• Tidak ada hasil yang ditemukan

Involusi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Involusi Pendidikan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Bungin, H. M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Danandjaja, James. 1988. Antropologi Psikologi. Jakarta: CV. Rajawali

Edo. 2012. Himpunan Mahasiswa Islam. Medan. Tidak terbit

Moleong, Lexy. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya

Sarwano, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu

Sedarmayanti, & Hidayat, Syarifudin. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung. CV. Mandar Maju

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

(2)

Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Walgito, Bimo. 2004. Psikologi Sosial. Yogyakarta. Andi

Sumber Lain:

- Borang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2012

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR : 1023/J05/SK/PP/2005 tentang Peraturan Akademik Program Sarjana (S-1) Universitas Sumatera Utara tahun 2007

-

-

-

-

-

-

-

-

(3)

BAB III

KASUS MAHASISWA DENGAN MASA STUDI BERLEBIH

Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan perilaku mahasiswa yang menyebabkan masa studi berlebih mendapatkan beberapa kasus, seperti kegiatan memainkan permainan online oleh mahasiswa, mahasiswa dengan kegiatan organisasi eksternal kampus hingga pada kegiatan mahasiswa secara personal yang mempengaruhi masa studi mahasiswa.

Dalam penjabaran berikut ini adalah kasus-kasus yang dialami mahasiswa dan menyebabkan mahasiswa tersebut menjalani masa studi berlebih dari persyaratan akademik kampus.

3.1 Kasus Mahasiswa dan Permainan Online

Kegiatan mahasiswa diluar kampus yang berkaitan dengan masa atau waktu penyelesaian kuliah salah satunya adalah permainan online, yang mana permainan online dalam hal ini merupakan sebentuk permainan yang membutuhkan adanya perangkat komputer dan jaringan internet yang dapat menghubungkan diantara pengguna internet.

(4)

diselingi dengan beragam kegiatan online lainnya yang salah satunya berupa permainan online.

Permainan online yang dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pengisi waktu luang, bagi sebahagian mahasiswa dipergunakan sebagai bentuk kegiatan utama yang dalam artian kegiatan mengikuti permainan online menjadi suatu kegiatan penting dibandingkan dengan mengikuti kegiataan perkuliahan.

Andi (23 tahun)8

Hal yang disebabkan oleh game online seperti adanya pemasukan secara finansial dianggap oleh sebahagian mahasiswa sebagai suatu sarana untuk

menuturkan bahwa :

“Game online ini bukan sekedar main aja, otak pun dipakai buat strategi … game online juga menambah kawan, kadang-kadang juga nambah-nambah uang jajan kalau pandai memainkannya”.

Pernyataan informan tersebut memberikan gambaran bahwa begitu kuatnya pengaruh permainan online sebagai kegiatan mengisi waktu luang mahasiswa, selain sebagai sebentuk kegiatan pengisi waktu luang juga berfungsi sebagai sarana menambah perkawanan (relasi) dan juga mampu memberikan pemasukan secara ekonomis kepada mahasiswa yang bersangkutan.

Rudi (24 tahun) mengatakan :

“Awalnya game online kuanggap sebagai main-main saja, tapi kulihat di internet game online juga bisa menghasilkan uang … maen game online kayak poker, zynga bisa dijual koinnya kalo menang, lumayan buat nambah uang untuk bayar kost”.

(5)

mencari keuntungan, misalnya saja kehidupan seorang mahasiswa yang tinggal di rumah kost membutuhkan uang untuk membayar uang sewa rumah kost, membayar uang makan dan membayar keperluan lainnya, namun terkadang kebutuhan ekonomis mahasiswa tersebut terkendala beberapa hal, seperti : terlambatnya uang kiriman orangtua dari kampung, penggunaan uang yang boros, gaya hidup dan lain sebagainya yang menyebabkan mahasiswa tersebut mencari kemungkinan-kemungkinan lain untuk dapat menutupi kebutuhan hidupnya.

Fikry (25 tahun) mengatakan bahwa keuntungan yang didapat melalui permainan online mampu menjadi penopang biaya hidup selama menjalani masa perkuliaan, secara lebih lengkap Fikry mengatakan bahwa :

“Permainan online ini bagi sebahagian orang mungkin dianggap maen-maen saja tapi siapa sangka permainan online dapat memberikan keuntungan … pernah aku hampir terlambat bayar uang kuliah karna uang kiriman belum sampe tapi waktu itu aku menang maen game online jadi bisa bayar uang kuliah”.

Kenyataan ini menggambarkan bahwa game online dijadikan oleh mahasiswa sebagai sarana alternatif dalam mencari uang untuk dapat menutupi kebutuhan mereka selama menjalani masa perkuliahan.

Secara lebih lanjut juga perlu untuk dilihat adalah persoalan mengenai kegiatan permainan online yang dilakukan mahasiswa menjadi suatu kegiatan yang lebih penting daripada mengikuti kegiatan perkuliahan sesuai dengan label mahasiswa yang diembannya.

Adapun beberapa alasan mahasiswa lebih memilih mengikuti kegiatan permainan online daripada mengikuti kegiatan perkuliahan, yaitu :

(6)

2. Mendapatkan pertemanan yang lebih luas,

Kegiatan permainan online yang dilakoni oleh mahasiswa dengan masa studi yang telah melebihi masa studi sebagaimana yang disyaratkan dalam aturan mahasiswa dianggap mampu memberikan keuntungan secara finansial yang didasarkan oleh pandangan mahasiswa tersebut mengenai lapangan pekerjaan yang akan mereka peroleh setelah masa kuliah berakhir.

Sulitnya mencari pekerjaan apabila didasarkan atas kemampuan dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan menjadikan permainan online sebagai alternatif dalam mencari pekerjaan selama masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif, hal ini dapat juga dikatakan sebagai suatu paradoks bagi mahasiswa, dimana mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya dan adanya tawaran untuk dapat menghasilkan uang selama masih terdaftar sebagai mahasiswa, kedua hal tersebut menyebabkan mahasiswa mengambil jalan pintas dengan memilih mengikuti kegiatan permainan online daripada duduk untuk mengikuti perkuliahan.

(7)

pertemanan yang lintas usia, waktu dan tempat sehingga secara tidak langsung juga terjadi pertukaran informasi yang lebih padat.

Beberapa alasan yang diungkapkan oleh informan sebagai dasar memilih mengikuti kegiatan permainan online dibandingkan dengan mengikuti kegiatan perkuliahan ternyata juga memiliki dampak lain, yaitu dampak negatif berupa perjudian. Hal ini tidak dipungkiri oleh informan penelitian, Andi (23 tahun) mengatakan bahwa :

“Aku sebenarnya tau kalo permainan online itu ujung-ujungnya judi, tapi mau cemana lagi cuman itulah yang bisa dibuat, ya dalam artian dengan modal cuman Rp. 5.000.- terus maen warnet keuntungan yang diperoleh bisa berlipat ganda … walaupun kadang juga kalah tapi ya itulah namanya nasib, kan gak selamanya juga kalah terus, kadang-kadang kan juga menang, seimbanglah antara dua-duanya”.

Senada dengan pendapat tersebut, Rudi (24 tahun) mengatakan : “Mau judi mau gak, kan sama ajanya ... yang penting ada DN (duit/dana), kalau enggak ada ini baru masalah … game online kan juga ilmiah itu, daripada kuliah cuman teori ajanya tak pernah ada dikasi tau tentang setelah tamat kuliah selain kerja, sama kek cerita alumni kalau cakapnya aja abis tamat langsung kerja terus kalo gak dapat kerja maunya orang tu kasi kerja ? kalo mau biar kami cepat-cepat tamat kuliah, kan gak juga”.

(8)

Dalam penelusuran penelitian ini, peneliti dalam proses observasi partisipasi pada kegiatan permainan online mendapatkan bahwa kegiatan tersebut setidaknya dilakukan dalam kurun waktu yang lama (hingga kurang lebih 4 jam bahkan lebih). Penggunaan waktu yang lama dalam melakukan kegiatan permainan online ini dipicu oleh kompleksitas permainan online yang seakan-akan mengajak pemain permainan online untuk terus selalu duduk berhadapan dan mengamati layar monitor sambil sesekali menggerakkan mouse ataupun keyboard komputer.

Penggunaan waktu dalam permainan online pada awalnya merupakan alokasi waktu yang diperuntukkan oleh mahasiswa dalam mencari dan menyelesaikan tugas melalui pencarian di dunia virtual, namun dalam proses pencarian tersebut diselingi dengan beberapa kegiatan lainnya seperti mendengarkan lagu, membuka situs pertemanan dan membuka situs informasi lainnya. Kegiatan tersebut memunculkan kebosanan bagi mahasiswa sehingga tercipta suatu alternatif untuk mencari pengisi waktu berupa kegiatan lainnya yang secara terus-menerus dapat menawarkan tantangan, hal ini terjawab dengan hadirnya permainan online yang menawarkan tantangan untuk diselesaikan dalam bentuk tingkatan dalam permainan.

