• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepada Dosen

Dalam dokumen Involusi Pendidikan (Halaman 49-94)

5.2. Saran

5.2.2. Kepada Dosen

• Menciptakan suasana belajar yang tidak monoton sehingga mahasiswa menjadi tertarik untuk mengikutinya

BAB II

Letak dan Lokasi Penelitian

2.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU)

Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu universitas negeri yang ada di Sumatera Utara sebagai wadah untuk mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita dari para pendiri negara ini. Sejarah di dalam mendirikan universitas ini dimulai sejak lama dan melibatkan beberapa orang yang mempunyai peranannya masing-masing di dalam terbentuknya universitas ini.

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Abdul Hakim selaku Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Penyusunan rencana untuk membangun USU dimulain pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit

Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengandua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1956).

Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas

Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009).

Pimpinan Universitas

Sebagai suatu institusi ataupuan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, USU telah memiliki beberapa orang yang menjadi pimpinannya. Adapun orang-orang yang telah menjadi pimpinan di USU antara lain :

1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium

1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium 1962-1964 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Ketua Presidium 1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium

1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor

1966 (Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A, Pejabat Rektor

1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor

1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium

1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor

1994-2010

Prof. Chairuddin P. Lubis, D. T. M. &H., Sp.A.(K), Rektor

2010-2015

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K)

Tabel 1. Pimpinan Universitas Sumatera Utara Sumber : www.usu.ac.id

2.2 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara (USU). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas yang ke-9 di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdiri pada tahun 1980. Pada awalnya fakultas ini merupakan jurusan Ilmu Kemasyarakatan, dimana perkuliahannya masih menumpang pada Fakultas Kedokteran Gigi dengan staf pengajar yang direkrut dari staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum, dari IKIP-Medan dan dari staf Pemerintah Daerah Sumatera Utara.

Prakarsa pendiri FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, Manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum USU pada tahun 1979. Persiapan proposal pendiriannya pada waktu itu dilakukan oleh Prof. M. Adham Nasution, Prof. DR. Asma Affan, MPA, DR. A. DR. A. P. Parlindungan, S.H dan beberapa dosen lainnya. Pada tahun 1980 terbentuklah jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di bawah naungan Fakultas

Hukum USU. Setahun kemudian Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1982. SK Presiden Republik Indonesia tersebut mentapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (sembilan) pada Universitas Sumatera Utara. Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU sudah muncul pada tahun 1980 berdasarakan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.

Lebih kurang dalam waktu setahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan SK Menteri Pendidikan Republik Indonesia itu, disebutkan FISIP USU memiliki 6 (enam) jurusan dengan urutab sebagai berikut :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan Jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I Nomor : 0535/0/83 itu, karena pembukaan Jurusan pada tahap awal dilakukan pada semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada kesediaan staf pengajar.

Dewasa ini FISIP USU mempunyai enam Departemen, satu program Diploma III dan satu program Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis/Niaga, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi dan Departemen Ilmu Politik. Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan Program Studi S2 Magister Studi Pembangunan.

Gambar 1 FISIP USU Sumber dokumen pribadi

Gambar 2 lokasi penelitian

Sumber google maps (Diakses pada 25 januari 2014)

2.3. Visi, Misi dan Tujuan FISIP USU

2.3.1. Visi FISIP USU

Visi adalah sesuatu yang penting, karena visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat dapat dinyatakan, visi adalah pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Atas dasar itu, menurut Borang FISIP USU (2012), makan yang menjadi visi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik adalah :

“Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat”.

2.3.2. Misi

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh organisasi kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Tujuan dari pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi tentang alasan pendirian dan ke arah mana organisasi akan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam suatu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait. Berdasarkan pernyataan di atas, maka yang menjadi misi dari Fakultas Fisip USU sesuai yang tertera dalam Borang FISIP USU 2012, adalah :

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset , kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh

stakeholders dan mitra pendidikan.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja.

