• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Model Supply Chain Operations References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT. Guna Kemas Indah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Model Supply Chain Operations References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT. Guna Kemas Indah"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, Vincent 2013. All in One 150 Key Performance Indicators and

Balanced Scorecard, Malcolm Baldrige, Lean Six Sigma Supply Chain

Management. Cetakan Pertama. Bogor: Tri-Al-Bros Publishing.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Indrajit, E.R dan Djokopranoto, R. 2005. Strategi Manajemen Pembelian dan

Supply Chain. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Grasindo.

Pujawan, N.I. 2005. Supply Chain Management. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Medan: USU Press.

(2)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertain Supply Chain1

Tampaknya istilah supply chain digunakan oleh beberapa konsultan logistik pada sekitar tahun 1980-an, yang kemudian oleh para akademisi dianalisis lebih lanjut pada tahun 1990-an. Supply chain atau dapat diterjemahkan “rantai pasokan” adalah rangkaian hubungan antara perusahaan atau aktivitas yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal sampai ke pembeli atau pelanggan. Supply chain menyangkut hubungan yang terus menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mngalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Dilihat secara horizontal, ada lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier (pemasok),

manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedangang besar), retailer

(pengecer), dan customer (pelanggan). Secara vertikal, ada beberapa komponen utama supply chain, yaitu buyer (pembeli), transporter (pengangkut), warehouse (penyimpan), seller (penjual), dan sebagainya. Hubungan mata rantai ini dapat dilukiskan seperti pada Gambar berikut

1

(3)

Gambar 3.1. Komponen Supply Chain

Dengan demikian, manajemen supply chain pada hakikatnya adalah perluasan dan pengembangan konsep dan arti dari manajemen logistic. Kalau manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi dalam satu perusahaan, maka manajemen supply chain mengurusi hal yang saam akan tetapi meliputi anatar perusahaan yang berhubungan dengan arus barang, mulai dari bahan mentah sampai dengan barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan.

Oleh karena itu, pada hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi lebih lanjut dari manajemen logistic antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan keakuratan perkiraan kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan fasilitas lain, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir.

Pemasok Pabrik

Pembuat

Distributor Pengecer Pelanggan

Pembeli

Pengangkut

Penyimpanan

(4)

Dalam perkembangannya, manajemen supply chain tidak hanya menyangkut arus barang, tetapi juga menyangkut hal hal lain yang diperlukan oleh pelanggan seperti pengembangan produk, jaminan mutu barang, pembungkus, kemudahan keuangan, layanan pascajual, dan layanan informasi. Perlu diperhatikan bahwa pelanggan merupakan bagian merupakan bagian integral dari supply chain, disamping sebagai tujuan akhir. Kalau dikatakan bahwa secara horizontal ada lima komponen atau mata rantai utama supply chain, maka yang dimaksud adalah lima komponen golongan utama tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi sub-supplier, sub-sub-supplier, dan sebagainya, lalu ada beberapa pabrik pembuat barang yang berlokasi diberbagai tempat, ada banyak distributor, dan ada lebih banyak lagi. Oleh karena itu, sebetulnya yang tepat bukan sekedar

supply chain, tetapi supply network.

(5)

3.2. Pengukuran Kinerja Supply Chain Output

Suatu sistem pengukuran kinerja mengandung, individual metrics, metric

sets, overall performance measurement systems. Individual metrics berada pada

tingkat paling bawah dengan cakupan yang paling sempit. Metrik adalah suatu ukuran yang bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan (reference point) tertentu.

Beberapa hal yang harus dipenuhi agar suatu metrik bisa efektif :

a. Harus diwujudkan dalam bentuk yang masuk akal dan dimengerti dengan baik oleh mereka yang menggunakan.

b. Harus value-based. Artinya, suatu metrik harus dikaitkan dengan bagaimana organisasi menciptakan value ke pelanggan atau memenuhi kepentingan stakeholders yang lain.

c. Metrik harus bisa menangkap karakteristik atau hasil (outcome)

d. Metrik sedapat mungkin tidak menciptakan konflik antar fungsi pada suatu organisasi. Metrik yang diciptakan untuk kepentingan satu fungsi sering kali menciptakan tindakan yang kontra-produktif terhadap pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

e. Metrik harus bisa melakukan distilasi terhadap data yang banyak tanpa kehilangan informasi yang terkandung di dalamnya.