Andi (23 tahun) mengatakan bahwa :

(9)

Ketika ditanyakan secara lebih lanjut mengenai penggunaan waktu dalam menggunakan internet, Andi mengatakan :

“Dalam sehari paling enggak adalah lima jam maen internet itupun kalau di kampus aja, nanti kalau udah selesai kuliah pulang ke kost bisa sampe malam maen internet, kalo hari libur bisa seharian maen game online … ya kalo kuliah gitu-gitu ajanya kadang banyak juga yang dosen tu gak tau apalagi tentang info terbaru, kan rat-rata dosen tu gaptek (gagap teknologi), nanti di internet bilang A tapi dosennya bilang B, gak nyambung”.

Pendapat Andi tersebut menyiratkan bahwa penguasaan materi perkuliahan oleh dosen dirasakan kurang memadai dengan ukuran sekarang ini, dimana informasi terbaru silih berganti bermunculan di media internet sedangkan dosen tidak memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan informasi terbaru yang banyak tersebar di media internet, kenyataannya ini memunculkan perbedaan pengetahuan antara mahasiswa dan dosen.

(10)

Gambar 4: mahasiswa dan game online Sumber dokumen pribadi

3.2 Kasus Mahasiswa dan Organisasi Kampus

Mahasiswa sejatinya adalah status sebagai pelajar yang menambah pengetahuan secara formal di bangku perkuliahan, namun dalam kenyataannya mahasiswa tidak hanya menimba ilmu di ruang perkuliahan melainkan juga ikut pada beberapa bentuk kegiatan lainnya yang terdapat di kampus.

(11)

tingkatan jurusan/departemen, organisasi mahasiswa tingkatan fakultas, organisasi mahasiswa tingkat kampus.

Selain organisasi tersebut, terdapat organisasi yang mewadahi aspirasi dan hobi mahasiswa, seperti organisasi mahasiswa berdasarkan hobi olahraga, organisasi diskusi mahasiswa dan lain sebagainya. Pada perkembangannya terdapat organisasi mahasiswa yang bersifat eksternal, dalam artian organisasi mahasiswa tersbut tidak berafiliasi kepada biro rektor melainkan organisasi luar kampus yang dibawa ke dalam kampus.

Pada kenyataannya organisasi eksternal kampus sedikit banyaknya mempengaruhi kehidupan mahasiswa, dari sekedar ikut berpartisipasi pasif hingga aktif dan turut serta dalam kepengurusan inti organisasi eksternal kampus. Dalam penelitian ini terdapat kasus mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus dan menyebabkan mahasiswa terambat dalam menyelesaikan masa studi sebagaimana yang disyaratkan kepada diri mahasiswa berdasarkan keputusan pihak kampus.

Berkaitan dengan organisasi eksternal kampus, terdapat beragam alasan mahasiswa mengikut kegiatan organisasi eksternal kampus, seperti pendapat Amir (24 tahun) yang terdaftar sebagai anggota organisasi eksternal kampus yang bergerak dalam konteks politik praktis :

(12)

Pendapat Amir tersebut menyiratkan bahwa kondisi dan peluang pekerjaan yang ditawarkan ketika mengikuti organisasi eskternal kampus menjadi faktor penarik bagi mahasiswa untuk mengikuti beragam kegiatan organisasi eksternal kampus tersebut, selain itu terdapat juga pendapat lain dari Angga (24 tahun) yang mengatakan bahwa :

“Aku ikut ini (organisasi eksternal kampus) karena kulihat di televisi mereka keren dan berjiwa perjuangan … ikut ini juga untuk menjdikan diriku jadi aktivis kampus yang sadar dan peduli dengan keadaan hidup sekitar, daripada status mahasiswa tapi buta terhadap kehidupan sekitar ?”.

Alasan yang dikemukakan tersebut menggambarkan faktor penyebab mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus sebagai alasan yang personal, dalam artian mahasiswa tersebut membutuhkan proses eksistensi bagi dirinya dalam kehidupan kampus di luar kegiatan akademik seperti lazimnya mahasiswa lainnya.

Waktu mahasiswa yang tersita dengan mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus juga memberi dampak pada lamanya masa studi mahasiswa tersebut yang berimbas pada kelulusan mahasiswa tersebut.

Organisasi eksternal kampus yang bermain dalam konteks politik praktis menjadi magnet yang tidak dapat dipungkiri menarik minat mahasiswa untuk mengikutinya, selain sebagai mahasiswa yang bergelut dengan teori maka kegiatan organisasi eksternal kampus dianggap sebagai bagian dari aktualisasi teori yang mereka peroleh dari bangku perkuliahan.

(13)

tersebut dan juga kesadaran diri mahasiswa bahwa dengan status mahasiswa mereka mengemban tugas untuk mencari dan menambah ilmu pengetahuan mereka sesuai dengan minat dan jurusan mereka. Kondisi ini terkadang disalahartikan sebagai bentuk perlawanan mahasiswa terhadap sistem (politik, pendidikan, ekonomis, sosial, dan lain-lain) walaupun mahasiswa tersebut secara sadar atau tidak sudah turut dalam kegiatan politik praktis.

Menariknya, keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi eksternal kampus dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

1. Ajakan senior, 2. Pengaruh teman, 3. Kemauan diri sendiri,

4. Alasan lain (mencakup; eksistensi pribadi, bernilai, dll).

Beberapa hal yang menjadi alasan mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus menggambarkan posisi rentan mahasiswa dalam menentukan antara mengikuti kegiatan perkuliahan dengan mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus.

Sejatinya kegiatan organisasi mahasiswa eksternal kampus berupaya untuk dapat menghubungkan antara mahasiswa – aspirasi – kuliah, namun pada kenyataannya hal ini sedikit menyimpang dimana kegiatan organisasi mahasiswa eksternal kampus lebih mendominasi waktu mahasiswa.

(14)

demon, bahas mahasiswa apatis terhadap keadaan sekitar tapi mereka gak bisa kasi contoh juga. Ke kampus pake baju kaos, celana koyak, selop jepang, kalo ditanya politik cepat kali nyambarnya tapi waktu diajak kuliah hilang entah kemana”.

Pendapat dari Budi memberikan pandangan lain mengenai keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi eksternal kampus dimana mereka yang tidak ikut serta dalam kegiatan organisasi eksternal kampus justru memberikan pandangan negatif kepada mereka yang turut serta, hal ini dikarenakan mahasiswa yang ikutserta dalam kegiatan organisasi eksternal kampus yang diharapkan dapat memberikan warna lain dalam kehidupan kampus justru menjadi golongan mahasiswa yang diberi cap sebagai “tukang nongkrong”, “tukang cakap” yang tak memberi pengaruh baik kepada mahasiswa lainnya.

Keberadaan mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus dalam kehidupan akademik kampus secara luas dianggap sebagai golongan mahasiswa “lama tamat”, mahasiswa “tukang demon” yang tingkat kehadiran didalam perkuliahan sangat sedikit dibandingkan dengan tingkat keikutsertaan mereka dalam kegiatan organisasi.

Angga (24 tahun) yang ikut dalam organisasi eksternal kampus menuturkan bahwa :

“Tiap hari datang ke kampus jumpa kawan ya diskusi lah, kadang dari pagi sampe sore kami bahas tentang permasalahan sekarang ini … mahasiswa lain sudah malas untuk berjuang taunya cuman datang, duduk, pulang”.

(15)

kepentingan antara mahasiswa yang ikut organisasi dan mahasiswa yang tidak ikut organisasi.

Pihak dekanat sebagai pemegang regulasi kampus tingkat fakultas juga dianggap tidak dapat menyelesaikan permasalahan di antara dua kubu ini, pihak dekanat dianggap sibuk dengan beragam urusan administratif kampus dan juga dituduh “meng-anak emas kan” mahasiswa yang ikut organisasi dengan beragam alasan.

Andri (24 tahun) mengatakan bahwa :

“Sudah sering itu mahasiswa yang ikut organisasi eksternal kampus kayak organisasi XXXX menjadi anak emas, karena dosen, senior, alumni mereka dekat dengan pihak kampus dari tingkat departemen, fakultas sampe rektorat … kadang ada juga mahasiswa yang kita anggap sudah layak DO (drop out) karena jarang masuk, evaluasi nilai gak cukup justru selamat gak pernah dapat peringatan, belum lagi masalah beasiswa, orang-orang tu aja yang dapat, jadi gak heran kalo liat mahasiswa ikut organisasi eksternal kampus kesan kayak dia yang punya kampus ini”.