2.3.3. Tujuan

Menurut Borang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang menjadi tujuan dari FISIP adalah :

1. Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada manajemen organisasi modern

2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan secara optimal untuk dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatana FISIP USU

3. Meningkatkan sumber daya manusia dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat

4. Meningkatkan peran aktif stakeholders untuk kepentingan FISIP USU sebagai lembaga pendidikan

5. Meningkatkan kreativitas dan kualitas pendidikan yang berorientasi pada kepentingan dan publik

2.4. Struktur Organisasi FISIP USU

Struktur organisasi di fakultas terdiri dari Pimpinan (Dekan dan Pembantu Dekan), Dewan Pertimbangan Fakultas (DPF), Departemen Bagian dan Sub bagian Administrasi (dengan fungsi : Akademik, Umum dan Keuangan, Kepegawaian, Kemahasiswaan dan Alumni dan Perlengkapan) dan Unit

Pelaksana Teknis (Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat, Pengembangan Pendidikan).

Secara sederhana, struktur organisasi yang dilaksanakan di lingkungan FISIP USU dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini :

Gambar 3 : Struktur Organisasi FISIP USU Sumber : Borang FISIP USU

2.5. Dosen dan Mahasiswa

2.5.1 Dosen

Dosen adalah tenaga pengajar yang diangkat dan ditempatkan sebagai tenaga tetap pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga mencakup dosen penugasan Kopertis dalam bidang ilmu yang

relevan dengan keahlian bidang studinya. Pelaksanaan selama ini, seorang dosen mempunyai penugasan kerja minimum 20jam/minggu.

Dalam memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia di Provinsi Sumatera Utara pada khususnya serta kebutuhan nasional secara umum, dosen yang bertugas di FISIP USU dipilah dalam dua kelompok, yakni; (1) Dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan Disiplin ilmu Program Studi dalam Fakultas dan (2) Dosen tetap yang bidang keahliannya di luar disiplin ilmu Prodi dalam FISIP USU Tahun 2010

Karakteristik jumlah dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan masing-masing Prodi di lingkungan Fakultas berdasarkan jabatan fungsional dan pendidikan tertinggi.

Tabel. 2 Jumlah dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan masing-masing Program Studi di lingkungan FISIP USU.

No. Hal

Jumlah Dosen Tetap yang bertugas pada Program Studi:

Total di Fakultas

IAN IKOM IKS Sos Ant. IP

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A Jabatan Fungsional : 1 Staf Pengajar 1 - 1 - - 3 5 2 Asisten Ahli 1 2 - 3 2 2 10 3 Lektor 3 3 2 5 5 6 24 4 Lektor Kepala 13 15 6 7 12 4 56

5 Guru Besar/Profesor 2 1 1 3 - 1 8 TOTAL 20 21 10 17 19 16 103 B Pendidikan Tertinggi : 1 S1 - 1 - 2 1 - 10 2 S2/Profesi/Sp-1 17 13 9 12 16 15 80 3 S3/Sp-2 3 7 1 3 2 1 13 TOTAL 20 21 10 17 19 16 103

Sumber : Profil Dosen FISIP USU; per April 2012

2.5.2. Mahasiswa

Sistem Rekrutmen dan Seleksi Calon Mahasiswa Baru dan Efektivitasnya Kebijakan sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa ( mencakup mutu prestasi dan reputasi akademik serta bakat pada jenjang pendidikan sebelumnya, equitas wilayah kemampuan ekonomi dan gender).

Efektifitas implementasi sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa untuk menghasilkan calon mahasiswa yang bermutu diukur dari jumlah peminat, proporsi pendaftar terhadap daya tampung dan proporsi yang diterima dan yang registrasi. Rekrutmen dan seleksi mahasiswa baru dilakukan di tingkat universitas melalui beberapa jalur penerimaan seperti; PMP, SPMB-UMB, dan juga SMN-PTN yang dilakukan secara nasional.

