• Tidak ada hasil yang ditemukan

Involusi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Involusi Pendidikan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

INVOLUSI PENDIDIKAN

(Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Ilmu Antropologi

OLEH :

TINO ADIJASA PARLINDUNGAN SARAGIH 070905022

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

OLEH

Nama : Tino Adijasa Parlindungan Saragih Nim : 070905022

Departemen : Antropologi

Judul : INVOLUSI PENDIDIKAN (Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU )

Medan, 28 April 2014

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dr. Fikarwin Zuska) (Dr. Fikarwin Zuska) NIP. 196212201989031005 NIP. 196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

INVOLUSI PENDIDIKAN

(Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi , dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini , saya bersedia di proses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 28 April 2014 Penulis

(4)

ABSTRAKSI

Tino Adijasa Parlindungan Saragih , 2014 . Judul Skripsi : “ Involusi Pendidikan “ ( Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU ) Terdiri dari 5 Bab , 80 Halaman , 9 Foto Penelitian , 1 Bagan , 3 Tabel , Dan Daftar Pustaka .

Penelitian ini mengkaji tentang aktifitas mahasiswa khususnya mahasiswa FISIP USU di luar kelas yang mengakibatkan terhadap lamanya waktu untuk menyelesaikan studinya.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja sebenarnya aktifitas-aktifitas mahasiswa FISIP USU yang dilakukan di luar kelas yang mengakibatkan lamanya mereka menyelesaikan studinya. Mahasiswa tersebut memiliki alasan dan argumen tentang pilihan mereka yang lama menyelesaikan studinya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan terlibat langsung di dalam lapangan .

Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aktifitas dan alasan mereka sehingga mereka membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan studinya .

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama – tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada TYME yang telah melimpahkan rahmad dan berkatNya . Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini . Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak kekurangan dan kelemahan , sehingga penulisan skripsi ini masih belum bisa di katakana sempurna , baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data . Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu Antropologi , dan untuk penelitian ini berjudul “Involusi Pendidikan” (Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU)

Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , selaku Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , tempat dimana penulis menempah diri menuju pribadi yang semakin mapan . Bapak Dr. Fikarwin Zuska , selaku ketua departemen Antropologi Sosial dan juga selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan waktu , dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan dan proses bimbingan . Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum , selaku dosen wali yang bersedia memberikan nasihat , kritik dan saran kepada penulis sepanjang masa perkuliahan .

(6)

kepada orang tua Ayahanda Djalesdin Saragih dan Ibunda Sagina br. Simanjuntak semoga TYME memberikan cinta kasihNya kepada keduanya , dan saudara – saudara penulis Indra Agus , S.E dan Vandro Juliater Hadianto Saragih yang terus mengkritik dan memberikan motivasi .

Kerabat Antropologi yang seluruhnya khususnya angkatan 2007 , Tino , Zizah , Bita , Tata , Fino , Rendi , Fikri , Alfi , Tia , Laung , Indri , Aank , Rina , Inggrid , Nunug , Davi , Pardin dan lainnya yang sama – sama duduk dan merasakan hangat dan pilu kampus Fisip Usu ini . . Kak Anis , Bang Siwa , Bang Abu , Kak Econg juga penulis mengucapkan terima kasih dimana kakak – kakak dan abang – abang juga banyak membantu dari hal – hal yang kecil hingga yang besar .

Dan juga kepada Adinda Ali Agasi yang telah banyaka membantu penulis di dalam penulisan skripsi. Dan kepada sahabat-sahabat lainnya seperti, Bembeng, Zikri, Dodi, Kojek, Felix dan lain lagi yang belum disebutkan. Penulis banyak mengucapkan terima kasih atas waktu dan pengalaman yang telah kita dapat bersama.

Sebagai manusia , penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih dijumpai kekurangan – kekurangan dan kelemahan – kelemahan dalam penulisannya . Untuk itu , dengan segala kerendahan hati , penulis menerima segala kritikan – kritikan ataupun saran –saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini .

(7)

penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna untuk berbagai pihak . Terima Kasih .

Medan, 28 April 2014 Penulis

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Tino Adijasa Parlindungan Saragih lahir di

(9)

KATA PENGANTAR

Pertama – tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat TYME , karena atas Berkat , Rahmat , Kuasa , Anugrah dan Kehendak-Nya , saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “ Involusi Pendidikan “ ( Studi Kasus

Mahasiswa FISIP USU) . Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang ilmu Antropologi , Universitas Sumatera Utara . Skripsi ini membahas secara menyeluruh mengenai Aktifitas dan Peran Kedai Kopi . Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V . Penguraian yang saya lakukan pada skripsi ini adalah sebagai berikut .

Bab pertama menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh , antara lain dikemukakan latar belakang masalah , perumusan masalah penelitian sehingga dapat di ketahui apa yang dikemukakan di dalam penulisan skripsi ini . Selanjutnya , akan diuraikan juga tujuan dan manfaat penelitian , tinjauan pustaka , metode penelitian , dan alat pengumpulan data , juga kesimpulan dan saran . Penguraian dalam bab ini , dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang di maksud dalam penelitian skripsi .

(10)

Bab ketiga menjelaskan secara khusus dan lebih mendalam tentang aktifitas kasus mahasiswa dengan masa studi yang berlebih.

Bab keempat menjelaskan tentang apa yang menjadi alasan mahasiswa sehingga lama dalam menyelesaikan stduinya dan juga dampak yang mereka terima.

Bab kelima merupakan suatu kesimpulan dan saran mengenai involusi pendidikan (studi kasus mahasiswa FISIP USU).

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini , di lampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan . Saya telah mencurahkan segala kemampuan , tenaga , pikiran , dan juga waktu dalam penulisan skripsi ini . Namun saya menyadari skripsi ini belum bisa di katakana telah sempurna . Dengan segala kerendahan hati , saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca . Harapan dari saya agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya .

Medan, 28 April 2014 Penulis

(11)

Table of Contents

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iii

ABSTRAKSI ...iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

Tabel ... xiv

DAFTAR TABEL ...Error! Bookmark not defined. Tabel ...Error! Bookmark not defined. BAB I ... 1

1.2.3. Pendidikan ... 13

1.3. Rumusan masalah ... 14

1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 15

1.5. Metode Penelitian ... 15

1.5.1. Observasi ... 16

1.5.2. Wawancara ... 17

1.5.3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi ... 17

1.5.4. Analisis Data ... 18

BAB II ... 19

Letak dan Lokasi Penelitian ... 19

2.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) ... 19

2.2 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU ... 22

2.3. Visi, Misi dan Tujuan FISIP USU ... 25

2.3.1. Visi FISIP USU ... 25

2.3.2. Misi ... 26

2.3.3. Tujuan ... 27

2.4. Struktur Organisasi FISIP USU ... 27

2.5. Dosen dan Mahasiswa ... 28

2.5.1 Dosen ... 28

2.5.2. Mahasiswa ... 30

BAB III ... 32

KASUS MAHASISWA DENGAN MASA STUDI BERLEBIH ... 32

3.1 Kasus Mahasiswa dan Permainan Online ... 32

3.2 Kasus Mahasiswa dan Organisasi Kampus ... 39

3.3. Mahasiswa dan Kegiatan Pribadi ... 45

3.3.1 Mahasiswa dan Kegiatan Nongkrong ... 46

3.3.2 Mahasiswa dan Kegiatan Pacaran ... 48

BAB IV ... 54

(12)

