SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
HENGKY P SIMANJUNTAK
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI NIM: 110200336
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Yuridis Kepemilikan Asing Terhadap Perusahaan Asuransi”. Banyak pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, dengan demikian penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum, Dekan fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Syafrudin Hasibuan, SH, MH. DFM, Pembantu Dekan II Fakultas hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Dr. OK Saidin SH, M. Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas
Sumatera utara Medan.
5. Windha, SH., M.Hum, Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
6. Ramli Siregar, SH, M.Hum, sebagai Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan, dan koreksi dalam penulisan Skripsi ini.
7. Windha, SH, M.Hum, Pembimbing II juga telah banyak memberikan
bimbingan, masukan, dan koreksi sehingga penulisan Skripsi ini menjadi
sempurna.
8. Seluruh Dosen dan Seluruh Pegawai Tata Usaha dan Administrasi di Fakultas
10. Kepada abang dan adik-adiku yang sangat kukasihi B’ Romi, Alexa, Putri,
Cindy, yang selalu memberikan dukungan bagiku
11. Kepada Abang dan Kaka pembimbing rohani yang telah memberikan banyak
pelajaran sebagai bekal kehidupan B’ Erikson dan K’ Joice
12. Kelompok kecil solafide dan ozora yang menjadi tempat saya berbagi dan
belajar menaruh kasih dan persekutuan di dalam Tuhan: Daniel Sinaga, Maruli
Sinaga, Ricky Sidabutar, Juanda Tampubolon, Oktanta Ginting, Hary
Simanjuntak, dan Kristy Emelia Pasaribu
13. Teman-teman seperjuangan dalam perkuliahan: Jekson, Arnold, Yuristia,
Charlene, Nurul, Aan, Rizky, Reza, Sabrina, Samitha, Andana, Jhonny, Kardo,
Hans, Dedy, Pranto, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu
14. Seluruh orang yang penulis Kenal dan Mengenal Penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan baik
segi meteri mapun formatnya, untuk itu kritik dan saran membangun akan selalu
diterima. Harapan penulis semoga skripsi ini membawa manfaat terutama bagi
kemajuan usaha perasuransian di tanah air.
Medan, Februari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAKSI ... v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6
D. Keaslian Penulisan ... 7
E. Tinjauan Kepustakaan ... 8
F. Metode Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II : PERIZINAN DALAM PENDIRIAN PERUSAHAAN ASURANSI A. Perkembangan Usaha Perasuransian di Indonesia ... 16
B. Usaha Perasuransian di Indonesia Menurut Undang-Undang No 40 Tahun 2014 Tentang Usaha Perasuransian ... 22
C. Pencabutan Izin Perusahaan Asuransi ... 42
BAB III : REGULASI PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG USAHA ASURANSI A. Penanaman Modal Asing Di Indonesia ... 48
B. Regulasi Penanaman Modal Asing Di Bidang Usaha Asuransi ... 56
B. Batasan Kepemilikan Saham Atas Perusahaan Asuransi ... 76
C. Pengalihan Kepemilikan Saham Asing Pada Perusahaan
Asuransi ... 79
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
Hengky P Simanjuntak.* Ramli Siregar.**
Windha.***
Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dimana hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar yang potensial untuk usaha asuransi. Besarnya jumlah penduduk yang dapat dijadikan sebagai konsumen bagi perusahaan asuransi menyebabkan ketertarikan investor asing untuk mendirikan perusahaan asuransi di Indonesia dan saat ini telah ada beberapa perusahan asuransi yang dimiliki oleh asing baik dengan melakukan penanaman modal langsung maupun melalui transaksi di bursa efek. Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu bagaimana perizinan dalam pendirian perusahaan asuransi di Indonesia, bagaimana regulasi penanaman modal asing di bidang usaha asuransi serta bagaimana kepemilikan asing terhadap perusahaan asuransi.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada data sekunder dengan spesifikasi deskriptif analitis, yaitu memaparkan tentang peraturan yang berlaku dalam kepemilikan asing terhadap perusahaan asuransi. Analisis data yang digunakan adalah metode analitis kualitatif.
Perizinan pendirian perusahaan asuransi di Indonesia saat ini berada di bawah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Regulasi penanaman modal asing di Indonesia dalam bidang usaha asuransi masih tergolong lemah karena belum ada dikeluarkan aturan-aturan yang mengatur lebih khusus mengenai penanaman modal asing di bidang usaha asuransi. Kepemilikan saham asing atas perusahaan asuransi di Indonesia saat ini masih tergolong bebas karena pembatasan kepemilikan saham yang diberikan hanya sebatas pendirian perusahaan tetapi tidak mencakup pengalihan saham yang terjadi setelah perusahaan asuransi berjalan.
Kata kunci : Kepemilikan Asing, Perusahaan Asuransi
* Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU **Dosen Pembimbing I
Hengky P Simanjuntak.* Ramli Siregar.**
Windha.***
Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dimana hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar yang potensial untuk usaha asuransi. Besarnya jumlah penduduk yang dapat dijadikan sebagai konsumen bagi perusahaan asuransi menyebabkan ketertarikan investor asing untuk mendirikan perusahaan asuransi di Indonesia dan saat ini telah ada beberapa perusahan asuransi yang dimiliki oleh asing baik dengan melakukan penanaman modal langsung maupun melalui transaksi di bursa efek. Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu bagaimana perizinan dalam pendirian perusahaan asuransi di Indonesia, bagaimana regulasi penanaman modal asing di bidang usaha asuransi serta bagaimana kepemilikan asing terhadap perusahaan asuransi.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada data sekunder dengan spesifikasi deskriptif analitis, yaitu memaparkan tentang peraturan yang berlaku dalam kepemilikan asing terhadap perusahaan asuransi. Analisis data yang digunakan adalah metode analitis kualitatif.
Perizinan pendirian perusahaan asuransi di Indonesia saat ini berada di bawah kewenangan Otoritas Jasa Keuangan setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Regulasi penanaman modal asing di Indonesia dalam bidang usaha asuransi masih tergolong lemah karena belum ada dikeluarkan aturan-aturan yang mengatur lebih khusus mengenai penanaman modal asing di bidang usaha asuransi. Kepemilikan saham asing atas perusahaan asuransi di Indonesia saat ini masih tergolong bebas karena pembatasan kepemilikan saham yang diberikan hanya sebatas pendirian perusahaan tetapi tidak mencakup pengalihan saham yang terjadi setelah perusahaan asuransi berjalan.