Sedangkan penerimaan SPMD untuk program Diploma, SPMRM (program mandiri) dan juga program Kemitraan dilakukan sesuai dengan

kebutuhan lokal, meskipun demikian pengumuman untuk semua program ini dilakukan secara serentak. Dalam setiap penerimaan mahasiswa pihak universitas selalu berkoordinasi dengan fakultas untuk mengetahui daya tampung pada masing-masing fakultas.

Tabel. 3 Jumlah Mahasiswa reguler dan mahasiswa transfer untuk masing-masing program studi di FISIP USU.

No

. Hal

Total Mahasiswa Pada Fakultas Tota

l Mah asis wa IA N IK OM IKS Sos Ant . IP AB D3 AP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Program reguler 1.Mhs. baru bukan transfer 401 559 310 357 283 421 320 304 2.95 5 2. Mhs. baru transfer 40 Total mhs. Reguler 401 559 310 357 283 421 320 344 2.99 5 2 Program non-reguler 1. Mhs. baru bukan transfer 2. Mhs. baru transfer Total mhs. non-reguler

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa di luar kelas dengan kelancaran studi mahasiswa tersebut. Pada umumnya, mahasiswa di Fisip tergolong standar1

Apabila data borang FISIP di atas benar, kurangnya perhatian dari mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahannya akan berdampak terhadap dirinya maupun tempat di mana dia menuntut ilmu. Dampak yang terjadi pada seseorang tersebut yakni, usia semakin bertambah sedangkan proses perkuliahan belum juga selesai. Dengan demikian usia yang sudah bertambah akan mengurangi daya saing mereka dalam mencari pekerjaan.

yaitu tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lama dalam menyelesaikan studinya. Ada juga sebagian kecil dari mahasiswa tersebut yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya.

Menurut borang FISIP USU (2012: 12), kurangnya perhatian dari mahasiswa tersebut dengan keadaan perkuliahannya, hal ini didasari oleh aktifitas yang mereka jalani di luar kelas yang lebih banyak menyita waktu mereka sehingga mengakibatkan intensitas mereka berkurang untuk belajar dan menyelesaikan segala kegiatan yang berhubungan dengan kuliah mereka.

1

Tergolong cepat selama 3,5 tahun (7 semester) dan tergolong lama selama 6 tahun (12 semester) (Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara No : 1023/J05/SK/PP/2005 tentang Peraturan Akademik Program Sarjana (S-1) Universitas Sumatera Utara

Dengan lamanya mahasiswa menyelesaikan kuliahnya, biaya yang dibutuhkan menjadi membesar. Pembesaran biaya sangat terasa bagi mahasiswa yang kos-kosan, baik itu biaya untuk membayar tempat tinggal setiap bulannya maupun untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Rasa malu juga melekat pada diri mahasiswa yang lama menyelesaikan perkuliahan. Rasa malu di sini dimaksudkan lebih kepada perasaan rendah diri atau minder terhadap teman-teman yang seusia yang telah menyelesaikan kuliahnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap biasa dengan lamanya mahasiswa tersebut menyelesaikan perkuliahan.

Selain berdampak pada diri sendiri, lamanya mahasiswa dalam menyelesaikan kuliahnya berdampak juga kepada perguruan tinggi di mana dia menuntut ilmu. Dampak tersebut terlihat dalam hal akreditasi perguruan tinggi tersebut. Sehingga dewasa ini ada perguruan tinggi yang menghalalkan segala cara agar akreditasi naik minimal tetap apalagi kalau perguruan tinggi tersebut baru terbentuk.

BAN-PT2 yang dalam hal ini sebagai wakil dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional memiliki wewenang untuk melakukan sistem akreditasi3

2

Satu-satunya badan akreditasi yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional

3

Pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu

pada pendidikan tinggi baik untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Agama (PTA) dan Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK).

