DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENGESAHAN
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR BAGAN xxiv
DAFTAR GAMBAR xxv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah Penelitian 1
1.2Identifikasi Masalah 4
1.3Rumusan Masalah Penelitian 5
1.4Tujuan Penelitian 5
1.5Manfaat Penelitian 6
1.6Definisi Operasional 6
1.7Hipotesis 10
1.8Anggapan Dasar 10
1.9Metode Penelitian 11
1.10 Desain Penelitian 11
BAB II: BIPA, MODEL BELAJAR BAHASA BERBASIS KELOMPOK
(COMMUNITY LANGUAGE LEARNING) BAGI PENUTUR ASING
TINGKAT MENENGAH BERORIENTASI MULTIKULTURAL DAN
KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT
2.1Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua 14
2.1.2Aspek-aspek Berbahasa Kedua 16 2.1.3Pembelajaran dan Pemerolehan Bahasa Kedua 18 2.2Model Pembelajaran Belajar Bahasa Berbasis Kelompok (Community
Language Learning 21
2.2.1 Munculnya Metode Belajar Bahasa Berbasis Kelompok 21 2.2.2 Pendekatan Metode Pembelajaran Bahasa Berbasis Kelompok 23 2.2.3 Desain Metode Pembelajaran Berbasis Kelompok 25
2.2.4 Peranan Guru Siswa, dan Bahan Ajar 29
2.2.5 Prosedur dan Teknik Metode Belajar Bahasa Berbasis
Kelompok 31
2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan Metode Belajar Bahasa Berbasis
Kelompok 36
2.3BIPA Tingkat Menengah Berorientasi Multikultural 37
2.3.1Tujuan Mempelajari Bahasa Indonesia 37
2.3.2Pembelajaran Berorientasi Multikultur 39
2.4 Rencana Pembelajaran dengan Model CLL Berorientasi Multikultural 45 2.4.1 Dasar-dasar Penyusunan Rencana Pembelajaran BIPA 48 2.4.2 Penyusunan Rencana Pembelajaran Model CLL Berorientasi
Multukultural 49
2.4.2.1 Tujuan 49
2.4.2.2 Tujuan Umum 50
2.4.2.3 Tujuan Khusus 51
2.4.2.4 Tujuan Khusus Model CLL Berorientasi Multikultural untuk
Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat 52
2.4.2.5 Ruang Lingkup Bahan dan Sumbernya 52
2.4.2.6 Sistem Evaluasi 53
2.4.2.7 Rancangan Model Pembelajaran BIPA Berorientasi Multikultur 54
2.4.3 Pemahaman Kalimat 60
2.4.3.1 Kalimat Berdasarkan Tujuan 60
2.4.3.2 Kalimat Berdasarkan Ada-Tidaknya Unsur Ingkar 61
2.4.3.4 Kalimat Berdasarkan Urutan Fungsi 65
2.4.4 Keterampilan Menulis BIPA 65
2.4.4.1 Keterampilan Menulis 65
2.4.4.2 Tes Keterampilan Menulis 68
2.4.4.3 Pedoman Kriteria Penilaian 70
2.4.4.4 Pemetaan Tes Keterampilan Menulis 73
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metode Penelitian 79
3.1.1 Metode 79
3.1.2 Desain Penelitian 82
3.1 3 Prosedur Penelitian 85
3.2Alur Penelitian 92
3.3Teknik Pengumpulan Data 93
3.4Instrumen Penelitian 95
3.5Teknik Pengolahan Data 119
3.6 Populasi dan Sampel 122
BAB IV : ANALISIS DATA
4.1.Deskripsi Data Penelitian 123
4.1.1 Deskripsi Kegiatan Pretest dan Postest serta Kegiatan Intervensi 123
4.1.2 Deskripsi Data Primer 129
4.1.3 Deskripsi Data Sekunder 130
4.2.Analisis Data Penelitian 134
4.2.1 Analisis Data Primer 134
4.2.2 Analisis Data Sekunder 369
4.2.3 Penilaian Kesesuaian Model Community Language Learning untuk Peningkatan Kemampuan Menulis Tingkat Menengah 381
4.3.Pembahasan dan Hasil Temuan 396
4.3.1.1 Profil Kemampuan Menulis Kalimat BIPA Tingkat
Menengah 397
4.3.1.2 Profil Model CLL BIPA Tingkat Menengah Berorientasi
Multikultural 401
4.3.1.3 Pengaruh Model Community Language Learning terhadap Kemampuan menulis Kalimat Penutur Asing Tingkat
Menengah 403
4.3.2 Temuan Empiris 404
4.3.2.1 Karakteristik Siswa BIPA 404
4.3.2.1 Kendala-kendala 405
BAB V : PENUTUP
5.1. Simpulan 406
5.2. Saran 410
Daftar Pustaka
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penulisan kalimat merupakan awal dalam menghantarkan kemampuan–kemampuan lainnya yakni merangkai kalimat dalam paragraf untuk menyusun artikel, cerita, laporan dan lain-lain. Adapun pemilihan peningkatan kemampuan siswa dalam penyusunan kalimat sebagai topik utama kajian penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan berikut ini.
Kesalahan berbahasa merupakan fenomena umum bagi pembelajar bahasa asing. Perbedaan kaidah bahasa Indonesia dengan bahasa lain dapat menimbulkan kesalahan berbahasa. Pengaruh negatif berbahasa ibu terhadap bahasa Indonesia merupakan salah satu penyebab kesalahan berbahasa. Tarigan (1988: 211) mengemukakan bahwa pengaruh B1 juga merupakan fakta dalam interaksi yang terjadi antara pribadi dari bahasa B1 dan B2. Peminjaman linguistik dan pengalihan sandi merupakan dua fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setiap situasi yang mengakibatkan dua bahasa saling kontak dalam masyarakat atau wilayah multilingual.
diri mereka, yaitu: penguasaan topik yang akan ditulis dan penguasaan struktur tulisan. Hal ini dimungkinkan karena diterapkannya proses kreatif dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahap-tahap kegiatan yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting, dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka susun. Hidayat (2001:1) mengemukakan pula berbagai kendala yang menyebabkan mahasiswa asing kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia, yaitu: (1) kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang mereka pahami, (2) pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar, (3) satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai, (4) kerancuan pemahaman terhadap posisi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat, (5) penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya, (6) struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka, (7) penguasaan kosakata dan proses pembentukannya belum banyak mereka ketahui (8) penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang.
atau pembaca sehingga si penyimak atau pembaca itu dapat memahami kandungan maksud yang disampaikan si pembicara atau penulis. Oleh karena itu, keefektifan suatu kalimat sangat perlu diperhatikan. Untuk itu, suatu kalimat dapat dikatakan efektif apabila memiliki: (1) kesatuan gagasan, (2) koherensi yang kompak, (3) diksi yang cocok, (4) ragam atau variasi, (5) paralelisme, (6) kelogisan yang runtut dan runtun, (7) penekanan, dan (8) kehematan.
