a Ju mat, 2 Nove mber 2012 KP KP

(16)

1) Gambaran tentang Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) Polresta Yogyakarta

a) Visi dan Misi Sat Binmas (1) Visi Sat Binmas

Menjadi sahabat dan mitra masyarakat dalam memecah masalah-masalah sosial yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan. (2) Misi Sat Binmas

(a) Hadir di tengah-tengah masyarakat untuk melindungi, mengayomi, melayani masyarakat.

(b) Membangun komunikasi yang efektif dan intensif dengan masyarakat baik individu maupun kelompok dan komunitas.

(c) Membangun kemitraan dengan segenap komunitas dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

(d) Mengidentifikasi masalah sosial keamanan dalam masyarakat menemukan pemecahannya.

(e) Mendorong partisipasi masyarakat dalam mencegah dan menangkal gangguan kamtibmas.

b) Tugas Pokok Fungsi Sat Binmas Polresta Yogyakarta (1) Tugas Sat Binmas Polresta Yogyakarta

Menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang meliputi pembinaan teknis Perpolisian Masyarakat (Polmas) dan kerjasama dengan instansi pemerintah / lembaga / organisasi masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat

(17)

dalam rangka memberdayakan upaya pencegahan masyarakat terhadap kejahatan serta meningkatkan hubungan sinergitas Polri-masyarakat.

(2) Fungsi Sat Binmas Polresta Yogyakarta

(a) Penyelenggaraan pembinaan teknis Polmas.

(b) Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi pemerintah / lembaga / organisasi masyarakat.

(c) Pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

(d) Pemberdayaan upaya pencegahan masyarakat terhadap kejahatan. (e) Peningkatan hubungan sinergitas Polri-masyarakat.

c) Struktur Organisasi Sat Binmas Polresta Yogyakarta

Struktur organisasi Sat Binmas Polresta Yogyakarta dapat dijelaskan melalui Gambar 2 sebagai berikut:

(18)

KASAT BINMAS

KA URMINTU AIPTU JAMAR

WAKA SAT BINMAS KOMPOL FATHURRAHMAN

-

UR BINOPS IPTU SUPONO

BAMIN BRIG SURYO ADI

BAMIN PANIT IPDA SUHADI BANIT AIPTU SURATMIN KANIT KAMSA AKP H. DALIYO BANIT BRIG SETU R. PANIT

IPDA SRI ASTUTI BANIT AIPTU PRAPTONO

KANIT BIN TIBMAS IPTU CHERLI EVI

BANIT AIPDA SUHERMANTO BANIT BRIG DEWI A. BANIT - PANIT IPDA SIGIT N BANIT AIPDA DWI ASIH

KANIT POLMAS AKP HM. SUPARMAN BANIT BRIG SUJITO BANIT BRIPTU PUNTO D. BANUM SRI MARYATI BANIT - BANIT - BANIT - Gambar 2. Skema Struktur Organisasi Sat Binmas Polresta Yogyakarta

Sumber : Dokumen Sat Binmas Polresta Yogyakarta, pada Jumat, 2 November 2012.

(19)

2) Gambaran tentang Satuan Reserse Narkoba (Sat Res Narkoba) Polresta Yogyakarta

a) Visi dan Misi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta (1) Visi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta

Sat Res Narkoba bertekat mewujudkan postur Polri yang profesional, bermoral dan modern, sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang terpercaya dalam memelihara kamtibmas, pemberantasan narkoba dan menegakkan hukum di wilayah Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kota budaya dan pariwisata dalam suatu kehidupan sosial yang demokratis, berbudaya serta masyarakat yang sejahtera.

(2) Visi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta

Berdasarkan uraian visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang jabaran misi Sat Res Narkoba, yaitu:

(a) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (aspek security, surety, safety, dan peace) sehingga masyarakat bebas dari penyalahgunaan narkoba.

(b) Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat.

(c) Mengelola sumber daya manusia Polri secara profesional dalam mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan wilayah Yogyakarta sehingga mendorong meningkatkan gairah kerja guna mencapai kesejahteraan masyarakat.

(20)

b) Pertelaan Tugas Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta bertugas menyelenggarakan atau membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan obat berbahaya (narkoba) termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitas korban atau penyalahgunaan narkoba.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta disingkat Kasat Res Narkoba Polresta Yogyakarta yang bertanggung jawab kepada Kapolresta dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polresta.

Menurut Aiptu Kardiana tugas pokok Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta ada 3 (tiga), yaitu:

(1) Preemtif, seperti kegiatan memberikan imbauan-imbauan kepada masyarakat melalui media elektronik maupun tertulis. Contoh kegiatan penyuluhan yang melalui media elektronik seperti talk show di radio Sonora dan RRI, talk show di TVRI dan JogjaTV. Contoh yang tertulis seperti pemasangan spanduk dan pamflet.

(2) Preventif, seperti sambang/mendatangi di kampung-kampung, patroli dan pembentukan kader P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba).

(3) Represif, upaya paksa seperti penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penyitaan, pemberkasan, pengiriman tahap satu, pengiriman tahap dua. Termasuk juga kegiatan razia di tempat-tempat hiburan, di tempat mangkalnya orang-orang.

(21)

c) Struktur Organisasi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta

Struktur organisasi Sat ResPolresta Yogyakarta Narkoba dapat dijelaskan melalui Gambar 3 sebagai berikut:

KASAT RES NARKOBA KOMPOL TOPO SUBROTO WAKASAT RES NARKOBA

1. Bripka M.. Muslih 2. Bripka A. Sunanto 3. Bripka Deny Ismail 4. Brig Fajar Yulianto

KAUR BIN OPSNAL IPDA DWI ASTUTI H

KAUR MINTU AIPTU KARDIYANA

KANIT IDIK II AKP LUCAS LEO KEMI

1. Aiptu Untoro 2. Bripka Hudi H. 3. Bripka N. Gatot 4. Brig Tarmanto 5. Briptu Agung C. 6. Brig Bruri S. 7. Briptu Aris W. KASUBNIT II IPDA ZAINUDIN

1. Briptu Dwi Jaka 2. Briptu Farida Ekawati 3. Pengtu Dani Triyana

1. Brig S. Surya 2. Bripka Agung J. 3. Bripka Guno P. 1. Bripka Herka S. 2. Bripka Amri A. 3. Bripka Agus D.H. 4. Brig Fani K. 5. Briptu Sumardi 6. Briptu Hari W. 7. Briptu Taufik S. KASUBNIT I IPDA JAKA P. KANIT IDIK I

AKP IMAN HERI NURCAHYO 1. Bripka Rudiarto 2. Brigadir Retno P. 3. Brigadir Farid R. KASUBNIT II AIPTU SURAHMAN KASUBNIT I IPTU TINTON Y.

