• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan

BAB III : GAMBARAN UMUM SUMBERDAYA ALAM DESA SOSOR

4.11 Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan

Dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir khususnya Obyek Wisata Sosor Dolok terdapat beberapa kendala atau hambatan yang di hadapi Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir dalam proses pengembangan, kendala atau hambatan tersebut antara lain :

1. Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Kawasan Obyek Wisata Sosor Dolok dalam pengadaan sarana prasarana belum tersedia dengan baik. Hal ini akan berpengaruh akan minat wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata tersebut.

2. Keterbatasan Dana Dalam Pengembangan

Dengan terbatasnya dana dari pemerintah dalam pengembangannya, maka pembinaan masyarakat sekitar lokasi Obyek Wisata Sosor Dolok dan pengembangan obyek belum seperti yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan pembangunan fasilitas di lokasi obyek, pembinaan SDM, promosi serta pemasaran kurang optimal. Oleh sebab itulah kawasan Sosor Dolok kurang begitu dikenal masyarakat luas. Disamping itu terbatasnya pihak swasta dalam memberikan investasi kepada pihak pengelola.

3. Terbatasnya Aksesibilitas

Sarana Transportasi untuk menuju ke kawasan Obyek Wisata di Harian belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dengan minimnya sarana transportasi yang menuju ke lokasi.

4. Terbatasnya SDM Dalam Bidang Pariwisata

Masyarakat di sekitar Sosor Dolok memang terbatas di bidang kepariwisataannya, sehingga akan mengakibatkan kurangnya kesadaran akan lingkungan sekitar. Dengan begitu lingkungan alami dari sekitaran Sosor Dolok sedikit-sedikit luntur akan karakter aslinya. Jika terjadi terus menerus maka pesona wisata ala mini akan hilang dan wisatawan tidak akan lagi mengunjungi obyek wisata tersebut.

5. Rendahnya Kesadaran Wisatawan Akan Lingkungan

Wisatawan yang mengunjungi kawasan Harian berasal dari berbagai kalangan dan dari berbagai daerah serta memiliki tingkah laku yang berbeda-beda. Sebagian wisatawan memang sudah memiliki kesadaran dengan baik akan lingkungan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian wisatawan lainnya kurang akan kesadaran terhadap lingkungan. Hal ini mengakibatkan lunturnya karakter asli dari lingkungan tersebut.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sosor Dolok adalah desa di Kabupaten Samosir yang sangat berpotensi jadi salah satu kawasan tujuan wisata.Sosor Dolok adalah destinasi wisata yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata ,karena potensi sumberdaya alam, sumberdaya budaya, sumberdaya manusianya yang sangat mendukung sebagai sebuah kawasan yang masih terpelihara tingkat originalitasnya, maka sangat tepat jika desa Sosor Dolok harus dibangun dan dikembangkan melalui konsep ekowisata,karena diyakini akan sangat berpeluang menambah pendapatan masyarakat, dan mendukung konsep pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang diberikan antara lain:

1. Mengembangkan potensi yang ada dengan ide-ide yang baru tanpa melupakan tradisi masyarakat dan pariwisata yang bertanggung jawab.

2. Melibatkan generasi muda sebagai sumber ide dalam pengembangan pariwisata Samosir yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

3. Meningkatkan fasilitas dan sarana umum seperti akomodasi penginapan di setiap objek wisata dengan konsep yang disesuaikan dengan kondisi alam ,sosial dan budaya di daerah setempat.

4. Memperbaiki akses jalan menuju objek wisata agar memudahkan wisatawan yang akan berkunjung ke desa Sosor Dolok.

5. Mengembangkan aktifitas agar wisatawan tidak jenuh berlama-lama di objek wisata tersebut, seperti : menanam padi,menumbuk padi,memetik kopi,menggiling kopi sampai siap untuk di minum.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan pengelolaan yang tepat.