Pada saat melakukan studi pendahuluan di sebuah sekolah international yang mengajarkan BIPA kelas khusus (Indonesian as Foreign language) IFL, peneliti memperoleh adanya beberapa kesulitan yang dialami siswa BIPA dalam menyusun kalimat dan penguasaan struktur kalimat yakni pola kalimat sehingga dalam penerapannya ke dalam ketrampilan berbahasa Indonesia sering melakukan kesalahan. Ketika dilakukan observasi awal di kelas, peneliti menemukan kesalahan dalam penyusunan kalimat yang digunakan oleh siswa asing dalam bertutur dan menulis, seperti kata /mempikir/, /membikin/, /mempakai/. Penulis juga menemukan kesalahan dalam penggunaan afiksasi dan penyusunan kalimat pasif dan aktif.
dihasilkan dari perguruan tinggi. Padahal, perguruan tinggi memiliki peran dan kedudukan yang sangat strategis untuk merangsang pelaksanaan penelitian ke-BIPA-an,baik oleh mahasiswa maupun dosen. Untuk melaksanakan penelitian semacam ini, perguruan tinggi harus dapat bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang mengajar BIPA, seperti sekolah internasional dan pada lembaga-lembaga kursus independen.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti bermaksud membuat penelitian yang berjudul “Model belajar bahasa berbasisi kelompok atau disebut model community language learning ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dengan menitikberatkan pada kendala:
1) aspek budaya dalam bahasa Indonesia, kendala pemahaman tata bahasa Indonesia terutama pemahaman kalimat, penutur asing kesulitan memahami tata bahasa indonesia, karena karakteristik bahasa indonesia berbeda dengan karakteristik bahasa pertama;
2) kemampuan berbahasa khususnya rendahnya kualitas berbahasa Indonesia dari segi struktur kalimat, kesalahan berbahasa Indonesia dalam segi morfologi melalui pemahaman tata bahasa yang dilakukan oleh siswa asing dapat menyebabkan kualitas berbahasa mereka rendah;
dan hanya berfokus pada pembelajar asing dewasa, sehingga belum ada materi BIPA untuk usia TK, SD, SMP, dan SMA.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian tersebut di atas, penelitian ini akan berfokus pada masalah penelitian berkaitan dengan pemahaman kalimat, model pembelajaran.
1) Bagaimana profil kemampuan pemahaman kalimat BIPA tingkat menengah?
2) Bagaimana profil pembelajaran menulis kalimat pada pembelajar BIPA tingkat menengah?
3) Seberapa besar pengaruh model Community language learning berorientasi multikultur pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA?
Penelitian ini difokuskan pada masalah yang perumusan jawabannya adalah sebagai berikut ”Apakah model pembelajaran community language learning beorientasikan multikultural tingkat menengah BIPA dapat
meningkatkan kemampuan menulis dan pemahaman tentang kalimat?”
1.4 Tujuan Penelitian
Tingkat Menengah. Sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang:
1) profil kemampuan pemahaman kalimat BIPA tingkat menengah;
2) pembelajaran menulis kalimat pada pembelajar BIPA tingkat menengah; 3) model pembelajaran community language learning beorientasikan
multikultural BIPA tingkat menengah.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1) penelitian ini dapat dikembangkan menjadi produk buku ajar
berdasarkan kesalahan analisis tata bahasa pada kalimat;
2) penelitian ini dapat dijadikan rencana pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa asing di tingkat menengah (secondary); 3) memberikan informasi mengenai upaya mengatasi kesulitan
pengajaran kalimat BIPA tingkat (secondary);
4) memberikan kontribusi terhadap pembelajaran BIPA.
1.6 Definisi Operasional
1) Model Pembelajaran Belajar Bahasa Berbasis Kelompok (Community Language Learning) menurut Tarigan (1984:136) adalah sebuah
pendekatan dan pengajaran bahasa, memberi penekanan pada peranan ranah afektif dalam mempromosikan belajar kognitif. Menurut peneliti C.A. Curran (1990:121-122 dalam Fachrurrozi) menyejajarkan proses pengajaran bahasa dengan proses mengobati pasien oleh seorang psikiater. Hal ini tercermin dalam dua istilah yang dipakai, yaitu client (klien) untuk para siswa dan counselor (konselor ) untuk menggantikan istilah guru. Kedua istilah yang tidak konvensional ini mempunyai implikasi yang dalam dan berbeda dengan istilah siswa vs guru Demikian juga, Teori dinamika sosial (122) turut melandasi interaksi sosial antara klien dan konselor. Pembelajaran dipandang sebagai suatu pengalaman pribadi dan pengalaman social yang menyatu dan terpadu. Siswa tidak lagi terlibat sebagai pembelajar yang terisolasi dan dalam persaingan atau kompetisi dengan yang lainnya.
Metode ini berkembang berdasarkan latar belakang sebagai berikut (1) metode ini dikembangkan oleh Charles Curran (1976);
(2) metode ini memberikan tekanan pada peran ranah afektif dalam pembelajaran kognitif;
2) Kemampuan Pemahaman Kalimat
3) Pembelajaran Menulis Berorientasi Multikultur
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1986:3). Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis, dengan menggunakan lambang-lambang bahasa. Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis itu memiliki tiga aspek utama. Yang pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu yang dicapai. Kedua, adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya system pemindahan gagasan itu, yaitu berupa sistem bahasa. (Semi,1996:14.)
Pembelajaran menulis berorientasi multikultur lebih menekankan pada hasil berupa tulisan yang mengandung pemahaman nilai-nilai multikultural. Pemelajar menghargai adanya perbedaan, mengenal budayanya, memahami budaya yang sedang dipelajari
1.7 Hipotesis
Model pembelajaran Community Learning Language dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat pada pembelajaran bahasa Indonesia bagi pemelajar BIPA tingkat menengah.
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan pemahaman menulis kalimat BIPA
pada tingkat menengah dengan model Community language learning
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman menulis kalimat BIPA pada
tingkat menengah dengan model Community Language Learning.
1.8 Anggapan Dasar
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa anggapan dasar. Anggapan dasar sebagai titik tolak dalam ancangan penelitian lebih lanjut.
1. Bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa pengantar dalam era globalisasi 2. Model Pembelajaran Community language learning dapat digunakan dalam
pembelajaran BIPA
3. Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan latihan.
4. Strategi belajar bahasa adalah tindakan, tingkah laku, langkah dan teknik yang secara spesifk diambil oleh siswa secara sadar untuk meningkatkan pemahaman, internalisasi dan penggunaan bahasa sasaran.
1.9 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Single Subject. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu objek dengan melihat perkembangan dan kemajuan proses setelah diberikan tindakan. Dalam hal ini penelitian ingin mengetahui hal-hal berkaitan dengan ketidakmampuan berbahasa yakni kemampuan menulis.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (Single Subject Eksperiment). Alasan mengapa digunakan metode ekperimen subjek
tunggal dalam penelitian ini adalah karena jumlah subjek yang diteliti terbatas, hanya 7 orang dan tidak mungkin dilakukan pembagian kelompok antara kelompok eksperimen dan kontrol. Medote penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk melihat perubahan perilaku dan perbedaan secara individual dari subjek yang diteliti. Dengan demikian, hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Sukmadinata, 2005:209). Selain itu metode penelitian eksperimen subjek tunggal merupakan suatu desain eksperimen sederhana yang dapat menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan setiap individu disertai dengan kata yang disajikan secara sederhana dan terinci.
1.10 Desain Penelitian
yang lebih kuat dibandingkan dengan desain lainnya. Oleh karena itu, validasi internal lebih meningkat, sehingga hasil penelitian yang menunjukkan hubungan fungsional antara variabel terikat dan bebas lebih menyakinkan.
Dengan membandingkan dua kondisi baseline sebelum dan sesudah intervensi, keyakinan adanya pengaruh intervensi lebih dapat diyakinkan. Pada desain A-B-A-B ini langkah pertama adalah mengumpulkan data perilaku sasaran (target behavior) pada kondisi garis dasar (baseline) pertama (A1) sampai data
stabil. Setelah data menjadi stabil pada kondisi garis dasar (baseline) pertama (A1), intervensi (B1) diberikan. Pengumpulan data pada kondisi intervensi dilaksanakan secara terus menerus sampai data mencapai kecenderungan arah dan level data yang jelas. Setelah itu masing-masing kondisi, yaitu garis dasar pertama (A1) dan intervensi (B) diulang kembali pada subjek yang sama pada kondisi garis dasar (baseline) kedua (A2) dan dilakukan intervensi (B2). Disain A-B-A-B ini secara visual dapat digambarkan sebagai berikut ;
Baseline (A1)---Intervensi(B1)---Baseline(A2)---Intervensi (B2)
Untuk memastikan seluruh siswa berada pada tingkat yang sama, yaitu tingkat IX (kelas 9 tingkat menengah) maka pada awal semester sebelum kelas pengajaran bahasa Indonesia dimulai para siswa mengikuti placement test (tes penempatan) yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.