Yang di mana dalam PP No. 60 tahun 1989 disebutkan bahwa BAN-PT merupakan badan yang mandiri (independen) yang diangkat dan melaporkan tugasnya kepada Menteri Pendidikan Nasional. Dan berfungsi sebagaimana yang ada pada UU No. 20 tahun 2003, PP No. 60 tahun 1999, SK Menteri Pendidikan Nasional No. 118/U/2003 adalah membantu Menteri Pendidikan Nasional dalam pelaksanaan salah satu kewajiban perundangannya, yaitu penilaian mutu perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Kedinasan serta Keagamaan.

Dimana proses akreditasi program studi dimulai dengan evaluasi diri di program studi yang bersangkutan. Evaluasi diri tersebut mengacu pada pedoman evaluasi diri yang telah diterbitkan BAN-PT, namun jika dianggap tidak perlu, pihak pengelola program studi dapat menambahkan unsur-unsur yang akan dievaluasi sesuai dengan kepentingan program studi maupun institusi perguruan tinggi yang bersangkutan.

Menurut Subandi Direktur Pendidikan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, indeks tingkat pendidikan tinggi di Indonesia juga dinilai rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah memiliki indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen4

Selayaknya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam rentang waktu cepat atau pun normal yaitu 10 semester. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya, cepat atau

.

4

http://www.beritasatu.com/pendidikan/144143-kualitas-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah.html

tidaknya seorang mahasiswa merupakan pilihan yang telah dipilih oleh mahasiswa tersebut berdasarkan berbagai alasan yang menjadi dasar bagi mereka di dalam menentukan pilihan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai apa yang menjadi alasan mahasiswa sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan studinya.

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Kelancaran

Kelancaran dalam arti luas adalah tidak tersendat-sendat. Kelancaran terjadi ketika seseorang atau kelompok akan mencapai tujuan. Kelancaran ini bersifat positif, karena sebagai suatu pemicu untuk mencapai tujuan yang dicapai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lancar adalah tidak tersendat-tersendat atau tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki arti yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan akan terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut. Kelancaran merupakan keadaan yanag dapat menyebabkan pelaksanaan terlaksana dengan baik dan maksimal5.

Dengan demikian kelancaran adalah suatu yang dapat mendorong kegiatan yang akan dikerjakan oleh mahasiswa sehingga akan berpangaruh pada pencapaian hasil yang akan diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran adalah faktor internal dan faktor eksternal5

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Yang termasuk faktor internal adalah :

1) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan siswa memperoleh kesempatan belajar.

Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan matang-matang akibat sikap terhadap belajar.

2) Motifasi belajar

Motifasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motifasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motifasi, atau tiadanya motifasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya kualitas hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motifasi belajar pada diri siswa perlu

diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motifasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar dan selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan selingan istirahat selama beberapa menit.

4) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai keagamaan, nilai kesenian, serta ketrampilan mental dan jasmani. Kemampuan menerima dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi semakin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan ketrampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.

5) Menyimpan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan cara perolehan dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu yang lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, atau bahkan sepanjang hayat. Proses belajar di ranah kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input process), proses pengolahan kembali dan hasil (output process), dan proses penggunaan kembali (activation process).

b.Faktor-faktor eksternal

Proses belajar didorong oleh oleh motifasi intrisik siswa. Disamping itu, proses belajar dapat juga terjadi atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan. Faktor-faktor eksternal meliputi

1) Guru

5

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik penerus muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa.

Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolahnya.

Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan hidup sebagai manusia. Dengan penghasilan yang diterimanya setiap bulan, ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Tinggal di sub-kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan daereah asalnya merupakan persoalan penyesuaian diri.

Ada perilaku, norma, nilai, sub-kebudayaan lokal yang masih harus dipelajari oleh guru yang bersangkutan. Di satu pihak, guru mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Di lain pihak, pada tempatnya warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima guru sebagi pribadi yang sedang tumbuh. Guru adalah seorang yang belum

Dalam dokumen Involusi Pendidikan (Halaman 49-94)

Dokumen terkait