Gambar 3. Skema Struktur Organisasi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta Sumber : Dokumen dari Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta pada Kamis, 25

(22)

B. Upaya Polisi dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba oleh Mahasiswa di Kota Yogyakarta

Upaya Polisi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa dengan kalangan lain secara keseluruhan hampir sama, karena polisi dalam menangani suatu kasus tidak melihat dari status atau konteks pekerjaannya. Disamping itu, mahasiswa juga dianggap sudah dewasa, maka polisi dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan disamakan dengan masyarakat pada umumnya. Namun, untuk mahasiswa dalam pencegahanya dapat secara langsung kepada mahasiswanya dan dapat melalui orang tua mahasiswa serta satpam-satpam di kampus-kampus. Selain itu, setelah polisi menangkap seorang mahasiswa yang menyalahgunakan narkoba, selain memberitahukan kepada pengadilan, kejaksaan, orang tua, dan BNN, polisi juga memberitahukan kepada pihak kampus dimana mahasiswa tersebut kuliah. Pihak kampus harus tahu karena mahasiswa yang terlibat dalam narkoba wajib dikeluarkan dari lembaga pendidikan. (Pasal 7 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2000 tentang Penanggulangan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainya). Tetapi, secara keseluruhan polisi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa dengan kalangan lain hampir sama.

Dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta, polisi melakukan dua upaya, yaitu upaya preventif dan represif. Upaya preventif adalah upaya pencegahan terjadinya

(23)

tindak pidana, sedangkan upaya represif adalah upaya untuk memberantas kejahatan. Upaya preventif dapat dilakukan dengan sarana non penal dan upaya repersif dapat dilakukan dengan sarana penal.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai upaya preventif dan represif yang dilalukan oleh Polisi dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta sebagai berikut:

1. Upaya Preventif

Upaya preventif yang dilakukan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dan Sat Binmas Polresta Yogyakarta, yaitu

a. Melakukan pembinaan dan penyuluhan

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dan Sat Binmas Polresta Yogyakarta melakukan kegiatan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba bagi kalangan mahasiswa di tempat-tempat seperti di kampus dan di asrama, seperti Asrama Aswenda dan Asrama Kalimantan. Sat Binmas Polresta Yogyakarta dalam melaksanakan penyuluhan sering meminjam alat peraga ke Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta.

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta untuk mahasiswa pelaksanaanya tidak pasti. Pada tahun 2012 penyuluhan untuk mahasiswa hanya pernah dilakukan sekali, yaitu pada bulan November di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).

Sat Binmas Polresta Yogyakarta bekerjasama dengan Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (AAYKPN), tidak langsung

(24)

ke mahasiswanya, namun Sat Binmas Polresta Yogyakarta mendidik Satpamnya dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu. Karena Satpam sering berkomunikasi dengan mahasiswa, diharapkan Satpam dapat ikut serta dalam mencegah penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa.

Selain itu Sat Binmas Polresta Yogyakarta juga melakukan penyuluhan tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba bagi kalangan orang tua di bank dan di tempat pemukiman seperti penyuluhan kepada karyawan bank yang mempunyai anak mahasiswa, seperti di BPD Yogyakarta dan BRI Yogyakarta, dan penyuluhan pada para orang tua di Kecamatan Ngampilan. Sat Binmas Polresta Yogyakarta berharap orang tua yang mempunyai anak mahasiswa dapat memberitahukan pada anak-anaknya agar tidak menyalahgunakan narkoba.

Sat Binmas Polresta Yogyakarta juga melakukan pembinaan kepada mahasiswa di LP Yogyakarta agar tidak lagi menyalahgunakan narkoba. Pembinaan tersebut dilakukan dengan memberikan materi tentang bagaimana mengelola diri agar jauh dari narkoba, memberikan tips menghindarkan diri dari narkoba, memberikan tips cara menolak ajakan memakai narkoba. Kegiatan pembinaan dapat dilakukan lewat spiritual/agama dengan mengadakan sholat berjamaah dan membaca Al Quran bersama-sama.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan pembinaan dan penyuluhan sekarang seringnya berdasarkan permintaan dari pihak kampus atau LP Yogyakarta. Hal tersebut terjadi karena sejak awal tahun 2012 di Sat

(25)

Res Narkoba Polresta Yogyakarta tidak ada lagi Unit Pembinaan dan Penyuluhan (Binluh).

Polisi memasukkan kegiatan binluh ke dalam upaya preemtif. Polisi menyebut istilah preemtif ini sebagai “pembinaan masyarakat” atau “preventif tidak langsung”, yaitu pembinaan yang bertujuan agar masyarakat menjadi law abiding citizens. Dalam hal ini polisi berbicara tentang penegakan hukum tanpa perlu menyebut hukum dan prosedur penegakan hukum barang sekalipun.

b. Melakukan kampanye anti narkoba

Sat Binmas Polresta Yogyakarta melakukan kampanye anti narkoba lewat surat kabar, lewat radio sekali setiap bulan pada minggu pertama di Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta dan Sonora Yogyakarta. Polisi memasukkan kegiatan kampanye anti narkoba ke dalam upaya preemtif. c. Mengadakan pengajian Khotmil Quran

Polresta Yogyakarta mengadakan pengajian Khotmil Quran setiap bulan lima kali ke kampung-kampung bersama Kapolsek, di Polresta sekali, di Polsek setiap minggu yang dihadiri oleh para orang tua. Seperti di Gendeng Gondokusuman, Ngampilan, Wirogunan dan Mantrijeron. Polisi berharap orang tua yang mempunyai anak mahasiswa memberitahu agar tidak menyalahgunakan narkoba dengan cara spiritual. Polisi memasukkan kegiatan pengajian Khotmil Quran ke dalam upaya preemtif.