4.1. Alasan-alasan Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat ... 54

4.1.1. Kuliah karena tuntutan keluarga ... 54

4.1.2. Kuliah hanya karena gengsi ... 56

4.1.3. Terlalu menikmati kebebasan ... 57

4.1.4. Sibuk mengikuti organisasi kemahasiswaan ataupun organisasi lainnya ... 58

4.1.5. Menekuni hobi secara berlebihan ... 60

4.1.6. Memiliki pekerjaan sampingan (freelance) ... 61

4.1.7. Tidak adanya jaminan kerja setelah lulus ... 62

4.1.8. Skripsi ... 64

4.1.9. Permasalahan kampus ... 65

4.1.10 Jenuh Dengan Suasana Kelas yang Monoton ... 68

4.2 Dampak dari Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat ... 69

4.2.1. Pemborosan Ekonomi ... 69

4.2.2. Berkurangnya Kompetensi Dalam Mencari Pekerjaan ... 71

4.2.3. Usia semakin bertambah namun kuliah belum selesai juga ... 73

BAB V ... 76

Kesimpulan dan Saran ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran... 78

5.2.1. Kepada Mahasiswa ... 78

5.2.2. Kepada Dosen ... 78

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

Tabel 1 Pimpinan Univeritas Sumatera Utara 21 Tabel 2 Jumlah dosen FISIP USU. 29

(14)

ABSTRAKSI

Tino Adijasa Parlindungan Saragih , 2014 . Judul Skripsi : “ Involusi Pendidikan “ ( Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU ) Terdiri dari 5 Bab , 80 Halaman , 9 Foto Penelitian , 1 Bagan , 3 Tabel , Dan Daftar Pustaka .

Penelitian ini mengkaji tentang aktifitas mahasiswa khususnya mahasiswa FISIP USU di luar kelas yang mengakibatkan terhadap lamanya waktu untuk menyelesaikan studinya.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja sebenarnya aktifitas-aktifitas mahasiswa FISIP USU yang dilakukan di luar kelas yang mengakibatkan lamanya mereka menyelesaikan studinya. Mahasiswa tersebut memiliki alasan dan argumen tentang pilihan mereka yang lama menyelesaikan studinya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan terlibat langsung di dalam lapangan .

Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aktifitas dan alasan mereka sehingga mereka membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan studinya .

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa di luar kelas dengan kelancaran studi mahasiswa tersebut. Pada umumnya, mahasiswa di Fisip tergolong standar1

Apabila data borang FISIP di atas benar, kurangnya perhatian dari mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahannya akan berdampak terhadap dirinya maupun tempat di mana dia menuntut ilmu. Dampak yang terjadi pada seseorang tersebut yakni, usia semakin bertambah sedangkan proses perkuliahan belum juga selesai. Dengan demikian usia yang sudah bertambah akan mengurangi daya saing mereka dalam mencari pekerjaan.

yaitu tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lama dalam menyelesaikan studinya. Ada juga sebagian kecil dari mahasiswa tersebut yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya.

Menurut borang FISIP USU (2012: 12), kurangnya perhatian dari mahasiswa tersebut dengan keadaan perkuliahannya, hal ini didasari oleh aktifitas yang mereka jalani di luar kelas yang lebih banyak menyita waktu mereka sehingga mengakibatkan intensitas mereka berkurang untuk belajar dan menyelesaikan segala kegiatan yang berhubungan dengan kuliah mereka.

1

(16)

Dengan lamanya mahasiswa menyelesaikan kuliahnya, biaya yang dibutuhkan menjadi membesar. Pembesaran biaya sangat terasa bagi mahasiswa yang kos-kosan, baik itu biaya untuk membayar tempat tinggal setiap bulannya maupun untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Rasa malu juga melekat pada diri mahasiswa yang lama menyelesaikan perkuliahan. Rasa malu di sini dimaksudkan lebih kepada perasaan rendah diri atau minder terhadap teman-teman yang seusia yang telah menyelesaikan kuliahnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap biasa dengan lamanya mahasiswa tersebut menyelesaikan perkuliahan.

Selain berdampak pada diri sendiri, lamanya mahasiswa dalam menyelesaikan kuliahnya berdampak juga kepada perguruan tinggi di mana dia menuntut ilmu. Dampak tersebut terlihat dalam hal akreditasi perguruan tinggi tersebut. Sehingga dewasa ini ada perguruan tinggi yang menghalalkan segala cara agar akreditasi naik minimal tetap apalagi kalau perguruan tinggi tersebut baru terbentuk.

BAN-PT2 yang dalam hal ini sebagai wakil dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional memiliki wewenang untuk melakukan sistem akreditasi3

2

Satu-satunya badan akreditasi yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional

3

Pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu (http://artikata.com/arti-318197-akreditasi.html)

(17)

Yang di mana dalam PP No. 60 tahun 1989 disebutkan bahwa BAN-PT merupakan badan yang mandiri (independen) yang diangkat dan melaporkan tugasnya kepada Menteri Pendidikan Nasional. Dan berfungsi sebagaimana yang ada pada UU No. 20 tahun 2003, PP No. 60 tahun 1999, SK Menteri Pendidikan Nasional No. 118/U/2003 adalah membantu Menteri Pendidikan Nasional dalam pelaksanaan salah satu kewajiban perundangannya, yaitu penilaian mutu perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Kedinasan serta Keagamaan.

Dimana proses akreditasi program studi dimulai dengan evaluasi diri di program studi yang bersangkutan. Evaluasi diri tersebut mengacu pada pedoman evaluasi diri yang telah diterbitkan BAN-PT, namun jika dianggap tidak perlu, pihak pengelola program studi dapat menambahkan unsur-unsur yang akan dievaluasi sesuai dengan kepentingan program studi maupun institusi perguruan tinggi yang bersangkutan.

Menurut Subandi Direktur Pendidikan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, indeks tingkat pendidikan tinggi di Indonesia juga dinilai rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah memiliki indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen4

Selayaknya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam rentang waktu cepat atau pun normal yaitu 10 semester. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya, cepat atau

.

4

(18)

tidaknya seorang mahasiswa merupakan pilihan yang telah dipilih oleh mahasiswa tersebut berdasarkan berbagai alasan yang menjadi dasar bagi mereka di dalam menentukan pilihan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai apa yang menjadi alasan mahasiswa sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan studinya.

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Kelancaran

Kelancaran dalam arti luas adalah tidak tersendat-sendat. Kelancaran terjadi ketika seseorang atau kelompok akan mencapai tujuan. Kelancaran ini bersifat positif, karena sebagai suatu pemicu untuk mencapai tujuan yang dicapai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lancar adalah tidak tersendat-tersendat atau tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki arti yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan akan terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut. Kelancaran merupakan keadaan yanag dapat menyebabkan pelaksanaan terlaksana dengan baik dan maksimal5.

