• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepastian Hukum Dalam Regulasi Penanaman Modal Asing Di

BAB III : REGULASI PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG

C. Kepastian Hukum Dalam Regulasi Penanaman Modal Asing Di

Penanaman modal asing mempunyai korelasi yang erat dengan masalah law

enforcement, dimana hal tersebut direalisasikan dalam bentuk kepastian hukum atas ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, bukan saja atas peraturan yang mengatur masalah penanaman modal secara khusus, tetapi juga peraturan-peraturan lainnya baik yang sifatnya sektoral maupun lintas sektoral. Oleh karenanya asas-asas penanaman modal sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Penanaman Modal sarat dengan muatan law enforcement, yaitu:95

3. Akuntabilitas: asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Kepastian Hukum: asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.

2. Keterbukaan: asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

95

4. Prilaku yang sama dan tidak membedakan asal negara: asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari suatu negara asing dengan penanam modal dari negara asing lainnya.

5. Kebersamaan: asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efesiensi berkeadilan: asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan: asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan baik untuk masa kini maupun yang akan dating.

8. Berwawasan lingkungan: asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian: asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional: asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau

distorsi norma.96

96

Pengertian Asas Kepastian Hukum, http://tesishukum.com/ (diakses tanggal 4 April 2015).

Pemikiran mainstream beranggapan bahwa kepastian hukum merupakan

keadaan dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum. Secara etis, padangan seperti ini lahir dari kekhawatiran yang dahulu kala pernah dilontarkan oleh Thomas Hobbes bahwa manusia adalah serigala bagi manusia

lainnya (homo hominilupus). Manusia adalah makhluk yang beringas yang

merupakan suatu ancaman. Untuk itu, hukum lahir sebagai suatu pedoman untuk menghindari jatuhnya korban. Konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa perilaku manusia secara sosiologis merupakan refleksi dari perilaku yang dibayangkan dalam pikiran pembuat aturan.

Kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang

atau tidak dilarang oleh hukum.97

Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Perasuransian pada dasarnya industri asuransi di tanah air telah memiliki perkembangan yang cukup baik di

Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui penormaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas pulah penerapanya. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumanya. Akan tetapi kepastian hukum mungkin sebaiknya tidak dianggap sebagai elemen yang mutlak ada setiap saat, tapi sarana yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan asas manfaat dan efisiensi.

Industri asurasni merupakan lembaga keuangan non bank yang sangat memerlukan kepastian hukum dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya. Hal ini sangat penting karena industri asuransi berkaitan dengan kepentingan orang banyal dalam menjaminkan resiko yang mungkin terjadi maupun jiwanya, sehingga sangat dibutuhkan kepastian hukum guna membangun kepercayaan masyarakat atas industri asuransi.

97

Tujuan Kepastian Hukum, http://rasjuddin.blogspot.com/2013/06/ (diakses tanggal 4 April 2015).

bidang pengaturan dan pengawasan pada usaha asuransi. Kepastian hukum dalam industri ini sudah cukup baikdan semakin diperhatikan. Undang-Undang Perasuransian memberikan pengaturan yang sangat jelas mengenai perlindungan kepada pemegang polis, serta dalam penyelenggaraan usaha industri asuransi diatur sistem baik.

Seluruh proses penyelenggaraan perasuransian dari pendirian perusahaan sampai berjalannya usaha perasuransian sudah diatur didalam Undang-Undang Perasuransian. Akan tetapi dalam hal kepemilikan saham dalam perusahaan asuransi yang di dalamnya terdapat penyertaan asing sampai saat ini belum ada pengaturan yang secara jelas menentukan batasan kepemilikan asing pada perusahaan asuransi. Saat ini Undang-Undang perasuransian tidak memberikan pengaturan yang mengtaur tentang batasan kepemilikan saham asing atas perusahaan asuransi. Aturan yang ada saat hanya membatasi penyertaan modal pada saat pendirian perusahaan asuransi, shingga terbuka kemungkinan investor asing tersebut untuk menambah porsi kepemilikan sahamnya pada perusahaan asuransi.

