• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BELAJAR BAHASA BERBASIS KELOMPOK (COMMUNITY LANGUAGE LEARNING) BERORIENTASI MULTIKUTURAL PADA PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT BAGI SISWA BIPA TINGKAT MENENGAH DI MUTIARA NUSANTARA INTERNATIONAL SCHOOL KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT TAHUN AJARAN 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL BELAJAR BAHASA BERBASIS KELOMPOK (COMMUNITY LANGUAGE LEARNING) BERORIENTASI MULTIKUTURAL PADA PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT BAGI SISWA BIPA TINGKAT MENENGAH DI MUTIARA NUSANTARA INTERNATIONAL SCHOOL KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT TAHUN AJARAN 20"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENGESAHAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR BAGAN xxiv

DAFTAR GAMBAR xxv

BAB I : PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian 1

1.2Identifikasi Masalah 4

1.3Rumusan Masalah Penelitian 5

1.4Tujuan Penelitian 5

1.5Manfaat Penelitian 6

1.6Definisi Operasional 6

1.7Hipotesis 10

1.8Anggapan Dasar 10

1.9Metode Penelitian 11

1.10 Desain Penelitian 11

BAB II: BIPA, MODEL BELAJAR BAHASA BERBASIS KELOMPOK

(COMMUNITY LANGUAGE LEARNING) BAGI PENUTUR ASING

TINGKAT MENENGAH BERORIENTASI MULTIKULTURAL DAN

KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT

2.1Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua 14

(2)

2.1.2Aspek-aspek Berbahasa Kedua 16 2.1.3Pembelajaran dan Pemerolehan Bahasa Kedua 18 2.2Model Pembelajaran Belajar Bahasa Berbasis Kelompok (Community

Language Learning 21

2.2.1 Munculnya Metode Belajar Bahasa Berbasis Kelompok 21 2.2.2 Pendekatan Metode Pembelajaran Bahasa Berbasis Kelompok 23 2.2.3 Desain Metode Pembelajaran Berbasis Kelompok 25

2.2.4 Peranan Guru Siswa, dan Bahan Ajar 29

2.2.5 Prosedur dan Teknik Metode Belajar Bahasa Berbasis

Kelompok 31

2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan Metode Belajar Bahasa Berbasis

Kelompok 36

2.3BIPA Tingkat Menengah Berorientasi Multikultural 37

2.3.1Tujuan Mempelajari Bahasa Indonesia 37

2.3.2Pembelajaran Berorientasi Multikultur 39

2.4 Rencana Pembelajaran dengan Model CLL Berorientasi Multikultural 45 2.4.1 Dasar-dasar Penyusunan Rencana Pembelajaran BIPA 48 2.4.2 Penyusunan Rencana Pembelajaran Model CLL Berorientasi

Multukultural 49

2.4.2.1 Tujuan 49

2.4.2.2 Tujuan Umum 50

2.4.2.3 Tujuan Khusus 51

2.4.2.4 Tujuan Khusus Model CLL Berorientasi Multikultural untuk

Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat 52

2.4.2.5 Ruang Lingkup Bahan dan Sumbernya 52

2.4.2.6 Sistem Evaluasi 53

2.4.2.7 Rancangan Model Pembelajaran BIPA Berorientasi Multikultur 54

2.4.3 Pemahaman Kalimat 60

2.4.3.1 Kalimat Berdasarkan Tujuan 60

2.4.3.2 Kalimat Berdasarkan Ada-Tidaknya Unsur Ingkar 61

(3)

2.4.3.4 Kalimat Berdasarkan Urutan Fungsi 65

2.4.4 Keterampilan Menulis BIPA 65

2.4.4.1 Keterampilan Menulis 65

2.4.4.2 Tes Keterampilan Menulis 68

2.4.4.3 Pedoman Kriteria Penilaian 70

2.4.4.4 Pemetaan Tes Keterampilan Menulis 73

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian 79

3.1.1 Metode 79

3.1.2 Desain Penelitian 82

3.1 3 Prosedur Penelitian 85

3.2Alur Penelitian 92

3.3Teknik Pengumpulan Data 93

3.4Instrumen Penelitian 95

3.5Teknik Pengolahan Data 119

3.6 Populasi dan Sampel 122

BAB IV : ANALISIS DATA

4.1.Deskripsi Data Penelitian 123

4.1.1 Deskripsi Kegiatan Pretest dan Postest serta Kegiatan Intervensi 123

4.1.2 Deskripsi Data Primer 129

4.1.3 Deskripsi Data Sekunder 130

4.2.Analisis Data Penelitian 134

4.2.1 Analisis Data Primer 134

4.2.2 Analisis Data Sekunder 369

4.2.3 Penilaian Kesesuaian Model Community Language Learning untuk Peningkatan Kemampuan Menulis Tingkat Menengah 381

4.3.Pembahasan dan Hasil Temuan 396

(4)