(6)

pengukuran, sumber data, penanggung jawab, serta atribut lain yang terkait seperti Tabel 3.1. dibawah ini

Tabel 3.1. Metrik Supply Chain

Metric attribute Explanation

Name Use exact names to avoid ambiguity

Objective/purpose The relation of metric with the organizational objectives must be clear

Scope States the areas of business or parts of the organization that are included

Target Benchmark must be determine in order to monitor progress Equation The exact calculation of the metric must be known

Units of measure What is/are the unit(s) used

Frequency The frequency of recording and reporting of the metric Data Source The exact data source involved calculating a metric value Owner The responsible person for collecting data and reporting the

metric

Drivers Factor that influence the performance, i.e. organizational units, events, etc

Comments Outstanding issues regarding the metric

Sumber : Lohman et al. (2004). Designing a performance measurement system: A case study European Journal of Operational Research 156, pp.267-286

Metrik bisa diklasifikasikan berdasarkan fokus dan waktu (tense), berfokus pada kinerja finansial maupun operasional, dan metrik operasional mengukur kinerja dalam satuan waktu, output,dan sebagainya. Banyak proses-proses dalam supply

chain lebih baik dimonitor dalam satuan non-finansial. Misalnya, lead-time dan

(7)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Guna Kemas Indah berlokasi di Jl. Industri No:11, Tanjung Morawa, Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak dibidang industri kemasan plastik (Thermoforming & Metalizing) dan injection holding. Waktu penelitian dimulai sejak bulan Nopember 2013 sampai Oktober 2014.

4.2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif (descriptive research) dimana penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek penelitian.

4.3. Objek Penelitian

(8)

4.4. Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja rantai pasokan perusahaan menggunakan pendekatan SCOR untuk mengetahui pencapaian kinerja rantai pasokan perusahaan saat ini.

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir yang digunakan dengan 3 atribut kinerja digunakan dalam mengukur rantai pasok yaitu:

1. Supply chain reliability merupakan atribut kinerja dalam pendekatan SCOR yang melihat kemampuan rantai pasokan perusahaan dari ketepatan dan pemenuhan pesanan dengan metrik kinerja delivery performance (Persentase

order terkirim sesuai jadwal dan sepenuhnya pada pelanggan) dan perfect

order fullfilment (Persentase order yang terkirim tepat waktu dan sepenuhnya, sesuai dengan pesanan secara sempurna tanpa ada kesalahan). 2. Supply chain responsiveness merupakan faktor kritis yang memperhatikan

kecepatan pesanan tersedia kepada pelanggan, sehingga faktor perencanaan proses bisnis harus disusun secara seksama dengan memperhatikan lead time

Supply Chain

Order fulfillment lead time

Supply chain response time

Production flexibility

(9)

masing-masing proses dengan metrik kinerja Order fulfillment lead time

(Jumlah hari dari menerima pesanan sampai pengiriman pada pelanggan).

3. Supply chain flexibility merupakan kemampuan perusahaan dalam menghadapi pasar dengan metrik kinerja Supply chain response time (Jumlah hari rantai pasokan untuk merespon perubahan permintaan signifikan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti) dan Production

flexibility (Jumlah hari untuk meraih 20% perubahan pesanan yang tidak

terencana tanpa biaya pinalti).

4.5. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.2

a. Reliability

Variabel penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah tiga atribut kinerja yang terdapat dalam pendekatan SCOR, yaitu:

Reliability terdiri atas metrik kinerja delivery performance dan perfect order

fulfillment.

b. Responsiveness

Responsiveness terdiri atas metrik kinerja order fulfillment lead time.

c. Flexibility

2

(10)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Penggambaran Proses Supply chain Perusahaan

PT. Guna Kemas Indah telah memilih supplier atas kriteria harga, kualitas, dan syarat pembayaran. Misalnya, supplier asal Thailand telah memenuhi seluruh kriteria untuk pemesanan bahan polypropilene pada bulan Januari, maka supplier tersebut yang dipilih untuk pemesanan bahan polypropilene.

Tabel 5.1. Dua Negara Asal Supplier PT. Guna Kemas Indah

Negara dan Kota Asal Jenis Bahan

Thailand Polypropilene dan Titanlene

Malaysia Polypropilene dan Titanlene

Sumber: Data Sekunder dari PT. Guna Kemas Indah

5.1.1.1.Penggambaran Proses Bisnis dengan SCOR Geography Map

(11)

1 = Thailand 2 = Malaysia

3 = Pematangsiantar 4 = Medan

5 = Tangerang 6 = Bekasi

7 = PT. Guna Kemas Indah

Proses bisnis yang menunjukkan hubungan antara supplier, perusahaan (PT. PDM Indonesia), dan customer dijelaskan sebagai berikut:

P1 = Plan supply chain P2 = Plan source P3 = Plan make P4 = Plan deliver P5 = Plan return

S1 = Source stocked product M2 = Make to order

D2 = Deliver made to order product DR1 = Return defective product SR1 = Return defective product

Berikut adalah penjelasan masing-masing: 1. Plan

(12)

membangun suatu rencana pasokan untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang lingkup rencana metrik rantai pasok. Langkah-langkah dasar memerlukan :

a. Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan.

b. Rencana pasokan yang menbatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan transportasi. c. Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demand/supply diselesaikan

dan diperbarui pada sistem.