(26)

d. Melakukan pendekatan dengan tokoh agama

Sat Binmas Polresta Yogyakarta melakukan pendekatan terhadap para ulama. Dalam hal ini yang paling banyak jamaahnya di Kota Yogyakarta, yakni Habib Syeh. Setiap Habib Syeh datang ke Yogyakarta dilakukan pengawalan dengan harapan bisa memasukkan pendapat tentang masalah mahasiswa yang menyalahgunakan narkoba, agar ketika melakukan ceramah di panggung Habib Syeh menyampaikan apa yang Sat Binmas Polresta Yogyakarta sampaikan kepada Habib Syeh yaitu tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Yang dimaksud pengawalan di sini adalah polisi mendampingi atau menemani tokoh agama. Sat Binmas Polresta Yogyakarta berharap tokoh agama memberitahukan kepada mahasiswa agar tidak menyalahgunakan narkoba. Polisi memasukkan kegiatan pendekatan dengan tokoh agama ke dalam upaya preemtif.

e. Memasang spanduk imbauan agar tidak menyalahgunakan narkoba

Spanduk-spanduk imbauan hanya dipasang di jalan-jalan umum saja. Spanduk imbauan tidak ada yang dipasang di kampus-kampus. Sat Binmas Polresta Yogyakarta dalam membuat spanduk bekerjasama dengan CV Putra Pratama. Bentuk kerjasamanya adalah CV Putra Pratama mencarikan sponsor, sehingga dapat membuat spanduk-spanduk. Polisi memasukkan kegiatan memasang spanduk imbauan ke dalam upaya preemtif.

f. Melakukan kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) dan Pendidikan Tinggi (Dikti)

(27)

Sat Binmas Polresta Yogyakarta berkerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Sat Binmas Polresta Yogyakarta mendapatkan berbagai materi tentang pencegahan penyalahgunaan narkona untuk kalangan mahasiswa dari BNN. Sat Binmas Polresta Yogyakarta juga kerjasama dengan Dikti, kerjasamanya apabila ada permintaan dari perguruan tinggi untuk menjadi narasumber maka wajib melaksanakannya. Polisi memasukkan kegiatan kerjasama dengan BNNP dan Dikti ke dalam upaya preemtif.

g. Sosialisasi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta biasanya melakukan kegiatan sosialisasi tersebut di kampus dan di asrama karena mahasiswa domisilinya tidak tetap. Kegiatan sosialisasi tersebut biasanya dilakukan pada saat acara penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Kegiatan sosialisasi kepada mahasiswa pelaksanaannya tidak pasti. Pada tahun 2012 hanya pernah dilaksanakan sekali, yaitu di UKDW pada bulan November. Kegiatan sosialisasi bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami isi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sehingga tidak menjadi korban atau pelaku penyalahgunaan narkoba.

h. Melakukan patroli di tempat rawan

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan patroli ke tempat-tempat pemukiman, ke tempat-tempat yang biasanya banyak mahasiswa berkumpul seperti warung remang-remang, ke tempat-tempat sepi seperti di jalan-jalan pada malam hari, di pasar-pasar pada malam hari. Kegiatan patroli dilakukan

(28)

agar ketika mahasiswa akan menyalahgunakan narkoba, tidak jadi karena takut terhadap polisi yang sedang patroli di tempat tersebut.

i. Membentuk kring narkoba

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta membentuk kring narkoba bertujuan untuk mempermudah cara kerja anggota Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta.

Kring narkoba yaitu pembagian wilayah untuk diawasi dan dipantau. Kota Yogyakarta dibagi menjadi empat kring, masing-masing kring terdiri dari tiga atau empat wilayah polsek, sebagai berikut:

1) Kring I, terdiri dari:

a) Wilayah Polsek Tegalrejo b) Wilayah Polsek Jetis

c) Wilayah Polsek Gendongtengen 2) Kring II, terdiri dari:

a) Wilayah Polsek Wirobrajan b) Wilayah Polsek Ngampilan c) Wilayah Polsek Mantrijeron d) Wilayah Polsek Keraton Kadipaten 3) Kring III, terdiri dari:

a) Wilayah Polsek Gondomanan b) Wilayah Polsek Pakulaman c) Wilayah Polsek Danurejan d) Wilayah Polsek Gondokusuman

(29)

4) Kring IV, terdiri dari:

a) Wilayah Polsek Mergangsan b) Wilayah Polsek Umbulharjo c) Wilayah Polsek Kotagede

Selanjutnya masing-masing kring dipantau dan diawasi oleh enam atau delapan anggota polisi dari Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta.

j. Membentuk jaringan informasi

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta membentuk jaringan narkoba bertujuan agar polisi mendapatkan informasi tentang adanya penyalahgunaan narkoba dengan mudah. Biasanya masing-masing anggota Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta memiliki jaringan informasi sendiri yang bersifat rahasia, karena informan-informan tersebut dilindungi oleh polisi.

2. Upaya Represif

Upaya polisi dalam memberantas penyalahgunaan narkoba yang dilakukan mahasiswa di Polresta Yogyakarta yaitu dengan upaya paksa seperti penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir 5 KUHAP). Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan (Pasal 102 ayat (1) KUHAP). Selanjutnya penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

(30)

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2 KUHAP). Tindakan penyidikan meliputi penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penyitaan, pemberkasan, pengiriman tahap satu, pengiriman tahap dua. Termasuk juga kegiatan razia atau pemeriksaan mendadakan (sidak) di tempat-tempat hiburan, di tempat berkumpulnya mahasiswa. (Aiptu Kardiana, penelitian pada Kamis, 25 Oktober 2012).

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penyelidikan

Sementara ini yang dilakukan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam memberantas penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa adalah dengan melakukan penyelidikan atau tindakan hukum. Penyelidikan atau tindakan hukum yang dilakukan rata-rata di luar kampus, sehingga yang bersangkutan waktu tertangkap bukan pada waktu jam kuliah, tetapi waktu-waktu di luar jam kuliah. Rata-rata mahasiswa menyalahgunakan pada waktu-waktu di luar jam kuliah. Jadi mahasiswa menyalahgunakan narkoba di tempat kost atau di tempat umum yang sifatnya bisa digunakan untuk menyalahgunakan, tempat yang dianggap aman bagi mahasiswa tersebut.

(31)

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan penyelidikan rata-rata berdasarkan laporan informasi dari masyarakat. Penyelidikan dapat dilakukan dengan cara pembuntutan dan pengamatan. Apabila hasil penyelidikan memang sudah jelas bahwa orang yang dilaporkan menyalahgunakan, baru petugas melaksanakan tindakan ke arah upaya paksa.