Kata kunci : Kepemilikan Asing, Perusahaan Asuransi
* Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU **Dosen Pembimbing I
Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
Program Pembangunan Nasional (Propenas) yakni berusaha mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur, dimana mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang,
diantaranya ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan
sektor-sektor ekonomi yang terdapat di negara kita ini, seperti; sektor pertanian,
kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa,
dan lain-lain.1
Keinginan pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan kehadiran
penanaman modal khususnya penanaman modal asing ke Indonesia merupakan
suatu langkah yang tepat dan strategis. Oleh karena dengan mengundang penanam
modal untuk masuk ke Indonesia berarti kita bertekad untuk maju sejajar dengan
bangsa-bangsa atau negara-negara yang sudah maju berkat adanya suntikan dana,
skill, manajemen dari penanaman modal khususnya penanaman modal asing
dalam pengelolaan sumber daya ekonomi potensial menjadi ekonomi rill. Untuk menunjang pembangunan di bidang ekonomi maka
diperlukan dana yang besar, pengadaan dana tentu saja tidak hanya berasal dari
pemerintah melainkan juga harus melibatkan pihak swasta baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Dalam era pemerintahan saat ini Indonesia sangat
bersemangat untuk menarik investor asing agar melakukan investasi di Indonesia.
1
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), hlm
Pengaturan yang stategik itulah yang membawa Indonesia berdiri sejajar dengan
bangsa-bangsa atau negara lainnya.2
Kegiatan ekonomi tersebut banyak sektor dan bentuknya, kegiatan ekonomi
di sektor jasa keuangan adalah salah satunya. Usaha asuransi merupakan sektor
jasa keuangan yang mengalami perkembangan di Indonesia. Dengan jumlah
penduduk yang besar maka Indonesia merupakan pasar yang potensial dalam
usaha asuransi, apalagi jumlah pertumbuhan penduduk kelas menengah di
indonesia terbilang besar, mencapai 8% pertahun, saat ini jumlah penduduk kelas
menengah di Indonesia mencapai 50 juta orang dan akan mencapai puncaknya
pada 25 tahun kedepan.3
Asuransi menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat untuk mengurangi
risiko yang memungkinan dapat menimbulkan kerugian atas harta kekayaan atau
jiwa seseorang dengan cara mengalihkan kerugian tersebut kepada perusahaan
asuransi. Dalam hal tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka
pihak penanggung (perusahaan asuransi) berkesempatan mengumpulkan premi
yang dibayar oleh beberapa pihak tertanggung4
Dengan pasar yang begitu besar maka Indonesia menjadi magnet tersendiri
bagi investor asing untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia terutama pada
bidang usaha asuransi, dimana tentunya akan menyebabkan para investor untuk
mendirikan perusahaannya di indonesia, untuk itu maka diperlukan pengaturan
yang jelas tentang perusahaan asuransi yang dimiliki oleh asing tersebut.
2
Ibid, hlm. 46.
3
Asuransi Asing Giat Berbenah Kelas menengah,
(diakses pada tanggal 25 Januari 2015)
4
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Cetakan IV, Bandung: Citra Aditya
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian ( selanjutnya
disebut Undang-Undang Perasuransian) adalah undang-undang yang saat ini
berlaku di Indonesia untuk melakukan pengaturan mengenai kegiatan di bidang
usaha asuransi menggantikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian yang telah dicabut pasca diundangkannya Undang-Undang
Perasuransian tersebut. Usaha Perasuransian adalah segala usaha menyangkut jasa
pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran
dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan
keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau
penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.5
Perjanjian asuransi menjadikan pengalihan resiko tertanggung kepada
penanggung diimbangi pembayaran premi oleh tertanggung yang seimbang
dengan beratnya resiko yang dialihkan, meskipun dapat diperjanjikan
kemungkinan prestasi itu tidak perlu seimbang. Dalam perjanjian
untung-untungan (chance agreement) para pihak sengaja melakukan perbuatan
untung-untungan yang tidak digantungkan pada prestasi yang seimbang, misalnya pada
perjudian dan pertaruhan.6
5
Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tentang Perasuransian.
6
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 16.
Hal ini menunjukkan bahwa asuransi bukanlah
untung-untungan, dimana dalam perjanjian asuransi, jika tertanggung tidak membayar
premi, asuransi dapat dibatalkan (voidable) atau dapat ditunda pelaksanaannya
(delayable). Dalam hal terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian,
tertanggung dapat mengklaim ganti kerugian pada penanggung. Jika penanggung
pengadilan negeri.7
Masuknya investasi asing dalam bidang usaha asuransi menurut
Undang-Undang Perasuransian dapat berupa warga negara asing atau badan hukum asing Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa asuransi
adalah jenis usaha yang memiliki kepastian hukum, sehingga dapat menjadi sektor
usaha yang menjanjikan bagi investor asing yang ingin berinvestasi di Indonesia.
Investasi di bidang usaha asuransi di Indonesia saat ini sedang mengalami
pertumbuhan karena dengan diundangkannya Undang-Undang Perasuransian
maka pengaturan di bidang usaha asuransi di Indonesia semakin jelas.
Undang-Undang Perasuransian memberikan peluang baru bagi industri
asuransi di Indonesia, dalam undang-undang ini adanya pengaturan lebih jelas
mengenai jenis usaha asuransi syariah yang semakin memberikan warna bagi
industri asuransi di Indonesia. Dengan demikian maka semakin besarlah pasar
asuransi yang ada di Indonesia, hal ini tentu akan lebih banyak lagi menarik
investor asing yang ingin melakukan investasi di Indonesia. Undang-Undang
Perasuransian ini juga memberikan pengaturan yang berbeda mengenai bentuk
hukum usaha perasuransian dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dalam Undang-Undang Perasuransian
memberikan ketentuan bahwa bentuk badan hukum usaha perasuransian adalah
pereroan terbatas, koperasi, dan usaha bersama yang telah ada pada saat
undang-undang ini diundang-undangkan. Undang-Undang Perasuransian ini telah mengganti
bentuk badan hukum usaha asuransi perusahaan perseroan (PERSERO) menjadi
perseroan terbatas.
7
yang harus merupakan Perusahaan Perasuransian yang memiliki usaha sejenis
atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang
Usaha Perasuransian yang sejenis.8 Warga negara asing sebagaimana dimaksud
dapat menjadi pemilik Perusahaan Perasuransian hanya melalui transaksi di bursa
efek.9 Pengaturan mengenaai kepemilikan asing dalam usaha asuransi dalam
bentuk perseorangan hanya dapat dilakukan dengan transakasi efek merupakan hal
baru yang ditambahkan dalam Undang Perasuransian dibandingkan dengan
undang-undang asuransi yang lama.
Berkembangnya sistem pengaturan usaha perasuransian di Indonesia tentu
menjadi menarik dibahas untuk mengetahui bagaimana hukum Indonesia
mengatur tentang adanya unsur asing didalam perusahaan asuransi yang ada di
Indonesia karena hal ini akan berdampak pada perkembangan perekonomian
Indonesia . Berdasarkan uraian diatas, maka diangkat judul “ TINJAUAN
YURIDIS KEPEMILIKAN ASING TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI”
dan akan membahasnya lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya dalam skripsi ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain:
1. Bagaimana perizinan dalam pendirian perusahaan asuransi di Indonesia ?
2. Bagaimana regulasi penanaman modal asing di bidang usaha asuransi?
3. Bagaimana kepemilikan asing pada perusahaan asuransi?
8
Pasal 7 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuaransian.