1) Menentukan dan menetapkan perilaku yang mau diubah sebagai target behavior,yaitu peningkatan kemampuan penguasaan struktur kalimat
melalui model pembelajaran Community Language Learning
2) Pada tahap baseline-1 (A-1), menetapkan kemampuan dasar menulis dan kemampuan pemahaman kalimat melalui tes pengukuran kemampuan menulis dan membaca pemahaman kalimat sebanyak dua sesi.
3) Pada tahap intervensi (B1), dilaksanakan pembelajaran model community language learning kepada 7 subjek penelitian selama tiga
sesi pertemuan, masing-masing sesi @ 40 menit.
4) Pada tahap baseline-2 (A-2), dilakukan pengukuran kembali kemampuan penguasaan kalimat dan menulis pemahaman, untuk mengetahui perkembangan kemampuan penguasaan kalimat berdasarkan tujuan dan peran pemahaman pada setiap subjek setelah mengalami tiga sesi intervensi.
5) Pada tahap intervensi (B2) kepada 7 subjek penelitian selama tiga sesi pertemuan, masing-masing sesi @ 40 menit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Metode
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah mix methods dengan
menggunakan metode Single Subject. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk
menggambarkan keadaan atau suatu objek dengan melihat perkembangan dan
kemajuan proses setelah diberikan tindakan. Dalam hal ini penelitian ingin
mengetahui hal-hal berkaitan dengan ketidakmampuan berbahasa yakni kemampuan
menulis.
Gall menyatakan bahwa A-B-A designs are used in single case or single –group experiments having one treatment, The A Stands for the baseline condition, and the B stands for the treatment. We discuss two of these design below. There are various other A-B-A designs, including several for investigating interaction effects involving treatments (Gall,2002:402)
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (Single
Subject Eksperiment). Alasan mengapa digunakan metode ekperimen subjek tunggal
dalam penelitian ini adalah karena jumlah subjek yang diteliti terbatas, hanya 7
orang dan tidak mungkin dilakukan pembagian kelompok antara kelompok
eksperimen dan kontrol. Medote penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang
akan dilakukan, yaitu untuk melihat perubahan perilaku dan perbedaan secara
dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Sukmadinata,2005:209). Selain itu
metode penelitian subjek tunggal merupakan suatu desain penelitian sederhana yang
dapat menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan setiap individu disertai
dengan kata yang disajikan secara sederhana dan terinci.
Gambar 3.1 Perbedaan Skor setiap Individu
Karakteristik single subject methods adalah sebagai berikut
James H. McMillan (2004: 227-228) telah meringkas lima karakteristik penelitian
1) Pengukuran yang dapat diandalkan: Karena desain ini melibatkan beberapa
langkah-langkah perilaku, penting untuk instrumentasi dapat diandalkan.
Kondisi untuk pengumpulan data, seperti waktu dan lokasi, harus standar, dan
pengamat perlu dilatih. Konsistensi dalam pengukuran ini terutama penting
dalam transisi sebelum dan setelah tindakan.
2) Pengukuran Berulang: Perilaku yang sama diukur lagi dan lagi. Langkah ini
berbeda dari sebagian besar percobaan, di mana variabel terikat diukur hanya
sekali. Tindakan berulang yang diperlukan untuk mendapatkan pola yang jelas
atau konsistensi dalam perilaku dari waktu ke waktu.
3) Deskripsi Kondisi: Penjelasan, jelas rinci dari kondisi pengukuran dan sifat
pengobatan yang diperlukan untuk memperkuat validitas internal dan
eksternal.
4) Baseline dan Kondisi Tindakan : Setiap studi tunggal-subyek melibatkan
setidaknya satu dasar dan satu syarat tindakan. Baseline mengacu pada
periode waktu dimana perilaku sasaran (variabel terikat) diamati dan dicatat
sebagai terjadi tanpa intervensi khusus atau baru. Perilaku dasar menyediakan
kerangka acuan terhadap perilaku masa depan yang dibandingkan. Baseline
panjang juga dapat merujuk pada periode waktu setelah tindakan di mana
kondisi sesuai dengan yang hadir di awal asli. Kondisi tindakan adalah
periode waktu di mana manipulasi eksperimental diperkenalkan dan perilaku
penelitian ini perlu cukup panjang untuk mencapai stabilitas dalam perilaku
target.
5) Single- Aturan Variabel: Selama studi tunggal-subyek, hanya satu variabel
harus diubah dari awal dengan kondisi tindakan. Dalam beberapa penelitian
dua variabel berubah bersama selama kondisi perlakuan yang sama. Ini adalah
interaksi dalam satu subjek penelitian.
3.1.2. Desain Penelitian
Desain A-B-A-B dirancang untuk pembelajaran model CLL untuk
peningkatan kemampuan menulis siswa BIPA. Desain A-B-A-B, yaitu desain yang
menunjukkan desain tambahan atau tambahan tindakan pada desain A-B-A. Desain
ini dipilih sebagai langkah untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian.
Adapun desain ini dipilih dengan pertimbangan.
1) mempunyai tindak lanjut setelah ditemukan baseline 2 dan libur dari treatmen;
2) desain A-B-A-B dipilih untuk mengukur kemampuan subjek penelitian yang;
memiliki kemampuan dasar pemahaman tata bahasa kalimat yang berbeda
3) desain ini tepat dan akurat untuk meneliti tingkat kemajuan hasil belajar;
4) rancangan pembelajaran CLL dapat dilakukan berulang-ulang sebagai alat
5) penelitian ini berkaitan dengan kemajuan dan keberhasilan belajar siswa jadi
terdapat tanggung jawab peneliti untuk menindaklanjuti dengan B2 (tindakan
lanjutan).
Desain subjek tunggal dianggap akibat langsung dari penelitian BF Skinner
yang menerapkan teknik pengkondisian operan dengan subyek dan mengukur hasil
pada berbagai titik dalam waktu. Karena itu, desain subjek tunggal sering dianggap
desain pilihan ketika mengukur perubahan perilaku atau saat melakukan modifikasi
perilaku.
Sebuah aspek penting dari jenis penelitian adalah pengumpulan informasi
pretest, sering disebut sebagai ukuran dasar. Hal ini penting untuk mengukur variabel
dependen atau perilaku sebelum pemberian intervensi. Tanpa informasi ini, sulit, dan
kemungkinan tidak mungkin untuk menentukan apakah perubahan telah terjadi. Juga
sering dikaitkan dengan desain ini adalah periode pengukuran untuk menentukan
tidak hanya perubahan tetapi tingkat perubahan melalui proses modifikasi perilaku.
Kita akan melihat dua aplikasi yang paling umum dari desain ini, termasuk desain
ABAB dan baseline berganda.
Desain ABAB merupakan upaya untuk mengukur dasar (yang pertama A),
pengukuran pengobatan (B pertama), penarikan pengobatan (yang kedua A), dan
re-introduksi pengobatan (B). Dengan kata lain, desain ABAB melibatkan dua bagian:
pengobatan ini; dan (2) pengukuran kembali ke dasar atau apa yang terjadi ketika
pengobatan akan dihapus dan kemudian lagi melakukan penyembuhan dan mengukur
perubahan.
Pada desain A-B-A–B langkah yang pertama adalah mengumpulkan data
perilaku sasaran (Target behavior) pada kondisi garis dasar (Baseline) awal (A)
sampai data stabil dan keadaan pun natural belum mendapat intervensi apapun.