Plan Source (P2) adalah proses membandingkan persyaratan total material dengan

batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun sebuah perencanaan sumber daya persyaratan material berdasarkan P3 untuk memuaskan landed cost dan tujuan persediaan menurut tipe komoditas. Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal yang membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang harus terbeli berdasarkan pesanan biasa, persediaan dan persyaratan ke depan. Hal ini dilakukan untuk item pada tagihan material dan dikelompokan berdasarkan pemasok atau tipe komoditas. Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan persyaratan material.

Plan make (P3) adalah proses membandingkan pesanan produksi aktual sekaligus

pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan terbatas P1 yang telah dihasilkan dan menghasilkan rencana sumber jadwal induk produksi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini berarti bahwa keperluan material, P2 berdasarkan item dan jadwal induk produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap lokasi pabrik dan bisa digabungkan menurut tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses

(13)

Plan deliver (P4) adalah proses membandingkan pesanan aktual yang telah

disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber distribusi untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini merupakan kebutuhan replenishment yang menginformasikan plant manager seberapa banyak produk yang direncanakan, P3 dan visibilitas dalam inventory yang telah dijanjikan. P4 dilakukan untuk tiap lokasi gudang dan dapat digabungkan ke tingkat regional atau tipe geografi lainnya. Tipe proses

planning ini berhubungan dengan praktek dari perencanaan kebutuhan distribusi.

Plan return (P5) adalah proses menggabungkan pengembalian yang telah

direncanakan dan menghasilkan rencana sumber pengembalian untuk memenuhi pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini memiliki arti bahwa kebutuhan pengembalian yang menginformasikan tipe, volume, dan jadwal pengembalian yang telah direncanakan dan pengembalian yang tidak direncanakan tetapi telah diketahui kepada tim pabrikasi, tim perawatan dan tim logistik. P5 dilakukan untuk tiap gudang dan pengembalian perawatan dan dapat digabungkan pada tingkat regional atau tipe geografi lainnya.

2. Source

Tipe proses source level 2, terdiri dari source stocked product (S1), source

make-to-order-product (S2) dan source engineer-to-order product (S3), mencirikan suatu

perusahaan dalam membeli bahan baku dan barang jadi. Faktor utama dalam menentukan tipe proses source memicu kejadian dari plan, make, dandeliver dan keadaan barang di pemasok ketika pemesanan dilakukan.

(14)

pesanan pembelian. S2 dibuat untuk pesanan, berdasarkan persyaratan pesanan pelanggan yang spesifik dari make atau deliver dan supplier harus mengubah bahan baku atau barang setengah jadi dalam merespon suatu pesanan pembelian. S3 untuk rekayasa pesanan, berdasarkan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari make atau deliver. Pemasok yang memenuhi syarat harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum pesanan dilakukan, jumlah pesanan pembelinya tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang spesifik dan sering hanya dilakukan sekali.

Make

Tipe proses make level 2, yaitu make-to-stock (M1), make-to-order (M2) dan engineered-to-order (M3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengubah status bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan kemudian menjadi barang jadi. Faktor utama dalam menentukan tipe proses make memicu kejadian dari plan atau deliver dan keadaan material ketika pemesanan dilakukan.

M1 dipicu oleh peramalan atau keperluan penambahan stok dari plan. Proses pengubahan dilakukan sebelum pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu, tetapi berkaitan dengan skala ekonomis produksi. M2 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan tertentu dari deliver, yaitu pengubahan bahan mentah atau barang setengah jadi dilakukan sebagai reaksi atas pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan sama dengan jumlah pesanan pelanggan. M3 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari

deliver. Spesifikasi teknik pabrikasi harus diselesaikan sebelum pengerjaan pesanan

(15)

yang spesifik dan biasanya dilakukan satu kali.

4. Deliver

Tipe proses deliver level 2, yaitu deliver stocked product (D1), deliver

make-to-order product (D2) dan deliver engineer-to-make-to-order (D3), mencirikan bagaimana suatu

perusahaan memproses barang jadi dalam merespon pesanan pelanggan.

D1 dipicu oleh peramalan dari plan yang menempatkan barang jadi dalam persediaan di atas basis yang dijanjikan ada sebelum pesanan pelanggan. Tingkat persediaan tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu. D2 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu pada barang jadi yang direncanakan untuk diubah, dikumpulkan atau dibentuk setelah penerimaan pesanan pelanggan. D3 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu dan desain atau spesifikasi manufaktur yang sudah lengkap sebelum penjualan pesanan dilakukan. Jumlah penjualan pesanan sama dengan jumlah pesanan pelanggan dan biasanya hanya sekali dilakukan.

