• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS DATA

C. Kendala Selama Proses bimbingan dan Konseling

114

C. Kendala Selama Proses Bimbingan dan Konseling Kemasyarakatan Terhadap Stereotip Narapidana Narkoba

Selama melakukan terapi dengan konseli, konselor mengalami beberapa kendala, diantaranya :

1. Aturan terhadap pengunjung atau tamu di Rutan yang sangat ketat membuat konselor tidak bisa melakukan proses konseling lebih lama dan bebas. Ada beberapa informan yang menjadi tidak terlalu terbuka dengan konselor. Serta aturan dalam setiap kunjung maupun dalam proses konseling Cuma dikasih selama 45 menit. 2. Pada melakukan proses bimbingan dan konseling kemasyakatan ini

dengan keterbatasan ruang gerak konseli membuat banyak keinginan konseli yang ditulis itu tidak bisa dilakukan ketika konseli masih berada di Lapas. Jadi konselor dan konseli hanya memfokuskan pada rencana tindakan yang bisa dilakukan saat ini 3. Jadwal kegiatan dalam lapas yang semula menunjang dalam

perubahan perilaku konseli, tiba-tiba tidak berjalan sebagaimana mestinya.

4. Observasi maupun wawancara yang dilakukan peneliti hanya bisa sebatas saat bertemu dan menjalankan proses konseling dengan konseli. Karena peneliti tidak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di dalam lapas.

5. Dokumentasi dari segi video maupun foto konseli yang dirutan tidak ijinkan dari pimpinan dikarnakan membuka identitas konseli

115

serta melanggar kode etik dari rutan maupun bimbingan konseli pada umumnya.

6. Kondisi kesehatan konseli ternyata mempengaruhi terlambatnya dalam proses bimbingan konseling kemasyarakatan. Karena saat konseli merasa sakit sedikit, konseli tidak pingin melanjutkan proses maupun treatment yang sudah dijadwalkan dari konselor tersbut.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis proses dan hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling kemasyarakatan terhadap stereotip narapidana narkoba di rutan kelas I Medaeng Surabaya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Bimbingan dan konseling kemasyarakatan yang dilakukan di rutan kelas I Medaeng Surabaya tersebut menggunakan proses konseling dengan teknik gabungan (Eclectic Konseling) yaitu teknik konseling dimana konselor maupun konseli sendiri harus berperan aktif dalam proses konseling kemasayarakatan dengan cara konseli harus mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi oleh konseli dan konselor memberikan kata-kata motivasi, ataupun ungkapan yang bisa konseli khusus narapidana kembali sadar dan merenungkan kembali pikiran dari narapidana tersebut. Serta konseling behavioral yang menggunakan teknik pembentukan perilaku model, kontrak perilaku dan pengkondisian aversi yang bisa mengubah perilaku maupun tindakan yang salah menjadi perilaku yang baik maupun tindakan yang baik juga.

Dengan diadakan proses bimbingan dan konseling kemasyarakatan ini, konselor bisa membantu untuk menyelesaikan masalahnya terutama masalah yang pernah dilakukan oleh narapidana yang terpidana narkoba. Masalah-masalah yang dialami konseli pada di rutan yaitu masih adanya berperilaku nagatif, kurang kesadaran bahwa konseli melakukan

117

kesalahan serta masih pengaruhnya dari lingkungan khususnya di rutan yang bekeinginan menggunakan narkoba lagi dan kurang percaya diri jika kembali kepada masyarakat bahwa konseli sudah berubah.

Konselor membantu klien untuk menyelesaikan permasalahan dari segi kesadaran bahwa melakukan pengguna obat terlarang memang salah, mengubah perilaku negatif menjadi positif dan membangun kepercaya diri bahwa bisa berubah pada saat kembali kepada masyarakat dan memberikan suatu kegiatan di rutan dari aspek sosial maupun religius. Konselor juga memberikan motivasi dengan memberikan suatu nasehat-nasehat, semangat untuk hidup sebagai masyarakat yang baik dan sejahtera, maupun memberikan sebuah motivasi dalam video yang bisa menyadarkan bahwa menggunakan obat terlarang memang merusak masa depan manusia.