Setelah data stabil pada kondisi garis dasar (Baseline) awal (A), lalu intervensi (B)
diberikan. Pengumpulan data pada kondisi intervensi secara terus menerus sampai
data mencapai kecenderungan arah dan level data yang jelas, subjek diberi perlakuan
secara berulang-ulang. Setelah itu masing-masing kondisi, yaitu garis dasar (A) dan
Intervensi (B) diulang kembai pada subjek yang sama pada kondisi dasar (baseline)
akhir (A) dan dalam fase ini dapat diketahui kemampuan menulis kalimat siswa BIPA
kemudian diberi tambahan tindakan ( B) yang sama secara berulang-ulang dengan
Model CLL untuk memberi peningkatan kemampuan pada siswa BIPA sehingga
tujuan model pembelajaran dapat terwujud.
Tujuan Metode Belajar Bahasa kelompok ialah untuk melengkapi siswa
bahasa target dengan kemampuan untuk: (1) menguasai bahasa sasaran mendekati
penutur asli, (2) mengembangkan perasaan kerjasama dan gotong royong, dan (3)
pembelajaran community language learning mendetail akan dijelaskan pada Bab III
Metode Penelitian.
3.1.3 Prosedur penelitian
Untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik pada saat melakukan
penelitian dengan desain B-B. Peneliti perlu memperhatikan prosedur desain
A-B-A-B. prosedur A-B-A-B merupakan perkembangan dari desain A-B-A (Sunanto,
2006:45)
1) mendefinisikan perilaku sasaran (Target behavior) sebagai perilaku yang
dapat diamati dan diukur secara akurat
2) melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A1)
secara kontinu sekurang-kurangnya tiga atau lima atau sampai
kecenderungan arah dan level data diketahui secara jelas dan stabil
3) memberikan intervensi (B) setelah kecenderungan data pada control
baseline stabil
4) setelah kecenderungan arah dan level pada kondisi intervensi (B) stabil
mengulang kondisi baseline (A2)
5) tambahan memberikan tindakan kedua (B) untuk memantapkan
kemampuan subjek
Dalam desain ABAB, dua periode dasar yang menggabungkan dengan dua
karena memungkinkan efektivitas perlakuan yang akan ditunjukkan dua kali. pada
kenyataannya, perlakuan kedua dapat diperpanjang tanpa batas waktu sesuai dengan
keinginan. Jika perilaku subjek pada dasarnya sama selama kedua fase tindakan dan
lebih baik (atau lebih buruk) dari kedua periode awal, kemungkinan lain variabel
menjadi penyebab perubahan itu menurun tajam. Keuntungan lain di sini adalah
jelas-masalah etis meninggalkan subjek (s) tanpa intervensi dapat dihindari (Fraenkel:
302). Pada penelitian di bidang pendidikan dimana subjek penelitian adalah seorang
siswa maka tanggung jawab moral seorang peneliti untuk menindak lanjuti hasil
penemuan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai siswa.
Secara ilustrasi dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Sebagai struktur dasar
penelitian ini dengan desain A-B-A-B
Tahap pelaksanaan prosedur desain A-B-A-B peneitian ini, yaitu dengan cara
menentukan dan menetapkan perilaku yang mau diubah sebagai target behavior, yaitu
untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kalimat dan peningkatan kemampuan
menulis. Pada tahap baseline (A) awal yang dilakukan, yaitu menetapkan dan
melaksanakan tes kemampuan kalimat sebanyak lima sesi. Selanjutnya, pada tahap
intervensi (B) dilaksanakan pelatihan model community language learning terhadap
subjek selama sepuluh kali sesi pertemuan, masing-masing @ 40 menit lalu , tahap
baseline (A) akhir yang dilakukan pengukuran kembali kemampuan penguasaan
kalimat pada subjek untuk mengetahui perkembangan kemampuan penguasaan
kalimat (sintaksis) dan kemampuan menulis setelah mendapat intervensi dengan
melakukan tes penguasaan kaliamat sebanyak lima sesi. Lalu tindakan lanjutan atau
tambahan untuk mengevaluasi hal-hal yang perlu ditindak lanjuti dalam pembelajaran
nyata di kelas. Lebih rinci disusun prosedur penelitian sebagai berikut.
1) Menentukan dan menetapkan perilaku yang mau diubah sebagai target behavior,
yaitu peningkatan kemampuan berbicara melalui penguasaan kaliamat yang
diperoleh;
2) Pada tahap baseline (A) awal ini adalah penetapan kemampuan menulis kalimat
melalui penguasaan kalimat sebanyak lima sesi. Setiap sesinya dilakukan selama
@40 menit dalam sehari. Baseline ini terdiri dari tes dan pengukuran tujuannya
untuk mendapatkan data baseline. Adapun langkahnya dilakuakn dengan
lengkapnya sebagai berikut. (a) subjek melaksanakan tes menulis dan
menentukan struktur dan fungsi kalimat bahasa Indonesia (b) kemudian dianalisis
kesalahan-kesalahan penulisan dan diberi penilaian kemudian dicatat dalam
format penilaian;
3) Pada tahap intervensi (B), subjek melaksanakan pelatihan menulis melalui model
pembelajaran CLL selama sepuluh sesi pertemuan masing-masing setiap sesi @
40 menit. Adapun prosedur tahap ini sebagai berikut.
1 Tahap 5 menit pertama
a. Memasukkan subjek kedalam ruangan khusus dan duduk melingkar
dan mempersiapkan media pembelajaran
b. Menjalin komunikasi dengan B1 (bahasa Inggris/bahasa penutur ) dan
menanyakan kabar masing-masing dengan tujuan subjek merasa tidak
berjarak dengan guru
c. Memosisikan subjek untuk duduk melingkar dan posisi pembimbing di
belakang subjek
d. Melakukan kontak komunikatif dan memulai topik pembicaraan
e. Guru memastikan semua merasa nyaman dan pembelajaran dapat
dimulai
2. Tahap 30 menit inti
Memberikan intervensi pada subjek berupa model Community language
Versi : Topik dari subjek
a. Masing-masing siswa berbicara sepenggal kalimat atau satu kalimat
dengan (B1) bahasa Inggris sambil direkam
b. Kemudian menenrjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan versi
Subjek dan pembimbing membantu siswa yang kesulitan menemukan
kosakata
c. Setiap kalimat yang diucapkan direkam
d. Siswa bebas membawa topik pembicaraan kepada keinginan
kelompok siswa
e. Siswa menuliskan kembali hasil rekaman dan diperbaiki dengan guru
pembimbing
Versi : Topik sudah ditentukan
a. Guru dapat memberikan penjelasan tentang topic pembicaraan
b. Masing-masing siswa berbicara sepenggal kalimat atau satu kalimat
dengan (B1) bahasa Inggris
c. Kemudian menenrjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan versi
Subjek dan pembimbing membantu siswa yang kesulitan menemukan
kosakata sesuai dengan topik
d. Setiap kalimat yang diucapkan direkam dan ditulis kembali dan guru
e. Siswa dibatasi membawa topic pembicaraan kepada keinginan
kelompok siswa misalnya tentang: tempat-tempat wisata, makanan khas
indonesia
4.Tahap 10 menit terakhir
a. Melakukan evaluasi dengan memberikan bahasan pada saat 30
menit pertama. Memeperoleh data mengenai kemampuan
subjek menulis kalimat yang telah diajarkan sebelumnya dan
mencatatnya pada kertas data yang telah disiapkan . subjek
mengikuti intervensi dan tes sebagai bagian dari langkah
evaluasi model CLL. Hal ini untuk mengukur kstaibilan
kondisi subjek
b. Melakukan pencatatan sesuai dengan kegiatan berlangsung
dengan mencatatnya pada kertas data yang telah disiapkan.
Pencatatan mencakup frekuensi subjek menjawab pertanyaan
berdasarkan tes menulis kalimat.
c. Peneliti mengakhiri intervensi pada kesempatan tersebut dan
memastikan kepada subjek hari berikutnya akan belajar dengan
materi tentang kaliamt bahasa Indonesia. Kegiatan ini
berlangsung selama 10 sesi pertemuan untuk mendapatkan data
4). Pada tahap baseline (A’) dilakukan pengukuran kembali
kemampuan berbicara dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan
kemampuan berbicara dan penguasaan kalimat setelah mengalami
sepuluh sesi intervensi. Sehingga tampak keefektiffan intervensi.