(16)

Gambar 5 : mahasiswa dan organisasi kampus Sumber dokumen pribadi

3.3. Mahasiswa dan Kegiatan Pribadi

Berbeda dengan kondisi mahasiswa yang lama menyelesaikan masa kuliah karena ikut dalam organisasi kampus, mahasiswa dengan kegiatan pribadi menjadi contoh mahasiswa yang lama tamat dikarenakan disibukkan dengan beragam hal yang bersifat pribadi, seperti : ikut dalam kegiatan sesama mahasiswa luar kampus (event organizer, main musik, nongkrong), pacaran dan beragam bentuk kegiatan pribadi lainnya.

(17)

3.3.1 Mahasiswa dan Kegiatan Nongkrong

Kegiatan mahasiswa yang diisi dengan beragam aktifitas yang berkaitan dengan pencarian ilmu pengetahuan dan didapat melalui bangku perkuliahan secara tidak langsung menyebabkan munculnya kegiatan berkumpul atau

nongkrong. Kegiatan berkumpul yang pada awalnya membahas tentang

perkuliahan berkembang menjadi arena diskusi beragam hal yang terkait dengan kehidupan mahasiswa secara personal maupun komunal.

Istilah nongkrong dalam lingkup ini adalah kegiatan berkumpul yang dilakoni mahasiswa sebagai suatu alternatif kegiatan luar maupun dalam kampus,

nongkrong sebagai sebentuk kegiatan lazim dilakukan mahasiswa seperti :

duduk-duduk dan berdiskusi di areal kampus, duduk-duduk-duduk-duduk di kantin kampus hingga duduk-duduk di kedai kopi.

Selayaknya pembahasan di kedai kopi, kegiatan nongkrong yang dilakoni mahasiswa juga membahas dari hal yang serius hingga hal-hal yang terkadang tidak masuk di akal. Kegiatan nongkrong ini dilakukan sebagai suatu sarana penyegaran pikiran dari mengikuti kegiatan perkuliahan.

Sama halnya dengan bentuk kegiatan lainnya, kegiatan nongkrong yang dilakoni mahasiswa dapat juga menyimpang menjadi kegiatan duduk-duduk yang menghabiskan banyak waktu dan berimbas pada kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas kuliah dan juga menamatkan perkuliahan.

Anton (23 tahun) mengatakan :

(18)

belajar dalam kelas, di kampus pun nongkrong juganya kek di kantin sambil nunggu-nunggu waktu kuliah tapi kalo nongkrong sore ini lebih lama bisa sampe malam duduk-duduk sama kawan”.

Berkaitan dengan kegiatan nongkrong, Anton menuturkan mengenai penggunaan waktu nongkrong dan waktu belajar :

“kalo nongkrong sore ini lebih lama bisa sampe malam duduk-duduk sama kawan, awalnya duduk-duduk serius sambil cerita-cerita sambil ngerjain tugas kuliah juga, kan pake laptop ada wifi jadi bisa sekalian ngerjain tugas tapi sering juga tugas gak selesai karena kebanyakan cerita dan wifi-nya gak jalan, kalo udah gitu yang lanjut di kost lah ngerjainnya walau kadang-kadang lupa juga ngelanjutinnya heheh”.

Ketika ditanyakan secara lebih lanjut tentang bagaimana tanggapan orangtua kepada dirinya yang berstatus sebagai mahasiswa dan juga anak kost, Anton mengatakan :

“Udah capeklah kenak marah sama orang mamak, katanya kalo cuman duduk-duduk di kede kopinya kerja kau bagus pulang kampung aja tapi kadang kujawab juga orang mamak santai aja kuliahnya aku disini lagian inikan cuman buat santai sekalian ngerjain tugas, mamak cuman bilang tamatkan kuliah”.

(19)

menyebabkan mahasiswa tersebut tetap melakoni kegiatan nongkrong dalam kurun waktu yang lama dan menjadi rutinitas harian.

Gambar 6: mahasiswa dan nongkrong Sumber dokumen pribadi

3.3.2 Mahasiswa dan Kegiatan Pacaran

Mahasiswa yang pada umumnya berada dalam rentang umur 18-25 tahun adalah usia muda yang haus akan beragam kegiatan, salah satu kegiatan tersebut adalah ketertarikan dan hubungan terhadap lawan jenis atau pacaran.

(20)

mahasiswa dapat menjalani waktu yang lama dalam menyelesaikan perkuliahan oleh karena kegiatan pacaran.

Mahasiswa yang memiliki waktu studi berlebih dikarenakan pacaran disebabkan beragam hal, seperti pacaran satu kampus hingga pada putus pacaran. Pada kasus pacaran satu kampus mahasiswa dapat menjalani masa studi perkuliahan yang lama karena mahasiswa tersebut ingin memiliki waktu wisuda yang sama dengan pacarnya. Fauzi (24 tahun) mengatakan bahwa :

“Aku lama tamat karena nunggu pacarku, kan sedap kalo kami bisa wisuda sama-sama hwe … lagian namanya pacaran kemana-mana sama-samalah sampe kuliah dan wisuda pun sama-sama”.

Dari pernyataan informan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pacaran yang dilakoni informan berimbas pada masa perkuliahan walaupun mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan studi tepat waktu namun hal tersebut tidak dilakukan karena adanya “ikatan pacaran” sehingga mahasiswa tersebut rela menunggu pacarnya untuk sama-sama tamat kuliah.

Kegiatan pacaran yang dilakukan mahasiswa dalam lingkup kampus yang diisi dengan kegiatan secara sama seperti : pergi ke kampus bersama-sama, ke perpustakaan bersama-bersama-sama, pulang kuliah sama menyebabkan mahasiswa menjalani kegiatan perkuliahan sebagai bagian dari kegiatan pacaran dan melupakan esensi dari perkuliahan mencari ilmu, mengenai hal ini Fauzi mengatakan :

(21)

Lain halnya dengan kondisi salah seorang informan bernama Edi (24 tahun) yang menjalani perkuliahan dengan melakukan kegiatan pacaran satu departemen namun putus.

Edi mengatakan :

“Awalnya aja enak, abis putus jadi malas ke kampus-kampus lagi … kalo ke kampus kan jumpa sama dia, belum lagi kalo ada mata kuliah yang sama kan jumpa juga, jadi malaslah ke kampus”.

Lebih lanjut Edi menceritakan :

“Udah putus pun sering jumpa di kampus, belum lagi kawan-kawan kampus kalo jumpa sering ngejek “seeh si edi mana si anu ?, kan biasanya sama” karena sering kek gitu jadi malas ke kampus, kalo gak jumpa sama dia ya jumpa sama kawan-kawan kampus diejek”.

Kondisi yang dialami informan penelitian menggambarkan bahwa kegiatan pacaran yang dilakoni mahasiswa berimbas pada sikap malas mahasiswa untuk datang ke kampus menjalani perkuliahan dan pada akhirnya mahasiswa tersebut menjalani masa kuliah yang berlebih atau melebihi tenggat masa studi.

(22)

Cepat tamatnya seorang maha siswa dapat dikategorikan suatu keberhasilan yang dicapai oleh mahasiswa tersebut di dalam pendidikannya. Keberhasilan tersebut diraih dengan banyak belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan studinya. Belajar merupakan suatu proses yang harus dijalani oleh seorang mahasiswa, di mana belajar membutuhkan waktu yang khusus untuk dapat benar-benar memahami apa yang menjadi bahan dari mata kuliah yang sedang dia jalani.

Dengan tingginya intensitas mereka di dalam menjalani aktifitas-aktifitas di luar kelas, dengan sendirinya waktu untuk belajar menjadi terbekanglai. Tanpa disadari oleh mahasiswa dampak dari tingginya intensitas waktu di dalam menjalani aktifitas di luar kelas, antara lain :

1. berkurang waktu untuk belajar atau mempelajari bahan kuliah

2. rendahnya tingkat kehadiran di dalam mengikuti perkuliahan sehari-hari 3. kesehatan tidak terurus.

Seperti yang dikatakan oleh Anton (23 tahun) :

“kalo suntuk di kos, aku kadang ke warnet ngambil paket malam. Kalo udah siap, paling nyari makan lalu pulang ke kos kawan atau kos ku tuk tidur”.

Ketika ditanya lebih mendalam lagi, Anton menambahkan :

(23)

Berdasarkan dengan informasi yang didapat dari informan di atas, dapat ditarik gambaran dengan seringnya mahasiswa untuk tidak tidur sesuai dengan waktunya, selain berdampak terhadap kesehatannya juga dapat menghambat keinginan mereka untuk mengikuti kegiatan perkuliahannya.

