• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto 6. Proses pemanenan ikan (Sumber: Koleksi pribadi, 2017)

2. Kendala Proses Distribusi

Kendala dalam proses distribusi akan dialami oleh pengusaha/ toke yang menampung semua hasil panen dari para petani. Para toke harus mampu mempertahankan mutu ikan-ikan yang telah dipanen hingga ke pasar. Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik dan benar.Penanganan pasca-panen ikan yaitu pembersihan, pemberokan, pengolahan, pengangkutan dan pemasaran.

Adapun kendala yang biasa dihadapi oleh pengusaha/ toke adalah: • Sarana Transportasi.

Sarana transportasi sangat berpengaruh dalam proses pendistribusian ikan menuju pasar atau distributor, dimana para toke harus mampu mempertahan mutu ikan agar kwalitas ikan yang dipasarkan tetap terjaga. Biasanya kendala yang ditemui dalam proses pendistribusian seperti, kondisi jalan, kondisi kendaraan dan kemacetan lalu lintas.

• Pasokan ikan yang tidak selalu tersedia dari petani.

Jumlah pasokan ikan tidak selalu tersedia dari petani, dikarenakan musim pembibitan yang tidak teratur oleh petani sehingga disaat pasar lagi butuh pasokan ikan para toke tidak bisa memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan masa pembibitan yang tidak teratur, karena para petani yang mengatur masa pembibitannya sehingga masa panen dari setiap para petani juga akan berbeda-beda.

Cuaca juga menjadi salah satu kendala dalam proses distribusi. Ketika proses pemanenan cuaca lagi tidak baik dan ombak besar maka ikan-ikan yang tadinya harus dapat ditimbang di keramba, jadi harus ditimbang di tepi danau dan hal itu dapat menyebabkan ikan menjadi stress bahkan mati dalam proses pemindahan dari keramba menuju tepi danau.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Masyarakat Desa Haranggaol sebagain besar menggantungkan hidupnya dengan cara bertani yaitu membudidayakan ikan dengan metode keramba jaring apung. Mereka memanfaatkan Danau Toba sebagai tempat membudidayakan ikan.Daerah Haranggaol merupakan daerah pertanian yang subur, hasil pertanian yang dihasilkan dari daerah ini berupa padi, sayur-mayur seperti kol, tomat, cabe, bawang dan buah mangga.Tanaman tersebut merupakan komoditi yang banyak dan terkenal dihasilkan oleh perkebunan masyarakat di daerah ini.Namun seiring berjalannya waktu, kejayaan pariwisata dan pertanian Haranggaol terlalu cepat

redup. Pada tahun 1990-an terjadi penurunan tingkat kunjungan wisatawan.Ternyata keredupan keindahan desa wisata Haranggaol ini tidak hanya di bidang pariwisata saja. Dalam bidang pertanian, sejumlah produksi komoditas pertanian, seperti bawang, kol, tomat, cabe dan manga pun mengalami kemerosotan.

Merosotnya sektor pariwisata sekitar tahun 1998 dan sektor pertanian tahun 2002 membuat masyarakat beralih mata pencaharian menjadi petani ikan dengan sistem keramba jaring apung.Penelitian ini mendeskripsikan secara umum mengenai:

• Proses perubahan sistem pertanian di Desa Haranggaol dari sistem pertanian darat menuju sistem pertanian keramba jaring apung.Hama penyakit yang melanda para petani di Desa Haranggaol pada tahun 1990, memaksa para petani untuk berpikir kreatif dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Dengan lahan perairan yang luas yaitu Danau Toba para petani mencoba untuk membudidyakn ikan mas dengan metode keramba jaring apung sebagi medianya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Hal itu tidak bertahan cukup lama karena pada tahun 2004 semua ikan yang berada di keramba terserang virus koi herves. Tetapi para petani tidak mau larut dalam keterpurukan begitu lama, merekapun mengganti jenis ikan yang dibudidayakan yaitu ikan nila. Ikan ini dianggap lebih tahan terhadap virus dibanding ikan mas. Hingga saat ini Keramba jaring apung telah menjadi solusi bagi masalah ekonomi setelah terjadinya krisis moneter di Desa Haranggaol.