Adapun prinsip pengukuran tahapannya sama dengan tahap baseline
(A) awal
5). Pada tahap akhir baseline (B’) tindakan tambahan adalah
memberikan intervensi lagi untuk pemantapan kemampuan menulis
kalimat sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3.2 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap penelitian sesuai dengan rencana
peneliti. Berangkat dari adanya latar belakang masalah penelitian, instrumen
penelitian untuk penerapan model CLL yang telah di periksa dan dinilai oleh para
ahli, kemudian data dikumpulkan dari lapanagan dan diolah, data primer dan data
sekuder akan dideskripsikan dalam pemaparan analisis data. Hasil data akan
menjawab hipotesis peneliti di awal penelitian. Dalam bentuk bagan dapat dipaparan
Bagan 3.1
ALUR PENELITIAN
MODEL PEMBELAJARAN COMMUNITY LANGUAGE LEARNING
LATAR BELAKANG
1. Belajar bahasa Indonesia bagi siswa BIPA tertekan dan sulit
2. Siswa sulit mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia secara regular 3. Menulis kalimat merupakan kesulitan utama belajar
4. Diperlukan model belajar menulis kalimat yang efektif 5. Penggalian multikultur pada siswa BIPA
Model CLL dengan Penelitian Subjek Tunggal
Teknik Pengumpulan Data
1. ObserPasi 2. Tes Kemampuan 3. Teknik Wawancara
4. Teknik rekam Instrumen
Penelitian
Tes menulis
Alat rekam Sumber data
Subjek Siswa BIPA tingkat Menengah
Mutiara Nusantara International School Memberikan prinsip Model CLL
Pengolahan Data
1. Transkripsi hasil wawancara 2. penghitungan data 3. Pemaparan hasil analisis
data
Hasil
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data di Mutiara Nusantara International School.
Dalam proses pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada
pimpinan yayasan Mutiara Bangsa yang menaungi sekolah tersebut. Kemudian,
sebelum penelitian dimulai, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan
salah seorang pengajar BIPA untuk mengetahui kebutuhan bahan ajar membaca yang
akan digunakan dalam proses KBM BIPA.
Peneliti bekerja sama dengan pengajar BIPA merancang bahan ajar yang
menggunakan model pembelajaran Community Language Learning dalam lima kali
pertemuan dari bulan Maret 2011-April 2012. Peneliti juga bekerja sama dengan
pengajar BIPA untuk menyusun silabus pembelajaran yang berkaitan dengan
kemampuan pemahaman penulisan kalimat.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk memberikan model
pembelajaran Community Language Learning (belajar bahasa masyarakat) BIPA
tingkat menengah , melakukan wawancara, observasi, dan menyebarkan angket.
1) Penyusunan: Pembelajaran BIPA Model Community Language
Learning (CLL) dalam pembelajaran
2) Wawancara; menyiapkan pedoman wawancara untuk pengajar dan
peserta BIPA
3) Observasi terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
4) Angket secara terbuka dan tertutup untuk mengetahui tanggapan
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument. Instrumen
adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian
(Arikunto, 2002:194). Teknik pemngumpulan data penelitian sebagai berikut.
1) Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan di kelas. Dalam observasi awal
peneliti mempunyai tujuan untuk menentukan tempat dan subjek
dalam pengambilan data dan pengumpulan data. Selain itu untuk
memperoleh perencanaan yang efektif dan dibutuhkan untuk
mengetahui perkembangan di setiap sesi
2) Tes kemampuan
Tes yang digunakan adalah tes kemampuan menulis kalimat berasal
dari tes evaluasi menulis kalimat. Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan , pengetahuan integensi, kemampuan atau bekal yang
dimiliki individu (Arikunto, 2002:127). Tes yang dilakukan adalah tes
kemampuan menulis kalimat dari hasil rekaman yang telah dilakukan.
Kalimat-kalimat tersebut berdasarkan topic pembelajaran dan konteks
multikultural dalam aktivitas belajar. Dengan hasil rekaman yang telah
dibuat maka kalimat tersebut dituliskan kembali dalam bentuk
transkripsi.
Teknik wawancara atau interview, yaitu suatu bentuk komunikasi
verbal semacam percakapan antara peneliti dan guru dengan tujuan
untuk mendapat data atau informasi . wawancara ini dilakukan dengan
bentuk tatap muka dengan informan yang sudah dipilih sesuai dengan
kriteria penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran yang diterapkan terhadap subjek dan
mengetahui perkembangan subjek . peneliti secara langsung mencatat
temuan-temuan di lapangan yang berkaiatan dengan penelitian dan
model pembelajaran.
4) Teknik Rekam
Teknik dokumentasi baik secara visual maupun audio untuk
memberikan informasi lebih rinci. Rekaman akan membantu peneliti
mengingat kembali hal-hal penting berupa temuan-temuan baru yang
dapat dideskripsikan.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dua jenis, yaitu
instrument tes dan instrument nontes. Instrumen tes berupa tes kemampuan
penguasaan tata kalimat (40 soal) dan test kemampuan menulis kalimat (10 soal)
yang dikembangkan oleh peneliti sendiri berdasarkan kurikulum dan silabus yang
ini oleh guru kelas yang mengajarkan pelajaran budaya dan bahasa Indonesia di
sekolah internasional. Tes ini diberikan pada kegiatan prapelatihan, kegiatan
[image:35.595.83.561.230.642.2]intervensi, dan pada kegiatan pascapelatihan.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Kalimat
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Indikator Hal yang Diamarti
1) bagaimana
profil
kemampuan
pemahaman
kalimat
BIPA
tingkat
menengah?