Dengan demikian kelancaran adalah suatu yang dapat mendorong kegiatan yang akan dikerjakan oleh mahasiswa sehingga akan berpangaruh pada pencapaian hasil yang akan diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran adalah faktor internal dan faktor eksternal5

(19)

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Yang termasuk faktor internal adalah :

1) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan siswa memperoleh kesempatan belajar.

Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan matang-matang akibat sikap terhadap belajar.

2) Motifasi belajar

(20)

diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motifasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar dan selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan selingan istirahat selama beberapa menit.

4) Mengolah bahan belajar

(21)

5) Menyimpan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan cara perolehan dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu yang lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, atau bahkan sepanjang hayat. Proses belajar di ranah kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input process), proses pengolahan kembali dan hasil (output process), dan proses penggunaan kembali (activation process).

b.Faktor-faktor eksternal

Proses belajar didorong oleh oleh motifasi intrisik siswa. Disamping itu, proses belajar dapat juga terjadi atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan. Faktor-faktor eksternal meliputi

1) Guru

5

(22)

Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolahnya.

Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan hidup sebagai manusia. Dengan penghasilan yang diterimanya setiap bulan, ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Tinggal di sub-kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan daereah asalnya merupakan persoalan penyesuaian diri.

Ada perilaku, norma, nilai, sub-kebudayaan lokal yang masih harus dipelajari oleh guru yang bersangkutan. Di satu pihak, guru mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Di lain pihak, pada tempatnya warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima guru sebagi pribadi yang sedang tumbuh. Guru adalah seorang yang belum sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut perlu dipahami, dan emansipasi guru menjadi pribadi yang utuh juga perlu dibantu oleh warga masyarakat tempatnya bertugas.

2) Sarana prasarana pembelajaran

(23)

pembelajarab meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Justru disinilah timbul masalah “bagaimana mengelola prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang baik”5

3) Kebijakan penilaian .

Dengan tersedianya saran dan prasarana belajar berarti menuntut guru dan siswa dalam menggunakannya. Peranan guru adalah sebagai berikut: (i) memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, (ii) memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan belajar siswa, dan (iii) mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan sarana dan prasarana secara tepat guna. Peranan siswa sebagi berikut: (i) ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara baik, (ii) ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasaran dan sarana secara tepat guna, dan (iii) menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.

(24)

Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain.

4) lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu.

5) Kurikulum

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Kemajuan masyarakat didasarkan suatu rencana pembangunan lima tahunan yang diberlakukan oleh pemerintah. Kurikulum tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi5

1.2.2. Kejenuhan

.

Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Peristiwa jenuh kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar

5

(25)

(kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya.

Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber dalam Syah 1995). Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam suatu periode belajar tertentu. Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat berkerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman baru, sehingga kemauan belajarnya seakan-akan jalan ditempat.

Faktor penyebab kejenuhan dan mengatasi kejenuhan belajar

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat ketrampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat ketrampilan berikutnya (Chaplin dalam Syah 1995). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.

(26)

keletihan mental siswa. Keletihan fisik dan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa tersebut beristirahat cukup, terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sesederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.

Sedikitnya ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa

1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri

2. Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan keberhasilan bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang bosan mempelajari bidang studi tersebut. 3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat

dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat

4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri (self-imposed).

Selanjutnya, kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu, antara lain sebagi berikut

(27)

2. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa kembali belajar lebih giat

3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar

4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya

5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.

1.2.3. Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan perbuatan mendidik6.

Menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989: pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang6

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

(28)

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat6

Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa

.

6

Mengidentifikasi peran pendidikan adalah sebagai : a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi

.

7

1.3. Rumusan masalah

.

Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah, diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan aktifitas di luar kelas dengan

6

http://www.slideshare.net/masgar1/makalah-pengertian-pendidikan-dan-tujuannya

7

(29)

kelancaran studi bagi mahasiswa FISIP USU. Rumusan masalah tersebut diuraikan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja aktifitas mahasiswa FISIP USU di luar kelas?

2. Apa saja yang menyebabkan mahasiswa FISIP USU lebih memilih aktifitas di luar kelas?

3. Apa hubungan antara aktifitas mahasiswa FISIP USU di luar kelas dengan kelancaran studinya?

1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai bentuk tulisan ilmiah yang bermaksud dapat menghadirkan suasana dan gambaran mengenai apa saja aktifitas mahasiswa di luar kelas dan hubungannya dengan kelancaran studi mereka secara utuh dan menyeluruh.

Diharapkan setelah penelitian ini dilakukan dapat memberi manfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang hubungan aktifitas dan kelancaran studi mahasiswa FISIP USU dan menambah kepustakaan dibidang yang bersangkutan dengan penelitian ini.

1.5. Metode Penelitian

(30)

itu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan di lapangan antara lain observasi atau pengamatan terhadap fokus kajian penelitian, dalam hal ini mahasiswa FISIP USU yang termasuk lama dalam hal menyelesaikan perkuliahannya. Selain itu wawancara intensif dengan informan penelitian untuk mendapatkan kedalaman data yang mengungkapkan tujuan dari penelitian ini.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah meodel studi kasus. Studi kasus adalah strategi penelitian yang terfokus pada pemahaman terhadap sesuatu yang dinamis yang melibatkan satu kasus atau lebih dengan tingkat analisa yang berbeda-beda dan dapat memberikan gambaran terhadap suatu masalah.

Adapun tekhnik penelitian yang digunakan dalam mencari data di lapangan ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Observasi

(31)

1.5.2. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007: 107). Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas dan mendalam (depth interview).

Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dan informan, dimana peneliti dan informan terlibat percakapan yang cukup lama. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intensitas yang tinggi.

Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada, peneliti juga menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu. Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan si informan

1.5.3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

(32)

buku-buku, surat kabar, jurnal, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan yang relevan dengan masalah penelitian. Selain data kepustakaan, peneliti juga akan menggunakan tape recorder untuk mencaegah kealpaan data dan penggunaan kamera digital sebagai penguat data hasil wawancara dan observasi.

1.5.4. Analisis Data

(33)

BAB II

Letak dan Lokasi Penelitian

2.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU)

Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu universitas negeri yang ada di Sumatera Utara sebagai wadah untuk mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita dari para pendiri negara ini. Sejarah di dalam mendirikan universitas ini dimulai sejak lama dan melibatkan beberapa orang yang mempunyai peranannya masing-masing di dalam terbentuknya universitas ini.

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Abdul Hakim selaku Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

(34)

Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengandua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas Pertanian (1956).

(35)

Farmasi (2006), dan Fakultas Psikologi (2007), serta Fakultas Keperawatan (2009).