Kondisi tubuh atau kesehatan dari mahasiswa menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dari mahasiswa tersebut. Semua hal yang diajarkan atau dijelaskan oleh dosen di dalam kelas, tidak akan masuk ke pikiran dikarenakan oleh kondisi fisik atau kesehatan mahasiswa itu tidak dalam kondisi yang benar-benar pulih untuk menangkap atau memahami semua penjelasan yang diberikan oleh dosen. Seperti yang ada di dalam peribahas Mens

Sana In Corpore Sano yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

sehat juga.

Andri (24 tahun), salah satu informan menambahkan :

“...yang kalo sakit masuk angin, demam udah biasa la ku alami. Kalo udah sakit ini, mau ngapain mau gak bisa. Bawaannya mau tidur aja, kek mana mau ke kampus itu?.gak mungkin la ku bante tidur di kelas, yang ada kenak tandai aja sama bapak itu. Dari pada bermasalah sama dia, mending aku gak hadir sekalian, kalo ada tugas tinggal tanyanya ama kawan-kawan”.

Ketika ditanya lebih lanjut, Andri mengatakan :

(24)
(25)

BAB IV

Alasan dan Dampak Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat

4.1. Alasan-alasan Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat

Mahasiswa adalah sebutan untuk sesorang uang sedang menjalani pendidikan di tingkat perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Selayaknya rentang waktu yang dijalani seorang mahasiswa dalam menyelesaikan kuliahnya selama 10 semester (5 tahun).

Namun ada beberapa mahasiswa yang lebih dari 10 semester dalam menyelesaikan kuliahnya, bahkan ada juga yang sampai 8 tahun atau lebih. Hal ini dimungkinkan karena kurang perhatiannya mahasiswa tersebut kurang memberikan terhadap keadaan perkuliahannya. Ditambah lagi pihak universitas memberikan keringanan dalam hal lamanya menyelesaikan studinya.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dalam hal menyelesaikan studinya. Baik alasan yang berasal dari diri mahasiswa itu sendiri maupun dari lingkungannya. Di bawah ini merupakan alasan-alasan yang menyebabkan mahasiswa lama dalam menyelesaikan kuliahnya :

4.1.1. Kuliah karena tuntutan keluarga

(26)

perguruan tinggi. Di mana tujuan akhir dari kuliah tadi adalah tamat atau lulus dan akhirnya diwisuda.

Melihat anaknya di wisuda adalah kebanggaan bagi setiap orang tua. Dari lubuk hati setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi seorang yang pintar dan menyelesaikan kuliah. Bahkan memaksa anaknya untuk kuliah pun bisa saja mereka lakukan. Berawal dari sebuah keterpaksaan inilah maka ketika sudah menjadi mahasiswa, mahasiswa tersebut enggan untuk serius dalam kuliah dan memiliki sikap acuh dalam menyelesaikan studi sesuai dengan tenggat waktu. Seperti yang dikatakan Feri (24 tahun) :

“...sebenarnya aku kuliah ini tuntutan dari bos pra. Aku sebenarnya pengen buka usaha waktu tamat sekolah kemaren. Cuma tau la kau pra,kalau orang tua orang Batak ini, gak mau kalah sama orang”.

Andi (23 tahun), salah satu informan mengatakan :

“Aku bang, waktu kuliah ini dulu, mamakku kurang setuju sama jurusan yang aku ambil ini. Disuruhnya aku lagi nyoba SPMB tahun depan dan mengambil ekonomi dengan alasan lebih banyak dibutuhkan dalam mencari lowongan kerja”.

Berdasarkan pernyataan informan tersebut bisa ditarik suatu gambaran bahwa, seorang anak memlih kuliah supaya orang tuanya senang. Walaupun di dalam perjalanannya hal tersebut bisa menjadi beban bagi anak dalam menyelesaikan kuliahnya. Apalagi jurusan yang diambil bukan jurusan yang sesuai dengan kata hati anaknya. Anwar (24 tahun), salah satu informan menambahkan :

(27)

yang ku ambil aja la. Biar gak didengarnya kali kata-kata orang lain”.

Orang tua pada dasarnya ingin melihat anak-anaknya sukses di dalam pendidikannya. Minimal pendidikan anak lebih tinggi dari pada pendidikan orang tuanya. Dengan permintaan atau keinginan orang tua tersebut, anak lebih memilih untuk mengesampingkan pilihan yang sesuai dengan keinginan hatinya dan mengikuti pilihan otang tuanya.

4.1.2. Kuliah hanya karena gengsi

Kalah dalam persaingan SPMB/UM PTN/PTS yang memiliki jurusan-jurusan favorit, menyebabkan banyak mahasiswa memilih jurusan-jurusan lain (yang tidak diminati) sebagai pelarian ketika tidak diterima. Tujuannya adalah agar mereka tetap bisa kuliah meski jurusan itu bukan yang diminati.

Gengsi di sini lebih diartikan kepada perasaan tidak mau kalah dibandingkan teman atau sesama. Sehingga untuk menjaga gengsi tersebut, pilihan yang diambil bukan lagi berdasarkan pilihan dari hati sendiri melainkan berdasarkan nafsu karena takut malu sama teman yang lulus. Seperti yang dikatakan oleh Amri (25 tahun) :

“..niat awalnya aku sama kawanku dulu mau sama sama ngambil ke Jawa, tapi dia lulus sedangkan aku lulusnya cuma di USU. Yaudah la dari pada aku nganggur, ku ambil aja di USU ini”.

(28)

Dari pernyataan informan di atas, dapat diambil gambaran bahwa mahasiswa yang dulunya memilih jurusan hanya berdasarkan gengsi atau nafsu memiliki rasa pesimistis terhadap jurusannya tersebut. Rasa pesimistis ini, berdasarkan ketidakyakinan mahasiswa akan jurusan yang diambilnya tidak terlalu bisa diharapkan di dalam menentukan masa depannya.

4.1.3. Terlalu menikmati kebebasan

Istilah kebebasan manusia menggambarkan seseorang tidak mendapat paksaan, tuntutan, ataupun kewajiban dan tanggung jawab, akan tetapi dengan adanya kebebasaan seseorang dapat merasakan makna keberadaannya selaku sebagai manusia. Kebebasan manusia akan berhadapan pada suatu batas. Hal ini yang kemudian mengharuskan seseorang untuk memutuskan sebuah pilihan.

Mahasiswa yang dianggap sudah dewasa secara usia, seharusnya lebih tepat di dalam pengambilan pilihan terutama pilihan yang menyangkut dengan perkuliahannya. Pengawasan dari keluarga bisa saja meminimalisir kesalahan pilihan yang diambil oleh mahasiswa. Seperti yang dikatakan Toni (24 tahun) :

“...taunya bosku, aku di Medan ini kuliah. Pokoknya yang baek-baek la. Dan aku pun yang baek-baek aja la yang ku sampekan ke kampung sana”.

Senada dengan pernyataan di atas, Willy (24 tahun) menambahkan : “pokoknya yang ku kasih tau ama bosku,yang baek-baek

aja la. Sempat tau orang itu, aku jarang masuk kuliah

lalap maen ke warnet ini,apa gak direpetin aku”.

(29)

dimanfaatkan secara berlebihan. Mahasiswa memiliki kecenderungan mengisi waktu dengan bermain, pacaran, nongkrong dan lain sebagainya.

4.1.4. Sibuk mengikuti organisasi kemahasiswaan ataupun organisasi lainnya

Wadah mahasiswa untuk berekspresi di kampus selain dalam kegiatan akademis adalah organisasi mahasiswa. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155 /U/1998 mengenai pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi. Organisasi kemahasiswaan antara perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama, serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.

Menurut keputusan tersebut mengharuskan di setiap perguruan tinggi harus terdapat satu organisasi kemahasiswaan yang dapat menaungi semua aktifitas kemahasiswaan (Bab II, Pasal 3). Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai salah satu perguruan tinggi dalam hal organisasi kemahasiswaan tetap berpedoman dengan keputusan tersebut. Terdapatnya organisasi-organisasi kemahasiswaan intra di USU, baik pada tingkatan universitas maupun tingkatan fakultas merupakan bukti penyesuaian USU terhadap keputusan tersebut. Selanjutnya mengenai berjalan mekanisme pada organanisasi kemahasiswaan di USU diatur dalam tata laksana organisasi mahasiswa (TLO) USU.9

9

(30)

Pada dasarnya, mengikuti kegiatan atau bergabung dengan suatu organisasi mahasiswa adalah baik. Ada beberapa manfaat yang didapatkan mahasiswa baik secara langsung maupun tidak langsung dengan mengikuti organisasi, yaitu menambah teman antar jurusan ataupun yang lebih luas antar fakultas. Yang di mana dengan bertambahnya pertemanan diharapkan bisa juga menambah pengetahuan. Baik pengetahuan mengenai mata kuliah hingga pengetahuan umum lainnya seperti isu-isu yang sedang terjadi di kampus maupuan secara nasional. Seperti yang dikatakan Beni (24 tahun) :

”organ ini banyak membantu ku, misalnya tugas kampus. Tinggal tanya ama senior atau copas dari punya kawan aja kan bisa. Selain itu, melek la sikit tentang isu-isu yang sedang terjadi. Biar gak malu kali kalo ada teman atau junior-junior itu bertanya sama aku”.

