• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. PEMBENIHAN IKAN KOMET

4. Kepadatan ikan

Kepadatan ikan sangat berpengaruh pada penurunan kualitas air. Ada pustaka yang menyebutkan bahwa jumlah atau kepadatan ikan dapat dihitung atau disesuaikan dengan panjang total ikan per luasan tempat pemeliharaan. Kepadatan optimal untuk ikan adalah setiap 1 cm ikan memerlukan luasan 25 cm2 air, tanpa memperhatikan ketinggian air. Sementara pada pustaka lain menyatakan bahwa dalam menentukan tingkat kepadatan ikan tergantung pada besar kecilnya ikan dalam setiap liter air. Jumlah air sesuai dengan ukuran ikan dapat dilihat pada Tabel 2. Kepadatan yang lebih besar dari patokan akan menyebabkan ikan stress. Hal ini disebabkan karena keadaan lingkungan menjadi tidak nyaman ataupun kualitas air cepat menurun.

Tabel 2. Jumlah air berdasarkan ukuran ikan

Ukuran ikan Jumlah air (liter/cm ikan)

<2 cm 1.0 2-5 cm 1.5 6-9 cm 2.0 10-13 cm 3.0 > 14 cm 4.0 Sumber : Axelrod,H.R., 1989 C. KUALITAS AIR

Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat. Lingkungan hidup ikan adalah air. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak cocok, ikan dapat mengalami stress yang akhirnya akan mengakibatkan kematian. Kriteria kualitas air menurut Peraturan Pemerintah no. 20 Tahun 1990, tentang pengendalian pencemaran air dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kualitas air menurut PP no.20 tahun 1990

Parameter Satuan Kadar maksimum Keterangan Fisika

o Suhu oC Suhu air normal ± 3oC o Zat terlarut mg/l 1000 Kimia 1.Kimia anorganik o Air raksa mg/l 0.002 o Amoniak bebas mg/l 0.02 o Arsen mg/l 1 o Fluorida mg/l 1.5 o Kadmium mg/l 0.01 o Klorin bebas mg/l 0.003 o Kromium, valensi 6 mg/l 0.05 o Nitrit mg/l 0.06

o Oksigen terlarut mg/l * * disyaratkan > 3

o pH - 6-9 o Selenium mg/l 0.05 o Seng mg/l 0.02 o Sianida mg/l 0.02 o Sulfida mg/l 0.002 o Tembaga mg/l 0.02 o Timbal mg/l 0.03 2. kimia organik o BHC mg/l 0.21 o DDT mg/l 0.002 o Endrine mg/l 0.004 o Fenol mg/l 0.001

o Minyak dan lemak mg/l 1 o Organofosfat dan

carbamete

mg/l 0.1

o Senyawa aktif biru metilen

mg/l 0.2

Dalam pembudidayaan ikan hias air tawar, parameter lingkungan yang harus terkontrol dengan baik antara lain :

1. Suhu

Air mempunyai kapasitas spesifik terhadap panas. Artinya perubahan suhu dapat ditahan dan relatif lambat. Pada lingkungan darat fluktuasi suhu harian dapat mencapai perbedaan sampai 15oC. Sementara pada lingkungan

perairan, fluktuasinya hanya 3-5oC. Perubahan yang ekstrim terjadi pada badan air yang terbuka dengan curah hujan langsung (Lesmana, 2001).

Suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar ataupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Suhu makin naik maka reaksi kimia makin cepat, sedangkan konsentrasi gas dalam air akan makin turun, termasuk oksigen.

Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan merupakan suatu hal yang penting. Ikan akan mengalami kerentanan terhadap penyakit pada suhu yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Secara umum, suhu yang optimal untuk pembudidayaan ikan hias adalah 25–32oC, perubahan suhu yang mendadak sebesar 5oC dapat menyebabkan ikan stress (Daelami,2001). Pada saat ikan memijah, stadia telur, dan stadia larva atau benih, kisaran fluktuasi suhu tidak boleh lebih dari 1-20C per hari (Lesmana, 2001).

Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi sel darah merah sehingga proses respirasi terganggu. Selain itu, suhu rendah dapat menyebabkan ikan tidak aktif, bergerombol, serta tidak mau berenang dan makan sehingga imunitasnya terhadap penyakit berkurang. Sebaliknya, pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan dan metabolisme cepat meningkat sehingga kotorannyapun menjadi lebih banyak. Kotoran yang banyak akan menyebabkan kualitas air disekitarnya akan menurun. Sementara kebutuhan oksigen menjadi naik. Padahal, ketersediaan oksigen pada air yang buruk akan berkurang sehingga ikan akan kekurangan oksigen dalam darah. Akibatnya, ikan menjadi stress, tidak ada keseimbangan dan menurun sistem syarafnya.