9
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi
ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui perizinan dalam pendirian perusahaan asuransi di
Indonesia
b. Untuk mengetahui regulasi penanaman modal asing di bidang usaha
asuransi
c. Untuk mengetahui kepemilikan asing pada perusahaan asuransi
2. Manfaat penulisan
a. Manfaat teoritis
Memberikan informasi-informasi pengetahuan tentang hukum pada
umumnya dan sumbangsih pemikiran pengembangan ilmu hukum ekonomi
khususnya. Lebih lagi khususnya menambah pengetahuan hukum tentang
kepemilikan asing terhadap perusahaan asuransi. Skripsi ini juga diharapkan
mampu memenuhi hasrat keingintahuan para pihak yang ingin ataupun
sedang mendalami pengetahuan tentang perusahaan asuransi.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi dan tambahan masukan serta kontribusi
pemikiran bagi para pelaku usaha asuransi, secara khusus mengenai pendirian
perusahaan asuransi, penanaman modal asing di bidang usaha asuransi dan
E. Keaslian Penulisan
Berdasarakan surat tanggal 2 oktober 2014 dari perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan ada tiga judul yang memiliki
sedikit kesamaan. Adapun judul skripsi tersebut adalah :
1. Kepailitan Perusahaan Asuransi analisis menurut Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1998 dengan perubahan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 oleh
Merry Heppy Manurung/010200042
2. Perlindungan hukum terhadap pemegang polis dalam kepailitan perusahaan
asuransi (studi terhadap putusan mahkama konstitusi republic Indonesia no.
07/PUU-II/2004 dan no.001-002/PUU-III/2005 yang ditulis oleh Via Trinanda
Dewi/030200003
3. Tanggung jawab Direksi Agency Perusahaan asuransi AIA Financial
berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) (studi pada PT.AIA
Financial Agency Uniland-Medan) oleh Dewi/060200122
Surat dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Ibu Windha,S.H.,M.Hum (Ketua
Departemen Hukum Ekonomi) untuk menerima judul yang diajukan, karena
substansi yang terdapat dalam skripsi ini berbeda dengan judul-judul diatas.
Penulisan skripsi ini juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui
media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan, belum ada yang
pernah mengangkat topik tersebut. Seklipun ada, hal itu adalah di luar
sepengetahuan dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam
pemikiran yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan
hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak, maupun media elektronik.
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Berinvestasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Manusia sebenarnya dalam kehidupannya selalu berada
dalam ketiakpastian dan berusaha untuk mengurangi ketidakpastisan itu seaksimal
mungkin dengan asuransi. Manusia ingin mengganti ketidakpastian ekonomis
menjadi kepastian ekonomis, ketidakpastian finansial menjadi kepastian finansial.
Semua ini merupakan realisasi atas usaha manusia berasuransi.
Pengertian asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (
selanjutnya disebut KUH Dagang) dan Undang-Undang Perasuransian merupakan
sumber hukum bagi penyelenggaraan usaha asuransi di Indonesia. Pasal 246 KUH
Dagang menyatakan bahwa asuransi atau pertanggungan merupakan suatu
perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada seorang
tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tentu.10
10
Pasal 246 KUH Dagang.
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Perasuransian Asuransi adalah
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan
untuk:
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.11
Penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi di Indonesia dilakukan oleh
perusahaan asuransi baik yang berbentuk badan hukun perseroan terbatas,
koperasi maupun usaha bersama sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Perasuransian. Perusahaan asuransi harus menyiapkan dirinya dengan
sebaik-baiknya untuk melayani kebutuhan masyarakat, agar kebutuhan tidak terputus.
Kebutuhan itu hendaknya berlangsung terus, yaitu dengan memberi ganti rugi
atau kompensasi kepada Tertanggungnya sebagai pemegang polis.12
Penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi di Indonesia tidak terlepas dari
pengaturan dan pengawasan, setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut Undang-Undang
OJK) maka segala pengaturan dan pengawasan lembaga jasa keuangan termasuk
lembaga keuangan non bank yang didalamnya termasuk usaha perasuransian
berada dibawah kewenangan otoritas jasa keuangan, hal ini dipertegas kembali
11
Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
12
Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan (Jakarta: Akademi Akutansi dan Perbankan
dengan keluarnya Undang-Undang Perasuransian yang memberikan kewenangan
kepada otoritas jasa keuangan sebagai pengatur dan pengawas di dalam
penyelenggaraan usaha perasuransian di Indonesia.
Perusahaan asuransi di Indonesia saat ini telah banyak dimasuki oleh asing,
kepemilikan asing ini tergolong cukup besar pada beberapa jenis usaha asuransi.
Hal ini disebabkan karena besarnya jumlah penduduk Indonesia yang dapat
dijadikan sebagai pasar industri asuransi sehingga menarik minat para investor
asing, kepemilikan asing saat ini dilakukan baik dengan investasi langsung
maupun dengan transaksi di bursa efek.
Penanaman modal asing sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut Undang-Undang
Penanaman Modal) merupakan kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha
di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing,
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanaman modal dalam negeri.13 Penanam Modal Asing adalah
perseorangan warga Negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing
yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia14
Penanaman modal asing di Indonesia juga dapat dilakukan dengan
pembelian saham dalam perdagangan saham pada bursa efek. Saham adalah
kekayaan pribadi (personal property) pemegang saham yang bersifat benda
bergerak (moveable property) yang tak dapat diraba. Oleh karena itu pemegang
saham, dapat menjual sahamnya atau menggunakannya dalam bentuk ‘gadai’
13
Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. 14
maupun fidusia. Bahkan dapat mengalihkannya kepada orang lain.15 Saham
sendiri memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Saham sebagian dari modal. Pada dasarnya, saham itu merupakan sebagaimana
yang sering dibaca dalam akta pendirian perseroan terbatas.Karena itu dapat
dikatakan bahwa setiap saham merupakan bagian dari modal yang menjelma
dalam harga saham;
2. Saham sebagai tanda anggota. Setiap orang yang akan turut serta sebagai
anggota dalam kerjasama pada perseroan terbatas diwajibkan untuk
memberikan pemasukan sejumlah uang, sebagaimana inbreng ke dalam
perseroan terbatas. Pemasukan inilah yang diperhitungkan dalam bentuk
saham. Dengan dimilikinya saham menunjukan bahwa orang tersebut aadalah
anggota perseroan terbatas dan sebagai bukti itu diberikanlah saham sebagai
tanda anggotanya.