Pimpinan Universitas

Sebagai suatu institusi ataupuan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, USU telah memiliki beberapa orang yang menjadi pimpinannya. Adapun orang-orang yang telah menjadi pimpinan di USU antara lain :

1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium

1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium 1962-1964 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Ketua Presidium

1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium

1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor

1966 (Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A, Pejabat Rektor

1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor

1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium

1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor

(36)

1994-2010

Prof. Chairuddin P. Lubis, D. T. M. &H., Sp.A.(K), Rektor

2010-2015

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K)

Tabel 1. Pimpinan Universitas Sumatera Utara Sumber : www.usu.ac.id

2.2 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas dari 13 fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara (USU). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan fakultas yang ke-9 di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berdiri pada tahun 1980. Pada awalnya fakultas ini merupakan jurusan Ilmu Kemasyarakatan, dimana perkuliahannya masih menumpang pada Fakultas Kedokteran Gigi dengan staf pengajar yang direkrut dari staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum, dari IKIP-Medan dan dari staf Pemerintah Daerah Sumatera Utara.

(37)

Hukum USU. Setahun kemudian Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1982. SK Presiden Republik Indonesia tersebut mentapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (sembilan) pada Universitas Sumatera Utara. Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU sudah muncul pada tahun 1980 berdasarakan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.

Lebih kurang dalam waktu setahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan SK Menteri Pendidikan Republik Indonesia itu, disebutkan FISIP USU memiliki 6 (enam) jurusan dengan urutab sebagai berikut :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

(38)

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan Jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I Nomor : 0535/0/83 itu, karena pembukaan Jurusan pada tahap awal dilakukan pada semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada kesediaan staf pengajar.

Dewasa ini FISIP USU mempunyai enam Departemen, satu program Diploma III dan satu program Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis/Niaga, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi dan Departemen Ilmu Politik. Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan Program Studi S2 Magister Studi Pembangunan.

(39)

Gambar 2 lokasi penelitian

Sumber google maps (Diakses pada 25 januari 2014)

2.3. Visi, Misi dan Tujuan FISIP USU

2.3.1. Visi FISIP USU

(40)

“Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat”.

2.3.2. Misi

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh organisasi kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Tujuan dari pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi tentang alasan pendirian dan ke arah mana organisasi akan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam suatu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh semua pihak yang terkait. Berdasarkan pernyataan di atas, maka yang menjadi misi dari Fakultas Fisip USU sesuai yang tertera dalam Borang FISIP USU 2012, adalah :

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset , kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra pendidikan.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja.

(41)

2.3.3. Tujuan

Menurut Borang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang menjadi tujuan dari FISIP adalah :

1. Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada manajemen organisasi modern

2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan secara optimal untuk dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatana FISIP USU

3. Meningkatkan sumber daya manusia dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat

4. Meningkatkan peran aktif stakeholders untuk kepentingan FISIP USU sebagai lembaga pendidikan

5. Meningkatkan kreativitas dan kualitas pendidikan yang berorientasi pada kepentingan dan publik

2.4. Struktur Organisasi FISIP USU

(42)

Pelaksana Teknis (Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat, Pengembangan Pendidikan).

Secara sederhana, struktur organisasi yang dilaksanakan di lingkungan FISIP USU dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini :

Gambar 3 : Struktur Organisasi FISIP USU Sumber : Borang FISIP USU

2.5. Dosen dan Mahasiswa

2.5.1 Dosen

(43)

relevan dengan keahlian bidang studinya. Pelaksanaan selama ini, seorang dosen mempunyai penugasan kerja minimum 20jam/minggu.

Dalam memenuhi kebutuhan akan sumber daya manusia di Provinsi Sumatera Utara pada khususnya serta kebutuhan nasional secara umum, dosen yang bertugas di FISIP USU dipilah dalam dua kelompok, yakni; (1) Dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan Disiplin ilmu Program Studi dalam Fakultas dan (2) Dosen tetap yang bidang keahliannya di luar disiplin ilmu Prodi dalam FISIP USU Tahun 2010

Karakteristik jumlah dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan masing-masing Prodi di lingkungan Fakultas berdasarkan jabatan fungsional dan pendidikan tertinggi.

Tabel. 2 Jumlah dosen tetap yang bidang keahliannya sesuai dengan

masing-masing Program Studi di lingkungan FISIP USU.

No. Hal

Jumlah Dosen Tetap yang bertugas pada Program Studi:

Total di Fakultas

IAN IKOM IKS Sos Ant. IP

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

A Jabatan Fungsional :

1 Staf Pengajar 1 - 1 - - 3 5

2 Asisten Ahli 1 2 - 3 2 2 10

3 Lektor 3 3 2 5 5 6 24

(44)

5 Guru Besar/Profesor 2 1 1 3 - 1 8

TOTAL 20 21 10 17 19 16 103

B Pendidikan Tertinggi :

1 S1 - 1 - 2 1 - 10

2 S2/Profesi/Sp-1 17 13 9 12 16 15 80

3 S3/Sp-2 3 7 1 3 2 1 13

TOTAL 20 21 10 17 19 16 103

Sumber : Profil Dosen FISIP USU; per April 2012

2.5.2. Mahasiswa

Sistem Rekrutmen dan Seleksi Calon Mahasiswa Baru dan Efektivitasnya Kebijakan sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa ( mencakup mutu prestasi dan reputasi akademik serta bakat pada jenjang pendidikan sebelumnya, equitas wilayah kemampuan ekonomi dan gender).

Efektifitas implementasi sistem rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa untuk menghasilkan calon mahasiswa yang bermutu diukur dari jumlah peminat, proporsi pendaftar terhadap daya tampung dan proporsi yang diterima dan yang registrasi. Rekrutmen dan seleksi mahasiswa baru dilakukan di tingkat universitas melalui beberapa jalur penerimaan seperti; PMP, SPMB-UMB, dan juga SMN-PTN yang dilakukan secara nasional.

(45)

kebutuhan lokal, meskipun demikian pengumuman untuk semua program ini dilakukan secara serentak. Dalam setiap penerimaan mahasiswa pihak universitas selalu berkoordinasi dengan fakultas untuk mengetahui daya tampung pada masing-masing fakultas.

Tabel. 3 Jumlah Mahasiswa reguler dan mahasiswa transfer untuk masing-masing program studi di FISIP USU.

No

. Hal

Total Mahasiswa Pada Fakultas Tota

l

(46)

BAB III

KASUS MAHASISWA DENGAN MASA STUDI BERLEBIH

Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan perilaku mahasiswa yang menyebabkan masa studi berlebih mendapatkan beberapa kasus, seperti kegiatan memainkan permainan online oleh mahasiswa, mahasiswa dengan kegiatan organisasi eksternal kampus hingga pada kegiatan mahasiswa secara personal yang mempengaruhi masa studi mahasiswa.

Dalam penjabaran berikut ini adalah kasus-kasus yang dialami mahasiswa dan menyebabkan mahasiswa tersebut menjalani masa studi berlebih dari persyaratan akademik kampus.