2. Oksigen Terlarut

dipermukaan air. Angin dan riak air cenderung menipiskan atau memecah lapisan permukaan air sehingga memudahkan untuk difusi (Lesmana,2001).

Untuk memperoleh produksi optimal, kandungan oksigen harus dipertahankan diatas 5 ppm. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya (Daelami,2001).

3. Keasaman ( pH )

Air merupakan kombinasi dari hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan perbandingan 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen. Atom-atom tersebut membentuk muatan atau ion, yaitu ion H+ dan ion OH-. Nilai pH merupakan perbandingan dari ion-ion tersebut. Bila perbandingannya seimbang maka air dikatakan netral. Bila ion H+ lebih besar dibandingakan dengan OH- maka air dikatakan asam. Sementara bila sebaliknya maka air dikatakan basa. Nilai maksimal untuk derajat keasaman adalah 14.

Skala pH adalah logaritmik. Artinya, setiap satu unit yang terhitung merupakan sepuluh kali perubahan kosentrasi ion. Oleh karena itu, kalau terjadi sedikit perubahan pada nilai pH maka hal itu berarti terjadi perubahan yang sangat besar terhadap perbedaan kandungan ion.

Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH basa adalah 11. Ikan hias kebanyakan akan hidup baik pada kisaran pH sedikit asam sampai netral, yaitu 6,5-7,5. sementara keasaman air untuk reproduksi atau perkembangbiakan biasanya akan baik pada pH 6,4-7,0 sesuai jenis ikan (Lesmana,2001).

Pada lingkungan yang berubah terlalu asam atau tidak tertoleransi di bawah 5.5 atau terlalu alkali di atas 8.0 maka akan terjadi reaksi di dalam tubuh ikan sehingga mempengaruhi perilakunya. Perubahan pH secara mendadak akan menyebabkan ikan meloncat-loncat atau berenang sangat cepat dan tampak seperti kekurangan oksigen hingga mati mendadak.

D. PEMBERIAN PAKAN

Salah satu syarat agar ikan hias tumbuh dengan baik adalah pemberian pakan yang baik dan teratur. Pakan yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang

baik. Pakan yang biasa diberikan untuk ikan hias dibagi menjadi dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami berupa jasad hidup yang diperoleh dari alam atau hasil ternakan. Sedangkan pakan buatan diperoleh dari ramuan berbagai bahan pakan yang komposisinya disusun berdasarkan keperluan ikan.

Pakan alami yang biasa diberikan pada ikan berupa jasad renik perairan dari kelompok protozoa seperti infusoria, rotifera, kutu air, artemia dan cacing sutera. Pakan alami memiliki keuntungan antara lain memilki nilai gizi yang baik (kandungan proteinnya tinggi), mudah dicerna, mudah dikulturkan, dan harganya murah.

Pakan buatan biasanya diberikan sebagai pakan tambahan. Pakan tambahan diperlukan agar dicapai pertumbuhan dan proses kelangsungan hidup yang sebaik mungkin dalam pemeliharaan bulan pertama. Pakan buatan mengandung banyak nutrien seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, mineral maupun vitamin secara lengkap dalam jumlah yang tepat. Pakan buatan yang biasa diberikan adalah emulsi, lembaran (wafer), roti kukus, serta tepung dan remah.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan :

1. Untuk pakan alami yang langsung diambil dari alam, pakan harus dibersihkan terlebih dahulu karena pakan tersebut biasanya sering mengandung berbagai parasit yang dapat mengganggu kesehatan ikan. 2. Gizi yang terkandung pada pakan. Kebutuhan gizi pada ikan tergantung

jenis dan usianya, oleh karena itu dalam pemberian pakan harus diperhatikan kandungan gizi yang terdapat pada pakan sehingga pertumbuhan ikan tidak terganggu.

3. Pakan yang diberikan harus teratur dan sesuai dosis. Untuk ikan hias komet pemberian pakan biasanya 3 kali dalam sehari dengan selang waktu berbeda (pagi, siang, dan sore). Jumlah pakan diberikan berdasarkan berat tubuh ikan (10–30 % dari bobot ikan). Pakan yang diberikan jangan terlalu banyak. Pakan yang tersisa atau tidak habis akan membusuk dan dapat menyebabkan bakteri tumbuh, sehingga akan mengganggu kesehatan ikan.

E. PENYAKIT PADA IKAN HIAS

Dokumen terkait