Kepemilikan asing dalam perusahaan asuransi yang berbentuk hukum perseroan terbatas pada dasarnya adalah dalam bentuk saham, baik berupa penyertaan modal langsung pada saat pendirian maupun melalui pembelian efek dalam pasar modal. Saham adalah suatu benda bergerak yang memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya, kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya,hak dimana dapat

dipertahankan tehadap setiap orang.98 Dalam dunia ilmu hukum perseroan,

sebenarnya kita mengenal beberapa jenis saham sebagai berikut:99

1. Saham atas nama (op naam)

2. Saham atas tunjuk (on bearer, aan toonder)

3. Saham biasa (ordinary share, common share)

4. Saham preferens (preferred shares, preference shares)

5. Saham preferens kumulatif

6. Saham preferens kumulatif profit sharing

7. Saham preference non kumulatif

8. Saham prioritas

9. Saham pendiri (founder’s share)

10. Saham bonus

11. Saham konvensi

12. Saham disetujui (assented share)

13. Saham tidak disetujui (non assented share)

98

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti,2002), hlm. 35.

99

14. Saham yang dinilai (assessable share)

15. Saham dibayar penuh (paid up share)

16. Saham dinaikkan (watered share)

17. Saham donasi (donated share)

18. Saham tebusan (redeemable/callable share)

19. Saham treasury

20. Saham terjamin (guaranteed)

Undang-Undang PT menyebutkan bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan peraturan di bidang pasar modal mengatur modal perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal.

Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau bentuk lainnya. Pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang, namun tidak ditutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang dan yang secara wajar telah diterima oleh perseroan. Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.

Penyetoran modal saham, penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan. Jika pasar tidak tersedia, maka nilai wajar ditentukan berdasarkan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik

setoran berdasarkan informasi yang relevan dan terbaik. Yang dimaksud dengan

1. Hubungan keluarga karena perkawinan atau keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal dengan pegawai, anggota direksi, dewan komisaris, atau pemegang saham dari perseroan

2. Hubungan dengan Perseroan karena adanya kesamaan satu atau lebih direksi

atau dewan komisaris

3. Hubungan pengendalian dengan perseroan baik langsung maupun tidak

langsung

4. Saham dalam perseroan sebesar 20% (dua puluh persen) atau lebih

Saham yang dikeluarkan oleh perseroan atas nama pemiliknya, sehingga perseroan hanya diperkenankan untuk mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Instansi yang berwenang adalah instasnsi yang berdasarkan undang-undang berwenang mengawasi perseroan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang tertentu, misalnya Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengawasi perseroan di bidang asuransi.

Persyaratan kepemilikan saham apabilatidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham misalnya hak untuk dicatat dalam daftar pemegang saham, hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, atau hak untuk menerima deviden yang dibagikan dan saham tersebut tidak diperhitungakan dalam kourum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PT.

Direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya :

1. Nama dan alamat pemegang saham

2. Jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan

klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasiifikasi saham

3. Jumlah yang disetor atas setiap saham

4. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai

hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut

5. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain

Selain daftar pemegang saham sebagaimana dimaksud diatas, direksi perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya dalam perseroan dan/atau perseroan lain serta tanggal saham itu diperoleh hal ini dimaksudkan agar memperkecil pertentangan kepentingan yang mungkin timbul.

Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya, dimana pengaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya bukti kepemilikan saham maka saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:

1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS

2. Menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa anggaran dasar perseroan menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih, dengan mana bila terdapat lebih dari satu klasifikasi saham, anggaran dasar menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham biasa. Klasifikasi saham sebagaimana dimaksud antara lain:

1. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara

2. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau

anggota dewan komisaris

3. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembaali atau ditukar dengan

klasifikasi saham lain

4. Saham yang memnerikan hak pada pemegangnya untuk menerima deviden

lebih dahulu daripada pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian deviden secara kumulatif

5. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebi

dahulu daripada pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi

Kepemilikan saham atas suatu perseroan juga dapat dilakukan dengan membeli efek perseroan tersebut pada bursa efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial , saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak

berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.Bursa efek adalah Pihak yang

mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak - pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

Investor dalam melakukan pembelian saham di lantai bursa, tidak dapat langsung melakuan proses pembelian saham di bursa efek. Investor harus menjadi nasabah dari suatu Perusahaan Efek dengan membuka Rekening Efek. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sendiri menjabarkan perantara pedagang efek sebagai pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek. Dalam kenyataan sehari-hari kegiatan perusahaan efek sebagai perantara pedagang efek ini dapat kita lihat di bursa efek. Pekerjaan perantara pedagang efek di bursa dilakukan dengan menerima pesanan membeli atau menjual efek. Untuk efek-efek yang terdaftar di bursa, dan kebetulan perdagangannya hanya di bursa, maka investor harus berhubungan dengan perusahaan efek, yang bertindak sebagai perantara perdagangan efek yang dalam hal ini diwakili oleh pegawai perusahaan efek bagian pemasaran untuk diteruskan

kepada Bagian Pemesanan dan Perdagangan.100

Sebagaimana diuraikan diatas, bursa adalah pasar dimana efek (diantaranya saham) diperdagangkan. Oleh karena bursa merupakan pasar maka masalah peralihan hak merupakan masalah penting yang harus dikaji membahas masalah perdagangan di bursa. Sehubungan dengan peralihan hak atas efek ini, Undang-Undang Pasar Modal menentukan bahwa tata cara peralihan efek sehubungan

100

dengan transaksi bursa ditetapkan oleh bursa efek, hal ini disebutkan dalam Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Pasar Modal yaitu tata cara peralihan Efek sehubungan

dengan Transaksi Bursa ditetapkan oleh Bursa efek.101

101

.Ibid, hlm. 386.