mendeskripsikan
profil kemampuan
pemahaman kalimat
BIPA siswa tingkat
menengah Sekolah
Mutiara Nusantara
1.Profil
pemaha
man
kalimat
1. Pemahaman kalimat berdasarkan
tujuan
2. Pemahaman kalimat berdasarkan
ada tidaknya unsur ingkar dan
afirmatif
3. Pemahaman kalimat berdasarkan
peran; kalimat pasif dan aktif
4. Pemahaman kalimat berdasarkan
Tabel 3.2
Pembobotan Nilai Tes Pemahaman Kalimat
No Masalah Tujuan Aspek/Indikator Aspek yang Diukur Item
1 2 3 4 5 6
1. Kemampuan
menulis
kalimat bahasa Indonesia
kemampuan tata bahasa kalimat bahasa Indonesia
Siswa mampu menulis kalimat berdasarkan tujuan • Kalimat pernyataan • Kalimat pertanyaan • Kalimat perintah
Siswa mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4
Siswa mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah namun tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 3
Siswa tidak mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah namun memiliki pemahaman multikultur nilainya 2
Siswa tidak mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah dan tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 1
Siswa memahami kalimat
berdasarkan ada tidaknya unsur ingkar
• Kalimat negatif
• Kalimat afirmatif
Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4
Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif namun tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 3
Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif namun memiliki pemahaman multikultur nilainya 2
Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif dan tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 1
6-10
Siswa mampu
memahami kalimat berdarkan peran
• Kalimat aktif
• Kalimat pasif
Siswa mampu membuat kalimat pasif dan aktif dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4
Siswa mampu membuat kalimat pasif dan aktif namun tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 3
Siswa mampu membuat
kalimat pasif dan aktif namun memiliki
pemahaman multikultur nilainya 2
Siswa mampu membuat kalimat pasif dan aktif dan
tidak memiliki
pemahaman multikultur nilainya 1
Berdasar Urutan fungsi
Kalimat inversi
Siswa mampu membuat kalimat inversi dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4
Siswa mampu membuat kalimat inversi namun tidak memiliki
pemahaman multikultur nilainya 3
Siswa mampu membuat kalimat inversi namun memiliki pemahaman multikultur nilainya 2
Siswa mampu membuat kalimat inversi dan tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 1
21-25
Tabel 3.3
Presentase untuk Skala Sepuluh
Interval presentase tingkat penguasaaan
Nilai ubahan skala sepuluh
keterangan
96-100 10=100 Sempurna
86-95 9=90 Baik sekali
76-85 8=80 Baik
66-75 7=70 Cukup
56-65 6=60 Sedang
46-55 5-50 Hampir Sedang
36-45 4=40 Kurang
26-35 3=30 Kurang sekali
16-25 2=20 Buruk
0-15 1=10 Buruk sekali
Adapun Kriteria penilaian Rencana pembelajaran dan tes menulis kalimat
yang disusun peneliti tersebut lebih mendeskripsikan hasil penilaian dan saran-saran
[image:40.595.106.520.242.726.2]yang akan diberikan oleh pakar. Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Instrumen Penilaian Model Pembelajaran
No Komponen Penilaian Model Pembelajaran
Skala Nilai
SS S CS TS STS
5 4 3 2 1
1 Model Pembelajaran ini mampu mampu
mencerminkan model pembelajaran yang menarik
motivasi siswa untuk belajar B2 dengan ukuran:
• Siswa termotivasi belajar bahasa
• Guru mudah mengimplementasikan model
pembelajaran
• Tujuan pembelajaran dapat tercapai
2 Model Pembelajaran ini mampu memunculkan
diberikan siswa BIPA yang multikultur
• Guru dapat mengasah kemampuan siswa
untuk berbicara dan menulis
• Guru dapat memunculkan variasi materi
3 Model Pembelajaran ini mampu memunculkan
media dan variasi pembelajaran
• Model pembelajaran dapat divariasaikan
dengan berbagai cara
• Model pembelajaran dapat menggunakan
berbagai media
4 Model Pembelajaran ini mampu melatih
kemampuan menulis siswa
a. Struktur bahasa
b. Pemilihan kosakata
c. Kesesuaian dengan konteks
5 Model Pembelajaran ini mampu mengembangkan
sikap mutikultural pada siswa BIPA sesuai dengan
tujuan pendidikan kultural
• Siswa memahami konsep keberagaman
latar budaya dan suku bangsa
Siswa memahami pluralitas dan
mengharagai satu sama lain
SS= Sangat Sesuai
S=Sesuai
CS=Cukup Sesuai
TS=Tidak Sesuai
STS=Sangat Tidak Sesuai
Instrumen nontes berupa kegiatan wawancara, observasi serta kuesioner.
Lembar observasi berupa catatan yang perlu diamati yang disusun sesuai kebutuhan
penelitian. Lembaran tersebut digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Model Pembelajaran
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Indikator Hal yang diamati
2. bagaimana profil
pembelajaran
menulis kalimat pada
pembelajar BIPA
tingkat menengah?
mendeskripsikan
profil pembelajaran
menulis kalimat pada
pembelajar BIPA tingkat menengah Sekolah Mutiara Nusantara 1.Profil pembelajaran 2.Kegiatan pembelajaran 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12,13
Adapun sebelum menyusun pertanyaan sebagai alat wawancara maka peneliti
menyusun kisi-kisi wawancara sebagai berikut.
[image:43.595.84.558.227.734.2]Table 3.6
KISI-KISI WAWANCARA MODEL CLL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
N O
KEMAMPUAN RINCIAN KEMAMPUAN
PROPORSI
%
1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MNIS.
(1) Mampu menjawab pertanyaan tentang tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia
2. Materi-Materi Pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IFL Tingkat menengah
3. Persiapan guru sebelum mengajar. (3) Menanyakan bagaimana persiapan guru sebelum mengajar 4. Mengadakan Pre tes sebelum
mengajar.
(4) Menanyakan apakah guru mengadakan pre tes sebelum mengajar.
5. Mengadakan post test setelah mengajar Kalau ada bagaimana caranya.
(5) Menanyakan apakah guru mengadakan post tes.
6. Cara memberikan materi dengan media.
(6) Menanyakan cara memberikan materi dengan menggunakan media.
7. Langkah-langkah apa yang dilakukan dalam menggunakan media.
(7) Menanyakan langkah-langkah apa yang dilakukan dalam
menggunakan media. 8. Media pengajaran apa saja yang
tersedia di sekolah.
(8) Menanyakan media pengajaran apa saja yang tersedia di sekolah.
9. Sejauh mana pemanfaatan media yang tersedia.
(9) Menanyakan bagaimana pemanfaatan media yang tersedia. 10. Bagaimana cara melaksanakan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan model CLL
(10) Menanyakan bagaimana cara melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan model CLL 11. Bagaimana cara menguasai kelas
ketika menggunakan model CLL
(11) Menanyakan bagaimana cara menguasai kelas ketika
menggunakan model CLL 12. Bagaimana kemampuan siswa
sebelum model CLL tersebut digunakan.
(12) Menanyakan kemampuan siswa sebelum penggunaan model CLL digunakan.
13. Bagaimana sikap siswa menerima pelajaran dengan model CLL
(13) Menanyakan bagaimana sikap siswa menerima pelajaran dengan model CLL
14. Sejauh mana penerimaan siswa terhadap penggunaan model CLL
(14) Menanyakan sejauh mana penerimaan siswa terhadap penggunaan model CLL 15. Bagaimana menghadapi siswayang
kemampuannya di bawah siswa yang lain.
(15) Menanyakan bagaimana cara menghadapi siswayang
kemampuannya di bawah siswa yang lain.
16. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model CLL.
(16) Menanyakan apa saja
17. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
(17) Menanyakan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
18 Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model CLL
(18) Menanyakan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model CLL
Pedoman Wawancara
Pertanyaan:
1. Peneliti: Menurut Anda, bagai mana profil kemampuan berbahasa Indonesia
penutur Asing yang sesuai dengan tingkat menengah?
2. Peneliti: Berdasarkan pengalaman Anda dalam mengajarkan BIPA, apa saja
tujuan utama siswa BIPA belajar bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan komunikatif berbahasa Indonesianya?
3. Peneliti: Menurut Anda, bahan ajar yang dibuat dalam program BIPA tingkat
menengah ini sudah sesuai diajarkan untuk melatih kemampuan komunikatif
siswa? Mengapa?
4. Peneliti: Apakah metode mengajar BIPA dengan CLL sudah sesuai dengan
5. Peneliti: Menurut Anda, apakah model CLL bahan ajar BIPA yang disusun
peneliti ini dapat meningkatkan kemampuan menulis pembelajar BIPA
tingkat menengah?
6. Peneliti:Berdasarkan pengalaman Anda mengajar BIPA tingkat menengah,
materi ajar apa saja yang penting dan tidak penting untuk dibahas dan
diajarkan pada BIPA tingkat menengah?
7. Peneliti: Adakah kendala-kendala yang Anda hadapi berkaitan dengan bahan
ajar yang disusun peneliti?
8. Peneliti:Menurut Anda, apakah profile model CLL bahan ajar BIPA yang
disusun peneliti sudah sesuai dengan siswa BIPA tingkat menengah? Jika
belum, adakah saran-saran yang Anda berikan kepada peneliti untuk revisi
bahan ajar agar lebih baik?
9. Peneliti:Menurut Anda, apakah adanya visualisasi membantu pembelajar
dalam proses memahami teks yang ada dalam bahan ajar?