4.3.1.1 Profil Kemampuan Menulis Kalimat BIPA Tingkat

Menengah 397

4.3.1.2 Profil Model CLL BIPA Tingkat Menengah Berorientasi

Multikultural 401

4.3.1.3 Pengaruh Model Community Language Learning terhadap Kemampuan menulis Kalimat Penutur Asing Tingkat

Menengah 403

4.3.2 Temuan Empiris 404

4.3.2.1 Karakteristik Siswa BIPA 404

4.3.2.1 Kendala-kendala 405

BAB V : PENUTUP

5.1. Simpulan 406

5.2. Saran 410

Daftar Pustaka

RIWAYAT HIDUP

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penulisan kalimat merupakan awal dalam menghantarkan kemampuan–kemampuan lainnya yakni merangkai kalimat dalam paragraf untuk menyusun artikel, cerita, laporan dan lain-lain. Adapun pemilihan peningkatan kemampuan siswa dalam penyusunan kalimat sebagai topik utama kajian penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan berikut ini.

Kesalahan berbahasa merupakan fenomena umum bagi pembelajar bahasa asing. Perbedaan kaidah bahasa Indonesia dengan bahasa lain dapat menimbulkan kesalahan berbahasa. Pengaruh negatif berbahasa ibu terhadap bahasa Indonesia merupakan salah satu penyebab kesalahan berbahasa. Tarigan (1988: 211) mengemukakan bahwa pengaruh B1 juga merupakan fakta dalam interaksi yang terjadi antara pribadi dari bahasa B1 dan B2. Peminjaman linguistik dan pengalihan sandi merupakan dua fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setiap situasi yang mengakibatkan dua bahasa saling kontak dalam masyarakat atau wilayah multilingual.

(6)

diri mereka, yaitu: penguasaan topik yang akan ditulis dan penguasaan struktur tulisan. Hal ini dimungkinkan karena diterapkannya proses kreatif dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahap-tahap kegiatan yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi, menyunting, dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu bersifat linear tetapi dapat bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan dengan berbagai jenis tulisan yang mereka susun. Hidayat (2001:1) mengemukakan pula berbagai kendala yang menyebabkan mahasiswa asing kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia, yaitu: (1) kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang mereka pahami, (2) pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar, (3) satuan-satuan linguistik yang menjadi unsur pembangun kalimat BI belum mereka kuasai, (4) kerancuan pemahaman terhadap posisi fungsi, kategori dan peran dalam sebuah kalimat, (5) penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibunya, (6) struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu mereka, (7) penguasaan kosakata dan proses pembentukannya belum banyak mereka ketahui (8) penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang.

(7)

atau pembaca sehingga si penyimak atau pembaca itu dapat memahami kandungan maksud yang disampaikan si pembicara atau penulis. Oleh karena itu, keefektifan suatu kalimat sangat perlu diperhatikan. Untuk itu, suatu kalimat dapat dikatakan efektif apabila memiliki: (1) kesatuan gagasan, (2) koherensi yang kompak, (3) diksi yang cocok, (4) ragam atau variasi, (5) paralelisme, (6) kelogisan yang runtut dan runtun, (7) penekanan, dan (8) kehematan.

Pada saat melakukan studi pendahuluan di sebuah sekolah international yang mengajarkan BIPA kelas khusus (Indonesian as Foreign language) IFL, peneliti memperoleh adanya beberapa kesulitan yang dialami siswa BIPA dalam menyusun kalimat dan penguasaan struktur kalimat yakni pola kalimat sehingga dalam penerapannya ke dalam ketrampilan berbahasa Indonesia sering melakukan kesalahan. Ketika dilakukan observasi awal di kelas, peneliti menemukan kesalahan dalam penyusunan kalimat yang digunakan oleh siswa asing dalam bertutur dan menulis, seperti kata /mempikir/, /membikin/, /mempakai/. Penulis juga menemukan kesalahan dalam penggunaan afiksasi dan penyusunan kalimat pasif dan aktif.