Namun demikian apabila kita melihat pada bagian lainnya yaitu Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal dan penjelasannya maka undang-undang ini telah memberikan pedoman mengenai peralihan hak dalam transaksi ini. Pasal 55 ayat (1) menyatakan Penyelesaian Transaksi Bursa dapat dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Penjelasan pasal ini juga menampah ketegasan atas Pasal 55 tersebut dengan menyatakan "penyelesaian pembukuan" (book entry settlement ) dalam ayat ini adalah pemenuhan hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat adanya Transaksi Bursa yang dilaksanakan dengan cara mengurangi Efek dari rekening Efek yang satu dan menambahkan Efek dimaksud pada rekening Efek yang lain pada Kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik.

Peralihan hak atas Efek terjadi pada saat penyerahan Efek atau pada waktu Efek dimaksud dikurangkan dari rekening Efek yang satu dan kemudian ditambahkan pada rekening Efek yang lain. Penyelesaian fisik, adalah penyelesaian Transaksi Bursa yang dilakukan langsung oleh setiap Perantara Pedagang Efek yang melakukan transaksi, berdasarkan serah terima fisik warkat Efek. Yang dimaksud dengan “cara lain” dalam ayat ini antara lain adalah :

1. Penyelesaian Transaksi Bursa secara langsung pada daftar pemegang Efek tanpa melalui rekening Efek pada Kustodian

2. Penyelesaian Transaksi Bursa secara internasional atau melalui negara lainK

3. Penyelesaian Transaksi Bursa secara elektronik atau cara lain yang mungkin

ditemukan dan diterapkan di masa datang sesuai dengan perkembangan teknologi dan

4. Penyelesaian Transaksi Bursa lain yang wajib dilaksanakan apabila terdapat

peraturan perundang-undangan baru.

B. Batasan Kepemilikan Saham Atas Perusahaan Asuransi

Kepemilikan pihak asing pada Perusahaan Perasuransian dibatasi secara kualitatif. Pembatasan secara kualitatif dilakukan dengan mempersyaratkan bahwa pada saat pendirian perusahaan perasuransian, pihak asing yang dapat menjadi pemilik adalah badan hukum asing yang memiliki usaha perasuransian yang sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang Usaha Perasuransian yang sejenis. Persyaratan badan hukum asing harus mempunyai usaha perasuransian yang sejenis dimaksudkan agar mitra asing yang akan menjadi salah satu pemilik perusahaan perasuransian di Indonesia tersebut merupakan perusahaan perasuransian yang benar-benar mempunyai pengalaman usaha di bidangnya sehingga diharapkan terjadi transfer modal dan transfer

pengetahuan dan teknologi kepada pihak Indonesia.102

102

Penjelasan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

Kepemilikan atas investasi dalam usaha patungan dapat dilakukan secara bervariasi. Pada umumnya kepemilikan mayoritas ada pada pihak asing, dan kepemilikan minoritas ada di tangan pihak nasional. Kepemilikan dapat juga ditentukan seimbang. Adapun kebijaksanaan untuk menentukan persentase

kepemilikan tersebut diatas, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:103

1. Partisipasi dalam keuntungan dan pertumbuhan usahanya.

2. Pembagian aset pada waktu pailit.

3. Kapasitas usaha pemegang saham, yang menyangkut misalnya baik tentang

pengangkatan direktur dan distribusi aset maupun mengenai perubahan objek perusahaan, serta perubahan struktur modal.

4. Kepatuhan pada kebijaksanaan domestik tentang penanaman modal asing dari

negara mitra lokal.

Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Perasuransian menyatakankan ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria badan hukum asing dan kepemilikan badan hukum asing serta kepemilikan warga negara asing dalam perusahaan perasuransian diatur dalam peraturan pemerintah. Ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah antara lain mengenai pembatasan kepemilikan badan hukum asing secara kuantitatif. Pembatasan tersebut dapat berupa persentase maksimum kepemilikan asing pada perusahaan perasuransian. pembatasan secara kuantitatif membutuhkan fleksibilitas guna menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan dan

ketersediaan dana dalam negeri.104

103

Fumarolla. Wordpress.com/2009/Joint-Venture di Indonesia/ (di akses tanggal 10

Februari 2015).