3. Saham sebagai alat legitimasi. Saham merupakan suatu surat yang menunjukan
kepada pemegangnya sebagai orang yang berhak.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian diperlukan agar tujuan penelitian dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ada 2 (dua) macam tipologi
penelitian hukum yang lazim digunakan yaitu penelitian hukum normatif dan
penelitian hokum empiris. Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang
dipakai adalah sebagai berikut:
15
1. Spesifikasi penelitian
Jenis merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
kepustakaan atau penelitian hukum doktrinal yang dapat diartikan sebagi
penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka dan bahan sekunder.16
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Sifat
dari penelitian ini adalah penelitian hukum deskriptif yang bersifat pemaparan dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang
berlaku pada suatu saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada atau
peristiwa hukum tertentu yang terjadi di dalam masyarakat. Pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang yaitu dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan isu hukum yang sedang ditangani.
2. Data penelitian
Penelitian hukum normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data
utama. Data sekunder adalah data yang tidak didapat secara langsung dari objek
penelitian. Data sekunder yang dipakai penulis adalah sebagai berikut:
a. Bahan-bahan hukum primer.
Yaitu bahan-bahan yang mengikat, antara lain:
2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang)
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat
6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
b. Bahan-bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder maksudnya adalah bahan hukum yang
menjelaskan bahan hukum primer seperti buku-buku yang berkaitan dengan
judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan
sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media
elektronik.
c. Bahan-bahan hukum tersier
Bahan-bahan hukum tersier maksudnya adalah bahan penunjang yang
memberikan informasi tentang bahan primer dan sekunder. Bahan hukum
tersier lebih dikenal dengan bahan acuan di bidang hukum atau bahan
rujukan di bidang hukum , misalnya abstrak perundang-undangan, biografi
hukum, direktori pengadilan , ensiklopedia hukum, kamus hukum, indeks
kumulatif, dan lain-lain.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik
studi pustaka (literature research) dan juga melalui bantuan media elektronik,
yaitu internet. Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis memadukan,
mengumpulkan, menafsirkan, dan membandingkan buku-buku dan arti-arti
yang dinilai relevan dengan permasalahan yang akan dibahas penulis dalam
skripsi ini.
Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya
penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya.17 Metode analisis data
yang dilakukan adalah analisa kualitatif18
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, tersier, yang relevan
dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. , yaitu dengan:
b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut
diatas agar sesuai dengan masing masing permasalahan yang dibahas.
c. Mengolah dan menginterprestasikan data guna mendapatkan kesimpulan
dari permasalahan
d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,
yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar
terciptanya karya ilmiah yang baik. Skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang
saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat
berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab lainnya.
Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab yang disusun dengan sistematis
untuk menguraikan masalah yang akan dibahas dengan urutan sebagai berikut:
17
Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Depok : Universitas Indonesia Press,
1994), hlm. 69. 18
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini dikemukakan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penulisan, keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II PERIZINAN DALAM PENDIRIAN PERUSAHAAN ASURANSI
Bab ini akan mengemukakan bagaimana perkembangan usaha
perasuransian di Indonesia, dan bagaimana pendirian perusahaan
asuransi di Indonesia serta pencabutan izin perusahaan asuransi.
BAB III REGULASI PEENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG
USAHA ASURANSI
Bab ini akan dibahas mengenai penanaman modal asing di Indonesia
dan penanaman modal asing di bidang usaha asuransi dan bagaimana
kepastian hukum regulasi penanaman modal asing di bidang usaha
asuranasi
BAB IV KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN ASURANSI
Bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaturan kepemilikan
asing di Indonesia terkhusus mengenai kepemilikan saham asing pada
perusahaan asuransi serta bagaimana pengalihan saham asing pada
perusahaan asuransi.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini, akan dikemukakan kesimpulan dari bagian awal
A. Perkembangan Usaha Perasuransian di Indonesia
Konsep yang mirip dengan filosofi asuransi dalam sejarah perkembangan
peradaban manusia, sebenarnya telah dimulai sejak jaman kejayaan Yunani pada
masa pemerintahan Alexander The Great (356-323 BC), seorang pembantunya
yang bernama Antimenes memerlukan sangat banyak uang guna membiayai
pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut Antimenes
mengumumkan kepada para pemilik budak belian supaya mendaftarkan budak -
budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai
imbalannya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang
melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu ditangkap, atau
jika tidak dapat ditangkap, dibayar dengan sejumlah uang sebagai gantinya.19
Apabila ditelaah dengan teliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari
pemilik budak itu adalah semacam premi yang diterima dari tertanggung,
sedangkan kesanggupan antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri
atau membayar ganti kerugian karena budak yang hilang adalah semacam resiko
yang dipikul oleh penanggung. Selanjutnya pada zaman Yunani banyak juga
orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan
janji bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga sampai wafatnya dan bahkan
setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan. Jadi dapat dilihat perjanjian ini
mirip dengan asuransi jiwa. Sehingga apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat
19
dipahami bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum
permulaan dari perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jiwa. 20
Peristiwa - peristiwa hukum yang telah diuraikan di atas terus berkembang
pada abad pertengahan. Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi
sejenis membentuk 1 (satu) perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini
mengurus kepentingan anggota-anggotanya dengan janji apabila ada anggota yang
kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana
gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada
abad ke-9 dan mirip dengan asuransi kebakaran.21
Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman,
dan negara-negara eropa lainnya sampai pada abad ke-12. Pada abad ke-13 dan
abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Akan tetapi, tidak
sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut.
Keadaan ini mulai tepikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang
dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal
perkembangan asuransi kerugian laut.22
Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran
mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara eropa
barat, seperti di Inggris pada abad ke-17, kemudian di Perancis pada abad ke-18,
dan terus ke negeri Belanda. Perkembangan pesat asuransi laut di Negara-negara Demikianlah permulaan perkembangan
asuransi pada pengangkutan laut. Asuransi ini berkembang pesat terutama di
Negara-negara pantai (coastal countries).
20
Ibid, hlm. 1.
21
Ibid, hlm. 2.
22
tersebut dapat dimaklumi karena Negara-negara tersebut banyak berlayar melalui
laut dari dan ke Negara-negara seberang laut (overseas countries) terutama
daerah-daerah jajahan mereka.23 Pada waktu pembentukan Code de Commerce
Perancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada
waktu pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, di samping asuransi
laut dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa.
Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang
Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906.24
Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke -20 berdampak
positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak
hanya bidang asuransi, tetapi juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan
bidang prasarana transportasi sampai ke daerah pelosok mendorong
perkembangan sarana transportasi darat, laut, dan udara serta meningkatkan
mobilitas penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan negara lain. Ancaman
bahaya lalu lintas juga makin meningkat, sehingga kebutuhan perlindungan
terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat. Keadaan ini
mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta
asuransi social (social security insurance).