3. Returm

Tipe proses return level 2, yaitu return defective product (R1), return

maintenance repair and overhoul (MRO) product (R2) dan deliver return excess product

(R3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengembalikan barang jadi dalam merespon hak pengembalian pelanggan. Proses return seringkali terdapat pada gudang, tetapi dapat pula diterapkan pengiriman langsung pada pabrikan atau pemasok.

(16)
(17)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Pengukuran Supply Chain PT. Guna Kemas Indah

Pengukuran kinerja supply chain bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan saat ini. Model yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut adalah pendekatan SCOR (Supply chain operation reference). Menurut I Nyoman Pujawan, SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain.

Aplikasi SCOR Model diawali dengan mengetahui unsur-unsur proses SCOR seperti plan, source, make, deliver, dan return pada PT. Guna Kemas Indah. Setelah mengetahui unsur proses SCOR lalu mendefinisikan tujuan perusahaan. Hal ini dilakukan agar evaluasi kinerja rantai pasok fokus pada tujuan yang ingin dicapai.Tujuan bisnis dari perusahaan adalah memberikan tingkat layanan yang terbaik dan meningkatkan keuntungan perusahaan.

(18)

Tabel 6.1. Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan dengan SCOR

Metrik Kinerja Target Perusahaan

Sumber : Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 6.1, diketahui bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan dari Supply Chain Council adalah delivery performance, perfect order

fulfillment, dan supply chain response time. Akan tetapi, untuk metrik kinerja order

fulfillment leadtime, perlu dilakukan evaluasi terhadap pencapaian leadtime maksimum

yang memiliki perbedaan yang sangat signifikan terhadap rata-rata leadtime. Oleh karena itu, metrik kinerja ini juga termasuk dalam metrik kinerja yang belum mencapai target. Kelima metrik kinerja tersebut merupakan customer facing yang dapat ditingkatkan dengan cara memenuhi kepuasan pelanggan.

Dan diagram fisbone membantu menganalisis sebab terjadinya terjadi masalah dalam proses pengiriman.

(19)

1. Mesin : Kurangnya training pada operator mesin yang baru, breakdown mesin. 2. Metode :Adanya rework pada bagian penyortiran, adanya pelayana FCFS 3. Transportasi : Kurangnya jumlah transportasi.

4. Material : Kualitas bahan seengah jadi yang tidak memenuhi standar, keterlambatan bahan baku

b) Penyebab Perferct Order Fullfilment belum tercapai dipengaruhi 6 faktor umum dan 17 faktor spesifik penyebab keterlambatan.

1. Manusia: kurangnya konstentrasi, operator kurang paham tentang kualitas produk, tidak adanya program training untuk inspeksi

2. Mesin : Kurangnya training pada operator mesin yang baru(menyebabkan settingan mesin terkadang salah), breakdown mesin, kurangnya jumlah mesin. 3. Metode : Metode inspeksi yang kurang baik, adanya rework pada bagian

penyortiran, adanya pelayana FCFS

4. Transportasi : kurangnya jumlah transportasi, kendaraan mesin tua

5. Material : Kualitas bahan seengah jadi yang tidak memenuhi standar, keterlambatan bahan baku

6. Maintenance: tidak terjadwalnya bagian perawatan mesin (pembersihan tiap

proses tidak dilakukan) dan tidak terjadwalnya perawatan mesin kendaraan.

c) Penyebab Supply Chain Reponse Time belum tercapai dipengaruhi 4 faktor umum dan 12 faktor spesifik penyebab keterlambatan.

1. Lingkungan : Libur

(20)
(21)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan data dan analisis pemecahan masalah mengenai Penggunaan Model Supply Chain Operations

References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT Guna

Kemas Indah adalah sebagai berikut :

a. Hasil pengukuran kinerja supply chain dengan model SCOR menunjukkan bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan akan tetapi sudah memenuhi bencmark dari Supply Chain Council adalah metrik kinerja delivery performance dengan pencapaian 94,74 % dimana

benchmark Supply Chain Council sebesar 93% lebih kecil dari target

perusahaan sebesar 95%.

b. Hasil pengukuran kinerja supply chain dengan model SCOR menunjukkan bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan dan

bencmark dari Supply Chain Council adalah metrik kinerja perfect order

fullfilment dengan pencapaian 78,68% dimana benchmark Supply Chain

Council sebesar 92,4% lebih besar dari target perusahaan sebesar 90%. c. Hasil pengukuran kinerja supply chain dengan model SCOR menunjukkan

(22)

dimana target perusahaan 5 hari dan benchmark tidak ditentukan Supply Chain Council sebagai tolak ukur.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya perusahaaan lebih melakukan pengukuran kinerja pada rantai pasok secara berkala untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan pencapaian target yang ditetapkan.