Jika ada laporan dari masyarakat tentang adanya tindak pidana penyalahgunaan narkoba, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta akan menyelidiki terlebih dahulu karena sifatnya baru informasi. Informasi tersebut diselidiki terlebih dahulu apakah benar atau tidak. Jadi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta tidak langsung melakukan penggerebekan. Jika benar, mereka melakukan apa, apa yang mereka salahgunakan, apakah itu psikotropika atau narkotika, kalau narkotika jenisnya apa, kalau psikotropika jenisnya apa. Seteleh itu, hasil penyelidikan tersebut dilaporkan kepada pimpinan. Kemudian pimpinan membuat anggaran rencana kerja untuk penyidikan, setelah itu baru menentukan kebijaksanaan, kekuatan yang akan dikerahkan terdiri dari berapa anggota dari Sat Res Narkoba Polresta Yaogyakarta, jangan sampai orang yang akan digerebek lebih banyak dari petugas. Kemudian alat-alat yang akan dipakai apa saja, seperti sarung tangan untuk mengambil barang bukti, kantong plastik untuk menyimpan barang bukti, borgol untuk memborgol pelaku penyalahgunaan narkoba. Jadi Persiapan untuk melakukan penggerebekan harus matang dan memerlukan waktu yang tepat.

(32)

penyelidikan atas kebenaran laporan tersebut, setelah diselidiki dan ternyata benar maka dilanjutkan ke penyidikan. Laporan masyarakat itu bisa orang tua mahasiswa, teman mahasiswa, tetangga mahasiswa.

Contoh penyelidikan yang pernah dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta, yaitu Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa FZ sering menggunakan narkoba di kos-kosan. Selanjutnya Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta mencari tahu kebenaran dari informasi tersebut dengan cara observasi/surveillance. Hasil penyelidikan menunjukan bahwa benar FZ telah menyalahgunakan narkoba. Setelah itu Polisi melakukan pembuntutan dan FZ ditangkap pada saat sedang mengendarai sepeda motor di Jalan Tunjung Umbulharjo.

b. Penyidikan

Upaya polisi dalam memberantas penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa, yaitu penyidikan. Penyidikan meliputi tindak penangkapan, penggeledahan, penyitaan, penahanan, pemeriksaan dan pemberkasan. Namun itu semua mengkait pada bukti, artinya kegiatan itu dilakukan untuk mengarah atau mencari atau menemukan barang bukti dan tersangkanya. Jadi penggeledahan terhadap orang atau rumah dilakukan karena untuk menemukan bukti. Kemudian jika sudah menemukan bukti, pasti barang tersebut akan disita. Jadi yang pertama penyidik polisi lakukan adalah penggeledahan, jika ada barang bukti dan cukup bukti akan dibuat surat penyitaan dan dilakukan penyitaan. Setelah membuat surat penyitaan, ada

(33)

barang bukti, lalu diberikan tanda terima, kemudian dibuatkan berita acara penerimaan. Setelah terdapat barang bukti dan ada unsur-unsur untuk seseorang itu memang pelaku penyalahguna narkotika maupun psikotropika otomatis dilakukan penahanan.

Setelah itu penyidik melakukan pemeriksaan. Kemudian dari pemeriksaan tersebut dibuatkan resume. Jika sudah cukup, polisi mengajukan kepada pihak kejaksaan dikonsultasikan dan dilaporkan. Selanjutnya kejaksaan akan mengecek berkas tersebut, kemudian kejaksaan akan mengirim lagi, akan membuat surat bahwa dari hasil pengecekan jaksa tersebut sudah sesuai atau belum, sudah sesuai dengan tuntutan atau belum, sudah sesuai dengan pasal yang disebutkan atau belum. Jika ada kekurangan akan dikirim P18 atau P19, tetapi jika sudah cukup maka dapat diajukan ke pengadilan. Setelah itu polisi mengirim tersangka maupun barang bukti kepada kejaksaan.

Yang berwenang melakukan penyidikan adalah penyidik. Pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia harus berpangkat paling rendah Inspektur Dua Polisi (Ipda) dan berpendidikan paling rendah sarjana strata satu atau yang setara.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penyidikan yang dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa dapat diuraikan sebagai berikut:

(34)

1) Penangkapan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika merupakan lex spesialis, maka petugas memiliki kewenangan untuk penangkapan tidak sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jika di Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana kewenangan penangkapan hanya 1 x 24 jam, sedangkan di Undng-Undang Nomor 35 Tahun 2009 untuk penangkapan bisa 3 x 24 jam. Apabila masih diperlukan bisa diperpanjang 3 x 24 jam lagi atas perintah atasan penyidik (Kapolresta Yogyakarta), sehingga ada waktu 6 hari.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan penangkapan karena yang bersangkutan diduga melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkoba. Biasanya petugas dalam melakukan penangkapan rata-rata tertangkap tangan, yang bersangkutan sedang menyalahgunakan dan ada barang bukti narkotikanya. Untuk kejahatan narkotika harus tertangkap tangan, tetapi jika tidak tertangkap tangan biasanya dari pengembangan kasus sebelumnya.

Jika Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta menangkap di luar kota atau di luar propinsi, wilayah setempat harus mengetahui. Pengembangan di luar kota harus seizin atau koordinasi dengan kepolisian wilayah setempat.

Prosedur penangkapan yang dilakukan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta yaitu kalau memang terdapat cukup bukti minimal ada dua dan kuat diduga melakukan tindak pidana, maka dapat dilakukan penangkapan. Seseorang ditangkap karena terdapat cukup bukti telah melakukan tindak pidana. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum

(35)

Acara Pidana, yaitu “perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup”.

Untuk melakukan penangkapan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta harus ada surat perintah penangkapan dari pimpinan. Surat perintah penangkapan diturunkan dari penyidik (Kasat Res Narkoba Polresta Yogyakarta atau Kapolresta Yogyakarta). Surat tersebut dibuat rangkap enam untuk diberikan kepada pengadilan, kejaksaan, tersangka, kepolisian, orang tua tersangka dan BNN. Selain itu, jika yang tertangkap adalah mahasiswa, maka polisi juga memberitahukan kepada pihak kampus dimana mahasiswa tersebut kuliah. Pihak kampus harus tahu karena mahasiswa yang terlibat dalam narkoba wajib dikeluarkan dari lembaga pendidikan. (Pasal 7 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2000).

Pada tahun 2012 dari bulan Januari sampai Oktober Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta telah menangkap 65 pelaku penyalahgunaan narkoba. Dari 65 pelaku 17 diantaranya adalah mahasiswa.

Contoh penangkapan terhadap mahasiswa yang pernah dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta, yaitu penangkapan terhadap mahasiswa universitas swasta terkenal di Kota Yogyakarta yang berinisial FZ umur 23 tahun. Penangkapan terjadi pada hari Jumat tanggal 23 Desember 2011 pukul 22.00 WIB di Jl. Tunjung Umbulharjo saat FZ sedang mengendarai motor. Penangkapan ini dilakukan karena sebelumnya telah ada laporan dari masyarakat bahwa FZ sering menggunakan narkoba di kos, selanjutnya

(36)

petugas melakukan penyelidikan dengan cara observasi. Setelah Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan penyelidikan, dan ternyata mengarah ke a1 (akurat) bahwa FZ menggunakan narkoba, maka dilakukan penangkapan.