Pengembangan perikanan dengan sistem semi intensif ataupun intensif ini adalah yang dikembangkan oleh masyarakat di Haranggaol,

KabupatenSimalungun dengan menggunakan keramba jaring apung sebagai media pembesarannya.Meskipun hasil yang diperoleh menjadi optimal secara materi namun perkembangan kegiatan perikanan yang seperti ini berimplikasi terhadap meningkatnya buangan sisa pakan dan feses ikan ke badan air yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap kehidupan akuatik.Misalnya terjadinya pencemaran air akibat sisa pakan ikan dan bangkai ikan yang dapat menyebabkan terjadinya kematian massal ikan di perairaan danau dan juga mengakibatkan polusi udara dari bau tak sedap bangkai ikan yang mati.

• Pengelolaan Keramba Jaring Apung oleh masyarakat Desa HaranggaolKeramba yang mulai ditekuni masyarakat sebagai penghasilan baru, menunjukan keberhasilannya. Bahkan, yang tadinya tidak berminat untuk menekuni budidaya ikan mas melalui KJA tergoda setelah melihat hasil yang diperoleh sangat menggiurkan. Secara umum bisa dikatakan bisnis keramba telah berhasil mendorong kegiatan ekonomi masyarakat Haranggaol dan sekitarnya dengan omset miliaran rupiah per bulan. Dampak nyata lainnya adalah aktivitas warga mulai padat dari yang tadinya nyaris tidak terlihat.

Kesadaran masyarakat yang mulai tinggi akan kebutuhan protein membuat permintaan ikan terus meningkat dari bulan ke bulan bahkan dari tahun ke tahun.Hal itu juga yang membuat keberadaan KJA semakin banyak di Danau Toba. Di Haranggaol sendiri jumlah KJA milik masyarakat sudah mencapai lebih dari 6.000 an unit. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 50 ton ikan nila keluar setiap hari dengan daerah pemasaran Medan, Rantau Parapat, Tanjung Pinang, P.Siantar dan lain sebagainya. Sampai saat ini petani keramba jaring apung masih tetap

menekuni untuk membudidayakan ikan nila karena dianggap masih sangat memberi untung yang besar dibandingkan dengan bercocok tanam bawang.

Adapun manajemen pengelolaan keramba jaring apung di Desa Haranggaol yaitu:

1) Pembuatan Keramba

Sebelummnya memanajemen keramba jaring pung dan ikan-ikan yang akan dibudidayaka tentunya para petani ahrus membuat terlebih dahul kerambanya. Para petani di Desa Haranggaol biasanya menempah kepada tukang pembuat keramba. Adapun bagian-bagian dari keramba yaitu:

a. Kerangka keramba jaring apung b. Pelampung Keramba Jaring Apung c. Pengikat Keramba Jaring Apung d. Jangkar Keramba Jaring Apung e. Jaring Keramba Jaring Apung f. Pemberat Keramba Jaring Apung g. Tali / tambang Keramba Jaring Apung 2) Pembibitan

Para petani KJA tidak melakukan pembibitan untuk mengisi keramba mereka, petani lebih memilih membeli bibit yang sudah ada dari toke dengan ukuran 9-12 cm. hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kerugian diawal karena bibit yang dibeli dari toke akan digaransi selama satu bulan, dengan perjanjian bahwa ikan-ikan itu akan dijual kepada toke si pemberi bibit.

Pakan berfungsi sebagai sumber energi utama bagi perkembangan maupun pertumbuhan ikan.Jenis pakan ikan sendiri dibagi menjadi dua yakni pakan apung dan pakan tenggelam.Di Haranggaol petani menggunakan pakan ikan terapung, alasannya mudah didapat dan disukai ikan.Meskipun harganya mahal, petani tetap memilih menggunakan pellet apung daripada pellet tenggelam. Banyak keuntungan yang didapat dengan menggunakan pellet apung, seperti dapat membuat pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat dan besar ikan menjadi maksimal.