Berkaitan dengan pengaruh model CLL berorientasi Multikultur maka
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Instrumen Model Pembelajaran CLL Berorientasi Multikultural
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Indikator Pertanyaan
3.seberapa besar pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA? ? mendeskripsi kan pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA di Mutiara Nusantara International Scholl Lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar model CLL
Persiapan 1-4
Kegaiatan membuka 1-3 Kegiatan inti pembelajaran 1-8 Penutup Lembar Catatan lapangan dalam Kondisi Tindakan
Fase Investasi a-e
Fase Refleksi a-d
Instrumen Motivasi Belajar
memiliki sikap penghargaan
Siswa aktif menikmati pembelajaran
dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik
mau terlibat aktif dalam pembelajaran
memiliki kesadaran mengikuti aturan pembelajaran
mau menerima giliran dalam pembelajaran
Observasi Model CLL Berorientasi Multikultur
Content integrations in instructional
The Knowladge
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Indikator Pertanyaan
3.seberapa besar pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA? ? mendeskripsi kan pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA di Mutiara Nusantara International Scholl
Observasi Model CLL Berorientasi Multikultur
An Equity Paedagogy in instructional
Trainning participation in instructional
Angket Motivasi Siswa
Perhatian 1,2,3,4,
Relevansi Multikultur 5,6,7,
Tabel 3.8
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MODEL
CLL
Pertemuan/ Siklus :
Tema/ Jenis Pembelajaran :
Tanggal :
Observer :
No Aspek yang Diamati Ya Tidak
Keterangan/ Penjelasan
Singkat
I Pra Pembelajaran
1 Menyiapkan ruang, tempat, lokasi untuk
pembelajaran
2 Menyiapkan media, alat pembelajaran
3 Memeriksa kesiapan anak
4 Pengelolaan Kelas
II Membuka Pelajaran
1 Melakukan kegiatan appersepsi
2 Menyampaikan kompetensi yang akan
3 Memberikan penjelasan dan arahan
yang berkaitan dengan kegiatan bermain
III Kegiatan Inti Pembelajaran
1 Menguasai materi/ kegiatan yang akan
disampaikan kepada siswadengan model
CLL
2 Melaksanakan kegiatan belajar sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai
3 Mengaitkan materi yang disampaikan
dengan pengetahuan yang relevan
4 Melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan prosedur
5 Memberikan keleluasaan kepada siswa
untuk memunculkan topik
6 Memberikan keleluasaan siswauntuk
berbicara dengan bahasa B1
7 Memberikan panduan dan pertolongan
untuk menerjemahkan dalam bahasa
Indonesia
8 Mengelola alokasi waktu dalam
Tabel 3.9
LEMBAR CATATAN LAPANGAN
Fase dalam Kondisi Tindakan
Nama Anak :
Tujuan : Mengetahui perkembangan kemampuan pemahaman kalimat berdasarkan fase model CLL
Fase Aspek yang di ukur Periode
1 2 3 4 5
1. Fase
Investasi
a. Siswa dapat berbicara dengan
bahasa ibunya (tahap embrio)
b. Siswa dapat membuat satu kalimat
bahasa ibunya dan mulai
menggunakan bahasa yang
dipelajari (tahap penonjolan diri)
c. Siswa langsung dapat membuat
kalimat dengan bahasa sasaran
(tahap kelahiran)
d. Siswa mengucapkan bahasa sasaran
(tahap kemerdekaan)
e. Siswa menggunakan kalimat baku
2. Fase
Refleksi
a. Siswa mampu mengetahui
kesalahan berbahasa (tahap
pembalikan)
b. Siswa mampu memperbaiki sendiri
kesalahan berbahasa
c. Siswa berani mengungkapkan
kelemahannya
[image:52.595.100.545.143.717.2]d. Siswa merefleksikan hasil rekaman
Tabel 3.10
INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Siswa :
No Aspek-Aspek yang Diukur SM AM CM KM TM
A Materi 1
1. Siswa mau terlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik 3. Anak memiliki kesadaran mengikuti aturan
pembelajaran
4. Siswa mau menerima giliran dalam pembelajaran 5. Siswa memiliki sikap penghargaan
6. Siswa aktif menikmati pembelajaran
B Materi 2
1. Siswa teriibat aktif dalam pembelajaran
2. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik 3. Siswa memiliki kesadaran mengikuti aturan
pembelajaran
kalimat sesuai dengan ide-idenya 5. Siswa menikmati bentuk pembelajaran
C Materi 3
1. Siswa dapat memahami budaya-budaya yang berbeda
2. Siswa dapat mengidentifikasi budaya di Indonesia 3. Siswa dapat menghargai budaya peserta lainnya 4. Siswa menikmati pembelajaran
D Materi 4
1. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat menentukan kalimat dengan baik 3. Siswa dapat melakukan pembelajaran
4. dengan baik
5. Siswa dapat menulis kalimat melebihi standar yang ditetapkan
6. Siswa menerima giliran dalam pembelajaran
E Materi 5
1. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat menulis kalimat dengan baik 3. Siswa dapat melakukan pembelajaran baik
4. Siswa dapat menulis kalimat melebihi standar yang ditetapkan
5. Siswa menerima giliran dalam pembelajaran
SM= Sangat Termotivasi,
AM=Agak Termotivasi
CM=Cukup termotivasi
KM=Kurang Termotivasi
Tabel 3.11
OBSERVASI PEMBELAJARAN MODEL CLL BERORIENTASI MULTIKULTUR
Tanggal :
Guru :
No Aspek-Aspek yang Diukur Ada Tidak
ada
A Content integrations in instructional
1. Materi mengandung khasanah berbagai budaya
2. Materi pembelajaran mengarahkan siswa menghargai budaya 3. Siswa memiliki kesadaran adanya perbedaan budaya dalam
menjawab pertanyaan
B The Knowladge Construction Process in instruction
1. Guru mengarahkan siswa menghargai perbedaan budaya pada pengantar pembelajaran
2. Siswa memahami perbedaan budaya dengan menjawab soal 3. Siswa mengeksplorasi budaya-budaya yang berbeda di Indonesia
dan negar lainnya
4. Siswa menghargai budayanya dan budaya rekannya dalam berbicara dan menulis kalimat
C An Equity Paedagogy in instructional
1. Guru menyesuaikan metode pembelajaran CLL dengan kebutuhan siswa
2. Guru menerima masukan dari siswa dalam proses pembelajaran 3. Metode pengajaran dapat diterima oleh siswa yang berbeda ras,
social dan budaya
4. Siswa merasakan adanya peningkatan prestasi belajar D Trainning participation in instructional
1. Siswaterlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat berinteraksi dengan rekan 3. Guru dapat berinteraksi dengan siswa
E Prejudice Reduction in instructional
1. Ada perbedaan budaya dan ras dalam komunitas/kelompok 2. Guru memberikan pemahaman perbedaan budaya
Pengamat
[image:55.595.106.525.155.709.2]……….
