• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala dalam Penerapan Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Kabupaten Gresik

Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja yang belum sesuai harapan di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik dilihat dan dianalisis berdasarkan berbagai faktor pendorong keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja. Sehingga untuk melihat kendala dan faktor apa saja yang kurang dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja, maka peneliti melakukan analisis dalam berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik, yang terdiri dari faktor :

a. Kepemimpinan dan Komitmen

Kepemimpinan merupakan peran serta seorang pemimpin dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja. Sedangkan komitmen adalah sebuah bentuk kesetiaan seluruh anggota organisasi dalam menjalankan tugas sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Keberadaan peran pemimpin dalam penerapan kebijakan tentu akan mendorong keberhasilan sebuah kebijakan terimplementasi dengan baik. Dengan peran

98

pemimpin tentu pemimpin akan memberikan kemudahan dan jalan dalam keberhasilan penerapan kebijakan. Dalam hal ini adalah penerapan penganggaran berbasis kinerja. Dibutuhkan juga komitmen dalam menjalankan pengelolaan penganggaran ini, sehingga jika komitmen dimiliki orang-orang yang berwenang dalam pengelolaan keuangan daerah, maka menjadi hal yang mudah untuk meraih keberhasilan penerapan pengelolaan keuangan daerah yang berbasis kinerja, sesuai kebijakan pemerintah pusat.

Perihal hasil wawancara terkait peran kepemimpinan yang ada di kabupaten gresik dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja sudah ada, sudah mendukung, namun masih belum sempurna. Hal ini dijelaskan dalam petikan wawancara berikut:

“Iya tentu sudah ada peran pemimpin dalam penerapan PBK, walaupun belum maksimal. Kalau contohnya bisa kita lihat saja dari adanya Perda, Perbup, SK Bupati dalam pembentukan TAPD, dan adanya beberapa pelatihan dan sosialisasi juga untuk menunjang kemampuan orang-orang yang terlibat dalam penyusunan PBK. (wawancara pada tanggal 30 April 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Banggar DPRD Kabupaten Gresik, melalui Bapak Nur Qolib juga menambahkan dalam petikan wawancara berikut:

“peran kepemimpinan kisarannya 60-70 persen peran pemimpin dalam mendukung penerapan penganggaran berbasis kinerja di Kabupaten Gresik. Kalau di DPRD lebih kurang baik masih 50-60 persen. (wawancara pada tanggal 30 April 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

99 Dari hasil wawancara di atas, dikatakan bahwa terdapat sosialisasi dan pelatihan kepada orang-orang yang masuk dalam penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja, hal ini diperjelas dengan petikan hasil wawancara ibu Yuni Sekretaris II, Tim Anggaran Pemerintah Daerah sebagai berikut:

“Kalau pelatihan ya ada setiap tahun, setiap penyusunan anggaran diadakan pelatihan untuk seluruh SKPD dalam hal penyusunan anggaran. Dan pelatihan terkadang dari TAPD sendiri dengan pendampingan kepada seluruh SKPD, Desa, Kecamatan atau kita datangkan dari luar untuk pelatihan dan mengikuti pelatihan diluar. (wawancara pada tanggal 04 Maret 2015, SKPD BAPPEDA Kabupaten Gresik).”

Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Yazid anggota Tim Anggaran terkait pelatihan, yakni:

“Untuk menunjang kualitas SDM tentu pemimpin memberikan pelatihan kepada TAPD nya. Pelatihan ini tiap tahun ada, dan dilakukan diluar Gresik. TAPD ini yang akan mendampingi SKPD dan jajaran dibawahnya untuk menyusun anggaran yang berbasis kinerja. (wawancara pada tanggal 06 Mei 2015, SKPD DPPKAD Kabupaten Gresik).”

Sedangkan dari pihak Badan Anggaran DPRD Kabupaten Gresik juga mengungkapkan bahwasanya di Kabupaten Gresik memang terdapat pelatihan untuk

100

menunjang kinerja Banggar DPRD Kabupaten Gresik. Hal ini diungkapkan dalam petikan wawancara berikut:

“biasanya iya namun masih belum untuk tahun ini. Ada yang sifatnya pelatihan umum , kalo umum untuk seluruh anggota DPRD dan ada yang khusus, khusus untuk banggar saja, tapi itu dulu, sekarang tidak ada. (wawancara pada tanggal 30 April 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Dari informasi yang telah diperoleh diatas, terkait peran pemimpin dalam penerapan anggaran berbasis kinerja juga diperjelas dengan adanya beberapa contoh peran lain kepemimpinan dalam hal legislasi, yakni sebagai berikut:

1) Adanya SK Bupati (Keputusan bupati Gresik No. 900/276/HK/437.12/2014 tentang Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang berpedoman pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 1 Angka 30 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah keduakalinya dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011, bahwa Tim anggaran Pemerintah Daerah yang disingkat TAPD adalah Tim yang dibentuk dengan keputusan Kepala Daerah dan dipimpin oleh Sekertaris Daerah. Berikut Gambar terkait SK Bupati tentang TAPD Kabupaten Gresik:

101 Gambar 4.13 Dokumen SK Bupati tentang TAPD

Kabupaten Gresik

2) Adanya Peraturan Bupati Gresik No. 32 Tahun 2012untuk menindaklanjuti Permendagri No. 13 tahun 2006 terkait wujud penerapan anggaran berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga penerapan penganggaran berbasis kinerja memiliki dukungan regulasi. Berikut Gambar terkait regulasi yang dibuat untuk menindaklanjuti Penyusunan Penganggaran yang berbasis Kinerja dalam rencana kerja pemerintah daerah di Kabupaten Gresik:

102

Gambar 4.14 Dokumen Peraturan Bupati tentang Penyusunan Anggaran yang berbasis kinerja (berorientasi pada hasil)

di Kabupaten Gresik

Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya sebuah bentuk kepemimpinan dan komitmen dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik sudah ada dan didukung dengan adanya bentuk-bentuk legislasi yang terdiri dari: SK Bupati tentang Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Peraturan Bupati Gresik No. 32 Tahun 2012 untuk memperkuat penerapan penganggaran berbasis kinerja. Dan beberapa pelatihan untuk Tim Anggaran Pemerintah Daerah minimal sekali setiap tahunnya untuk menunjang

103 perbaikan dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja.

b. Penyempurnaan administrasi

Penyempurnaan administrasi merupakan perbaikan administrasi secara terus menerus guna memperbaiki penerapan penganggaran berbasis kinerja. Keberadaan penyempurnaan Administrasi yang dilakukan terus-menerus dalam sebuah pemerintahan akan memberikan keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja.

Penyempurnaan administrasi yang dilakukan di Pemerintah Kabupaten Gresik, sudah cukup baik karena dilakukan perbaikan administrasi. Hal ini dapat diketahui dari hasil kutipan wawancara dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik, berikut:

“Penerapan penganggaran berbasis kinerja ini kan masih baru mbak, tentu memerlukan penyempurnaan administrasi. Jadi tiap tahun selalu ada perbaikan agar penerapan penganggaran berbasis kinerja ini bisa sukses. Kan belum semua SKPD menerapkan PBK dengan baik, jadi SKPD juga melalui perbaikan terus. (wawancara pada tanggal 04 Maret 2015, BAPPEDA Kabupaten Gresik).”

Salah satu SKPD di Kabupaten Gresik juga mengungkapkan bahwasanya Kabupaten Gresik telah melakukan perbaikan secara terus-menerus hal ini diungkapkan pada petikan wawancara berikut:

“ya sudah ada, bentuk penyempurnaan administrasinya dilakukan tiap ada evaluasi penganggaran kemudian dilakukan

perbaikan-104

perbaikan. Ya itulah bentuk penyempurnaan administrasinya. (wawancara pada tanggal 06 Maret 2015, DPPKAD Kabupaten Gresik).”

Satu hal lagi petikan wawancara terkait penyempurnaan administrasi secara terus-menerus yang sudah dilakukan di Kabupaten Gresik diutarakan oleh Wakil DPRD dan Banggar DPRD Kabupaten Gresik, yakni sebagai berikut:

“untuk penyempurnaan administrasi kalau di Pemerintah daerah saya nilai 90 persen sudah oke, kalau di DPRD masih 70 persenan sudah bagus. Contohnya keterlambatan komisi-komisi dalam menyerahkan laporan kegiatannya kan hal ini tentu saja tidak bagus. (wawancara tanggal 30 Apri 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Dari beberapa hasil observasi yang ditemukan peneliti di lapangan selama penelitian pada bulan maret hingga april 2015 di kantor pemerintah daerah kabupaten Gresik, terdapat beberapa hal yang merupakan bentuk penyempurnaan administrasi, yakni; bentuk LKPJ Bupati yang semakin baik dari tahun ke tahun. Kesempurnaan Renja dan Renstra SKPD dengan indikator kinerja yang dulunya sebelum tahun 2013 masih belum mencantumkan indikator kinerja secara jelas. Adanya LAKIP yang menjadi keharusan dokumen yang dimiliki setiap SKPD sebagai bentuk pelaporan penganggaran berbasis kinerja.

Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya sudah terdapat beberapa perbaikan atau penyempurnaan administrasi yang telah dilakukan dalam penerapan

105 penganggaran berbasis kinerja di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik.

c. Sumber Daya

Komponen Sumber Daya meliputi jumlah staff, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk menerapkan kebijakan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana. Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan kemampuan/ ketrampilan para pelaksana untuk melakukan program.

Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program. Informasi merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/ program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukandan informasi tentang data pendukung kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/ mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang

106

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/ program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi.

Sumber Daya yang diperlukan dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja sudah cukup baik. Namun ada berberapa yang kurang sehingga menjadi kendala dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Gresik. Hal ini diungkapkan dalam petikan wawancara dengan Sekretaris II TAPD Kabupaten Gresik berikut:

“Sumber Daya menurut saya sudah cukup dan terpenuhi semuanya, kalau terkait belum maksimalnya pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja ya tentu karena memang masih baru dan SDM juga membutuhkan kemampunan untuk memahami terlebih dahulu. (wawancara pada tanggal 04 Maret 2015, BAPPEDA Kabupaten Gresik).”

Terkait keadaan Sumber Daya dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja di Kabupaten Gresik, Sumber daya utama yang menjadi kendala dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja adalah SDM. Berikut petikan wawancaranya:

“Terkait sumber daya menurut saya Sumber Daya Manusia yang menjadi kendala karena kualitas SDMnya, banyak SDM yang belum berkulitas. (wawancara pada tanggal 06 Maret 2015, SKPD DPPKD Kabupaten Gresik).”

Sedangkan Wakil Badan Anggaran dan Wakil DPRD Kabupaten Gresik juga mengungkapkan bahwasanya Sumber daya merupakan kendala utama yang ada dalam

107 penerapan penganggaran berbasis kinerja. Hal ini diungkapkan pada petikan wawancara berikut:

“Untuk menunjang penyempurnaan

administrasi jika ada tiga pilihan Sumber Daya yang dibutuhkan (waktu, uang dan SDM) menurut saya uang saya rasa nggak terlalu butuh karena sudah cukup, waktu bisa kalau mereka mau. jadi saya rasa SDM nya memang lemah dan kemauan SDM nya. (wawancara tanggal 30 April 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sumber daya yang utama yang sangat dibutuhkan dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja adalah SDM (Sumber daya manusia). Karena sumber daya manusia merupakan penggerak dan faktor utama yang dapat mempengaruhi keseluruhan dalam keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja. Dan karena sumber daya waktu dan uang sudah cukup dan lebih pada penerapan penganggaran berbasis kinerja di Kabupaten gresik. Namun faktor Sumber daya manusia yang ditemukan dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja di pemerintah daerah kabupaten gresik masih lemah, karena kurangnya etos kerja, kemauan dan kualitas kemampuannya dalam bekerja.

d. Sistem Penghargaan (reward) dan Sanksi (punishment)

Penghargaan dan Sanksi merupakan salah satu faktor penting untukmeningkatkan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) pada organisasi publik. Penghargaan

108

(reward) merupakan bentuk penghargaan yang diberikan kepada ASN karena kinerjanya yang bagus, sehingga akan tetap mempertahankan kinerjanya yang bagus tersebut. Sedangkan sangsi (punishment) merupakan kebalikan dari reward karena ini bentuknya sebuah peringatan dan hukuman yang diberikan kepada ASN karena kesalahan yang dilakukan, agar memberikan sebuah pembelajaran dan efek jera kepada ASN yang melakukan kesalahan tersebut. Sehingga sistem reward dan punishment ini dipergunakan agar Sumber Daya Manuia dalam organisasi publik dapat menerapkan penganggaran berbasis kinerja yang berjalan maksimal.

Sistem reward dan punishment di Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik terkait Pengelolaan Keuangan Daerah dan Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja belum diterapkan. Hal ini diperjelas dengan ungkapan Ibu Yuni, Sekretaris II TAPD yang mengatakan bahwa:

“Setahu saya untuk reward dan punishment dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja itu belum ada. Yang ada hanyalah reward dan punishment untuk desa yang lunas PBB. Untuk SKPD yang belum menerapkan PBK ya belum ada. (wawancara pada tanggal 04 Maret 2015, BAPPEDA Kabupaten Gresik).” Sedangkan Pak Yazid, Anggota Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik dari SKPD DPPKAD Kabupaten Gresik mengungkapkan bahwa sudah terdapat reward dan punishment, namun menurut saya ini masih belum jelas. Hal ini diungkapkan dalam hasil wawancara sebagai berikut:

109 “ya tentu sudah ada, tapi kalo reward dan punishment diberikan untuk SKPD tentu tidak mungkin. SKPD merupakan institusi publik jadi tidak mungkin ada reward dan sanksi dari Pemerintah Daerah. yang ada reward dan punishment itu untuk Sumber Daya Manusia saja. Melalui evaluasi kinerjanya kemudian dilakukan mutasi, promosi dan demosi jabatan untuk SDM tersebut yang bersangkutan. (wawancara pada tanggal 06 Maret 2015, SKPD DPPKAD Kabupaten Gresik).”