3.1 Kasus Mahasiswa dan Permainan Online

Kegiatan mahasiswa diluar kampus yang berkaitan dengan masa atau waktu penyelesaian kuliah salah satunya adalah permainan online, yang mana permainan online dalam hal ini merupakan sebentuk permainan yang membutuhkan adanya perangkat komputer dan jaringan internet yang dapat menghubungkan diantara pengguna internet.

(47)

diselingi dengan beragam kegiatan online lainnya yang salah satunya berupa permainan online.

Permainan online yang dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pengisi waktu luang, bagi sebahagian mahasiswa dipergunakan sebagai bentuk kegiatan utama yang dalam artian kegiatan mengikuti permainan online menjadi suatu kegiatan penting dibandingkan dengan mengikuti kegiataan perkuliahan.

Andi (23 tahun)8

Hal yang disebabkan oleh game online seperti adanya pemasukan secara finansial dianggap oleh sebahagian mahasiswa sebagai suatu sarana untuk

menuturkan bahwa :

“Game online ini bukan sekedar main aja, otak pun dipakai buat strategi … game online juga menambah kawan, kadang-kadang juga nambah-nambah uang jajan kalau pandai memainkannya”.

Pernyataan informan tersebut memberikan gambaran bahwa begitu kuatnya pengaruh permainan online sebagai kegiatan mengisi waktu luang mahasiswa, selain sebagai sebentuk kegiatan pengisi waktu luang juga berfungsi sebagai sarana menambah perkawanan (relasi) dan juga mampu memberikan pemasukan secara ekonomis kepada mahasiswa yang bersangkutan.

Rudi (24 tahun) mengatakan :

“Awalnya game online kuanggap sebagai main-main saja, tapi kulihat di internet game online juga bisa menghasilkan uang … maen game online kayak poker, zynga bisa dijual koinnya kalo menang, lumayan buat nambah uang untuk bayar kost”.

(48)

mencari keuntungan, misalnya saja kehidupan seorang mahasiswa yang tinggal di rumah kost membutuhkan uang untuk membayar uang sewa rumah kost, membayar uang makan dan membayar keperluan lainnya, namun terkadang kebutuhan ekonomis mahasiswa tersebut terkendala beberapa hal, seperti : terlambatnya uang kiriman orangtua dari kampung, penggunaan uang yang boros, gaya hidup dan lain sebagainya yang menyebabkan mahasiswa tersebut mencari kemungkinan-kemungkinan lain untuk dapat menutupi kebutuhan hidupnya.

Fikry (25 tahun) mengatakan bahwa keuntungan yang didapat melalui permainan online mampu menjadi penopang biaya hidup selama menjalani masa perkuliaan, secara lebih lengkap Fikry mengatakan bahwa :

“Permainan online ini bagi sebahagian orang mungkin dianggap maen-maen saja tapi siapa sangka permainan online dapat memberikan keuntungan … pernah aku hampir terlambat bayar uang kuliah karna uang kiriman belum sampe tapi waktu itu aku menang maen game online jadi bisa bayar uang kuliah”.

Kenyataan ini menggambarkan bahwa game online dijadikan oleh mahasiswa sebagai sarana alternatif dalam mencari uang untuk dapat menutupi kebutuhan mereka selama menjalani masa perkuliahan.

Secara lebih lanjut juga perlu untuk dilihat adalah persoalan mengenai kegiatan permainan online yang dilakukan mahasiswa menjadi suatu kegiatan yang lebih penting daripada mengikuti kegiatan perkuliahan sesuai dengan label mahasiswa yang diembannya.

Adapun beberapa alasan mahasiswa lebih memilih mengikuti kegiatan permainan online daripada mengikuti kegiatan perkuliahan, yaitu :

(49)

2. Mendapatkan pertemanan yang lebih luas,

Kegiatan permainan online yang dilakoni oleh mahasiswa dengan masa studi yang telah melebihi masa studi sebagaimana yang disyaratkan dalam aturan mahasiswa dianggap mampu memberikan keuntungan secara finansial yang didasarkan oleh pandangan mahasiswa tersebut mengenai lapangan pekerjaan yang akan mereka peroleh setelah masa kuliah berakhir.

Sulitnya mencari pekerjaan apabila didasarkan atas kemampuan dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk di bangku perkuliahan menjadikan permainan online sebagai alternatif dalam mencari pekerjaan selama masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif, hal ini dapat juga dikatakan sebagai suatu paradoks bagi mahasiswa, dimana mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya dan adanya tawaran untuk dapat menghasilkan uang selama masih terdaftar sebagai mahasiswa, kedua hal tersebut menyebabkan mahasiswa mengambil jalan pintas dengan memilih mengikuti kegiatan permainan online daripada duduk untuk mengikuti perkuliahan.

(50)

pertemanan yang lintas usia, waktu dan tempat sehingga secara tidak langsung juga terjadi pertukaran informasi yang lebih padat.

Beberapa alasan yang diungkapkan oleh informan sebagai dasar memilih mengikuti kegiatan permainan online dibandingkan dengan mengikuti kegiatan perkuliahan ternyata juga memiliki dampak lain, yaitu dampak negatif berupa perjudian. Hal ini tidak dipungkiri oleh informan penelitian, Andi (23 tahun) mengatakan bahwa :

“Aku sebenarnya tau kalo permainan online itu ujung-ujungnya judi, tapi mau cemana lagi cuman itulah yang bisa dibuat, ya dalam artian dengan modal cuman Rp. 5.000.- terus maen warnet keuntungan yang diperoleh bisa berlipat ganda … walaupun kadang juga kalah tapi ya itulah namanya nasib, kan gak selamanya juga kalah terus, kadang-kadang kan juga menang, seimbanglah antara dua-duanya”.

Senada dengan pendapat tersebut, Rudi (24 tahun) mengatakan : “Mau judi mau gak, kan sama ajanya ... yang penting ada DN (duit/dana), kalau enggak ada ini baru masalah … game online kan juga ilmiah itu, daripada kuliah cuman teori ajanya tak pernah ada dikasi tau tentang setelah tamat kuliah selain kerja, sama kek cerita alumni kalau cakapnya aja abis tamat langsung kerja terus kalo gak dapat kerja maunya orang tu kasi kerja ? kalo mau biar kami cepat-cepat tamat kuliah, kan gak juga”.

(51)

Dalam penelusuran penelitian ini, peneliti dalam proses observasi partisipasi pada kegiatan permainan online mendapatkan bahwa kegiatan tersebut setidaknya dilakukan dalam kurun waktu yang lama (hingga kurang lebih 4 jam bahkan lebih). Penggunaan waktu yang lama dalam melakukan kegiatan permainan online ini dipicu oleh kompleksitas permainan online yang seakan-akan mengajak pemain permainan online untuk terus selalu duduk berhadapan dan mengamati layar monitor sambil sesekali menggerakkan mouse ataupun keyboard komputer.