2. Perusahaan sebaiknya mencatat segala rinciaan aktivitas yang terjadi di lantai produksi agar pengawasan dapat lebih mudah.

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Guna Kemas Indah merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri kemasan plastik (Thermorforming & Metalizing), yang berdiri pada tanggal 29 Maret 1988. PT. Guna Kemas Indah mempunyai kantor pusat yang berkedudukan Jl. Pluit Raya Selatan No.11 A-B, Jakarta Utara, Indonesia. PT. Guna Kemas Indah mempunyai pabrik yang berada di daerah Cikupa Tigaraksa, Tangerang. Pada awal berdirinya PT. Guna Kemas Indah hanya untuk memenuhi permintaan pasar di Pulau Jawa dan sampai sekarang sudah berkembang pesat menjadi suatu perusahaan industri plastik yang besar dimana mempunyai beberapa anak cabang di Indonesia salah satunya adalah Medan.

PT. Guna Kemas Indah didirikan pada tanggal 29 Maret 2008 di atas tanah seluas 1,25 Ha yang terletak di daerah Sumatera Utara yang berlokasi di Tanjung Morawa Jln. Industri No 11. PT. Guna Kemas Indah memproduksi jenis-jenis cup plastik dan printing untuk proses thermoforming sementara untuk produk loly dari proses injection molding dalam berbagai jenis ukuran, bentuk, dan warna yang beraneka ragam sesuai permintaan pasar dan pesanan pelanggan. Produk yang dihasilkan diberi merek Teh Sisri, Aqua, Sindodes, Mangga Jeruk, Joli dan lain-lain.

(24)

utama dari implementasi sistem manajemen mutu digunakan untuk memberi kenyamanan bagi karyawan dalam menjalankan pekerjaannya karena ada panduan, petunjuk, ataupun ukuran keberhasilan atas pekerjaannya dan adanya proses perbaikan berkesinambungan (Continuous Improvement).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Guna Kemas Indah memproduksi gelas plastik dalam ukuran yang berbeda-beda yaitu:

1. Untuk proses Injection Molding hanya satu ukuran saja yaitu ukuran 250 ml. 2. Pada proses Thermoforming dan Metalizing menghasilkan tiga produk dengan

volume yang berbeda-beda baik itu kemasan gelas plastik biasa (bening) ataupun gelas plastik printing, yaitu:

a. Kemasan 220 ml b. Kemasan 250 ml c. Kemasan 260 ml

2.3. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan PT. Guna Kemas Indah berlokasi di Jalan Industri No. 11. Kebun Sayur Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang.

(25)

Daerah pemasaran PT. Guna Kemas Indah saat ini masih memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri saja. Untuk wilayah Sumatera Utara, tepatnya di Medan, PT. Guna Kemas Indah memiliki banyak konsumen beberapa diantaranya:

1. PT. Okabe 2. PT. Indofood 3. PT. Makmur

4. PT. Arinvi Mitra Lestari 5. PT. Indodes

2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan

Masyarakat sekitar memperoleh dampak yang positif dengan berdirinya PT. Guna Kemas Indah, khususnya dari segi sosial ekonomi. Dampak yang diperoleh diantaranya adalah:

1. Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat sehingga mengurangi jumlah pengangguran.

2. Mengembangkan usaha skala mikro, dengan banyaknya berjualan di sekitar pabrik.

3. Adanya pembangunan jalan di sepanjang jalan industri menuju pabrik PT. Guna Kemas Indah.

4. Pemasukan Listrik di sepanjang jalan industri menuju PT. Guna Kemas Indah.

(26)

Standard mutu produk yang digunakan oleh PT. Guna Kemas Indah untuk produk kelas plastik adalah SNI 12-4259-2004 yang dapat dilihat pada Tabel. 2.1

Tabel 2.1. Syarat Mutu Gelas Plastik untuk Air Minum dalam Kemasan

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Visual dan sifat

tampak -

Bersih, tidak ada benda asing*) yang menempel tidak ada kerusakan berupa

penyok, goresan dan retak.

2 Bau dan Rasa - Tidak boleh menyebabkan perubahan terhadap bau dan rasa pada air minum

3 Kompresi (top

Load) kgf min 4,5

4 Jatuh (drop test) - Tidak boleh ada bocor, pecah maupun retak

5 Identifikasi PP, PE dan PET PVC

*) Benda asing yang dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak patut ada pada gelas yang dapat mempengaruhi mutu produk

(Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI) Gelas plastik untuk air minum dalam kemasan ini

merupakan revisi dari SNI 12-4259-1996)

(27)

2.7.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk yang sudah distandarisasikan. PT. Guna Kemas Indah mengimpor bahan baku dari luar negeri yaitu Malaysia dan Thailand.