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan yang menaruh perhatian terhadap kelestarian lingkungan sumberdaya pariwisata. Masyarakat ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas the conserves the environment and improves the well-being of local people) (The International Ecotourism Society, 2000). Dari defenisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni:

1. Ekowisata sebagai produk

Ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. 2. Ekowisata sebagai pasar

Ekowisata diarahkan sebagai perjalanan yang mengupayakan kelestarian lingkungan .

3. Ekowisata sebagai pendekatan pembangunan

Menurut wikipedia (2009), ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan aspek konservasi

alam, aspek pemberdayaan social budaya, ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Simposium Ekowisata di Bogor pada 16-17 Januari 1996, mengeluarkan

rumusan mengenai ekowisata sebagai “Penyelenggaraan kegiatan wisata yang

bertanggung jawab di tempat-tempat alami atau daerah yang dibangun dengan kaidah alam, yang mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Deklarasi quebec secara spesifik menyebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan yang membedakannya dengan wisata lain. Didalam praktik hal itu terlihat dalam kegiatan wisata yang :

a. Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya

b. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka

c. Dilakukan dalam bentuk wisata yang independent atau organisasi dalam bentuk kelompok kecil (UNEP, 2000). Dalam ini konsepsi ekowisata mengacu kepada Deklarasi Quebec dimana pola pengembangan potensi ekowisata yang ada diharapkan mengacu kepada bentuk kegiatan ekowisata yang disarankan.

2.2 Karakteristik Pasar Ekowisata

Di tingkat global pertumbuhan pasar ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari pasar wisata secara keseluruhan. Berdasarkan analisis The International Ecotourism Society (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar antara 10-30 persen pertahun sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4 persen. Tahun 1998 WTO memperkirakan pertumbuhan ekowisata sekitar 20 persen. Di Indonesia diperkirakan sekitar 25 persen wisatawan mancanegara pada tahun 1996 merupakan ekowisatawan (ecotourist). Statistik ini menunjukkan bahwa perilaku pasar pariwisata sedang berlangsung saat ini dan ekowisata akan menjadi pasar wisata yang sangat prospektif di masa depan (The International Ecotourism Society,2000).

Selain sisi permintaan dari sudut penawaran juga terlihat fenomena menarik dalam pasar ekowisata. Sekitar empat tahun yang lalu telah tercatat tidak kurang dari 600 penyelenggaraan perjalanan ekowisata, yang ini sangat penting dalam kaitan dengan karakteristik ekowisata 85 persen di antaranya berskala kecil, namun bisnis ekowisata ini mampu memutar omset sebesar US$ 250 juta (The International Ecotourism Society, 2000), yakni :

1. Aspek pendidikan dan informasi wisatawan biasanya mempelajari lebih dahulu latar belakang social dan budaya masyarakat di daerah tujuan sebelum mereka memilih daerah tujuan. Wisatawan Amerika dan Inggris mengaku menikmati pengalaman yang lebih baik dalam perjalanan ketika mereka sebelumnya mempelajari kebiasaan-kebiasaan, budaya, lingkungan, dan geografi masyarakat di negara tujuan .

2. Aspek sosial budaya daerah tujuan wisata. Wisatawan menaruh perhatian besar pada budaya masyarakat di daerah tujuan wisata.

3. Aspek lingkungan seperti disebutkan di atas, aspek lingkungan yang alamiah pada produk wisata menjadi incaran sebagian besar wisatawan global mulai dari Amerika Utara sampai Eropa.

4. Aspek estetika, keindahan dan otensitas daya tarik wisata merupakan kebutuhan yang elementer dalam berwisata. Konservasi DTW menjadi penting dalam ekowisata .

5. Aspek etika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya dan daya tarik menjadi kriteria pilihan berwisata namun wisatawan sangat peduli pada etika kebijakan dan pengelolaan lingkungan.

2.3 Potensi Ekowisata

Potensi ekowisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan (Damanik dan Weber, 2006). Setelah berlakunya undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, istilah objek wisata diganti menjadi daya tarik wisata pengertian segala sesuatu keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Dari pemahaman mengenai potensi ekowisata tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi ekowisata terkait dengan penawaran wisata. Elemen penawaran wisata terdiri atas (Damanik dan Weber ,2006):

1. Atraksi

Atraksi dibedakan menjadi atraksi yang tangible dan intangible yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan baik yang berupa kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia.