25
Pembangunan bidang ekonomi ditandai oleh munculnya perusahaan besar
yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor, tenaga kerja
yang membutuhkan jaminan perlindungan dari ancaman bahaya kemacetan,
kebakaran, dan kecelakaan kerja. Hal ini mendorong perkembangan asuransi
23
Ibid, hlm. 4.
24I bid, hlm. 4.
25
kredit, asuransi kebakaran, dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang
teknologi satelit komunikasi juga memerlukan perlindungan dari ancaman
kegagalan peluncuran dan berfungsinya satelit, sehingga perlu diasuransikan.26
Masuknya asuransi ke Indonesia dimulai dari diberlakukannya Wetboek van
Koophandel Nederland (KUH Dagang) berdasarkan asas konkordansi,27
Pemerintah kolonial Belanda pada masa pemerintahannya, memang
melakukan penanaman perkebunan besar-besaran di Indonesia dan sekaligus
melakukan bisnis perdagangan. Demi menjamin kelangsungan bisnisnya, maka
kemudian pemerintahan Belanda di Indonesia melakukan sebuah sistem proteksi
finansial bernama asuransi dengan tujuan sebagai bentuk perlindungan terhadap
resiko-resiko kerugian yang mungkin terjadi. Perlindungan ini diterapkan di di Hindia
Belanda oleh Pemerintahan kolonial Belanda Melalui Staatsblad Nomor 23 Tahun
1847. Sehingga hal tersebut menyebabkan berlakukunya hukum asuransi bagi
bangsa Indonesia sebagaimanayang dimaksud dengan asuransi dalam pasal Pasal
246 KUH Dagang adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin akan diderita karena
sesuatu yang tak tertentu.
26
Ibid, hlm. 4.
27
sektor perkebunan dari mulai penanaman pohon, panen hingga di hasil kebun
diperdagangkan.28
Saat itu perusahaan-perusahaan asuransi yang ada merupakan Kantor
Cabang dari Perusahaan Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di
negeri lainnya. Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda,
perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang
dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan
peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh masyarakat
pribumi. Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu
itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan
pengangkutan. Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran,
karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh
Bangsa Belanda dan Bangsa Asing lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat
adanya perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya Perang Dunia II
kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya
perusahaan- perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris.29
Perkembangan asuransi di Indonesia dimulai sejak bergabungnya Asuransi
Bendasraya dengan PT Umum Internasional Underwriter (UIU) menjadi PT
Asuransi Jasa Indonesia atau Jasindo yang merupakan perusahaan asuransi milik
negara disamping Taspen, Asabri dan Jamsostek yang kini bernama Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Semenjak tahun 1980, perkembangan
28
Sejarah Perkembangan Asuransi Di Indonesia Dan Pengertiannya, http://www.berjibaku.com/2014/12/ (diakses tanggal 25 Januari 2015).
29
asuransi di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal tersebut
terlihat dari maraknya berbagai perusahaan asuransi asing dan lokal yang mulai
membuka bisnis di Indonesia. Beberapa diantaranya seperti Allianz, Prudential,
AXA, AIA, Cigna, Manulife, dan lain sebagainya. Salah satu perusahaan asuransi
dengan peserta terbesar di Indonesia saat ini adalah asuransi BPJS dengan jumlah
peserta sebanyak 131,9 juta jiwa (tahun 2014) yang akan diproyeksikan akan
mencapai jumlah 168 juta pada tahun 2015 dan 257,5 juta jiwa pada tahun 2019
mencakup seluruh populasi Indonesia.30
Melihat semakin tingginya pertumbuhan industri asuransi saat ini, maka
pemerintahpun kembali berusaha melakukan penataan di bidang usaha
perasuransian guna membrikan jaminan dalam pelaksanaan usaha asuransi
sehingga pada tanggal 17 Oktober 2014 diundangkan undang-undang yang baru Seiring dengan perkembangan asuransi di Indonesia maka peraturan tentang
asuransi juga semakin mengalami perkembangan, dimana pasca kemerdekaan
Indonesia hanya memiliki KUH Dagang sebagai instrumen aturan yang mengatur
tentang perasuraansian, kemudian pada tahun 1992 pemerintah Indonesia
mengundangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian yang menjadi era baru dalam perkembangan usaha asuransi di
Indonesia saat itu. Karena begitu pesatnya perkembangan perasuransian di
Indonesia serta semakin kompleksnya permasalahan yang timbul maka
pemerintah Indonesiapun kembali melakukan perubahan-perubahan mengenai
Peraturan Pelaksana tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
30
yaitu Undang-Undang Perasuransian menggantikan undang-undang yang lama
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dan
Undang-Undang ini diharapkan mampu memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan usaha perasuransian di Indonesia.
B. Usaha Perasuransian di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian
merupakan wujud dari keseriusan pemerintah untuk memajukan industri asuransi
di tanah air. Hal ini tentu disambut baik oleh pelaku-pelaku usaha di industri
tersebut, karena Undang-Undang ini memiliki banyak perbedaan dibandingkan
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Asuransi, pada
Undang-Undang ini banyak diatur aturan-aturan baru yang sebelumnya tidak
diatur dalam Undang-Undang yang lama, serta banyak dilakukan penyempurnaan
terhaadap aturan-aturan yang lama.
1. Perusahaan asuransi
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian meyebutkan
perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi
jiwa.31
31
Pasal 1 Angka 15 Undang-Undang Nomor 40 Tahuun 2014 Tentang Perasuransian. Perusahaan asuransi umum ialah perusahaan asuransi yang hanya dapat
menyelenggarakan usaha asuransi umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan
dan lini usaha asuransi kecelakaan diri dan usaha reasuransi untuk risiko
perusahaan asuransi umum lain.Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan
usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan
diri.32
Perusahaan asuransi syariah dan reasuransi syariah ini menyelenggarakan
usaha asuransi syariah dan reasuransi syariah. Usaha asuransi syariah dan usaha
reasuransi syariah berbeda dari usaha asuransi konvensional dan usaha reasuransi
konvensional. Usaha asuransi dan usaha reasuransi yang dikelola secara
konvensional menerapkan konsep transfer risiko, sedangkan usaha asuransi
syariah dan Usaha Reasuransi Syariah merupakan penerapan konsep berbagi
risiko (risk sharing). Mengingat perbedaan konsepsi yang mendasari
penyelenggaraan usahanya, usaha asuransi syariah dan usaha reasuransi syariah
yang saat ini diperkenankan dalam bentuk unit di dalam perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi konvensional akan didorong untuk diselenggarakan oleh
entitas yang terpisah.
Selain perusahaan asuransi umum dan usaha asuransi jiwa ruang lingkup
usaha perasuransian dalam Undang-Undang Perasuransian juga dikenal
perusahaan reasuransi yang dapat menyelenggarakan usaha reasuaransi serta
perusahaan asuransi syariah dan perusahaan reasuransi syariah.