Bahan baku kemasan produk yang digunakan di PT. Guna Kemas Indah yaitu sebagai berikut:

1. Titro Propylenna 6531 merupakan biji plastik untuk bahan baku plastik gelas

bening. Titro Propylenna S98 untuk bahan baku plastik gelas putih (untuk

printing) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bahan Baku Biji Plastik Polyprophylene

2. Titanlene untuk bahan baku pada pembuatan injection molding dapat dilihat

pada Gambar 2.2.

(28)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi ini menuntut

perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari.

Perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing terhadap perusahaan dalam industri sejenis agar mampu merebut pangsa pasar dan meraih keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi dan mengutamakan kepuasan pelanggan, sehingga konsumen memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap produk perusahaan. Kesuksesan perusahaan dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan

supply chain sehingga harus terjalin hubungan baik didalamnya. Pengukuran

kinerja supply chain sangat penting dilakukan untuk mengetahui pencapaian kinerja saat ini dan sejauh mana keberhasilan manajemen supply chain yang telah dijalankan.

(29)

Hambatan-hambatan terkait dalam pemenuhan order pada PT. Guna Kemas Indah secara umum disebabkan oleh kekurangan transportasi pengiriman produk ke konsumen, kapasitas produksi mesin yang tidak mampu mengimbangi kebutuhan pesanan konsumen dan adanya operator inspeksi yang kurang terlatih. Hambatan-hambatan tersebut mengakibatkan keterlambatan pemenuhan order

(late order) kepada pelanggan, tidak terpenuhinya jumlah pengiriman pesanan

sesuai jadwal dan adanya pelanggan yang mengembalikan produk yang tidak sesuai permintaan (non perfect order).

Uraian di atas merupakan indikasi adanya permasalahan pada supply

chain. Dari data perusahaan mulai bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2013

menunjukkan bahwa frekuensi permasalahan supply chain terjadi setiap bulan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1. Pengiriman Produk dan Kendala yang Terjadi

Variabel Bulan

Selama ini perusahaan belum pernah melakukan evaluasi terkait kinerja

supply chain karena perusahaan beranggapan bahwa permasalahan supply chain

(30)

yang tidak sesuai pesanan (non perferct order) dapat mengakitbatkan penurunan tingkat kepuasaan (satisfaction) dan kepercayaan pelanggan (trust) kepada perusahaan dimana hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan keuntungan bagi pesaing di masa yang akan datang.

Berdasarkan situasi perusahaan seperti di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan metode Supply

Chain Operations References (SCOR). Alasan pengukuran kinerja supply chain

dengan menggunakan model SCOR karena metode ini dapat mengukur kinerja

supply chain secara obyektif berdasarkan data yang ada serta dapat

mengidentifikasikan dimana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Pengukuran kinerja supply chain dilakukan dengan model Supply chain

Operations Reference (SCOR). Model SCOR merupakan model yang berdasarkan

proses dan digunakan karena bisa mengukur kinerja rantai pasok secara obyektif berdasarkan data serta dapat mengidentifikasi di mana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process reeingineering yang pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi dan mendefenisikan proses yang diinginkan, benchmarking berfungsi untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan dimana target internal ditentukan berdasarkan kinerja

best in class yang diperoleh, kemudian process measurement berfungsi mengukur,

(31)

Metrik pada model SCOR menggunakan tiga dimensi yaitu realibility,

responsiveness dan flexibility. Ketiga dimensi ini merupakan vari abel utama di

dalam mengukur kinerja supply chain pada perusahaan. Pengukuran kinerja

supply chain secara obyektif menggunakan data yang dimiliki perusahaan

sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan kinerja supply chain perusahaan yang sebenarnya. Hasil pengukuran kinerja supply chain diharapkan menjadi masukan kepada perusahaan yang dapat meningkatkan keuntungan, baik itu untuk perusahaan itu sendiri, supplier maupun konsumen.

Penelitian sejenis dilakukan oleh Ari Primantara (2012) di ITS, yaitu pengukuran performansi dengan pendekatan model SCOR di PT. Gunawan Dianjaya Steel, Surabaya dan memperoleh metrik performansi yang belum mencapai target adalah on time delivery dan lead time produksi baja. Penelitian lain juga dilakukan oleh Anas Mutakin di IPB, yaitu pengukuran kinerja menggunakan model SCOR pada PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan memperoleh nilai perfect order fulfillment dan cost of goods sold.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah yang dihadapai PT. Guna Kemas Indah yaitu keterlambatan pemenuhan order (late order) dan tidak terpenuhinya jumlah pengiriman pesanan sesuai jadwal (non perfect order) maka perlu dilakukan pengukuran kinerja supply chain dengan menggunakan metode Supply

(32)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengukur kinerja

supply chain PT. Guna Kemas Indah dengan pendekatan Supply chain Operation

Reference (SCOR).