Sedangkan dari pihak Badan Anggaran DPRD Kabupaten Gresik, sebagai pengawas Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik juga mengungkapkan terkait pelaksanaan Reward dan Punishment di Pemerintah daerah kabupaten Gresik dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja. Berikut petikan wawancaranya:

“reward sudah banyak diberikan ketika bekerja ekstra ada uang lembur, ada uang honor kepanitiaan. Kalau di pemerintah punishment di pemerintah kadang tepat, kadang kurang tepat. Punishment dalam hal mutasi2 ada tapi kurang tepat. Kalau bentuk yang lain masih lemah bahkan bisa dibilang tidak ada kecuali pada kasus-kasus besar. (wawancara pada tanggal 30 April 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Dari beberapa wawancara tersebut menunnjukkan bahwa reward dan punishment yang dipahami memang untuk sebatas kinerja perorangan. Akan tetapi untuk keberhasilan penerapan penganggaran berbasis kinerja

110

tentu harus menyangkut seluruh kinerja organisasi atau seluruh satuan kerja, agar penerapannya juga bisa menyeluruh dan membawa nama Pemerintah Daerah kabupaten Gresik.

e. Keinginan yang kuat untuk berhasil

Keinginan yang kuat untuk berhasil merupakan sebuah visi dan misi utama yang harus tertanam dalam setiap Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam kesuksesan dan berhasilnya penerapan Anggaran Berbasis Kinerja. Dalam hal ini, orang-orang yang seharusnya memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil adalah semua Aparat Sipil Negara (ASN), DPRD, dan semua SDM yang terlibat dalam penerapan anggaran berbasis kinerja pada pengelolaan keuangan daerah dan Masyarakat Kabupaten Gresik.

Hal terkait keinginan kuat untuk berhasil yang seharusnya terdapat dalam SDM yang terkait dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja ditemukan oleh peneliti dalam wawancaranya pada ASN dalam Tim Anggaran Pemerintah Daerah, berikut petikan wawancaranya:

“Kalau menurut saya jelas para pemimpin, sudah memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil kalau tidak, tidak ada peran pemimpin untuk mendampingi dan menciptakan peraturan dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja. TAPD melakukan pendampingan untuk seluruh SKPD agar mereka memahami penganggaran berbasis kinerja. (wawancara

111 pada tanggal 04 Maret 2015, BAPPEDA Kabupaten Gresik).”

Terkait kinginan yang kuat untuk berhasil dari sisi SKPD diungkapkan oleh salah satu SKPD di Kabupaten Gresik yakni DPPKAD, Bapak Yazid yang sangat memahami Penganggaran di Kabupaten Gresik. Berikut petikan wawancaranya:

“kalau menurut saya semua SKPD sudah memiliki keinginan untuk menyukseskan penerapan penganggaran berbasis kinerja, terbukti selalu ada perbaikan administrasi, setiap SKPD juga sudah memiliki LAKIP, Indikator Kinerja, melalui ASB namun memang pelaksanaanya belum sempurna karena memang masih baru. (wawancara pada tanggal 06 Maret 2015, SKPD DPPKAD Kabupaten Gresik).”

Dari sisi DPRD sedikit berbeda keinginan yang kuat untuk berhasil dari pihak DPRD masih dikatakan kurang. Karena lemahnya kontrol, kurang memperhatikan SOP, tidak ada punishment dan reward. Hal ini diungkapkan dalam petikan wawancara berikut:

“Menurut saya sangatlah penting penerapan penganggarn berbasis kinerja itu namun sayangnya masih baru dan belum menjadi prioritas. Keinginan untuk keberhasilan penerapannya sudah ada tapi belum dijalankan. Kalo sekedar ingn saja tapi belum dilaksanakan ya sama saja tidak akan maksimal

112

penerapannya. (wawancara pada tanggal 30 April 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Dari sisi LSM juga diungkapkan bahwa telah ada keinginan kuat untuk keberhasilan pemerintahan. Hal ini diungkapkan ketua LSM Prakarsa Jatim dalam petikan wawancara berikut:

“Tentu saya sangat mendukung apa yang terbaik untuk pemerintahan. Sehingga untuk mensukseskan kebijakan pemerintah. Saya melaui LSM melakukan monitoring dan controling kinerja pemerintah dan DPRD. (wawancara pada tanggal 04 Mei 2015, DPRD Kabupaten Gresik).”

Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya faktor keinginan yang kuat untuk berhasil sudah dimiliki beberapa SKPD berdasarkan beberapa hasil wawancara dengan informan, namun sepertinya masih hanya sebatas ucapan karena tidak ditemukan bukti-bukti yang kongkrit untuk menjabarkan keinginan yang kuat untuk berhasil ini.

C. Pembahasan

1. Pemahaman Makna Penganggaran Berbasis Kinerja

Dokumen terkait