2. Aksesbilitas

Cakupan aksesbilitas yang keseluruhan saran dan prasarana transportasi yang melayani wisatawan dari, ke, dan selama didaerah tujuan tujuan wisata.

3. Amenitas

Fungsi amenitas lebih kepada pemenuhan kebutuhan wisatawan sehingga seringkali tidak berhubungan lansung terkait dengan bidang pariwisata.

2.4 Pengelolaan Ekowisata

Suhandi (2001) menjabarkan bahwa pengelolaan ekowisata merupakan penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat lami atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan keindahan alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam penelitian ini metode dasar /pengelolaan ekowisata yang dikembangkan berdasarkan perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

A. Rencana pengelolaan ekowisata harus mencakup (Duman, dan Mooe, 2002) :

2. Perwilayahan 3. Strategi 4. Program

5. Aktivitas guna pencapaian tujuan

Pengelolaan umum mengatur penanganan kawasan lingkup yang lebih luas (diluar daerah konversi) yang menjadi penunjang keberadaan daerah konservasi yang kelak akan dibuat. Pada kawasan tersebut terdapat pemukiman warga dan kegiatan sosial masyarakat sehingga pengolahan ekowisata secara umum dapat memberikan manfaat.

B. Rencana Daerah Konservasi 1. Tema pengelolaan

2. Alternatif strategi

Penanganan daerah konservasi lebih terfokus pada pengelolaan kawasan untuk tetap menjaga kelestarian, kelestarian dan ke khasan kawasan. Daerah ini akan menjadi pusat perhatian dari pengembangan kegiatan ekowisata yang akan dilakukan.

Untuk mewujudkan cakupan dasar pengelolaan ekowisata pada sebuah kawasan, langkah penyusunan,perencanaan dan pengelolaan ekowisata yaitu (Drumm, dan Mooe, 2002):

C. Perencanaan wilayah konservasi dan evaluasi awal wilayah Perencanaan Wilayah Konservasi

1. Tahap Pertama

a. Mengidentifikasi sistem ekologi dan keragaman komunitas b. Mengidentifikasi integritas ekologi

c. Menguji status keanekaragaman hayati d. Menyusun tujuan konservasi wilayah 2. Tahap Kedua

a. Mengidentifikasi ancaman yang mengganggu tujuan konservasi b. Penyusunan strategi pengelolaan

c. Mencari solusi ancaman d. Evaluasi dan strategi 3. Evaluasi Awal Wilayah 4. Evaluasi strategi pengelolaan 5. Evaluasi pengembangan ekowisata D. Pemeriksaan wilayah secara menyeluruh

1. Identifikasi ancaman strategis 2. Penentuan lokasi ekowisata 3. Atraksi yang dapat dinikmati

4. Penanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan 5. Monitoring yang baik

E. Analisis data dan menyiapkan rencana Analisis Data

1. Pengumpulan data

2. Analisis untuk penyusunan konsep 3. Rencanaan pengolahan

4. Penjabaran tujuan dan strategi 5. Tujuan khusus

6. Aktivitas

7. Pembagian wilayah 8. Perlengkapan fasilitas

F. Implementasi rencana pengelolaan ekowisata 1.Implementasi Personil Pengelola

a. Kepemimpinan lembaga pengelola b. Staff yang mengelola

c. Pelatihan dalam mengelola kawasan tujuan d. Keterlibatan pihak lain

2. Implementasi Program Pengelolaan a. Monitoring program

b. Evaluasi

c. Rencana kerja bulanan dan tahunan

d. Pelaporan dari suatu perkembangan system G. Mengukur kesuksesan

1. Evaluasi hambatan konservasi

2. Evaluasi income generating untuk kegiatan konservasi 3. Evaluasi keuntungan masyarakat

2.5 Strategi Pengembangan Potensi Ekowisata

Pengelolaan potensi ekowisata merupakan upaya untuk memanfaatkan hingga mendayagunakan potensi – potensi wisata khususnya potensi ekowisata untuk kepentingan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep

pengelolaan ekowisata secara umum serupa dengan konsep pengelolaan kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam. Sejumlah kawasan yang memiliki daya tarik wisata alam yang umumnya merupakan daerah yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan pelestarian sumberdaya dan lingkungan. Untuk itu dalam pemanfaatan nantinya perlu menerapkan prinsip pelestarian lingkungan. Seringkali dalam upaya untuk memanfaatkan dan mengelola potensi ekowisata yang ada pihak pengelola dihadapkan pada masalah klasik seperti lemahnya dalam pemantauan kwalitas lingkungan, kondisi sarana dan prasarana dan kurangnya kemampuan SDM dalam menjaga sumberdaya lingkungan yang ada (Mardiastuti, 2000). Penggunaan istilah strategi pada penelitian ini mengacu kepada istilah Strategi Generik dikemukakan oleh Porter (1980) yang mengidentifikasikan bahwa strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam prakteknya, setelah perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penentuan strategi yang lebih operasional. Pada tahap akhir yang lebih detil, penjabaran yang lebih detail dari strategi utama adalah strategi fungsional yang lebih menekankan pada bidang – bidang fungsional. Berdasarkan penggambaran definisi strategi, ekowisata dan pengelolaan ekowisata pada sub bab sebelumnya, ditetapkan pengertian strategi pengelolaan potensi ekowisata yaitu : rangkaian upaya – upaya strategis yang harus dilakukan untuk mengelola potensi ekowisata sehingga dapat memberikan manfaat bagi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

2.6 Studi Terdahulu

1. Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata

Penelitian ini membahas pengembangan jasa layanan ekowisata yang dengan optimalisasi kesatuan usaha wisata, usaha benih dan usaha lain. Peneliti membandingkan potensi pengelolaan kawasan pengembangan hutan dan pengembangan ekowisata. Metode digunakan dengan metode survey melalui kegiatan wawancara dan FGD dengan berbagai pihak yang terkait dengan tema kajian. Data yang digunakan meliputi data primer yang dikaji melalui wawancara, diskusi (FGD), observasi, sedangkan data sekunder dilakukan melalui review terhadap buku bahan bacaan, laporan, dan peraturan perundangan. Kegiatan dalam penelitian ini antara lain:

a. melakukan identifikasi factor b. melakukan analisis faktor eksternal c. melakukan analisis faktor internal d. melakukan analisis SWOT/TOWS

e. melakukan analisis Portofolio dan selanjutnya f. mengkaji prioritas melalui analisis QSPM.

Berdasarkan hasil SWOT dan analisa prioritas melalui analisis QSPM dihasilkan beberapa alternatif strategi. Secara umum rencana tahapan kegiatan yang akan dilakukan peneliti di Desa Sosor Dolok belum terdapat pemanfaatan potensi ekowisata yang ada sehingga peneliti melakukan penelitian.

2. Studi Pola Pengembangan Ekowisata

Pengembangan ekowisata dilakukan karena sangat minimnya minat wisatawan untuk menikmati paket atau atraksi wisata yang disajikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekowisata, kendala yang dihadapi, serta menemukan pola yang tepat dalam mengembangkan ekowisata desa tersebut. Metode analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif menggunakan metode analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat) dan analisis komparatif (analisis perbandingan).

Studi yang akan dilakukan di Sosor Dolok lebih bersifat komprehensif di mana peneliti akan mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada untuk dibuatkan strategi pengelolaan potensi yang ada. Pada tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi operasional untuk pengembangan ekowisata yang akan ditawarkan.