104

Penjelasan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

Pembatasan secara kuantitatif mengenai kepemilikan saham asing pada perusahaan asuransi saat ini memang menjadi dilema karena sangat membutuhkan fleksibilitas guna menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan dan ketersediaan dana dalam negeri, sehingga pemerintah perlu memperhatikan dengan bijak mengenai pembatasan kpemilikan saham asing pada perusahaan perasuransian.

Pembatasan kepemilikan asing pada perusahaan asuransi saat ini masih tergolong liberal, karena pembatasan kepemilikan saham asing tidak disebutkan secara jelas dalam Undang-Undang Perasuransian. Pembatasan kepemiikan asing pada perusahaan asuransi hanya berupa pembatasan penyertaan modal asing sebesar 80% pada saat pendirian yang diatur dalam peraturan pemerintah sebelum Undang-Undang Perasuransian diundangkan. Saat ini perusahaan asuransi patungan yang ada tidak dibatasi adanya kepemilikan asing mencapai 100%, hal ini disebabkan karena masih lemahnya modal yang dimiliki oleh investor Indonesia dalam menjalankan perusahaan asuransi, sehingga pada saat terjadi penambahan modal dalam perusahaan asuransi patungan tersebut investor Indonesia tidak dapat melakukan penambahan modal, sehingga kepemilikan saham pihak Indonesia mengalami penurunan persentase.

Pembatasan kepemilikan asing atas saham perusahaan asuransi melalui bursa efek samapai saat ini belum ada ketentuan peraturan yang mengaturnya, hal ini dikarenakan masih barunya Undang-Undang Perasuransian mengatur tentang kepemilikan saham perusahaan asuransi melalui pembelian efek dan belum dikeluarkannya peraturan pemerintah yang memberikan pengaturan batasan kepemilikan asing secara kuantitatif.

C. Pengalihan Kepemilikan Saham Asing Pada Perusahaan Asuransi.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dalam Pasal 40 mengatur pengalihan kepemilikan perusahaan perasuransian termasuk kepemilikan perusahaan perasuransian yang terdapat penyertaan modal asing

sebagai berikut:105

1. Setiap perubahan kepemilikan Perusahaan Perasuransian wajib terlebih dahulu

memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan, Perubahan kepemilikan mencakup antara lain perubahan komposisi saham, pengambilalihan, dan penambahan pemegang saham baru

2. Perubahan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perubahan kepemilikan yang mengakibatkan terdapatnya penyertaan langsung oleh pihak asing di dalam Perusahaan Perasuransian, pihak asing tersebut harus merupakan Perusahaan Perasuransian yang memiliki usaha sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang Usaha Perasu ransian yang sejenis.

3. Ketentuan mengenai Perusahaan Perasuransian yang memiliki usaha sejenis

atau kepemilikan perusahaan induk atas anak perusahaan yang bergerak di bidang Usaha Perasuransian yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib tetap dipenuhi selama pihak asing tersebut memiliki penyertaan pada Perusahaan Perasuransian.

4. Perubahan kepemilikan Perusahaan Perasuransian melalui transaksi di bursa

efek dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

105

Berdasarkan Undang-Undang PT, perseroan (PT) dapat melakukan pengalihan saham. Pasal 1 angka (11) Undang-Undang PT mengatur defenisi pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Badan Hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnyaa pengendalian atas perseroan tersebut.

Pengambilalihan yang dimaksud Pasal 1 angka (11) Undang-Undang PT, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui Direksi Perseroan atau dari pemegang sajam langsung. Dengan demikian, masing-masing diatur prosedur hukum yang berbeda di dalam Undang-Undang PT. Kemudian, dalam hal sebuah proses pengambilalihan saham suatu Perseroan ada yang dapat mengakibatkan perubahan pengendalian maupun tidak menimbulkan perubahan pengendalian

Perseroan tersebut.106

a. Keputusan RUPS

1. Proses pengambilalihan melalui direksi perseroan

Menurut Pasal 125 ayat (1) Undang-Undang PT, Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh perseroan melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham. Dimana yang dapat melakukan pengambilalihan dapat berupa badan hukum atau orang perseorangan. Pengambilalihan saham yang dimaksud Pasal 125 ayat 1 adalah Pengambilalihan yang mengakibatkan beralihnya

Dokumen terkait