Berdasarkan keterangan di atas, organisasi ikut berperan dalam bertambahnya pengetahuan seorang mahasiswa baik dengan cara bertanya langsung atau sekedar sharing kepada senioran maupun diskusi-diskusi yang diadakan oleh organisasi tersebut.

Selain manfaat yang di atas, ada manfaat lain yang secara tidak langsung didapatkan oleh seorang mahasiswa yaitu, dengan mengikuti suatu organisasi derajat mahasiswa itu dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya mengikuti perkuliahan seperti biasanya lalu pulang ke rumah atau kosannya masing-masing. Anggapan ini diperkuat dengan mengikuti suatu organisasi, seorang mahasiswa bisa ikut turun langsung untuk menyuarakan atau menyalurkan aspirasi masyarakat terhadap para pemangku jabatan (stakeholders).

(31)

“tuk apalah cuma kuliah pulang kuliah pulang itu. Kita mahasiswa sebagai agent of change, maunya bisa la berguna untuk sekitar kita atau orang-orang lemah yang ditindas oleh suatu masalah”.

Lebih cenderungnya mahasiswa di dalam mengikuti organisasi terkadang bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan studinya. Hal ini dikarenakan, waktu yang mereka luangkan untuk mengikuti perkuliahnnya berkurang dan kuliah bukan lagi menjadi prioritas utama.

4.1.5. Menekuni hobi secara berlebihan

Beberapa hobi seorang mahasiswa antara lain: bermain game online, bermain musik, olahraga (bilyard, futsal), dan lain-lain. Misalnya dalam hal bermain game baik online maupun offline. Di dalamnya terdapat isitilah hardcore

gamers. Di mana hardcore gamers adalah seseorang yang meluangkan waktunya

16-20 jam untuk bermain game. Bermain game, besar sekali pengaruhnya terhadap intelegensia anak dari segi positif dan negatifnya.

Dari segi positif, game online dapat mempengaruhi kemampuan anak seperti merangsang saraf motorik mereka dalam beraksi, melatih ketrampilan tangan, koordinasi motorik mata dan tangan menjadi lebih terlatih, merangsang kemampuan mereka dalam berstrategi, merangsang kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan permasalahan dan lain sebagainya

(32)

sang anak bila menyelesaikan game online. Hal ini dapat terjadi ketika sedang mengikuti kelas namun pikirannya berada di game tadi. Dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh kecanduan game ini adalah melemahnya fisik dan psikis, tanpa disadari anak. Seperti yang dikatakan Andi (24 tahun) :

“..aku insom orangnya bang. Paket malam la ku bante, kalo pigi kuliah dulu, ya kadang masuk kadang enggak. Apalagi kalo dosennya bisa TA. Percuma masuk kuliah kalo ngantok ini, ntahapa yang dibilang dosen itu mana la masok ke otak awak”.

Hobi kalau dilakukan secara wajar itu baik, tapi kalau berlebihan, pasti mengganggu kegiatan lainnya. Dengan durasi waktu yang tinggi untuk bermain di mana bisa mencapai belasan jam dalam sehari maka waktu untuk belajar sangat minim. Sehingga dengan minimnya waktu untuk belajar, mahasiswa tadi tidak memiliki pengetahuan akan mata kuliah yang ada di jurusannya.

4.1.6. Memiliki pekerjaan sampingan (freelance)

Kerja terkadang dianggap hanya sebagai siklus kehidupan semata, lahir-anak hingga remaja bersekolah-dewasa kerja-tua pensiun-lalu akhirnya mati. Pengertian kerja di sini tidakla sama dengan pengertian kerja yang dijalani oleh sebagian orang pada umumnya.

(33)

Adapun jenis pekerjaan yang sering dilakukan mahasiswa adalah jenis pekerjaan informal, antara lain; menjadi pelayan di restoran atau cafe, penjaga di warnet. Di mana jenis pekerjaan itu, tidakla seketat jenis pekerjaan formal dari segi lamanya waktu bekerja. Kelonggaran dari segi waktu itulah yang membuat banyak mahasiswa yang memilih untuk menjalani kerja sambil mengikuti kegiataan studinya. Seperti yang dikatakan oleh Wina (23 tahun) ;

“ya lumayan la tuk nambah pengalaman sama kantong. Dari pada gak jelas ngapain di luar sana bagus aku kerja. Capek sih capek, tapi jadi tau awak gimana susahnya nyari duit itu. Karna susah nyari duitnya, agak mikir juga untuk ngabisinnya hehe”.

Tetapi tidak sedikit pula dari mereka yang terlena dengan pekerjaannya itu. Keasyikan dalam bekerja terkadang membuat belajar bukan lagi menjadi prioritas mereka sebagaimana yang ditanamkan pada tahap awal memasuki universitas. Alasan secara singkat adalah ujung akhir dari kuliah adalah mendapat gelar sarjana yang bisa digunakan sebagai sarana untuk mencari kerja sehingga menghasilkan uang.

4.1.7. Tidak adanya jaminan kerja setelah lulus

Menurut Camus, tanpa bekerja hidup akan terasa tidak enak, pekerjaan yang tidak berarti membuat hidup tidak bergairah dan kerja merupakan sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Manusia perlu bekerja dan ingin bekerja serta pekerjaan yang berarti memberikan dampak fisik dan emosi

(34)

1. Orientasi Ekonomi (Instrumental) yaitu pekerja memandang pekerjaan dari sudut uang yang didapat.

2. Orientasi Sosial (Relasional) yaitu pekerajaan sebagai suatu lingkungan sosial yang didominasi oleh hubungan interpersonal/ loyalitas personal 3. Orientasi Psikologis (Personal) yaitu pekerja mengembangkan diri dan

memenuhi kebutuhannya dari pekerjaan yang dilakukan.10

Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga.

Penyerapan tenaga kerja kuartal I 2014 hanya sebanyak 260.156 tenaga kerja. Angka ini merupakan yang terendah sejak kuartal kedua 2011 yang sebanyak 225.804 tenaga kerja. Jika dibandingkan triwulan pertama 2013, penyerapan tenaga kerja pada kuartal I-2014 juga jauh lebih rendah. Serapan tenaga kerja pada kuartal I-2013 mencapai 361.924 tenaga kerja.11

10

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/499375-serapan-tenaga-kerja-indonesia-terendah-sejak-2011

Kebutuhan akan kerja pada zaman sekarang ini sangat tinggi yang di mana juga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga ada kecenderungan di mana mahasiswa memilih untuk lama menyelesaikan kuliahnya dari pada tamat sesuai waktunya tapi setelahnya tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran. Seperti yang dikatakan Ahmad (25 tahun) :

(35)

Deni (24 tahun) menambahkan :

“IPK gak jadi jaminan yang mutlak untuk dapat kerja, nasib seseorang bisa menentukan. Di samping nasib, duit dan orang dalam juga menentukan”.

Berdasarkan informasi yang didapat dari informan, tidak adanya jaminan inilah yang banyak membuat mahasiswa lebih memilih lama kuliah daripada lama menganggur. Dengan anggapan bahwa, kalau masih berstatus mahasiwa, masih bisa mengharapkan bantuan dana dari orang tua.

4.1.8. Skripsi

Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikanhidup sehari-hari suatu karya ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.

Yang di mana yang menjadi karakteristik skripsi adalah

1. Merupakan karya ilmiah sehingga harus dihasilkan melalui metode ilmiah

2. Merupakan hasil tertulis dari hasil penelitian pada salah satu aspek kehidupan masyarakat atau organisasi (untuk ilmu sosial). Hasil penelitian ini dikaji dengan merujuk pada suatu fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan sebelumnya12

12

(36)

Di dalam pengerjaan skripsi, seorang mahasiswa sering mendapat permasalahan/rintangan baik itu yang bersumber dari diri mahasiswa itu sendiri maupun dari luar diri mahasiswa tersebut. Rintangan yang biasanya dialami mahasiswa dalam mengerjakan skripsi/tugas akhir adalah (1) pencarian judul yang akan diangkat, (2) pencarian bahan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, (3) menggunakan metode penelitian, (4) merangkum kata kata berdasarkan data/informasi yang telah didapat di lapangan. Seperti yang dikatakan Bagus (24 tahun) :

“cemanala ya, kurang paham aku mencocokkan teori-teori ke dalam skripsi ku ini. Jadi mau apa yang la ku ketikkan ini. Terpaksa melongok-melongok aja liatin laptop”

Riko (23 tahun), salah satu informan mengatakan :

“kalo semua data udah tekumpul, teros paham kita tau teori apa yang dipake enak aja yang ngetik skripsi ini. Ini konon la mau ngetik, apapun belom ada”.