3. Pengelolaan Ekowisata

a. Ekowisata Daerah Aliran Sungai (DAS)

Untuk mewujudkan sebagai model pengelolaan ekowisata idaman sebagaimana dalam visi pembangunan pariwisata Samosir daerah idaman yang paling indah dan tempat tinggal masyarakat yang beriman, mandiri, kreatif, dinamis, sejahtera dan penuh kasih persahabatan serta dilandasi berbagai nilai agama dan budaya tradisional, bernuansa berkelanjutan, maka perlu dukungan berbagai faktor ketersediaan potensi daya tarik objek wisata, sarana prasarana, peran lembaga terkait, dunia usaha, dan masyarakat. Pendukung Objek Wisata DAS Harian adalah sebagai Model Pengelolaan Ekowisata. Dukungan terhadap pengelolaan potensi daya tarik objek wisata DAS Harian adalah ketersediaan prasarana jalan (jalan utama, jalan desa, dan

jalan setapak) sarana transportasi, informasi dan komunikasi serta akomodasi seperti penginapan, rumah makan, warung suvenir, sanggar budaya dan sebagainya. Dukungan lainnya berkaitan dengan sikap dan perilaku masyarakat.

Untuk mengembangkan DAS Harian sebagai model pengelolaan ekowisata, maka selain didukung hasil analisis potensi daya tarik wisata, kondisi lingkungan, ketersediaan prasarana jalan, fasilitas dan akomodasi, perlu pula didukung partisipasi aparat terkait, dunia usaha dan masyarakat, serta dukungan berbagai unsur lain. Unsur-unsur lain yang dimaksudkan adalah faktor kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan peraturan daerah (PERDA), Undang-Undang, program pembangunan daerah (PROPEDA), rencana strategis pembangunan daerah (RENSTRA), rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMD), norma dan nilai, serta sistem pengelolaan potensi daya tarik ekowisata. Pada penelitian di DAS Harian ini dibahas bentuk kebijakan yang akan diambil, hanya saja belum tergambarkan dengan jelas mengenai variabel penawaran kegiatan ekowisata yang akan ada. Di dalam studi pengelolaan potensi ekowisata di Sosor Dolok, peneliti akan menjabarkan secara detail potensi dan kendala yang ada di lokasi, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan dan perumusan strategi pengelolaan pada bagian akhir menggunakan SWOT dan QSPM.

b. Pengembangan Ekowisata pada Kawasan Hutan

Pengelolaan kawasan hutan yang mulai ditangani daerah dan keinginan masyarakat lokal untuk dapat membangun sebuah kawasan yang berasaskan lingkungan hidup, sehingga timbul lah keinginan masyarakat daerah tersebut untuk dapat mengelola langsung kawasan hutan ini dengan tetap memperhatikan kelestarian

alam, disamping mereka juga mendapatkan insentif secara ekonomis untuk kelangsungan anak cucunya. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Economic Valuation yang berdasarkan Willingness to Pay bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah tersebut atau dengan melakukan perhitungan Opportunity Cost yang mungkin terjadi jika daerah tersebut dikonversi menjadi sumber penghasilan lain bagi masyarakat sekitarnya. Ide dari Total Economic Valuation yang telah lama di perkenalkan oleh para ahli adalah untuk menilai sumber daya yang ada pada daerah tropis dan polusi yang terjadi pada daerah tersebut. Skenario pembangunan kawasan tersebut diambil dengan melihat berbagai potensi yang mungkin untuk mengubah kawasan tersebut dimasa depan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang ada di dalamnya.

Penggunaan metodologi lebih terfokus pada perumusan harga jasa produksi. Dalam melakukan penelitian di Sosor Dolok peneliti tidak akan membahas secara detail harga jasa ekowisata yang akan dikenakan tetapi lebih cenderung kepada penetapan strategi pengelolaan potensi ekowisata.

2.7 Mekanisme Penentuan Strategi

Salah satu mekanisme penentuan strategi yang digunakan mengacu kepada penentuan strategi utama berdasarkan konsep David (2000) yang membagi tahapan penentuan strategi menjadi tiga bagian. Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2001). Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan atas

justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada.