33
Istilah perasuransiaan melingkupi kegiatan usaha yang bergerak di bidang
usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi. Pasal 1 angka (4)
Undang-Undang Perasuransian menentukan Usaha Perasuransian adalah segala usaha
menyangkut jasa pertangtungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang
risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk asuransi syariah, 2. Jenis usaha perasuransian
32
Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
33
konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi
syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.
Pasal ini tidak ada lagi mengelompokan mengenai usaha asuransi dan
penunjang usaha asuransi, sebagaimana dahulu diatur dalam Pasal 2 huruf (b)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa usaha penunjang
asuransi adalah usaha yang menyelenggarakan jasa keperantaraann penilai
kerugian asuransi, dan jasa aktuaria. Pasal 1 Undang-Undang Perasuransian
menentukan jenis usaha perasuransian terdiri dari:
a. Usaha asuransi umum
Usaha asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang
memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.34
b. Usaha asuransi jiwa
Usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa
penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegarlg polis,
tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia
atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau
pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam pe{anjian, yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.35
c. Usaha reasuransi
34
Pasal 1 Angka (5) Undang-Undang- Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 35
Usaha reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan
reasuransi lainnya.36
d. Usaha asuransi umum syariah
Usaha asuransi umum syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan
prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan
penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggungjawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti.37
e. Usaha asuransi jiwa syariah
Usaha asuransi jiwa syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan
kinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan
pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau
pembayaran Iain kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu
yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan
pada hasil pengelolaan dana.38
f. Usaha reasuransi syariah
Usaha reasuransi syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan
prinsip syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah,
perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya.39
36
Pasal 1 Angka (7) Undang-Undang- Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 37
Pasal 1 Angka (8) Undang-Undang- Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 38
Pasal 1 Angka (9) Undang-Undang- Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 39
g. Usaha pialang asuransi
Usaha pialang asuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau keperantaraan
dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah serta penanganan penyelesaian
klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama pemegang polis, tertanggung,
atau peserta.40
h. Usaha pialang reasuransi
Usaha pialang reasuransi adalah usaha jasa konsultasi dan/atau
keperantaraan dalam penempatan reasuransi atau penempatar reasuransi syariah
serta penanganan penyelesaian ttaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan,
perusahaan penjaminan syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi
syariah yang melalukan penempatan reasuransi atau reasuransi syariah.41
i. Usaha penilai kerugian asuransi
Usaha penilai kerugian asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim dan/ atau
jasa konsultasi atas objek asuransi.42
Undang-Undang Perasuransian dalam Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa
usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum Perseroan Terbatas, Undang-Undang Perasuransian mengalami perubahan terhadap jenis usaha
asuransi, terutama adanya pembagian yang lebih jelas mengenai usaha asuransi
syariah yaitu usaha asuransi umum syariah, usaha asuransi jwa syariah dan usaha
reasuransi syariah.
3. Bentuk hukum usaha perasuransian
40
Pasal 1 Angka (11) Undang-Undang- Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 41
Pasal 1 Angka (12) Undang-Undang- Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 42
Koperasi, Usaha Bersama yang telah ada pada saat undang-undang ini
diundangkan.
a. Perseroan terbatas.
Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi atas saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disebut Undang-Undang PT), serta peraturan pelaksananya.
Macam-macam Perseroan Terbatas yang disebutkan dalam Undang-Undang PT
adalah sebagai berikut: 43
1) Perseroan tertutup ( PT biasa)
Perseroan tertutup ( PT biasa) adalah jenis perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor PT tersebut, yaitu badan hukum
yang merupakan ersekutuan modal, didirikan bedasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Modal
dasar Perseroan Tertutup minimal sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah). Namun, undang-undang atau peraturan pelaksana yang mengatur bidang
usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal dasar PT yang berbeda
dari ketentuan yang telah ditetapkan tersebut.
2) Perseroan Terbuka (PT Tbk)
Perseroan Terbuka adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan
penawaran umum saham di pasar modal, sesuai dengan ketentuan peraturan
43
Adib Bahari, Paduan Mendirikan Perseroan Terbatas (Jakarta: Pustaka yustisia, 2013),
perundang-undangn di bidang pasar modal. Perseroan terbuka menjual sahamnya
kepada masyarakat melalui pasar modal (go public). Jadi, sahamnya ditawarkan
kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak
membeli saham tersebut. Tanda lahiriah yang mudah dipahami oleh masyarakat
adalah dalam penyebutan nama PT selalui didahului ole frasa “Perseroan
Terbatas” atau disingkat PT dan diakhiri dengan tambahan singkatan Tbk.
Misalnya PT Indosat Tbk.
Pendirian perseroan terbatas di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang
PT. Perseroan terbatas didirikan dengan perjanjian dengan minimum oleh 2 (dua)
orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Setiap
pendiri (sharenholder) perseroan wajib mengambil bagian berupa saham-saham
pada saat perseroan didirikan. Dalam pembuatan perjanjian pendirian perusahaan
atau akta pendirian perusahaan pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan
surat kuasa.44
Perseroan terbatas sebagai recht persoon harus mempunyai nama dan
tempat kedudukan dalam wilayah negara republik Indonesia (ditentukan dalam
akte pendirian dan segala perubahan anggaran dasar). Dalam rangka menjalankan
kegiatan usahanya dan melakukan perbuatan hukum tertentu (surat menyurat,
pengumuman yang diterbitkan oleh perseroan, barang cetakan, dan perjanjian)
perseroan harus menyebutkan nama dan alamat lengkap perseroan.45
Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya
Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Untuk
44
Sujud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri,
2007), hlm. 27.
45
memperoleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengenai
pengesahan badan hukum atas perseroan terbatas, pendiri bersama-sama
mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi
badan hukum secara elektronik kepada menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
tersebut dengan mengisi format isian yang sekurang-kurangnya memuat:46
1) Nama dan tempat kedudukan perseroan
2) Jangka waktu pendirian perseroan
3) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan
4) Jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor
5) Alamat lengkap perseroan
Pengisian format isian tersebut harus didahului dengan pengajuan nama
perseroan. Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan dan
pemberian pengesahan status badan hukum pendirian perseroan terbatas pendiri
hanya dapat memberi kuasa badan hukum pendirian perseroan terbatas kepada
notaris. Apabila format isian dan keterangan mengenai dokumen pendukung telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia langsung menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang
bersangkutan secara elektronik. Namun dalam hal permohonan pemberian
pengesahan status badan hukum pendirian perseroan tidak sesuai format isian dan
keterangan mengenai dokumen pendukung untuk memperoleh Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang pengesahan badan hukum yang telah
46
ditentukan, maka selanjutnya Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia langsung
memberikan penolakan dan alasanya.47
Paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pernyataan tidak
keberatan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, pemohon yang
bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat yang dilampiri dokumen
pendukung. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia segera menerbitkan
keputusan tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditandatangani secara
elektronik, apabila semua persyaratan telah dipenuhi secara lengkap, maka
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam waktu paling lama 14 (empat
belas hari) akan menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum
perseroan yang ditandatangani secara elektronik.48
Permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum pendirian
perseroan terbatas, yang ditetapkan menggunakan sistem elektronik ini juga
berlaku untuk pengajuan permohonan persetujuan segala perubahan tentang
anggaran dasar dan keberatannya. Namun dengan pertimbangan banyak
daerah-daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang belum memiliki fasilitas atau tidak
dapat digunakannya jaringan elektronik tetap menggunakan sisitem manual.