Skripsi yang di mana merupakan satu syarat seorang mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di tingkat univeristas kadang menjadi salah satu alasan yang mendasari seorang mahasiswa lama dalam menyelesaikan perkuliahannya. Pada setiap mahasiswa, berbeda permasalahan yang dihadapinya dalam mengerjakan skripsi tersebut.

4.1.9. Permasalahan kampus

(37)

menyatakan mengajar itu seperti sebuah drama di mana guru sebagai pemeran utama.

Kemampuan mengajar dengan baik sama halnya dengan kemampuan acting, harus dipelajari dan terus-menerus dikembangkan melalui praktek. Dosen yang baik merencanakan betul-betul perkuliahannya sehingga dapat memberikan kuliah dengan baik, selalu tepat waktu dan terbuka mau menerima feedback dari mahasiswanya dan meresponsnya dengan mengembangkan keahliannya.

Berikut ciri-ciri guru atau dosen yang baik menurut Domizio :

1. Menghargai mahasiswanya dan menyiapkan perkuliahannya dengan sungguh-sungguh.

2. Memiliki selera humor (sense of humour

3. Mampu menciptakan suasana atau lingkungan belajar yang mendukung (

) dan dapat dengan efektif menyelipkan humor dalam setiap perkuliahannya.

supportive), menumbuhkan kepercayaan (trust

4. Berorientasi pada pembelajaran (

) dan tidak menggunakan pendekatan ancaman yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau ketakutan di hati mahasiswa.

learner-orientated) : Merumuskan

(38)

merubah atau memperbaiki cara mengajarnya sesuai dengan masukan dari mahasiswanya.

Permasalahan yang terjadi biasanya bersifat antar individu, namun terkadang permasalahan tadi dibawa ke dalam akademik mahasiswa tersebut. Sehingga dengan adanya permasalahan tadi, mahaiswa memiliki keengganan untuk mengikuti perkuliahan yang dibawa oleh dosen yang bersangkutan. Seperti yang dikatakan Ari (24 tahun) :

“kalo menurut aku pra, kurasa masalah sama dosen gak ada. Cuma ntah kenapa macam tak objektif gitu dosennya tadi menilai semua tugas-tugasku. Ntah apa la salahku sama dia”.

Begitu juga dengan yang dikatakan Nico (23 tahun) :

“kadang gak ngerti juga liat dosen ini lek. Kadang penilaian orang itu sama kita mahasiswa ini, ntah kekmana. Mungkin nasib si kawan itu la dia dapat nilai yang bagus dari dosen itu”.

(39)

4.1.10 Jenuh Dengan Suasana Kelas yang Monoton

Suasana belajar yang diciptakan oleh dosen sedikit banyaknya mempengaruhi niat atau motivasi mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan yang dibawa oleh dosen tersebut. Suasana yang lebih menarik niat belajar dari mahasiswa sangat membantu motivasi belajar dari mahasiswa tersebut.

Menurut Rebber dalam Syah, kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam suatu periode belajar tertentu. Seperti yang dikatakan Amri (24 tahun) :

“udah 6 tahun awak kuliah, tapi masih ada aja matakuliah yang belom lulus. Malu kali masuk sama adek-adek itu. Itu juga yang kadang buat aku jadi malas masuk kuliah. Kalo udah jarang masuk, gimana mau tau bahan apa yang akan diujiankan sama dosen itu?”.

Berdasarkan informasi yang ada di atas, dapat ditarik suatu gambaran bahwa dengan dengan semakin lanjutnya stambuk mahasiswa namun belum lulus juga memiliki rasa minder atau malu jika masih memiliki mata kuliah yang belum lulus dan harus mengulang bersama dengan adik-adik juniornya.

“cemana gak malu, petak mukak awak diliat adek adek itu. Kalo bisa ya TA-TA aja la. Mau masuk nanti jadi bahan candaan dosen, makin la petak mukak dihadapan adek-adek itu”.

(40)

minder dari mahasiswa yang ketinggalan mata kuliah mempengaruhi niat untuk menyelesaikan studinya yang tertunda.

4.2 Dampak dari Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat

Rentang waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan studi secara normalnya adalah 5 tahun atau sebanyak 10 semester. Ada juga mahasiswa yang termasuk cepat dalam menyelesaikan masa studinya yaitu selam 3,5 tahun atau 7 semester.

Di samping itu, ada beberapa mahasiswa yang termasuk dalam kategori lama untuk menyelesaikan studinya. Tanpa disadari, sangat besar kerugian yang dialami oleh mahasiswa dibandingkan dengan mahasiswa yang termasuk cepat apalagi sedang dalam hal menyelesaikan studinya baik secara moril maupun materil.

Adapun beberapa kerugian atau dampak yang dialami oleh mahasiswa yang termasuk lama dalam hal menyelesaikan studinya antara lain :

4.2.1. Pemborosan Ekonomi

Ekonomi yang dimaksud di sini mencakup seluruh biaya sehari-hari yang harus dikeluarkan oleh seorang mahasiswa dalam rentang waktu tertentu, bisa saja 1 minggu, 1 bulan maupun selama 1 tahun.

(41)

Besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar kosan mahasiswa yang cepat atau sedang tamat pasti tidak sebesar bila dibandingkan dengan mahasiswa yang lama tamat. Seperti yang dikatakan Andre (24 tahun) :

“kosan ku ini harganya 1,2 juta per bulannya. Itu belom termasuk listrik. Kalo listrik gak pala banyaknya aku bayar, karena paling tipi ama, tipi, ama kipas angin aja barang ku yang butuh listrik. Kalo soal mencuci dan gosok pakean, laundrynya aku”.

Hal di atas masih dihitung dari sisi untuk membayar tempat tinggal atau kosan mahasiswa tersebut, belum dilihat dari kebutuhan sehari-hari lainnya, misalnya untuk makan. Biaya untuk makan ini tidakla sebesar bila dibandingkan dengan biaya tempat tinggal. Hal ini dikarenakan, kebanyakan mahasiswa makan di tempat yang menjual paket makan murah misalnya rumah makan paket 6 ribu. Apalagi kalau sudah mendekati akhir bulan, di mana uang bulanan mereka sudah mulai menipis terkadang mereka hanya makan hanya 2 kali dalam sehari atau pun ada yang makan hanya 1 kali dalam sehari. Seperti yang ikatakan oleh Toni (24 tahun) :

“kalo soal makan, tergantung situasi dia. Bulan muda bole la sekal-kali makan enak, hitung-hitung perbaikan gizi anak kost. Kalo udah jumpa bulan tua, kantong pun udah mulai menipis indomie itu pun udah jago kali ku rasa”

(42)

Bagan 1 : Hubungan antara Lamanya Seorang Mahasiswa dengan Biaya Hidupnya

4.2.2. Berkurangnya Kompetensi Dalam Mencari Pekerjaan

Dengan kondisi persaingan kerja yang semakin besar, pemberi kerja akan berperan aktif dalam menyeleksi tenaga kerja yang akan dipekerjakannya baik dari segi pendidikan, usia, keahlian, pengalaman kerja, besarnya pendapatan dan jenis kelamin tenaga kerja. Penyeleksian terhadap pemberi kerja diperlukan sesuai dengan posisi kerja yang sedang dibutuhkan oleh pemberi kerja.

Gambar 8 : contoh lowongan pekerjaan

lama tamat biaya hidup

(43)

Dari gambar dapat dijelaskan bahwa salah satu syarat yang dibutuhkan yaitu pengalaman kerja yang telah ada. Di mana para tenaga kerja yang sudah ada pengalaman kerja di bidangnya lebih diutamakan oleh para pemberi kerja dari pada mereka yang belum memiliki pengalaman.

Dengan lamanya waktu mahasiswa untuk menyelesaikan studinya, kesempatan untuk mencari pekerjaan terhambat oleh keadaan di mana mereka masih saja berkutat dengan urusan studinya. Hal ini tidak dialami oleh mahasiswa yang menyelesaikan studinya dalam waktu yang cepat. Seperti yang dikatakan oleh Beni (24 tahun) :

“aturannya awak udah nyari-nyari loker sekarang. Ini malah masih nyari tugas atau refrensi untuk skripsi. Kalo tadi udah ada pengalaman,enak. Ini wisuda pun belom”.