Penggunaan waktu dalam permainan online pada awalnya merupakan alokasi waktu yang diperuntukkan oleh mahasiswa dalam mencari dan menyelesaikan tugas melalui pencarian di dunia virtual, namun dalam proses pencarian tersebut diselingi dengan beberapa kegiatan lainnya seperti mendengarkan lagu, membuka situs pertemanan dan membuka situs informasi lainnya. Kegiatan tersebut memunculkan kebosanan bagi mahasiswa sehingga tercipta suatu alternatif untuk mencari pengisi waktu berupa kegiatan lainnya yang secara terus-menerus dapat menawarkan tantangan, hal ini terjawab dengan hadirnya permainan online yang menawarkan tantangan untuk diselesaikan dalam bentuk tingkatan dalam permainan.

Andi (23 tahun) mengatakan bahwa :

(52)

Ketika ditanyakan secara lebih lanjut mengenai penggunaan waktu dalam menggunakan internet, Andi mengatakan :

“Dalam sehari paling enggak adalah lima jam maen internet itupun kalau di kampus aja, nanti kalau udah selesai kuliah pulang ke kost bisa sampe malam maen internet, kalo hari libur bisa seharian maen game online … ya kalo kuliah gitu-gitu ajanya kadang banyak juga yang dosen tu gak tau apalagi tentang info terbaru, kan rat-rata dosen tu gaptek (gagap teknologi), nanti di internet bilang A tapi dosennya bilang B, gak nyambung”.

Pendapat Andi tersebut menyiratkan bahwa penguasaan materi perkuliahan oleh dosen dirasakan kurang memadai dengan ukuran sekarang ini, dimana informasi terbaru silih berganti bermunculan di media internet sedangkan dosen tidak memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan informasi terbaru yang banyak tersebar di media internet, kenyataannya ini memunculkan perbedaan pengetahuan antara mahasiswa dan dosen.

(53)

Gambar 4: mahasiswa dan game online Sumber dokumen pribadi

3.2 Kasus Mahasiswa dan Organisasi Kampus

Mahasiswa sejatinya adalah status sebagai pelajar yang menambah pengetahuan secara formal di bangku perkuliahan, namun dalam kenyataannya mahasiswa tidak hanya menimba ilmu di ruang perkuliahan melainkan juga ikut pada beberapa bentuk kegiatan lainnya yang terdapat di kampus.

(54)

tingkatan jurusan/departemen, organisasi mahasiswa tingkatan fakultas, organisasi mahasiswa tingkat kampus.

Selain organisasi tersebut, terdapat organisasi yang mewadahi aspirasi dan hobi mahasiswa, seperti organisasi mahasiswa berdasarkan hobi olahraga, organisasi diskusi mahasiswa dan lain sebagainya. Pada perkembangannya terdapat organisasi mahasiswa yang bersifat eksternal, dalam artian organisasi mahasiswa tersbut tidak berafiliasi kepada biro rektor melainkan organisasi luar kampus yang dibawa ke dalam kampus.

Pada kenyataannya organisasi eksternal kampus sedikit banyaknya mempengaruhi kehidupan mahasiswa, dari sekedar ikut berpartisipasi pasif hingga aktif dan turut serta dalam kepengurusan inti organisasi eksternal kampus. Dalam penelitian ini terdapat kasus mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus dan menyebabkan mahasiswa terambat dalam menyelesaikan masa studi sebagaimana yang disyaratkan kepada diri mahasiswa berdasarkan keputusan pihak kampus.

Berkaitan dengan organisasi eksternal kampus, terdapat beragam alasan mahasiswa mengikut kegiatan organisasi eksternal kampus, seperti pendapat Amir (24 tahun) yang terdaftar sebagai anggota organisasi eksternal kampus yang bergerak dalam konteks politik praktis :

(55)

Pendapat Amir tersebut menyiratkan bahwa kondisi dan peluang pekerjaan yang ditawarkan ketika mengikuti organisasi eskternal kampus menjadi faktor penarik bagi mahasiswa untuk mengikuti beragam kegiatan organisasi eksternal kampus tersebut, selain itu terdapat juga pendapat lain dari Angga (24 tahun) yang mengatakan bahwa :

“Aku ikut ini (organisasi eksternal kampus) karena kulihat di televisi mereka keren dan berjiwa perjuangan … ikut ini juga untuk menjdikan diriku jadi aktivis kampus yang sadar dan peduli dengan keadaan hidup sekitar, daripada status mahasiswa tapi buta terhadap kehidupan sekitar ?”.

Alasan yang dikemukakan tersebut menggambarkan faktor penyebab mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus sebagai alasan yang personal, dalam artian mahasiswa tersebut membutuhkan proses eksistensi bagi dirinya dalam kehidupan kampus di luar kegiatan akademik seperti lazimnya mahasiswa lainnya.

Waktu mahasiswa yang tersita dengan mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus juga memberi dampak pada lamanya masa studi mahasiswa tersebut yang berimbas pada kelulusan mahasiswa tersebut.

Organisasi eksternal kampus yang bermain dalam konteks politik praktis menjadi magnet yang tidak dapat dipungkiri menarik minat mahasiswa untuk mengikutinya, selain sebagai mahasiswa yang bergelut dengan teori maka kegiatan organisasi eksternal kampus dianggap sebagai bagian dari aktualisasi teori yang mereka peroleh dari bangku perkuliahan.

(56)

tersebut dan juga kesadaran diri mahasiswa bahwa dengan status mahasiswa mereka mengemban tugas untuk mencari dan menambah ilmu pengetahuan mereka sesuai dengan minat dan jurusan mereka. Kondisi ini terkadang disalahartikan sebagai bentuk perlawanan mahasiswa terhadap sistem (politik, pendidikan, ekonomis, sosial, dan lain-lain) walaupun mahasiswa tersebut secara sadar atau tidak sudah turut dalam kegiatan politik praktis.

Menariknya, keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi eksternal kampus dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

1. Ajakan senior, 2. Pengaruh teman, 3. Kemauan diri sendiri,

4. Alasan lain (mencakup; eksistensi pribadi, bernilai, dll).

Beberapa hal yang menjadi alasan mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus menggambarkan posisi rentan mahasiswa dalam menentukan antara mengikuti kegiatan perkuliahan dengan mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus.

Sejatinya kegiatan organisasi mahasiswa eksternal kampus berupaya untuk dapat menghubungkan antara mahasiswa – aspirasi – kuliah, namun pada kenyataannya hal ini sedikit menyimpang dimana kegiatan organisasi mahasiswa eksternal kampus lebih mendominasi waktu mahasiswa.

(57)

demon, bahas mahasiswa apatis terhadap keadaan sekitar tapi mereka gak bisa kasi contoh juga. Ke kampus pake baju kaos, celana koyak, selop jepang, kalo ditanya politik cepat kali nyambarnya tapi waktu diajak kuliah hilang entah kemana”.

Pendapat dari Budi memberikan pandangan lain mengenai keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi eksternal kampus dimana mereka yang tidak ikut serta dalam kegiatan organisasi eksternal kampus justru memberikan pandangan negatif kepada mereka yang turut serta, hal ini dikarenakan mahasiswa yang ikutserta dalam kegiatan organisasi eksternal kampus yang diharapkan dapat memberikan warna lain dalam kehidupan kampus justru menjadi golongan mahasiswa yang diberi cap sebagai “tukang nongkrong”, “tukang cakap” yang tak memberi pengaruh baik kepada mahasiswa lainnya.