2) Penggeledahan

Penggeledahan dapat dilakukan jika ada izin dari pengadilan negeri setempat. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan penggeledahan untuk mengarah ke barang bukti, untuk mencari bukti, atau untuk menemukan bukti, syaratnya otomatis karena orang diduga melakukan atau orang sedang membawa barang bukti sesuai sasaran penggeledahan. Untuk melakukan penggeledahan ada surat perintah dari Kasat Res Narkoba Polresta Yogyakarta. Yang memiliki wewenang untuk melakukan penggeledahan adalah penyelidik dan penyidik. Penyelidik karena jabatannya diberi hak atau kewenangan untuk melakukan penggeledahan, sedangkan penyidik adalah seseorang yang karena tugasnya berkewenangan untuk melakukan penyidikan, dan tindakan penggeledahan merupakan serangkaian dari kegiatan penyidikan. Penggeledahan dapat dilakukan pada badan dan rumah. Penggeledahan badan dan penggeledahan rumah berbeda. Kalau penggeledahan badan, itu kemungkinan seseorang yang karena mungkin di jalan kadang-kadang surat tugasnya berbeda, bisa dilakukan cukup dengan surat perintah penggeledahan saja. Jika orang yang akan digeledah ada di rumah, maka akan ada mekanisme tersendiri, yaitu harus ada surat tugas dan surat perintah penggeledahan. Penggeledahan rumah dilakukan harus dengan izin dari yang punya rumah,

(37)

dan untuk menguatkan harus mengetahui saksi. Saksi bisa RT, bisa RW, atau mungkin orang yang kebetulan ada di tempat tersebut.

Penggeledahan rumah yang dilakukan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta diperlihatkan orang tua dan keluarga, selain itu juga mengundang tokoh masyarakat, jangan sampai kalau petugas dikira merekayasa. Tokoh masyarakat di sini untuk sebagai saksi, jangan sampai petugas dikira membuat-buat. Sedangkan penggeledahan badan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, dan sampai yang ada di dalam tubuh.

Contoh penggeledahan terhadap mahasiswa yang pernah dilakuan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta, yaitu penggeledahan badan terhadap FZ di Jl. Tunjung Umbulharjo. Pada saat penggeledahan badan ditemukan satu paket ganja di kantong celana FZ. Selain penggeledahan badan juga dilakukan penggeledahan di kos, namun tidak ditemukan barang bukti lagi.

3) Penyitaan

Penyidik dalam melakukan penyitaan harus memberitahukan kepada kejaksaan dan pengadilan. Yang diberitahukan ke ketua kejaksaan hanya dalam hal penyitaan narkotikanya, tetapi kalau di ketua pengadilan, yang diberitahukan adalah seluruh barang yang disita oleh penyidik termasuk handphone atau barang lainnya yang ada kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba. Kalau pengadilan untuk izin penyitaan, sedangkan kejaksaan hanya untuk pemberitahuan penyitaan narkotika. Penyidik punya kewajiban untuk memberitahukan, sehingga kejaksaan punya kewajiban untuk menetapkan. Sat

(38)

Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam hal penyitaan hanya memberitahukan ke kejaksaan dan pengadilan negeri.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 menyebutkan bukan hanya kejaksaan dan pengadilan yang diberi tahu tentang penyitaan narkotika. Namun penyidik wajib memberitahukan penyitaan yang dilakukannya kepada kepala kejaksaan negeri setempat dalam waktu paling lama 3 x 24 jam sejak dilakukan penyitaan dan tembusannya disampaikan kepada ketua pengadilan negeri setempat, menteri, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. (Pasal 87 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009).

Barang sitaan disimpan sendiri oleh penyidik di brankas Sat Res Narkoba. Namun dalam KUHAP menyebutkan bahwa barang sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan negara (RUPBASAN). Penyimpanan barang sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan barang tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun. (Pasal 44 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Di dalam RUPBASAN ditempatkan benda yang harus disimpan untuk keperluan barang bukti dalam pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan hakim. (Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitan Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

(39)

Setelah pemeriksaan selesai, barang sitaan akan dikembalikan atau tidak merupakan kewenangan hakim. Di dalam Persidangan hakim yang menentukan barang sitaan akan dikemanakan, yang jelas kalau memang itu hanya ada hubungannya dengan narkotika biasanya dikembalikan ke pemiliknya, tetapi narkotika rata-rata dimusnahkan. Di Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 bahwa barang bukti narkotika itu tidak wajib semuanya langsung dibawa ke pengadilan, penyidik pun punya kewenangan untuk menyisihkan untuk dimusnahkan, namun harus seizin dari Ketua Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta. Kalau narkotika jumlahnya banyak biasanya yang dijadikan barang bukti hanya sebagaian dan sisanya dimusnahkan oleh petugas tetapi atas izin Ketua Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu penyidik berwenang memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 75 huruf k Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009). Namun, selama ini Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta belum pernah melakukan pemusnahan narkotika karena pengadilan yang menetapkan bahwa narkotika digunakan untuk kepentingan penelitian atau pengembangan kasus.

Contoh penyitaan yang pernah dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta yaitu pada kasus FZ. Satu paket ganja yang ditemukan pada saat penggeledahan disita dan disimpan oleh penyidik di brankas Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta.

(40)

4) Penahanan

Apabila unsur-unsurnya terpenuhi dalam arti alat bukti, minimal dua alat bukti, alat bukti cukup Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan penyidikan, dimana di sana petugas memiliki wewenang untuk melakukan penahanan. Walaupun di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bahwa tidak semua tindak pidana bisa dilakuan penahanan, karena memang ancaman hukumnya lebih dari lima tahun maka dilakukan penahanan.

Jika terdapat cukup bukti dan yang bersangkutan dilakukan penahanan, maka akan diterbitkan surat pemberitahuan penahanan. Maksud dan tujuan dilakukan penahanan sebagai berikut:

a) Untuk memudahkan petugas melakukan pemeriksaan. b) Supaya mereka tidak melarikan diri.

c) Dikhawatirkan mengulangi perbuatan itu lagi. d) Dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti.