Berdasarkan informasi di atas, waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk mencari pekerjaan malah harus tertunda karena studi mahasiswa tersebut. Penundaan ini merupakan suatu kerugian yang sangat besar yang dialami oleh mahasiswa yang lama dalam menyelesaikan studinya. Hal ini seperti dikatakan, Indah (24 tahun) :

“kalo tadi udah kerja kan enak, udah bisa kasih duit awak sama mamak bapak. Biar bisa bantu-bantu mereka. Ini ya untuk sementara masih la minta-minta ama mereka. Segan juga mintak ke bos, tapi mau gak mau la. Kalo gak dari duit ku tuk nyelesaikan skripsi ini”.

(44)

berkembang mengenai mahasiswa yang lama tamat yang dianggap sebagai orang yang malas menjadi nilai minus bagi mahasiswa tersebut nantinya disaat dia akan mencari pekerjaan.

4.2.3. Usia semakin bertambah namun kuliah belum selesai juga

Usia seseorang setiap tahunnya pasti akan bertambah. Bertambahnya usia seseorang seharusnya disertai dengan bertambahnya status seseorang. Namun dalam kasus lamanya mahasiswa tersebut tama tidak terjadi. Hal ini dapat menimbulkan perasaan minder atau rendah diri melihat di mana teman-teman seusia sudah ada penghasilan tetap atau sudah memiliki pekerjaan. Seperti yang dikatakan oleh Faisal (24 tahun) :

“ si anu itu dulu kawan ku sd, tapi sekarang udah kerja aja di bank itu. Awak jadi segan juga gabung-gabung ama dia. Awak masih bahas kuliah dia udah bahas kek mana nyari nasabah sebanyak-banyaknya”

Senada dengan pernyataan di atas, Berry (23 tahun) mengatakan :

“kalo ada ngumpul keluarga di rumahku, udah la semua itu nanya ama ku. Kapan tamat??ingat rumah,udah berapa sekarang??kapan lagi??”

Pernyataan informan di atas memberikan gambaran bahwa dengan lamanya tamat seorang mahasiswa bisa menimbulkan perasaan minder atau rendah diri untuk bersosialisasi dengan temannya.

(45)

Beberapa alasan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut antara lain :

1. Ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa yang lama tamat, belum tentu lebih sedikit dari pada ilmu mahasiswa yang cepat tamat.

2. Mendapat suatu prestise.

Mahasiswa yang lama dalam hal menyelesaikan studinya memiliki argumen atau alasan yang dirasa oleh mahasiswa tersebut bisa menjadi dasar. Misalnya mahasiswa yang berorganisai, mereka menganggap bahwa ilmu yang mereka miliki tidak kalah bila dibandingkan dengan mahasiswa yang cepat atau yang termasuk normal dalam hal menyelesaikan studinya.

Menurut Edo (2012), organisasi seharusnya memenuhi kebutuhan dari mahasiswa tersorgebut. Di mana organisasi bisa memberikan ilmu-ilmu yang bisa berguna bagi mahasiswa di kehidpuannya kelak. Ilmu-ilmu yang biasanya didapat dari organisasi seperti teori pergerakan, teori manajemen aksi dan lain sebagainya.

(46)

Gambar 9: piagam penghargaan yang dimenangkan kelompok game Sumber dokumen pribadi

(47)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran sangat penting dalam akhir suatu penelitian, kesimpulan memberikan suatu jawaban atas beragam pertanyaan yang menjadi tujuan penelitian, sedangkan saran memuat masukan yang dapat mendukung keberlanjutan dari fenomena.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap bentuk aktifitas yang dilakukan oleh mahasiswa di luar kelas sehingga memperlama masa studinya adalah :

Bentuk aktifitas yang dilakukan mahasiswa di luar kelas beragam bentuknya, baik aktifitas yang berhubungan maupun yang tidak ada hubungannya dengan dengan kegiatan studinya. Seperti bermain game baik online atau offline, aktifitas yang berkaitan dengan hobi, berorganisasi, bekerja sampingan

(freelance), nongkrong, berpacaran dan lain sebagainya.

(48)

Beberapa hal yang menjadi alasan mahasiswa sehingga membutuhkan waktu yang berlebih dalam menyelesaikan studinya, yaitu antara lain : (1) kuliah karena tuntutan kelurga, (2) kuliah hanya sebagai perasaan tidak mau kalah (gengsi), (3) terlalu menikmati kebebasan, (4) sibuk dengan kegiataan oragnisasi yang diikutinya, (5) menekuni hobi secara berlebihan, (6) menjalani kerja sampingan, (7) tidak adanya jaminan kerja setelah lulus kuliah, (8) skripsi dan (9) permasalahan kampus.

Aktifitas-aktifitas tersebut memberikan dampak positif dan negatif terhadap mahasiswa yang menjalaninya. Dalam hal ini, dampak positifnya lebih tertutupi oleh dampak negatifnya. Adapun sedikit dampak positifnya, antara lain : (1) memperluas pertemanan mahasiswa tersebut, (2) memberikan pengalaman kerja dan (3) dapat menghasilkan uang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa tersebut sehari-hari.

(49)

5.2. Saran

Saran dalam akhir penelitian ini adalah untuk memberikan masukan mengenai aktifitas mahasiswa di luar kelas yang mengakibatkan lamanya mahasiswa tersebut dalam menyelesaikan studinya sebagai bentuk kegiatan yang perlu diketahui dan disebarluaskan.

Adapun saran-saran penelitian ini, mencakup :

5.2.1. Kepada Mahasiswa

• Perlunya mahasiswa memberikan perhatian yang lebih kepada keadaan

perkuliahannya

• Perlunya penataan waktu yang baik antara aktifitas perkuliahannya dengan

aktifitas di luarnya

• Ketika mengalami kejenuhan, sesegera mungkin untuk memotivasi diri

sendiri kembali

• Menghindari diri dari hal-hal yang bisa membuat dosen kecewa atau

marah.

5.2.2. Kepada Dosen

• Menciptakan suasana belajar yang tidak monoton sehingga mahasiswa

menjadi tertarik untuk mengikutinya

(50)

BAB II

Letak dan Lokasi Penelitian

2.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU)

Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu universitas negeri yang ada di Sumatera Utara sebagai wadah untuk mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita dari para pendiri negara ini. Sejarah di dalam mendirikan universitas ini dimulai sejak lama dan melibatkan beberapa orang yang mempunyai peranannya masing-masing di dalam terbentuknya universitas ini.

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Abdul Hakim selaku Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

(51)

Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengandua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1956).

(52)

Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009).

Pimpinan Universitas

Sebagai suatu institusi ataupuan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, USU telah memiliki beberapa orang yang menjadi pimpinannya. Adapun orang-orang yang telah menjadi pimpinan di USU antara lain :

1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium

1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium 1962-1964 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Ketua Presidium

1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium

1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor

1966 (Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A, Pejabat Rektor

1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor

1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium

1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor

(53)

1994-2010

Prof. Chairuddin P. Lubis, D. T. M. &H., Sp.A.(K), Rektor

2010-2015

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K)

Tabel 1. Pimpinan Universitas Sumatera Utara Sumber : www.usu.ac.id

2.2 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara (USU). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas yang ke-9 di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdiri pada tahun 1980. Pada awalnya fakultas ini merupakan jurusan Ilmu Kemasyarakatan, dimana perkuliahannya masih menumpang pada Fakultas Kedokteran Gigi dengan staf pengajar yang direkrut dari staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum, dari IKIP-Medan dan dari staf Pemerintah Daerah Sumatera Utara.

(54)

Hukum USU. Setahun kemudian Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1982. SK Presiden Republik Indonesia tersebut mentapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (sembilan) pada Universitas Sumatera Utara. Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU sudah muncul pada tahun 1980 berdasarakan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.

Lebih kurang dalam waktu setahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan SK Menteri Pendidikan Republik Indonesia itu, disebutkan FISIP USU memiliki 6 (enam) jurusan dengan urutab sebagai berikut :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

(55)

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan Jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I Nomor : 0535/0/83 itu, karena pembukaan Jurusan pada tahap awal dilakukan pada semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada kesediaan staf pengajar.

Dewasa ini FISIP USU mempunyai enam Departemen, satu program Diploma III dan satu program Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis/Niaga, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi dan Departemen Ilmu Politik. Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan Program Studi S2 Magister Studi Pembangunan.

(56)

Gambar 2 lokasi penelitian

Sumber google maps (Diakses pada 25 januari 2014)

2.3. Visi, Misi dan Tujuan FISIP USU

2.3.1. Visi FISIP USU

(57)

“Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat”.

2.3.2. Misi

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh organisasi kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Tujuan dari pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi tentang alasan pendirian dan ke arah mana organisasi akan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam suatu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait. Berdasarkan pernyataan di atas, maka yang menjadi misi dari Fakultas Fisip USU sesuai yang tertera dalam Borang FISIP USU 2012, adalah :

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset , kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh

stakeholders dan mitra pendidikan.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja.