Keberadaan mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus dalam kehidupan akademik kampus secara luas dianggap sebagai golongan mahasiswa “lama tamat”, mahasiswa “tukang demon” yang tingkat kehadiran didalam perkuliahan sangat sedikit dibandingkan dengan tingkat keikutsertaan mereka dalam kegiatan organisasi.

Angga (24 tahun) yang ikut dalam organisasi eksternal kampus menuturkan bahwa :

“Tiap hari datang ke kampus jumpa kawan ya diskusi lah, kadang dari pagi sampe sore kami bahas tentang permasalahan sekarang ini … mahasiswa lain sudah malas untuk berjuang taunya cuman datang, duduk, pulang”.

(58)

kepentingan antara mahasiswa yang ikut organisasi dan mahasiswa yang tidak ikut organisasi.

Pihak dekanat sebagai pemegang regulasi kampus tingkat fakultas juga dianggap tidak dapat menyelesaikan permasalahan di antara dua kubu ini, pihak dekanat dianggap sibuk dengan beragam urusan administratif kampus dan juga dituduh “meng-anak emas kan” mahasiswa yang ikut organisasi dengan beragam alasan.

Andri (24 tahun) mengatakan bahwa :

“Sudah sering itu mahasiswa yang ikut organisasi eksternal kampus kayak organisasi XXXX menjadi anak emas, karena dosen, senior, alumni mereka dekat dengan pihak kampus dari tingkat departemen, fakultas sampe rektorat … kadang ada juga mahasiswa yang kita anggap sudah layak DO (drop out) karena jarang masuk, evaluasi nilai gak cukup justru selamat gak pernah dapat peringatan, belum lagi masalah beasiswa, orang-orang tu aja yang dapat, jadi gak heran kalo liat mahasiswa ikut organisasi eksternal kampus kesan kayak dia yang punya kampus ini”.

(59)

Gambar 5 : mahasiswa dan organisasi kampus Sumber dokumen pribadi

3.3. Mahasiswa dan Kegiatan Pribadi

Berbeda dengan kondisi mahasiswa yang lama menyelesaikan masa kuliah karena ikut dalam organisasi kampus, mahasiswa dengan kegiatan pribadi menjadi contoh mahasiswa yang lama tamat dikarenakan disibukkan dengan beragam hal yang bersifat pribadi, seperti : ikut dalam kegiatan sesama mahasiswa luar kampus (event organizer, main musik, nongkrong), pacaran dan beragam bentuk kegiatan pribadi lainnya.

(60)

3.3.1 Mahasiswa dan Kegiatan Nongkrong

Kegiatan mahasiswa yang diisi dengan beragam aktifitas yang berkaitan dengan pencarian ilmu pengetahuan dan didapat melalui bangku perkuliahan secara tidak langsung menyebabkan munculnya kegiatan berkumpul atau nongkrong. Kegiatan berkumpul yang pada awalnya membahas tentang

perkuliahan berkembang menjadi arena diskusi beragam hal yang terkait dengan kehidupan mahasiswa secara personal maupun komunal.

Istilah nongkrong dalam lingkup ini adalah kegiatan berkumpul yang dilakoni mahasiswa sebagai suatu alternatif kegiatan luar maupun dalam kampus, nongkrong sebagai sebentuk kegiatan lazim dilakukan mahasiswa seperti :

duduk-duduk dan berdiskusi di areal kampus, duduk-duduk-duduk-duduk di kantin kampus hingga duduk-duduk di kedai kopi.

Selayaknya pembahasan di kedai kopi, kegiatan nongkrong yang dilakoni mahasiswa juga membahas dari hal yang serius hingga hal-hal yang terkadang tidak masuk di akal. Kegiatan nongkrong ini dilakukan sebagai suatu sarana penyegaran pikiran dari mengikuti kegiatan perkuliahan.

Sama halnya dengan bentuk kegiatan lainnya, kegiatan nongkrong yang dilakoni mahasiswa dapat juga menyimpang menjadi kegiatan duduk-duduk yang menghabiskan banyak waktu dan berimbas pada kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas kuliah dan juga menamatkan perkuliahan.

Anton (23 tahun) mengatakan :

(61)

belajar dalam kelas, di kampus pun nongkrong juganya kek di kantin sambil nunggu-nunggu waktu kuliah tapi kalo nongkrong sore ini lebih lama bisa sampe malam duduk-duduk sama kawan”.

Berkaitan dengan kegiatan nongkrong, Anton menuturkan mengenai penggunaan waktu nongkrong dan waktu belajar :

“kalo nongkrong sore ini lebih lama bisa sampe malam duduk-duduk sama kawan, awalnya duduk-duduk serius sambil cerita-cerita sambil ngerjain tugas kuliah juga, kan pake laptop ada wifi jadi bisa sekalian ngerjain tugas tapi sering juga tugas gak selesai karena kebanyakan cerita dan wifi-nya gak jalan, kalo udah gitu yang lanjut di kost lah ngerjainnya walau kadang-kadang lupa juga ngelanjutinnya heheh”.

Ketika ditanyakan secara lebih lanjut tentang bagaimana tanggapan orangtua kepada dirinya yang berstatus sebagai mahasiswa dan juga anak kost, Anton mengatakan :

“Udah capeklah kenak marah sama orang mamak, katanya kalo cuman duduk-duduk di kede kopinya kerja kau bagus pulang kampung aja tapi kadang kujawab juga orang mamak santai aja kuliahnya aku disini lagian inikan cuman buat santai sekalian ngerjain tugas, mamak cuman bilang tamatkan kuliah”.

(62)

menyebabkan mahasiswa tersebut tetap melakoni kegiatan nongkrong dalam kurun waktu yang lama dan menjadi rutinitas harian.

Gambar 6: mahasiswa dan nongkrong Sumber dokumen pribadi

3.3.2 Mahasiswa dan Kegiatan Pacaran

Mahasiswa yang pada umumnya berada dalam rentang umur 18-25 tahun adalah usia muda yang haus akan beragam kegiatan, salah satu kegiatan tersebut adalah ketertarikan dan hubungan terhadap lawan jenis atau pacaran.

(63)

mahasiswa dapat menjalani waktu yang lama dalam menyelesaikan perkuliahan oleh karena kegiatan pacaran.

Mahasiswa yang memiliki waktu studi berlebih dikarenakan pacaran disebabkan beragam hal, seperti pacaran satu kampus hingga pada putus pacaran. Pada kasus pacaran satu kampus mahasiswa dapat menjalani masa studi perkuliahan yang lama karena mahasiswa tersebut ingin memiliki waktu wisuda yang sama dengan pacarnya. Fauzi (24 tahun) mengatakan bahwa :

“Aku lama tamat karena nunggu pacarku, kan sedap kalo kami bisa wisuda sama-sama hwe … lagian namanya pacaran kemana-mana sama-samalah sampe kuliah dan wisuda pun sama-sama”.