Hal tersebut sesuai dengan KUHAP bahwa perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. (Pasal 21 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Di dalam surat pemberitahuan penahanan terlampir surat penangkapan dan surat penahanan. Secara berkala jika tersangka ditahan maka Sat Res

(41)

Narkoba Polresta Yogyakarta akan mengirimkan surat yang dinamakan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) kepada keluarga tersangka.

Pada saat penahanan pertama surat diberikan kepada yang bersangkutan, kemudian saat itu juga penyidik harus memberikan surat pemberitahuan penahanan kepada keluarganya dalam waktu 1 x 24 jam. Selanjutnya secara berkala keluarga tersangka mendapatkan SP2HP.

Surat perintah penahanan diturunkan dari penyidik (Kasat atau Kapolresta) kemudian diberikan ke tersangka. Selanjutnya tembusan surat tersebut disampaikan pada keluarga, kejaksaan, dan pengadilan.

Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik hanya berlaku paling lama dua puluh hari. Jika dalam jangka waktu tersebut pemeriksaan belum selesai, dapat diperpanjang oleh penuntut umum yang berwenang untuk paling lama empat puluh hari. Setelah waktu enam puluh hari tersebut, penyidik harus sudah mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum. (Pasal 24 ayat (1, 2 & 4) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Contoh penahanan terhadap mahasiswa yang pernah dilakukan oleh Sat Res Narkoba, Polresta Yogyakarta yaitu penahanan terhadap tersangka FZ selama 55 hari masa tahanan. Pertama FZ ditahan selama 20 hari, karena pemeriksaan belum selesai maka masa penahanan diperpanjang oleh kejaksaan selama 40 hari. FZ ditahan selama 55 hari karena sebelum masa perpanjangan penahanannya habis kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.

(42)

5) Pemeriksaan

Aiptu Kardiana mengatakan bahwa pemeriksaan tidak bisa diintervensi, hanya saja dasar-dasar pemeriksaan sudah ada, juknis (petunjuk teknis) dan juklak (petunjuk pelaksanaan) sudah ada. Pemeriksaan tersangka yang satu dengan tersangka yang lain, atau dengan saksi pelaksanaanya berbeda. Walaupun mereka mungkin materinya sama, artinya sama-sama menyalahgunakan narkotika, misalnya sama-sama jenis ganja. Namun jalan ceritanya lain, maka dari itu petugas memeriksa secara mendalam.

Tujuan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta, yaitu untuk membuat terangnya suatu tindak pidana. Bagaimana seseorang melakukan tindak pidana itu, bisa dituangkan dalam suatu berita acara. Caranya bagaimana, nanti akan disimpulkan di berita acara, nanti akan terpenuhi unsur-unsurnya, apakah termasuk penyalahguna, apakah termasuk hanya membantu saja, apakah termasuk pengedar, atau hanya mencoba-coba.

Pertanyaan yang diajukan oleh Penyidik Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam pemeriksaan meliputi:

1) Tersangka ditanya dulu sehat jasmani dan rohani tidak? 2) Tersangka diberi tahu hak-haknya sebagai tersangka.

3) Siadidemenbabi yaitu barang dari siapa?, barang dari mana?, dengan harga berapa?, dengan siapa?, apa jenisnya?, cara membelinya bagaimana?, dan berkembang. (Bripka Agung J., wawancara pada Senin, 12 November 2012).

(43)

Contoh pemeriksaan terhadap mahasiswa yang pernah dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta yaitu pada kasus FZ. Dari pemeriksaan tersebut ditemukan bahwa FZ hanya sebagai pengguna, barang yang disalahgunakan adalah ganja, ganja tersebut dibeli dengan harga lima puluh ribu rupiah, barang tersebut dibeli dari saudara Riki, dan tempat pembeliannya di sebeleh gedung JEC.

6) Pemberkasan

Kalau dari hasil pemeriksaan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta sudah cukup, keterangan saksi sudah cukup, barang bukti sudah cukup, akan disimpulkan. Kemudian dari kesimpulan tersebut dibuat resume, setelah itu dibuat berkas perkara.

Dalam aturan KUHAP penyerahan berkas perkara itu 7 hari jaksa harus sudah memberi jawaban, tetapi pernah juga sampai 35 hari. Jaksa punya waktu 7 hari untuk mempelajari, dengan waktu itu setelah waktu itu 14 hari harus sudah memberikan jawaban ke penyidik. Di KUHAP diatur apabila 14 hari tidak ada petunjuk dari jaksa berkas tersebut dianggap lengkap (P21). Tetapi sebelum 14 hari jaksa sudah membuat atau menganggap bahwa itu lengkap, penyidik punya kewajiban 7 hari harus sudah menyerahkan tahap ke dua, yaitu menyerahkan tersangka dan barang bukti. Jika belum dianggap cukup ada P18, P19, petunjuknya apa kekurangannya. Penyidik memiliki waktu untuk mengirim ke kejaksaan lagi selama 7 hari. Tetapi jika penyidik mengalami kesulitan untuk melengkapi, tetapi mungkin penyidik menganggap sudah maksimal penyidik mengembalikan lagi ke kejaksaan, kadang-kadang

(44)

bolak-balik. Kalau memang dari jaksa menganggap bahwa itu unsur-unsur pidananya tidak masuk maka memberi jawaban, memberikan petunjuk unsurnya tidak masuk, atau mungkin jika memang unsur pidananya tidak ada, atau petunjuk SP3 (penghentian penyidikan).

Kalau penyidik Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta awal sudah melangkah ke penyidikan, penyidik sudah punya alat bukti cukup dan penyidik sudah punya keyakinan bahwa alat bukti yang didapatkan sudah cukup untuk menjalani ke proses penyidikan, makanya kebanyakan tertangkap tangan. Pertama memang harus tertangkap tangan, kalau tidak tertangkap tangan akan susah. Kalau sudah ada yang tertangkap baru dilanjutkan ke pengembangan.

Contoh pemberkasan yang pernah dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta yaitu pada kasus FZ. FZ dikenai Pasal 111 ayat 1 jo. Pasal 127 ayat 1, karena tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, atau menguasai narkotika golongan I dalam bentuk tanaman. 40 hari dari hari penangkapan dilakukan pengiriman tahap I yaitu pengiriman berkas perkara ke kejaksaan dan langsung P21, selanjutnya 15 hari kemudian dilakukan pengiriman tahap II yaitu tersangka dan barang bukti.