Tabel 3.12
Angket Minat Siswa terhadap Model CLL
Petunjuk
Pada angket ini terdapat 15 pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap pertanyaan dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang kamu ikuti. Berikan jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu
Keterangan Pilihan jawaban 1=sangat tidak setuju 2=tidak setuju
3=ragu-ragu 4=setuju 5=sangat setuju
No Pernyatan Pilihan jawaban
1 2 3 4 5
1 Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
menarik
2 Rasa ingin tahu terhadap pelajaran bahasa Indonesia
3 Guru bersikap sebagai rekan untuk belajar bahasa
4 Rasa ingin tahu saya tentang budaya Indonesia sangat
tinggi
5 Guru membuat materi pelajaran menjadi mudah
6 Dalam belajar saya merasa sama dengan lainnya
7 Saya mengenal budaya yang beraneka dari guru dan
rekan-rekan
8 Saya sangat senang belajar bahasa Indonesia
9 Saya semakin semangat belajar berkelompok
10 Saya senang guru membantu saya belajar bahasa
Indonesia
11 Pembelajaran ini tidak menarik bagi saya
12 Materi pembelajaran sulit bagi saya
13 Saya sulit memahami kalimat bahasa Indoensia
14 Saya merasa tidak mengalami kemajuan
15 Saya sering tidak dihargai oleh guru dan rekan
16 Saya merasa mendapat tekanan dari guru dan teman
17 Saya merasa tidak ada manfaatnya belajar bersama rekan
secara berkelompok
18 Saya merasa kecewa dengan hasil belajar saya
19 Saya mendapat nilai buruk dalam bahasa Indonesia
Tabel 3.13 Penggolongan Pertanyaan
No Kondisi Nomor Pernyataan positif Nomor Pernyataan
negatif
1 Perhatian 1,2,3,4, 11,12,13,14
2 Relevansi
Multikultur
5,6,7, 15,16,17
3 Kepuasan
belajar
8,9,10 18,19,20
Rekap Skor
Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyatan dalam angket Minat
siswa terhadap Model CLL dibuat dengan ketentuan sebagai berikut
1. Untuk pertanyaan dengan kriteria positif 1= sangat tidak setuju, 2=tidak
setuju, 3= ragu-ragu, 4= setuju, 5= sangat setuju
2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif 1= sangat setuju, 2=setuju,
3=ragu-ragu, 4=tidak setuju, 5=sangat tidak setuju
Menghitung skor rata-rata gabungan dan kriteria positif dan negative tiap kondisi
kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata 1,00-1,49
=tidak baik, 1,50-2,49= kurang baik, 2,50-3,49=cukup baik, 3,50-4,49= baik dan
3.5 Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data yang terdiri
atas data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa
hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes memahami kalimat pada pra tes, proses
intervensi, dan postes yang dilakukan selama tiga kali dari tujuh orang siswa BIPA
tingkat menengah. Komponen yang dianalisis dalam kondisi ini meliputi komponen
1) panjang kondisi, 2) kecenderungan arah, 3) tingkat stabilitas, 4) tingkat perubahan,
5) jejak data, dan 6) rentang (Sunanto, 2006:70). Selanjutnya, peneliti akan
mendeskripsikan data dan menganalisis data yang didapat. Analisis data dilakukan
setelah penerapan tiap bagian dan mengevaluasi apakah tahapan metode yang
dilakukan dengan tepat atau tidak. Hal tersebut dengan tujuan untuk mengetahui
langkah selanjutnya. Setelah itu peneliti akan membahas data yang diperoleh secara
keseluruhan dari awal hingga akhir penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui hasil angket, observasi, dan wawancara.
Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penilaian kemampuan menulis dan ditafsirkan dalam penilaiannya menggunakan
rating scale. Rating scale adalah data mentah yang diperoleh berupa data angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sugiyono, 2008:141). Penyusunan
penilaian instrument dengan rating scale harus dapat mengartikan setiap angka yang
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes menulis kalimat
dengan model pembelajaran CLL berorentiasi multikultural. Pengolahan datanya
dilakukan sebagai berikut.
1) mengolongkan jawaban siswa baik, cukup, dan kurang untuk dianalisis
secara lanjut;
2) menskor hasil pengukuran pada fase baseline (A), intervensi (B1),
Baseline (A2) dan intervensi 2 (B2);
3) membuat table perhitungan skor dari fase fase baseline (A), intervensi
(B1), Baseline (A2) dan intervensi 2 (B2);
4) membandingkan skor fase baseline (A), intervensi (B1), Baseline (A2)
dan intervensi 2 (B2);
5) menganalisis secara seksama dan membuat grafik garis sehingga dapat
terlihat jelas secara langsung perubahan yang terjadi dari setiap fase
secara keseluruhan;
6) membuat analisis dalam bentuk grafik batang sehingga dapat diketahui
dengan jelas setiap perubahan tingkah laku subyek dalam setiap fase
secara keseluruhan.
Penghitungan reliabilitas bertujuan untuk mengukur ketetapan instrument menurut
Keterangan=
Agreement = banyaknya kesepakatan antara pengamatan 1, 2, dan 3
Disagreement= banyaknya ketidaksepakatan pengamatan 1, 2, dan 3
Pengolahan data oleh Expert Judgment diperlukan untuk menguji tingkat
kesahihan (validitas) instrument tes dan model pembelajaran yang digunkan dalam
penelitian ini. Peneliti menggunakan penilaian pakar (expert Judgment) untuk
memberikan skor terhadap setiap aspek yang adal dalam tes menulis kalimat. Expert
Judgment antara lain : 2 Guru pembimbing BIPA sekolah mutiara Nusantara tingkat
Menengah, 2 orang ahli BIPA dari UPI.
Keterangan=
Skor rata-rata=
Dari hasil skor prosentase dapat dikategorikan bahwa: bila skor prosentase yang
dihasilkan antara maka penilaian terhadap alat instrument 80%-100 % = Sahih,
3.6 Populasi dan Sampel
Lokasi penelitian dilakukan di sebuah sekolah internasional yang terletak di
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sekolah tersebut adalah Mutiara Nusantara
International School (MNIS) yang beralamat di Kompleks Graha Puspa jalan Sersan
Bajuri Bandung. Adapun subjek penelitian terdiri dari 7 orang siswa dari sebuah
sekolah internasional yang berada di level-IX (kelas 3 SMP) dengan rentang usia
antara 13-14 tahun. Indentitas subjek penelitian terdiri dari empat orang siswa
laki-laki yang berasal dari lima Negara (Sun tek Lee-Korea, Jeremy-Swiss, Jason-Swiss,
Yashwin-India) dan tiga orang siswa perempuan yang berasal dari tiga Negara
(Meher Copra-India, Ryoko Yamada-Jepang, Valeuska-China).
Adapun alasan pemilihan subjek penelitian didasarkan pada hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti, berupa kegiatan observasi dan wawancara
dengan beberapa guru (1) sekolah tersebut adalah sekolah internasional yang
memiliki kualitas pengajar yang baik serta respon dari pihak sekolah yang sangat
kooperatif dan bersedia menerima penelitian untuk melakukan penelitian ini; (2)
sekolah-sekolah tersebut memiliki latar belakang budaya dan negara asal siswa yang
bervariasi, sementara jumlah sekolah internasional di kota Bandung sangat terbatas;
(3) penelitian dilaksanakan dengan waktu yang tepat yaitu pada awal pembelajaran
semester baru dan pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini berusaha mengkaji keefektifan model belajar bahasa berbasis
kelompok (CLL) dalam pembelajaran kalimat BIPA tingkat menengah. Penelitian
ini berusaha mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model belajar bahasa
berbasis kelompok (CLL) yang telah dilakukan peneliti kepada siswa BIPA
berorientasi multikultural dimana para siswa diajarkan untuk mengenal satu sama lain
dan menerima perbedaan baik warna kulit, suku agama serta budaya.
Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan model belajar bahasa
berbasis kelompok (CLL) untuk meningkatkan pemahaman kalimat pada siswa
BIPA tingkat menengah. Banyak kesulitan yang dialami siswa BIPA dalam
memahami kalimat karena perbedaan struktur bahasa antara bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua dan bahasa ibu mereka bahasa Inggris. Oleh karena itu , adanya model
pembelajaran belajar bahasa berbasis kelompok (CLL) ini sebagai salah satu model
pembelajaran di tingkat menengah BIPA menjadi salah satu cara mengajarkan
pemahaman kalimat kepada siswa BIPA dapat dinilai efektif. Dalam model
pembelajaran belajar bahasa berbasis kelompok (CLL) siswa dapat mengikuti
tekanan dalam belajar seperti yang terpaparkan dalam data angket siswa terhadap
respon pembelajaran. Selain itu model pembelajaran model belajar bahasa berbasis
kelompok (CLL) yang dilakukan oleh peneliti memberi masukan mengenai orientasi
multikulturalal sehingga siswa dapat mengenal aneka budaya di dunia dan Indonesia
tempat mereka tinggal saat ini.
Pentingnya pemahaman kalimat dalam pembelajaran BIPA sangat strategis.
Dengan memahami kalimat maka siswa dapat merangkai ide dan gagasan dalam
bentuk tulisan. Pemahaman berbagai macam struktur kalimat merupakan bagian
tersulit yang disampaikan guru pembimbing BIPA di sekolah Mutiara Nusantara
karena siswa merasa asing dan sulit untuk mengubah pola struktur yang sudah ada di
bena