Dari pernyataan informan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pacaran yang dilakoni informan berimbas pada masa perkuliahan walaupun mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan studi tepat waktu namun hal tersebut tidak dilakukan karena adanya “ikatan pacaran” sehingga mahasiswa tersebut rela menunggu pacarnya untuk sama-sama tamat kuliah.

Kegiatan pacaran yang dilakukan mahasiswa dalam lingkup kampus yang diisi dengan kegiatan secara sama seperti : pergi ke kampus bersama-sama, ke perpustakaan bersama-bersama-sama, pulang kuliah sama menyebabkan mahasiswa menjalani kegiatan perkuliahan sebagai bagian dari kegiatan pacaran dan melupakan esensi dari perkuliahan mencari ilmu, mengenai hal ini Fauzi mengatakan :

(64)

Lain halnya dengan kondisi salah seorang informan bernama Edi (24 tahun) yang menjalani perkuliahan dengan melakukan kegiatan pacaran satu departemen namun putus.

Edi mengatakan :

“Awalnya aja enak, abis putus jadi malas ke kampus-kampus lagi … kalo ke kampus kan jumpa sama dia, belum lagi kalo ada mata kuliah yang sama kan jumpa juga, jadi malaslah ke kampus”.

Lebih lanjut Edi menceritakan :

“Udah putus pun sering jumpa di kampus, belum lagi kawan-kawan kampus kalo jumpa sering ngejek “seeh si edi mana si anu ?, kan biasanya sama” karena sering kek gitu jadi malas ke kampus, kalo gak jumpa sama dia ya jumpa sama kawan-kawan kampus diejek”.

Kondisi yang dialami informan penelitian menggambarkan bahwa kegiatan pacaran yang dilakoni mahasiswa berimbas pada sikap malas mahasiswa untuk datang ke kampus menjalani perkuliahan dan pada akhirnya mahasiswa tersebut menjalani masa kuliah yang berlebih atau melebihi tenggat masa studi.

(65)

Cepat tamatnya seorang maha siswa dapat dikategorikan suatu keberhasilan yang dicapai oleh mahasiswa tersebut di dalam pendidikannya. Keberhasilan tersebut diraih dengan banyak belajar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan studinya. Belajar merupakan suatu proses yang harus dijalani oleh seorang mahasiswa, di mana belajar membutuhkan waktu yang khusus untuk dapat benar-benar memahami apa yang menjadi bahan dari mata kuliah yang sedang dia jalani.

Dengan tingginya intensitas mereka di dalam menjalani aktifitas-aktifitas di luar kelas, dengan sendirinya waktu untuk belajar menjadi terbekanglai. Tanpa disadari oleh mahasiswa dampak dari tingginya intensitas waktu di dalam menjalani aktifitas di luar kelas, antara lain :

1. berkurang waktu untuk belajar atau mempelajari bahan kuliah

2. rendahnya tingkat kehadiran di dalam mengikuti perkuliahan sehari-hari 3. kesehatan tidak terurus.

Seperti yang dikatakan oleh Anton (23 tahun) :

“kalo suntuk di kos, aku kadang ke warnet ngambil paket malam. Kalo udah siap, paling nyari makan lalu pulang ke kos kawan atau kos ku tuk tidur”.

Ketika ditanya lebih mendalam lagi, Anton menambahkan :

(66)

Berdasarkan dengan informasi yang didapat dari informan di atas, dapat ditarik gambaran dengan seringnya mahasiswa untuk tidak tidur sesuai dengan waktunya, selain berdampak terhadap kesehatannya juga dapat menghambat keinginan mereka untuk mengikuti kegiatan perkuliahannya.

Kondisi tubuh atau kesehatan dari mahasiswa menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dari mahasiswa tersebut. Semua hal yang diajarkan atau dijelaskan oleh dosen di dalam kelas, tidak akan masuk ke pikiran dikarenakan oleh kondisi fisik atau kesehatan mahasiswa itu tidak dalam kondisi yang benar-benar pulih untuk menangkap atau memahami semua penjelasan yang diberikan oleh dosen. Seperti yang ada di dalam peribahas Mens Sana In Corpore Sano yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

sehat juga.

Andri (24 tahun), salah satu informan menambahkan :

“...yang kalo sakit masuk angin, demam udah biasa la ku alami. Kalo udah sakit ini, mau ngapain mau gak bisa. Bawaannya mau tidur aja, kek mana mau ke kampus itu?.gak mungkin la ku bante tidur di kelas, yang ada kenak tandai aja sama bapak itu. Dari pada bermasalah sama dia, mending aku gak hadir sekalian, kalo ada tugas tinggal tanyanya ama kawan-kawan”.

Ketika ditanya lebih lanjut, Andri mengatakan :

(67)
(68)

BAB IV

Alasan dan Dampak Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat

4.1. Alasan-alasan Mahasiswa Kuliah Melebihi Masa Tenggat

Mahasiswa adalah sebutan untuk sesorang uang sedang menjalani pendidikan di tingkat perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Selayaknya rentang waktu yang dijalani seorang mahasiswa dalam menyelesaikan kuliahnya selama 10 semester (5 tahun).

Namun ada beberapa mahasiswa yang lebih dari 10 semester dalam menyelesaikan kuliahnya, bahkan ada juga yang sampai 8 tahun atau lebih. Hal ini dimungkinkan karena kurang perhatiannya mahasiswa tersebut kurang memberikan terhadap keadaan perkuliahannya. Ditambah lagi pihak universitas memberikan keringanan dalam hal lamanya menyelesaikan studinya.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dalam hal menyelesaikan studinya. Baik alasan yang berasal dari diri mahasiswa itu sendiri maupun dari lingkungannya. Di bawah ini merupakan alasan-alasan yang menyebabkan mahasiswa lama dalam menyelesaikan kuliahnya :

4.1.1. Kuliah karena tuntutan keluarga

Gambar

Tabel ...............................................................................................................................
Tabel Tabel 1
Tabel 1. Pimpinan Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 FISIP USU Sumber dokumen pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

ada hubungan positif yang sangat signifikan antara family closeness. dengan

• Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama Dual system bank 1998 UU No.10/1998 ttg Perbankan: Kebijakan Moneter Syariah 1999 • Bank Syariah • Bank konvensional dapat membuka

Program Aplikasi Penjualan Alat-alat Rumah Sakit ini dibuat dengan menggunakan Visual Basic 6.0, dimana semuanya sudah disediakan didalam pilihan-pilihan yang sesuai dengan

[r]

[r]

11 Valid Realiabel Cukup Mudah.. Teknik Pengumpulan Data. 308) menjelaskan bahwa “ teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting utama dalam penelitian,

a) Setelah menetapkan masalah inti, letakkan kartu ini di tengah- tengah papan tulis atau dinding. b) Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negatif penting yang

dapat digunakan dua sistem kontrol yang akan diimplementasikan pada gripper, yaitu: pertama kontrol elektrik yang akan mengkonversi sinyal menjadi gerakan gripper, yang kedua adalah