(58)

2.3.3. Tujuan

Menurut Borang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang menjadi tujuan dari FISIP adalah :

1. Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada manajemen organisasi modern

2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan secara optimal untuk dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatana FISIP USU

3. Meningkatkan sumber daya manusia dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat

4. Meningkatkan peran aktif stakeholders untuk kepentingan FISIP USU sebagai lembaga pendidikan

5. Meningkatkan kreativitas dan kualitas pendidikan yang berorientasi pada kepentingan dan publik

2.4. Struktur Organisasi FISIP USU

(59)

Pelaksana Teknis (Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat, Pengembangan Pendidikan).

Secara sederhana, struktur organisasi yang dilaksanakan di lingkungan FISIP USU dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini :

Gambar 3 : Struktur Organisasi FISIP USU Sumber : Borang FISIP USU

2.5. Dosen dan Mahasiswa

2.5.1 Dosen

(60)

relevan dengan keahlian bidang studinya. Pelaksanaan selama ini, seorang dosen mempunyai penugasan kerja minimum 20jam/minggu.

Dalam memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia di Provinsi Sumatera Utara pada khususnya serta kebutuhan nasional secara umum, dosen yang bertugas di FISIP USU dipilah dalam dua kelompok, yakni; (1) Dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan Disiplin ilmu Program Studi dalam Fakultas dan (2) Dosen tetap yang bidang keahliannya di luar disiplin ilmu Prodi dalam FISIP USU Tahun 2010

Karakteristik jumlah dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan masing-masing Prodi di lingkungan Fakultas berdasarkan jabatan fungsional dan pendidikan tertinggi.

Tabel. 2 Jumlah dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan

masing-masing Program Studi di lingkungan FISIP USU.

No. Hal

Jumlah Dosen Tetap yang bertugas pada Program Studi:

Total di Fakultas

IAN IKOM IKS Sos Ant. IP

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

A Jabatan Fungsional :

1 Staf Pengajar 1 - 1 - - 3 5

2 Asisten Ahli 1 2 - 3 2 2 10

3 Lektor 3 3 2 5 5 6 24

(61)

5 Guru Besar/Profesor 2 1 1 3 - 1 8

TOTAL 20 21 10 17 19 16 103

B Pendidikan Tertinggi :

1 S1 - 1 - 2 1 - 10

2 S2/Profesi/Sp-1 17 13 9 12 16 15 80

3 S3/Sp-2 3 7 1 3 2 1 13

TOTAL 20 21 10 17 19 16 103

Sumber : Profil Dosen FISIP USU; per April 2012

2.5.2. Mahasiswa

Sistem Rekrutmen dan Seleksi Calon Mahasiswa Baru dan Efektivitasnya Kebijakan sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa ( mencakup mutu prestasi dan reputasi akademik serta bakat pada jenjang pendidikan sebelumnya, equitas wilayah kemampuan ekonomi dan gender).

Efektifitas implementasi sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa untuk menghasilkan calon mahasiswa yang bermutu diukur dari jumlah peminat, proporsi pendaftar terhadap daya tampung dan proporsi yang diterima dan yang registrasi. Rekrutmen dan seleksi mahasiswa baru dilakukan di tingkat universitas melalui beberapa jalur penerimaan seperti; PMP, SPMB-UMB, dan juga SMN-PTN yang dilakukan secara nasional.

(62)

kebutuhan lokal, meskipun demikian pengumuman untuk semua program ini dilakukan secara serentak. Dalam setiap penerimaan mahasiswa pihak universitas selalu berkoordinasi dengan fakultas untuk mengetahui daya tampung pada masing-masing fakultas.

Tabel. 3 Jumlah Mahasiswa reguler dan mahasiswa transfer untuk masing-masing program studi di FISIP USU.

No

. Hal

Total Mahasiswa Pada Fakultas Tota

l

(63)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa di luar kelas dengan kelancaran studi mahasiswa tersebut. Pada umumnya, mahasiswa di Fisip tergolong standar1

Apabila data borang FISIP di atas benar, kurangnya perhatian dari mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahannya akan berdampak terhadap dirinya maupun tempat di mana dia menuntut ilmu. Dampak yang terjadi pada seseorang tersebut yakni, usia semakin bertambah sedangkan proses perkuliahan belum juga selesai. Dengan demikian usia yang sudah bertambah akan mengurangi daya saing mereka dalam mencari pekerjaan.

yaitu tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lama dalam menyelesaikan studinya. Ada juga sebagian kecil dari mahasiswa tersebut yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya.

Menurut borang FISIP USU (2012: 12), kurangnya perhatian dari mahasiswa tersebut dengan keadaan perkuliahannya, hal ini didasari oleh aktifitas yang mereka jalani di luar kelas yang lebih banyak menyita waktu mereka sehingga mengakibatkan intensitas mereka berkurang untuk belajar dan menyelesaikan segala kegiatan yang berhubungan dengan kuliah mereka.

1

(64)

Dengan lamanya mahasiswa menyelesaikan kuliahnya, biaya yang dibutuhkan menjadi membesar. Pembesaran biaya sangat terasa bagi mahasiswa yang kos-kosan, baik itu biaya untuk membayar tempat tinggal setiap bulannya maupun untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Rasa malu juga melekat pada diri mahasiswa yang lama menyelesaikan perkuliahan. Rasa malu di sini dimaksudkan lebih kepada perasaan rendah diri atau minder terhadap teman-teman yang seusia yang telah menyelesaikan kuliahnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap biasa dengan lamanya mahasiswa tersebut menyelesaikan perkuliahan.

Selain berdampak pada diri sendiri, lamanya mahasiswa dalam menyelesaikan kuliahnya berdampak juga kepada perguruan tinggi di mana dia menuntut ilmu. Dampak tersebut terlihat dalam hal akreditasi perguruan tinggi tersebut. Sehingga dewasa ini ada perguruan tinggi yang menghalalkan segala cara agar akreditasi naik minimal tetap apalagi kalau perguruan tinggi tersebut baru terbentuk.

BAN-PT2 yang dalam hal ini sebagai wakil dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional memiliki wewenang untuk melakukan sistem akreditasi3

2

Satu-satunya badan akreditasi yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional

3

Pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu

(65)

Yang di mana dalam PP No. 60 tahun 1989 disebutkan bahwa BAN-PT merupakan badan yang mandiri (independen) yang diangkat dan melaporkan tugasnya kepada Menteri Pendidikan Nasional. Dan berfungsi sebagaimana yang ada pada UU No. 20 tahun 2003, PP No. 60 tahun 1999, SK Menteri Pendidikan Nasional No. 118/U/2003 adalah membantu Menteri Pendidikan Nasional dalam pelaksanaan salah satu kewajiban perundangannya, yaitu penilaian mutu perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Kedinasan serta Keagamaan.

Dimana proses akreditasi program studi dimulai dengan evaluasi diri di program studi yang bersangkutan. Evaluasi diri tersebut mengacu pada pedoman evaluasi diri yang telah diterbitkan BAN-PT, namun jika dianggap tidak perlu, pihak pengelola program studi dapat menambahkan unsur-unsur yang akan dievaluasi sesuai dengan kepentingan program studi maupun institusi perguruan tinggi yang bersangkutan.

Menurut Subandi Direktur Pendidikan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, indeks tingkat pendidikan tinggi di Indonesia juga dinilai rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah memiliki indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen4

Selayaknya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam rentang waktu cepat atau pun normal yaitu 10 semester. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya, cepat atau

.

4

Gambar

Gambar 4:  mahasiswa dan game online Sumber dokumen pribadi
Gambar 5 : mahasiswa dan organisasi kampus Sumber dokumen pribadi
Gambar 6: mahasiswa dan nongkrong Sumber dokumen pribadi
Gambar 7:  mahasiswa dan kegiatan pacaran Sumber dokumen pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah- tengah papan tulis atau dinding. b) Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang

• Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama Dual system bank 1998 UU No.10/1998 ttg Perbankan: Kebijakan Moneter Syariah 1999 • Bank Syariah • Bank konvensional dapat membuka

dapat digunakan dua sistem kontrol yang akan diimplementasikan pada gripper, yaitu: pertama kontrol elektrik yang akan mengkonversi sinyal menjadi gerakan gripper, yang kedua adalah

Program Aplikasi Penjualan Alat-alat Rumah Sakit ini dibuat dengan menggunakan Visual Basic 6.0, dimana semuanya sudah disediakan didalam pilihan-pilihan yang sesuai dengan

[r]

[r]

11 Valid Realiabel Cukup Mudah.. Teknik Pengumpulan Data. 308) menjelaskan bahwa “ teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting utama dalam penelitian,

ada hubungan positif yang sangat signifikan antara family closeness. dengan