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi pada perusahaan terkait kinerja supply chain perusahaan dimana informasi ini penting di dalam melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan atas permasalah kinerja supply chain sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Adapun batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(33)

ABSTRAK

PT.Guna Kemas Indah merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang usaha produksi kemasan minuman. Data pemenuhan order pelanggan

menunjukkan adanya permasalahan pada PT. Guna Kemas Indah yang berkaitan

dengan rantai pasokan perusahaan, dimana selalu terjadi keterlambatan

pemenuhan order pada pelanggan. Berdasarkan data perusahaan, diketahui selama

bulan Juli hingga Desember 2013 terjadi 22 kali keterlambatan pemenuhan order

dari total 355 order dengan rata-rata persentase on time delivery sebesar 94.03%.

Hal ini menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan menurunkan citra

perusahaan dimata konsumennya.

Upaya yang dilakukan sebagai solusi atas permasalahan ini adalah

dengan mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasokan perusahaan. Metode

penelitian yang digunakan adalah action research. Penyelesaian masalah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan SCOR (Supply Chain Operations

Reference).

Hasil pengukuran kinerja rantai pasokan menunjukkan metrik kinerja yang

belum mencapai target perusahaan dan benchmark dari Supply Chain Council

adalah delivery performance, perfect order fulfillment, order fulfillment lead time,

dan supply chain response time.

(34)

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS

REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA

SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

NOPELITA INTAN SARI SIJABAT 1 0 0 4 2 3 0 1 2

P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)
(36)
(37)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Sarjana ini berjudul “Penggunaan Model Supply Chain Operations

References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT. Guna

Kemas Indah”. Tugas Sarjana ini adalah sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Tugas Sarjana ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis mengharapkan agar Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Oktober 2014

(38)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materi, moral, informasi, administrasi dan lain sebagainya yang membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc selaku Koordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ir. A Rahim Matondang, MSIE selaku Koordinator Bidang Manajemen yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

5. Bapak Ir. Mangara Tambunan, MSc selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan selama pengerjaan Laporan Tugas Sarjana.

(39)

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Kak Ani, Bang Kumis, Kak Rahma dan Kak Mia yang telah membantu mengurus keperluan administrasi dan lain sebagainya.

8. Bapak Ir. Dadang selaku manager produksi PT. Guna Kemas Indah yang telah memberi bantuan pembuatan izin riset tugas sarjana dan memberi informasi selama penelitian di perusahaan.

9. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, nasehat, dan arahannya kepada penulis. Terima kasih untuk semua pengorbanannya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana.

10. Semua rekan-rekan Teknik Industri USU ekstensi stambuk 2010 yang telah memberi masukan dan semangat kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014

(40)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... ii

KATA PENGANTAR ... iii 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-6

(41)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

2.9.2. Peralatan (Equipment) ... II-15 2.9.3. Utilitas ... II-15 2.9.4. Safety and Fire Protection ... II-16 2.9.5. Waste Treatment ... II-18 2.10. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-18 2.10.1.Pembagian Tugas dan Tanggung Jawan. ... II-21 2.10.2.Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-24 2.10.2.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-25 2.10.3. Sistem Pengupahan dan Kesejahteraan Karyawan .. II-26

III. LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Pengertian Supply Chain ... III-1 3.2. Pengukuran Kinerja Supply Chain Output ... III-4

3.2.1. Pendekatan Proses Dalam Pengukuran Kinerja Supply

(42)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

4.11.Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Penggambaran Proses Supply chain Perusahaan ... V-1 5.1.1.1. Penggambaran Proses Bisnis dengan

Geography Map ... V-1 5.1.1.2. Penggambaran Proses Bisnis dengan

SCOR Thread Diagram ... V-6 5.1.2. Aliran Informasi dan Aliran Fisik ... V-9 5.1.2.1. Aliran Informasi Proses Bisnis ... V-9 5.1.2.2. Aliran Fisik Proses Produksi ... V-14 5.1.3. Pengukuran Kinerja Supply Chain dengan Pendekatan

(43)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

VI. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan

Menggunakan Metode Activity Based Costing ... VI-1 6.2. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan

Menggunakan Metode Tradisional ... VI-4 6.3. Analisis Perbandingan Menggunakan Metode Tradisional

dengan Metode Activity Based Costing dalam Penentuan

Harga Pokok Produksi ... VI-5 6.4. Pemecahan Masalah ... VI-6

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... V-1 7.2. Saran ... V-2

(44)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Pengiriman Produk dan Kendala yang Terjadi ... I-2 2.1 Syarat Mutu Gelas Plastik untuk Air Minum dalam Kemasan ... II-4 2.2. Perincian Jumlah Tenaga Kerja di PT Guna Kemas Indah ... II-25 2.3. Jam Kerja Normal Karyawan ... II-26 3.1. Metrik Supply Chain ... III-5 3.2. Pengukuran Kinerja Mengikuti Model SCOR ... III-14 3.3. Performance Metriks Level 1 ... III-16 3.4. Beberapa Penjelasan Metrik Supply Chain serta Benchmark

Kinerja ... III-17 4.1. Definisi dari Masing-masing Metrik Kinerja ...