4) Pemanenan

Ikan–ikan yang telah dipanen harus tetap dipetahankan mutunya sampai di pasaran.Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan dengan baik dan benar.Penanganan pascapanen ikan yaitu pembersihan, pemberokan, pengolahan, pengangkutan dan pemasaran.Biasanya pada saat pengangkutan sering kali ikan mengalami kerusakan.Untuk menekan kerusakan sekecil mungkin, maka ikan harus dikemas dengan baik.Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan ikan adalah wadah untuk mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan sistem pengangkutan.

5) Kendala

Setiap usaha yang dilakukan tentu akan mendapat kendala, sehingga membuat para petani untuk berpikir kreatif bagaimana untuk meminimalisir kendala ataupun hambatan tersebut. Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para petani dalam membudidayakan ikan nila dengan metode keramba jaring apung, yaitu:

A. Kendala proses produksi • Bibit yang mati

• Kurangnya nafsu makan ikan • Naiknya harga pakan ikan • Harga jual rendah

• Masa pemanenan tergantung toke • Ombak yang besar

B. Kendala proses distribusi • Sarana Transportasi.

• Pasokan ikan yang tidak selalu tersedia dari petani. • Iklim dan Cuaca

6) Pemasaran ikan setelah pemanenan

Permintaan pasar dalam negeri untuk kebutuhan hasil perikanan semakin meningkat dari tahun ke tahun, keadaan ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang sudah cukup mengerti tentang besarnya manfaat kebutuhan gizi dan kesehatan guna meningkatkan perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak dan mengurangi gejala kekurangan gizi pada manusia. Dukungan pemerintah dalam menunjang terpenuhinya kebutuhan bibit berkualitas memang telah ada akan tetapi belum mencukupi sehingga bibit yang dipakai masih memiliki kualitas rendah yang mengakibatkan produktivitas tidak masksimal. Harga pakan yang kian meroket juga menjadi permasalahan bagi petani ikan karena sangat

pakan memiliki komposisi 65% dari kebutuhan modal, sedangkan harga jual sangat berfluktuasi yang dapat merugikan bagi petani

5.2. Saran

Umbalan atau upwelling merupakan peristiwa alam yang terjadi pengadukan atau pembalikan air dari lapisan bawah naik ke permukaan dan sebaliknya. Proses ini berakibat pada kematian ikan dan hewan air lainnya secara masal. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah kematian ikan akibat “up-welling” adalah: (1) mensosialisasikan kepada pembudidaya ikan perihal tanda-tanda akan terjadinya kematian missal ikan. Tanda-tanda itu antara lain berupa: cuaca mendung dan atau hujan yang terus-menerus selama 2-3 hari berturut-turut (tidak ada cahaya matahari masuk ke badan air), dan kualitas air waduk mulai menunjukkan penurunan; (2) mengurangi jumlah KJA yang beroperasi atau mengurangi kepadatan ikan yang dipelihara. Jumlah ikan yang dipelihara harus berada di bawah daya dukung perairan; (3) segera memanen ikan yang ukurannya mendekati ukuran konsumsi, untuk menekan kerugian yang dapat timbul; (4) memilih jenis ikan yang lebih toleran terhadap kadar oksigen yang rendah; 5) memindahkan KJA secara regular, missal 1 tahun sekali ke posisi dengan kondisi air yang lebih baik. Serta melakukan aerasi di KJA yang merupakan kegiatan tanggap darurat dan dapat dilakukan hanya sementara waktu; dan (6) untuk mengurangi resiko kematian ikan, juga bisa dilakukan penebaran ikan pemakan planton guna pengendalian blooming alga.

Dalam rangka mencapai hasil produksi yang optimal, petani ataupun pengusaha Keramba Jaring Apung hendaknya memperhatikan teknik pengelolaan

yang baik terutama dalam padat tebar benih, sehingga penggunaan benih dan pakan tidak berlebihan.

Sehubung dengan program pemerintah yang ingin menjadikan Danau Toba sebagai objek wisata agar Pemerintah mempertimbangkan keramba jaring apung sebagai salah satu dari objek ekowisata, dimana para wisatawan dapat melihat langsung proses budidaya ikan nila yang berada di Danau Toba.

Dokumen terkait