Untuk memberantas penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa, Sat Res Narkoba juga melakukan razia atau sidak. Sidak kadang-kadang dilanjutkan dengan tes urine. Tes urine biasanya dilakukan pada saat kegiatan sidak, karena jika kegiatan sudah direncanakan, maka orang akan mempersiapkan diri. Namun, kegiatan tersebut belum pernah dilakukan di

(45)

kampus-kampus karena Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta kesulitan dalam koordinasi dengan pihak kampus. Selain itu Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta khawatir jika di kampus-kampus dilakukan razia maka akan menimbulkan kesan negatif terhadap kampus tersebut. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta sudah pernah mencoba koordinasi dengan pihak kampus, tetapi tidak mendapat respon.

Untuk memberantas penyalahgunaan narkoba Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta juga melakukan kerjasama dengan BNNK (Badan Narkotika Nasional Kota), BNNP (Badan Narkotika Nasional Propinsi). Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta di BNNP sebagai satgas represif. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta juga sebagai satgas kuratif di Dinas Kesehatan termasuk rehabilitasi. Kemudian sebagai satgas preventif di BNNK dan Dinas Pendidikan. Tetapi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta di Polresta Yogyakarta itu sendiri hanya represif saja.

Selain itu, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta juga berkerjasama dengan Laboratorium Kedokteran dan Kesehatan (Lab Dokkes) Polda DIY, Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda DIY, BNNP dan BNNK. Kerjasama yang dilakukan dengan Lab Dokkes Polda DIY untuk memeriksa barang bukti. Sedangkan kerjasama yang dilakukan dengan Dokkes biasanya untuk tes urine. Selanjutnya kerjasama dengan BNNP dan BNNK yaitu untuk pengungkapan kasus. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bahwa penyidik berwenang meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas penyidikan

(46)

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Selanjutnya berwenang melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA), dan/atau tes bagian tubuh lainnya. Selain itu berwenang melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 75 huruf l, q dan r Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009).

Untuk memberantas penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa, polisi juga berusaha mengungkap jaringan pelaku penyalahgunaan narkoba. Maksud dari jaringan, yaitu kumpulan pelaku penyalahgunaan narkoba yang terorganisir. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam mengungkap kasus tergantung pada modusnya karena penyalahgunaan narkoba modusnya selalu berubah-ubah. Ada yang transfer, ada yang kurir, ada yang modusnya mengambil alamat, misalnya pembeli mentransfer uang dan penjual akan memberikan alamat kepada pembeli dimana barang tersebut bisa diambil. Modus alamat tersebut susah karena orangnya juga tidak ada, penjual dan pembeli tidak bertemu. Misalnya pembeli ketahuan oleh petugas, pembeli hanya mengatakan bahwa barang tersebut didapatkan di jalan, tidak tahu barang tersebut dari mana. Antara pembeli dengan penjual tidak bertemu akan menyusahkan petugas dalam mengungkap jaringan narkoba karena terputus. Jadi hanya dapat menangkap penggunanya saja, penjualnya tidak dapat ditangkap.

Untuk membongkar sindikat-sindikat narkoba, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta menggali informasi yang sangat banyak dari tersangka

(47)

ataupun dari masyarakat dengan tujuan untuk membongkar sindikat yang lebih besar, maka petugas akan menanggapi informasi-informasi sekecil apapun karena sangat berharga bagi petugas. Jika sudah mendapatkan informasi petugas akan mempelajari terlebih dahulu, kalau sudah mengarah ke a1 (akurat), apakah akan dikembangkan atau tidak ke yang lebih besar setelah mereka tertangkap. Hal tersebut akan dikoordinasikan dahulu apakah setelah mereka tertangkap ada sindikat yang lebih besar.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam membongkar sindikat jaringan narkoba caranya berbeda-beda, yaitu dapat melalui observasi, penyamaran, pembuntutan, pengamatan, dan cara tersebut dapat dilakukan sampai berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Penyamaran dilakukan karena harus masuk ke dunianya, tetapi dengan mengganti nama dan tidak ikut memakai. Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga tercantum bahwa penyidik dapat melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah pengawasan atas perintah tertulis dari pimpinan. (Pasal 79 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009).

Pada tahun 2012 Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta telah mengungkap 54 kasus penyalahgunaan narkoba yang melibatkan 65 pelaku. Dari 65 pelaku tersebut 17 diantaranya adalah mahasiswa.

(48)

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Polisi dalam Upaya Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba Oleh Mahasiswa di Kota Yogyakarta

Sat Binmas dan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba menghadapi kendala atau hambatan, karena kejahatanan penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan internasional yang mungkin sampai ke luar negeri dan didukung dengan teknologi canggih dapat lewat pesawat terbang, bisa lewat kapal, bisa lewat mobil, bisa lewat internet, bisa lewat handphone, bisa lewat bank transfer.

Kendala-kendala yang dihadapi polisi dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa di Kota Yogyakrta, yaitu:

1. Kendala-Kendala Pada Upaya Preventif

a. Waktu pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang kadang-kadang kurang tepat.

Sat Binmas Polresta Yogyakarta mengalami kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi, karena tidak setiap mahasiswa memiliki waktu luang yang sama, sehingga pada waktu dilaksanakan penyuluhan dan sosialisasi terkadang ada mahasiswa yang tidak bisa datang karena sibuk dengan kegiatannya sendiri. Akhirnya tidak semua mahasiswa yang mendengar apa yang telah disampaikan oleh Sat Binmas Polresta Yogyakarta. Sat Binmas Polresta Yogyakarta mengharapkan semua mendengar tetapi hanya beberapa saja yang hadir karena kendala pekerjaan, waktu, dan lain-lain.

(49)

b. Sebagian mahasiswa ada yang kurang merespon dengan baik terhadap kegiatan pembinaan, penyuluhan dan sosialisasi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang diselenggarakan oleh polisi.

Respon dari mahasiswa ada yang baik dan ada yang kurang baik terhadap upaya Sat Binmas Polresta Yogyakarta dalam mencegah penyalahgunaan narkoba. Kadang-kadang ada mahasiswa tidak mau datang ke acara pembinaan, penyuluhan dan sosialisasi yang diadakan oleh Sat Binmas Polresta Yogyakarta, sehingga untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba sekarang belum bisa mengarahkan mahasiswa agar mengerti dan memahami Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan belum bisa mengarahkan atau meyakinkan mahasiswa bahwa narkoba itu haram dan jijik seperti memakan babi. (Komisaris Polisi Fathurrahman, wawancara pada Jumat, 2 November 2012).

c. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta belum memiliki inventaris mobil ataupun sepeda motor untuk melakukan patroli.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta membutuhkan kendaraan dalam melakukan kegiatan patroli. Hal tersebut penting karena jika pada saat mahasiswa akan menyalahgunakan narkoba ada mobil atau sepeda motor polisi pasti akan takut dan tidak jadi menyalahgunakan narkoba.

d. Sat Res Narkota Poresta Yogyakarta belum bisa melakukan sidak dan tes urine di kampus-kampus.