Untuk permasalahan ini akan ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.49
Menurut Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang PT, Menteri mengumumkan
perseroan terbatas tersebut dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
(TBNRI). Tujuan perseroan terbatas diumumkan dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia (TBNRI) agar masyarakat mengetahui bahwa perseroan
47
Sujud Margono, Op.Cit.,hlm. 31.
48
Ibid, hlm. 32.
49
secara hukum tersebut telah sah keberadaannya dan dapat melakukan
kegiatan-kegiatan usaha yang sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan terbatas yang
dimaksud.50
Perbuatan hukum (kegiatan usaha) yang dilakukan atas nama perseroan
yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua
anggota direksi bersama-sama semua pendiri, semua anggota dewan komisaris
perseroan dan terhadap mereka semua bertanggung jawab secara tagging renteng
atas perbuatan hukum tersebut. Apabila perbuatan hukum dilakukan oleh pendiri
untuk dan atas nama perseroan tetapi belum memperoleh status badan hukum,
perbuatan hukum tersebut menjadi tangggung jawab pendiri yang bersangkutan
dan tidak mengikat perseroan. Namun apabila dalam waktu 60 (enam puluh) hari
sejak perseroan memperoleh status badan hukum, perseroan tersebut mengadakan
Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS) dan selanjutnya
RUPS menyetujui perbuatan hukum tersebut diatas, maka karena hukum
perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung jawab peseroan setelah perseroan
menjadi badan hukum.51
Ketentuan hukum yang menjadi landasan operasional koperasi di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak hanya sebatas pada konstitusi (UUD
1945), mulai dari Pedoman Kebijaksanaan Publik di sektor ekonomi (GBHN),
peraturan dasar (UU), peraturan teknis pelaksanaan tentang perkoperasian (PP,
Kepres, Kepmen), sampai dengan berbagai aspek dan asas hukum yang sering b. Koperasi
50
Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Perseroan
Terbatas (Bandung: Mandar Maju, 2008), hlm. 27. 51
disebut dengan lex generalis dalam hukum perdata punmenjadi dasar kegiatan
berkoperasi.52
Berdasarkan defenisi diatas , maka koperasi Indonesia mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut:
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (selanjutnya disebut Undang-Undang Perkoperasian), pada Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagi gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
53
1) Adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu
tujuan memperoleh keuntungan ekonomis. Oleh karena itu koperasi
diberi peluang untuk bergerak di segala sektor perekonomian, dimana
saja dengan mempertimbangkan kelayakan usaha.
2) Tujuannya harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraannya. Oleh karena itu pengelolaan
koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efesien, sehingga
mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai
tambah dan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota.
3) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak boleh dipaksakan oleh
siapapun dan bersifat terbuka yang berarti tidak ada pembatasan ataupun
diskriminasi dalam bentuk apapun.
52
Andjar Pachta W.,et al, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian,
dan Modal Usaha (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 75.
53
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: Raja
4) Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para
anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam
koperasi. Karena pada dasarnya anggota koperasi adalah pemilik
sekaligus pengguna jasa koperasi.
5) Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi, dan balas
jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah terbatas.
Artinya tidak melebihkan suku bunga yang berlaku dipasar dan tidak
semata-mata didasarkan atas besarnya modal yang diberikan.
6) Koperasi berprinsip mandiri. Ini mengandung arti bahwa koperasi dapat
berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, memiliki kebebasan
yang bertanggung jawab, memiliki otonomi, swadaya, berani
mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri dan keinginan mengelola
diri sendiri.
Ketentuan 16 Undang-Undang Perkoperasian dinyatakan bahwa jenis
koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi
anggotanya . sedangkan dalam penjelasan pasal tersebut, mengenai jenis koperasi
ini diuraikan seperti antara lain: koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen,
koperasi produsen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Untuk koperasi yang
dibentuk oleh golongan-golongan fungsional seperti pegawai negeri, ABRI,
bukanlah suatu jenis koperasi tersendiri. Mengenai penjenisan koperasi ini dapat
ditinjau dari berbagai sudut pendekatan, jika ditinjau berdasarkan pendekatan sifat
koperasi antara lain koperasi batik, bank koperasi, koperasi asuransi dan
sebagainya.54
Koperasi sebagi suatu badan usaha adalah merupakan suatu bentuk
perhimpunan orang/orang dan badan hukum koperasi dengan kepentingan yang
sama.Persyaratan untuk mendirikan koperasi yang biasanya telah tertuang dalam
undang-undang maupun peraturan koperasi antara lain adalah sebagi berikut:
55
1) Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus memiliki kepentingan
ekonomi yang sama
2) Orang yang akan mendirikan koperasi harus memiliki tujuan yang sama
3) Harus memenuhi syarat jumlah minimum anggota , seperti telah
ditentukan oleh pemerintah
4) Harus memenuhi persyaratan wilayah tertentu, seperti telah ditentukan
oleh pemerintah
5) Harus telah dibuat konsep anggaran dasar koperasi
Setelah persyaratan tersebut telah ada, maka orang-orang yang
memprakaarsai pembentukan koperasi tersebut mengundang untuk rapat pertama,
sebagai rapat pendirian koperasi. Konsep anggaran dasar koperasi seharusnya
telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh panitia pendiri, yang nantinya dibahas dan
disahkan dalam rapat pendirian. Dalam konsep anggaran dasar tersebut para
pendiri wajib memuat sekurang-kurangnyadaftar nama pendiri, nama dan tempat
kedudukan, jenis koperasi, maksud dan tujuan serta bidang usaha, ketentuan
mengenai keanggotaan, ketentuan mengenai rapat anggota, ketentuan mengenai
54
Ibid, hlm.66.