2. Hasil dari proses konseling dengan teknik konseling gabungan (Eclectic Konseling) dan konseling behavioral kepada narapidana narkoba ini cukup membawa perubahan meskipun tidak sempurna 90%. Hal ini dapat dilihat dari hasil follow up yang dilakukan konselor bersama konseli dan informan lainnya, yang mana dari beberapa perilaku yang ditunjukkan konseli sesudah menjalani proses konseling dan treatment mengalami perubahan kearah yang lebih baik, seperti : perubahan konseli yang berusaha selalu lebih tenang dalam bersikap dan berbicara, berani menolak ajakan teman-temannya untuk memakai narkoba lagi, religiusitas konseli juga meningkat, percaya diri bahwa bisa berubah dan

118

mampu tidak melakukan lagi pada saat kembali kepada masyarakat secara baik

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi konselor

Bagi yang melakukan proses bimbingan konseling kemasyarakatan terhadap stereotip narapidana narkoba di Rutan Medaeng hendaknya dipertahankan dan alangkah baiknya jika konselor lebih banyak menambah ilmu pengetahuan dengan banyak membaca buku dan mencari banyak pengalaman konseling sehingga dalam melakukan proses bimbingan dan konseling mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. 2. Bagi konseli

Tetap semangat untuk hidup dan semangat dalam mejalani hukuman yang bisa mengubah perilaku negatif menjadi positif dan juga mempertahan keniatan dalam tidaknya menggunakan narkoba. Adapun juga harus mengurangi untuk bergaul dengan teman-teman yang membawa dampak buruk bagi konseli sangat penting. Karena dalam usia konseli yang masih kepengaruh dari teman dan lingkungan sanagt kuat. 3. Bagi orangtua

Keluarga adalah pilar yang sangat menentukan pribadi dan perkembangan anak terutama ayah dan ibu, sesibuk apapun pekerjaan seberapa pentingnya pekerjaan sebaiknya agar orang tua menyempatkan

119

berinteraksi dan komunikasi tetap dijaga agar anak tidak larut dalam dunianya sendiri dan menimbulkan kerugian bagi semua orang.

4. Bagi pembaca

Jadikanlah fenomena kenakalan remaja ini sebagai proses belajar dalam menambah keilmuan.

120

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mappiare,2006, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT Raja Grafindo);

Bambang Purnomo, 1980, Pelaksana Pidana Penjara dan Sistem

Pemasyarakatan, (Yogyakarta: Liberty);

Bimo Walgito, 2005, Bimbingan & Konseling (Studi dan Karir) (Yogyakarta: ANDI);

Burhan Ashshofa, 1998, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Rineka Karya); David G. Myers, 2012, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika);

Deni Febrini, 2011, Bimbingan Konseling (Yogyakarta: Teras);

Dewa Ketut Sukardi, 1983, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Disekolah, (Surabaya: Usaha Nasional);

Faizah Noor Laela, 2014, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press);

Gerungan, 2009, Psikologi Sosial, (Bandung:PT. Refika Aditama);

Hallen A, 2002, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat Pers); Https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku menyimpang;

Ika Nur Halimah & Faiz Hisyam, BKI Belajar 2014: Tujuan Bimbingan Konseling Sosial ( http://m-belajar.blogspot.co.id/2014/04/tujuan-bimbingan-konseling-sosial.html?m=1,);

Ismail Nawawi, 2012, Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya);

Jamal Ma’mur Asmani, 2010, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press);

121

John McLeod, 2006, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana);

Juhana Wijaya, 1988, Psikologi Bimbingan, (Bandung: PT. Eresco);

Meliada, Aldrianus dan Iqrak Sulhin, Analisis Kriminalitas Akhir tahun 2010, dalam http://kriminologi1.wordpress.com/, diakses pada tanggal 11

oktober 2016;

Murtadha Muthahari, 1992, Persepsi al-Quran tentang Manusia dan Agama,

(Bandung: Mizan);

Nasution, 1988, Metode Penulisan Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito); Naroma Lumongga Lubis, 2011, “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam

Teori dan Praktik”.(Jakarta: Kencana Predana Media Group);

Robert A. Baron, Psikologi Sosial, (Jakarta: Elrangga,2003);

Safrodin, 2010, Problematika Pelaksaan dan Penyuluhan Islam pada

Narapidana, (Semarang: IAIN Walisongo);

Shenny, Mantan Narapidana Bukan “Sampah Masyarakat”, dalam

https://belajarmembuatartikelhukum.wordpress.com/2014/09/26/mantan-narapidana-bukan-sampah-masyarakat-2/.);

Syamsu Yusuf dan Juntika Nusihsan, 2005, Landasan Bimbingan dan Konseling,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya);

Saifuddin Azwar, 2007, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar);

Siti Azizah Rahayu, 2014, Psikologi Perkembangan, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press);

Soerjono Soekanto, 1986, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press); Sofyan S Willis, 2014, Remaja Dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta); Sugiyono, 2014, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta); Sugiyo, 2012, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Semarang:

Widya Karya);

122

Sri Astutik,2014, Pengatar Bimbingan dan Konseling,(Surabaya: UIN Sunan Ampel Press);

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2012, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya);

Thohari Musnamar, …., Dasar- Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press);

Toharin, 2008, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada);

W. S. Winkel, 1997, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo);

Dokumen terkait