Sidak dan tes urine di kampus-kampus belum pernah dilakukan karena agak rumit. Di kampus tidak dilakukan karena Sat Res Narkoba Polresta

(50)

Yogyakarta kesulitan dalam koordinasi dengan pihak kampus. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta sudah pernah mencoba koordinasi dengan pihak kampus, tetapi tidak mendapat respon dari pihak kampus.

2. Kendala-Kendala Pada Upaya Represif

a. Kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Ketika ada orang yang mengetahui adanya penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa diwajibkan untuk melapor. Namun orang tersebut tidak mau melapor dengan alasan takut pada pihak yang dilaporkan. Masyarakat berpikir jika bersaksi nanti diancaman oleh pihak mahasiswa yang dilaporkan. Padahal itu sudah ada mekanismenya, sudah ada jaminan dari undang-undang bahwa pelapor akan dirahasiakan identitasnya, dan saksi pun tidak harus datang ke instansi yang terkait. Seandainya ada pemeriksaan, saksi tidak diketemukan dengan tersangkanya. Agenda pemeriksaan saksi tidak disamakan dengan agenda pemeriksaan tersangka. Padahal masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 105 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009). Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. (Pasal 107 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009).

(51)

b. Sering terjadi ada anggota polisi yang memberikan informasi akan ada razia kepada masyarakat.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta ketika melakukan razia sering mendapati tempat yang dirazia sudah tidak ada orang. Hal tersebut terjadi karena polisi terlalu dekat dengan masyarakat. Selain itu kadang ada anggota polisi yang menyalahgunakan narkoba. Karena kejahatan narkoba tidak ada jaminan untuk orang terbebas dari narkoba, kadang-kadang dari Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta ada anggota yang terjaring/tertangkap di wilayah lain. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta tidak tahu karena penyalahgunaan narkoba itu biasanya sangat rapi, yang tahu justru orang lain. Oleh karena itu tidak jarang kalau petugas Polresta Yogyakarta menangkap di Sleman, yang Polres Sleman menangkap di Kota Yogyakarta, petugas Polresta Yogyakarta menangkap di Bantul, yang Polres Bantul menangkap di Kota Yogyakarta.

c. Sat Res Narkota Poresta Yogyakarta belum bisa melakukan razia dan tes urine di kampus-kampus.

Razia dan tes urine di kampus-kampus belum pernah dilakukan karena agak rumit. Di kampus tidak dilakukan karena Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta kesulitan dalam koordinasi dengan pihak kampus. Selain itu Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta khawatir jika di kampus-kampus dilakukan razia maka akan menimbulkan kesan negatif terhadap kampus tersebut. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta sudah pernah mencoba

(52)

koordinasi dengan pihak kampus, tetapi tidak mendapat respon dari pihak kampus.

d. Kurangnya sarana dan prasarana, seperti alat penyadap dan inventaris mobil.

Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam memberantas penyalahgunaan narkoba menghadapi kendala atau hambatan, karena kejahatanan penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan internasional yang mungkin sampai ke luar negeri dan didukung dengan teknologi canggih dapat lewat pesawat terbang, bisa lewat kapal, bisa lewat mobil, bisa lewat internet, bisa lewat handphone, bisa lewat bank transfer. Namun Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta masih kekurangan sarana dan prasarana seperti belum punya alat penyadap dan belum punya inventaris mobil untuk membawa mahasiswa yang tertangkap pada waktu razia atau tindakan penangkapan ke Polresta Yogyakarta.

Sebenarnya penyadapan bisa melalui handphone, namun hal tersebut susah dilakukan karena harus bekerjasama dengan pihak layanan komunikasi. Padahal penyidik berwenang melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup. (Pasal 75 huruf I Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009).

Adapun sarana dan prasaran yang tersedia di Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta meliputi:

(53)

Alat peraga tersebut berisikan sampel-sampel narkoba. Alat peraga tersebut digunakan pada waktu pembinaan dan penyuluhan.

2) Kamera ada empat

Kamera tersebut digunakan pada waktu acara pembinaan dan penyuluhan, razia dan penangkapan.

3) Sarung tangan

Sarung tangan digunakan untuk mengambil barang bukti seperti narkoba, apalagi jika ada yang memakai suntikan dan yang menggunakan menyidap HIV.

4) Kantong plastik

Kantong plastik digunakan untuk menyimpan barang bukti. 5) Borgol

Borgol digunakan untuk memborgol orang-orang yang tertangkap. 6) Senter ada lima

Senter digunakan pada waktu patrol dan razia pada malam hari. 7) Tes Kit ada sekitar tiga puluh lebih.

Tes Kit digunakan untuk mengetahui adanya kandungan narkoba di dalam pil, kapsul atau yang lainnya.

8) Komputer ada sembilan

Komputer digunakan untuk menyusun berkas perkara, menyusun rencaka kerja, menyusun laporan kegiatan, dan lain-lain.

9) Printer ada sembilan 10) Brankas ada dua

Gambar

Gambar 3. Skema Struktur Organisasi Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta  Sumber   : Dokumen dari Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta pada Kamis, 25

Referensi

Dokumen terkait

yang maha mengetahui lagi maha penyayang, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam

Diceritakan mereka yang sudah berhasil menjadi pemimpin daerah Panji, yang bernama Ki Pungakan Gendis, beristana di Desa Gendis, semua orang yang masuk ke daerah

Kita hitung dulu kecepatan benda atas ketika benda bawah hampir naik (telah dihitung pada soal a bahwa saat ini pegas teregang x = mg/k). Disini terjadi perubahan energi pegas pada

Kawasan tapak berada pada wilayah yang memiliki area terbuka yang cukup luas dengan orientasi pergerakan matahari dari timur ke barat sehingga.. Arah angin

Pendekatan konseptual digunakan peneliti untuk dapat menemukan serta memberi jawaban atas permasalahan-permasalahan hukum, terutama yang terkait dengan akibat hukum

Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa bentuk atau model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang wajib dilakukan oleh perusahaan diserahkan pada

dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan kecerdasan emosional siswa terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas melalui

Lima dari 17 aksesi terpilih (B3570, Mlg2521, Engopa 305, UFV-10, dan Taichung) bereaksi tahan menurut ha- sil analisis Dot-ELISA, tidak memperlihatkan ge- jala serangan virus