55
pengelolaan, ketentuan mengenai permodalan, ketentuan mengenai jangka waktu
berdirinya, ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha, ketentuan mengenai
saksi.56Dalam rapat pendirian ini selain disahkan anggaran dasar koperasi juga
dibentuk pengurus dan pengawas. Akta pendirian atau anggaran dasar suatu
koperasi yang dibuat (autentik) oleh dan ditandatangani di hadapan notaris harus
dicantumkan nama-nama anggota atau orang-orang (yang dipercayai dan
ditunjuk) untuk duduk dalam organ manajemen koperasi, seperti: pengurus,
pengelola, dan pengawas yang bersedia menjalankan usaha koperasi. Selanjutnya
setelah semua pendiri masing-masing menandatangani berita acara (minuta)
pendirian atau anggaran dasar koperasi di hadapan notaris, maka notaris dalam
waktu yang tidak terlalu lama (umumnya 1 (satu) minggu) akan memberikan
salinan akta tersebut kepada semua anggota pendiri.57
Badan hukum koperasi dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan
pengesahan kepada pejabat yang berwenang secara tertulis disertai akta pendirian
koperasi dan berita acara rapat pendirian koperasi, dalam jangka paling lama 3
(tiga) bulan sejak diterimanya permohonan pengesahan, pejabat yang
bersangkutan harus memberikan putusan apakah permohonan itu diterima atau Operasional koperasi beserta kelengkapannya telah dapat berjalan sejak hari
ditandatanganinya minuta pendirian anggaran dasar koperasi dihadapan notaris
tersebut. Dengan kata lain, koperasi tersebut dapat dikatakan telah terbentuk ,
berdiri dan dapat menjalankan kegiatannya akan tetapi sebatas ini koperasi
tersebut belum memiliki status badan hukumnya.
56
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
57
ditolak. Setelah permohonan pengesahan tersebut diterima, maka sejak saat itu
koperasi berstatus sebagai badan hukum. Pengesahan ini ditandai dengan
diumumkannya pendirian koperasi tersebut ke dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Diperolehnya status sebagai badan hukum maka secara hukum, koperasi
tersebut telah diakui keberadaannya sebagai orang (person) yang mempunyai
kecakapan untuk bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai harta
kekayaan, melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti: membuat perjanjian,
menggugat dan menggugat di muka pengadilan dan sebagainya. Sehingga dengan
demikian, sebagai suatu badan hukum maka koperasi adalah juga merupakan
subyek hukum.58
1) Tidak ada ketentuan tentang besarnya modal minimal
c. Usaha Bersama
Pada dasarnya, jenis badan Usaha Bersama (mutual) dapat dikategorikan
sebagai persekutuan perdata (maatschaap), namun jenis ini tidak berbadan
hukum. Persekutuan Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata) Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652, dan jika dilihat dari
sifatnya, Usaha Bersama memenuhi kualifikas sebagai persekutuan perdata
karena:
2) Dasar pembentukannya adalah perjanjian timbal balik
58
3) Adanya inbreng artinya masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan
uang, barang-barang dan lainnya ataupun kerajinannya ke dalam
perseroan itu
4) Dengan tujuan membagi keuntungan di antara orang-orang yang terlibat
5) Bidang usahanya tidak dibatasi.59
Peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang bentuk badan
usaha bersama sampai saat ini belum ada. Akan tetapi Undang-Undang
Perasuransian memberikan pengaturan mengenai badan usaha berbentuk usaha
bersama masih dapat tetap melakukan atau menjalankan kegiatan usahanya, akan
tetapi pendirian perusahan baru dalam bentuk usaha bersama sudah tidak
diperbolehkan lagi. Berdasarkan Undang-Undang Perasuaransian maka usaha
bersama dinyatakan sebagai badan hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6
ayat (2).
4. Izin usaha perasuransian
Undang-Undang Perasuransian memberikan perubahan kewenangan dalam
pemberian izin, sebelum diundangkanya Undang-Undang Perasuransian, setiap
pihak atau badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang usaha
perasuransian wajib memperoleh izin menteri keuangan, kecuali bagi perusahaan
yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial ( Pasal 9 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian). Khusus bagi Badan
Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial, fungsi dan
tugas sebagai penyelenggara program tersebut dituangkan dalam Peraturan
59
Pemerintah. Ini berarti bahwa pemerintah memang menugaskan Badan Usaha
Milik Negara yang bersangkutan untuk melaksanakan suatu Program Asuransi
Sosial yang telah diputuskan untuk dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu
Badan Usaha Milik Negara Tersebut tidak perlu memperoleh izin dari Menteri
Keuangan.
Setelah Undang-Undang Perasuransian berlaku, maka segala kegiatan
perasuransian diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setiap Pihak dan badan usaha
yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang usaha perasuransian wajib terlebih
dahulu mendapat izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (Pasal 8 ayat (1)
Undang-Undang Perasuransian). Baik dalam bentuk badan hukum Perseroan
Terbatas, Koperasi maupun Usaha Bersama agar dapat melakukan kegiatan usaha
di bidang usaha perasuransian harus mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuanagn.
Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dipenuhi
persyaratan mengenai :60
a. anggaran dasar
b. susunan organisasi
c. modal disetor
d. dana Jaminan
e. kepemilikan
f. kelayakan dan kepatutan pemegang saham dan Pengendali
g. kemampuan dan kepatutan direksi dan dewan komisaris, atau yang setara
dengan direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, dan auditor internal
h. tenaga ahli
i. kelayakan rencana kerja
j. kelayakan sistem manajemen risiko
k. produk yang akan dipasarkan
l. perikatan dengan pihak terafiliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan
sebagian fungsi dalam penyelenggaraan usaha
60
m.infrastruktur penyiapan dan penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan
n. konfirmasi dari otoritas pengawas di negara asal pihak asing, dalam hal
terdapat penyerlaan langsung pihak asing dan
o. hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan usaha
antara lain berupa persyaratan kompetensi atau keahlian di bidang Usaha
Perasuransian sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
termasuk bagi pengurus dan tenaga ahli asing.
Otoritas Jasa Keuangan menyetujui atau menolak permohonan izin usaha
Perusahaan Perasuransian paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan
diterima secara lengkap.Hal ini berbeda dengan undang-undang yang lama karena
pada undang-undang yang lama tidak ada diatur tentang batas waktu mengenai
persetujuan atau penolakan permohonan izin asuransi melainkan diatur di dalam
Peraturan-Pemerintah. Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan menolak permohonan
izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penolakan harus dilakukan secara
tertulis dengan disertai alasannya. Dalam hal pembukaan kantor cabang
Undang-Undang Perasuransian juga menentukan beberapa ketentuan:61
a. Perusahaan Perasuransian wajib melaporkan setiap pembukaan kantor di
luar kantor pusatnya kepada Otoritas Jasa Keuangan.
b. Kantor Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan
reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah di luar kantor pusatnya yang memiliki kewenangan untuk membuat keputusan mengenai penerimaan atau penolakan pertanggungan dan/ atau keputusan mengenai penerimaan atau penolakan klaim setiap saat wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan.
c. Perusahaan Perasuransian bertanggung jawab sepenuhnya atas setiap
kantor yang dimiliki atau dikelolanya atau yang pemilik atau pengelolanya diberi izin menggunakan nama Perusahaan Perasuransian yang bersangkutan.
61
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan. Dari ketentuan diatas dapat dilihat sangat jelas bahwa Otoritas Jasa
Keuangan memiliki wewenang yang besar terhadap proses pendirian perusahaan
asuransi di Indonesi