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2001).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Pembangunan Nasional dijelaskan bahwa kepariwisataan bertujuan untuk menggalakkan perekonomian Nasional dan Daerah. Dalam hal ini sektor pariwisata diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat yang di dapat dari penjualan paket wisata dengan pengemasan yang unik dan menarik wisatawan.

Berwisata bukan lagi suatu hal yang biasa tapi telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup. Rutinitas yang membosankan hidup di kota dengan berbagai tingkat kebisingan dan pekerjaan yang membosankan menjadi faktor pendukung keinginan untuk berwisata. Menyikapi hal tersebut pemerintah bahkan pihak swasta pun harus meningkatkan dan mengembangkan iklim kompetisi yang sehat dalam peningkatan kunjungan wisatawan ke daerahnya, agar dapat meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.

Keadaan tersebut tentunya merupakan prakiraan yang realistis, dengan asumsi bahwa secara umum prakiraan secara pembangunan adalah meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dengan indikator peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Sehingga pencapaian dalam hal masyarakat sejahtera dapat maksimal.

Sumatera Utara memiliki potensi pariwisata yang besar dan masih banyak yang terpendam, terlebih lagi Samosir yang memiliki potensi alam yang luar biasa,

12

peradaban yang besar, dan kearifan lokal yang mampu mempesona wisatawan jika mendapat sentuhan wisata yang benar.

Dengan mengangkat sektor pariwisata Kabupaten Samosir, sebagai salah satu fokus pariwisata yang dalam pengembangannya diyakini akan memberikan kontribusi terhadap Perolehan Asli Daerah (PAD). Disamping itu akan mendorong peningkatan mutu Sumber Daya Manusia tanpa globalisasi.

Pengembangan pariwisata Samosir diharapkan juga adalah pengembangan yang menjaga kelestarian lingkungan dan kelangsungan akan jangka panjang. Berdampak ringan akan spesies dan habitat di lingkungan darat dan air, tapi dalam pengembangannya dapat membuat masyarakat menaruh nilai dan melindungi alam dan kehidupan lainnya sebagai sumber pendapatan (Goodwin, 1997:124). Pengembangan pariwisata alam menjadi solusi akan semua ketakutan ini, dan perlu memperhatikan prinsip konservasi, edukasi, ekonomi, dan partisipasi masyarakat nya dan inilah yang disebut pengembangan ekowisata (Fandeli, 2002).

Samosir dengan bentangan alamnya dan danaunya mempunyai banyak potensi akan pengembangan ekowisata, termasuk hutannya yang secara geografis memiliki kriteria keindahan dan keseharian masyarakat desa yang masih kental dengan tradisi peninggalan leluhur, baik yang sudah dikenal secara terbuka maupun tidak. Namun potensi-potensi tersebut belum diidentifikasi secara lengkap.

Potensi ekowisata di Samosir dapat kita lihat yang paling berpeluang adalah Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian. Dengan potensi air terjun Sampuran, pegunungan dan daerah persawahan yang asri dan alami. Melihat latar belakang

di atas penulis memilih judul “PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DI DESA SOSOR DOLOK KECAMATAN HARIAN KABUPATEN SAMOSIR”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan sejumlah masalah yaitu: 1. Apa potensi yang mendukung Sosor Dolok sebagai kawasan ekowisata? 2. Bagaimana pengelolaan potensi ekowisata nya sehingga dapat mendukung

perkembangan pariwisata?

3. Bagaimana model pengembangan ekowisata Sosor Dolok sebagai pariwisata yang berkelanjutan dan dapat menambah Penerimaan Asli Daerah?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum kertas karya ini adalah untuk mengkaji sejauh mana ekowisata tersebut dapat mendukung perkembangan pariwisata Samosir secara berkelanjutan. Sedangkan yang menjadi tujuan khusus meliputi:

1. Untuk mengetahui potensi ekowisata di Sosor Dolok.

2. Untuk mengetahui manfaat pengelolaan kawasan ekowisata tersebut. 3. Untuk memahami bagaimana pengembangan nya dalam mewujudkan

pariwisata yang berkelanjutan.

1.4. Manfaat Penelitian

Dokumen terkait