5.1. Dua Negara Asal Supplier PT. Guna Kemas Indah ... V-4 5.2. Ruang Lingkup Unsur-Unsur Proses SCOR ... V-25 5.3. Metrik Kinerja Level 1 dalam SCOR ... V-27 5.4. Nilai Best in Class dan Target Perusahaan ... V-28 5.5. Hasil Perhitungan Delivery Performance ... V-29 5.6. Hasil Perhitungan Perfect Order Fulfillment ... V-31 5.7. Hasil Perhitungan Order Fulfillment Lead Time ... V-32 5.8. Data Peramalan Produksi Berdasarkan Jenis Kemasan Minuman V-33 5.9. Data Produksi Aktual Berdasarkan Jenis Kemasan Minuman .... V-34 5.10. Due Date untuk Order Kemasan Minuman Bening ... V-35 5.11. Waktu Perencanaan ... V-35 5.12. Lead Time Supplier ... V-36 5.13. Rata-rata Waktu Pengiriman Order ... V-38 5.14. Rekapitulasi Response Time Ideal ... V-39 5.15. Hasil Perhitungan Response Time Aktual per Due Date ... V-40 5.16. Perbandingan antara Response Time Aktual dengan Response

(45)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

(46)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Bahan Baku Biji Plastik Polyprophylene ... II-5 2.2. Bahan Baku Biji Plastik Titanlene... II-5 2.3. Bahan Baku Crycle dari Gelas Plastik dan Gulungan Sheet II-6 2.4. Struktur Organisasi PT Guna Kemas Indah ... II-20 3.1. Komponen Supply Chain ... III-2 3.2. Lima Proses Inti Supply Chain pada Model SCOR ... III-11 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-6 4.3. Blok Diagram Prosedur Pengolahan Data ... IV-10 5.1. Geoghrapy Map PT. Guna Kemas Indah... V-2 5.2. SCOR Thread Diagram PT. Guna Kemas Indah ...

(47)

ABSTRAK

PT.Guna Kemas Indah merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang usaha produksi kemasan minuman. Data pemenuhan order pelanggan

menunjukkan adanya permasalahan pada PT. Guna Kemas Indah yang berkaitan

dengan rantai pasokan perusahaan, dimana selalu terjadi keterlambatan

pemenuhan order pada pelanggan. Berdasarkan data perusahaan, diketahui selama

bulan Juli hingga Desember 2013 terjadi 22 kali keterlambatan pemenuhan order

dari total 355 order dengan rata-rata persentase on time delivery sebesar 94.03%.

Hal ini menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan menurunkan citra

perusahaan dimata konsumennya.

Upaya yang dilakukan sebagai solusi atas permasalahan ini adalah

dengan mengukur dan meningkatkan kinerja rantai pasokan perusahaan. Metode

penelitian yang digunakan adalah action research. Penyelesaian masalah

dilakukan dengan menggunakan pendekatan SCOR (Supply Chain Operations

Reference).

Hasil pengukuran kinerja rantai pasokan menunjukkan metrik kinerja yang

belum mencapai target perusahaan dan benchmark dari Supply Chain Council

adalah delivery performance, perfect order fulfillment, order fulfillment lead time,

dan supply chain response time.

Gambar

Gambar 3.1. Komponen Supply Chain
Tabel 3.1. Metrik Supply Chain
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 6.1. Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan dengan SCOR
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memelihara konsistensi memperhatikan batas-batas secara visual legislatif, Pemerintah, dalam hal ini untuk pemanfaatan setiap zona yang Menteri Kelautan dan

Upaya  memperbaiki  kerangka  normatif  UU  No.  26  Tahun  2000  yang  kurang  lengkap,  berbeda  dan  tidak  memenuhi  standar  hukum  internasional,  menjadi 

Before you can start a translation service provider, you need to have · an. idea of what type of service

Uji MANOVA digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruhmodel pembelajaran guided discovery berbantuan PhET simulations terhadap penguasaan konsep dan kemampuan

penilaian pada aktivitas wawancara yang dilakukanoleh mahasiswa... Etika selama berinteraksi dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran

Sebelum ada uang, jual beli dilakukan dengan cara tukar menukar barang yang disebut.....

Menggunakan Metode Weighted Product (WP) dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kenaikan jabatan karyawan pada perusahaan, serta proses penilaian