(8)

dihasilkan dari perguruan tinggi. Padahal, perguruan tinggi memiliki peran dan kedudukan yang sangat strategis untuk merangsang pelaksanaan penelitian ke-BIPA-an,baik oleh mahasiswa maupun dosen. Untuk melaksanakan penelitian semacam ini, perguruan tinggi harus dapat bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang mengajar BIPA, seperti sekolah internasional dan pada lembaga-lembaga kursus independen.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti bermaksud membuat penelitian yang berjudul “Model belajar bahasa berbasisi kelompok atau disebut model community language learning ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dengan menitikberatkan pada kendala:

1) aspek budaya dalam bahasa Indonesia, kendala pemahaman tata bahasa Indonesia terutama pemahaman kalimat, penutur asing kesulitan memahami tata bahasa indonesia, karena karakteristik bahasa indonesia berbeda dengan karakteristik bahasa pertama;

2) kemampuan berbahasa khususnya rendahnya kualitas berbahasa Indonesia dari segi struktur kalimat, kesalahan berbahasa Indonesia dalam segi morfologi melalui pemahaman tata bahasa yang dilakukan oleh siswa asing dapat menyebabkan kualitas berbahasa mereka rendah;

(9)

dan hanya berfokus pada pembelajar asing dewasa, sehingga belum ada materi BIPA untuk usia TK, SD, SMP, dan SMA.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian tersebut di atas, penelitian ini akan berfokus pada masalah penelitian berkaitan dengan pemahaman kalimat, model pembelajaran.

1) Bagaimana profil kemampuan pemahaman kalimat BIPA tingkat menengah?

2) Bagaimana profil pembelajaran menulis kalimat pada pembelajar BIPA tingkat menengah?

3) Seberapa besar pengaruh model Community language learning berorientasi multikultur pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA?

Penelitian ini difokuskan pada masalah yang perumusan jawabannya adalah sebagai berikut ”Apakah model pembelajaran community language learning beorientasikan multikultural tingkat menengah BIPA dapat

meningkatkan kemampuan menulis dan pemahaman tentang kalimat?”

1.4 Tujuan Penelitian

(10)

Tingkat Menengah. Sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang:

1) profil kemampuan pemahaman kalimat BIPA tingkat menengah;

2) pembelajaran menulis kalimat pada pembelajar BIPA tingkat menengah; 3) model pembelajaran community language learning beorientasikan

multikultural BIPA tingkat menengah.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1) penelitian ini dapat dikembangkan menjadi produk buku ajar

berdasarkan kesalahan analisis tata bahasa pada kalimat;

2) penelitian ini dapat dijadikan rencana pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa asing di tingkat menengah (secondary); 3) memberikan informasi mengenai upaya mengatasi kesulitan

pengajaran kalimat BIPA tingkat (secondary);

4) memberikan kontribusi terhadap pembelajaran BIPA.

1.6 Definisi Operasional

(11)

1) Model Pembelajaran Belajar Bahasa Berbasis Kelompok (Community Language Learning) menurut Tarigan (1984:136) adalah sebuah

pendekatan dan pengajaran bahasa, memberi penekanan pada peranan ranah afektif dalam mempromosikan belajar kognitif. Menurut peneliti C.A. Curran (1990:121-122 dalam Fachrurrozi) menyejajarkan proses pengajaran bahasa dengan proses mengobati pasien oleh seorang psikiater. Hal ini tercermin dalam dua istilah yang dipakai, yaitu client (klien) untuk para siswa dan counselor (konselor ) untuk menggantikan istilah guru. Kedua istilah yang tidak konvensional ini mempunyai implikasi yang dalam dan berbeda dengan istilah siswa vs guru Demikian juga, Teori dinamika sosial (122) turut melandasi interaksi sosial antara klien dan konselor. Pembelajaran dipandang sebagai suatu pengalaman pribadi dan pengalaman social yang menyatu dan terpadu. Siswa tidak lagi terlibat sebagai pembelajar yang terisolasi dan dalam persaingan atau kompetisi dengan yang lainnya.

Metode ini berkembang berdasarkan latar belakang sebagai berikut (1) metode ini dikembangkan oleh Charles Curran (1976);

(2) metode ini memberikan tekanan pada peran ranah afektif dalam pembelajaran kognitif;

(12)

2) Kemampuan Pemahaman Kalimat

(13)

3) Pembelajaran Menulis Berorientasi Multikultur

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1986:3). Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis, dengan menggunakan lambang-lambang bahasa. Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis itu memiliki tiga aspek utama. Yang pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu yang dicapai. Kedua, adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga, adanya system pemindahan gagasan itu, yaitu berupa sistem bahasa. (Semi,1996:14.)

Pembelajaran menulis berorientasi multikultur lebih menekankan pada hasil berupa tulisan yang mengandung pemahaman nilai-nilai multikultural. Pemelajar menghargai adanya perbedaan, mengenal budayanya, memahami budaya yang sedang dipelajari

(14)

1.7 Hipotesis

Model pembelajaran Community Learning Language dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat pada pembelajaran bahasa Indonesia bagi pemelajar BIPA tingkat menengah.

H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan pemahaman menulis kalimat BIPA

pada tingkat menengah dengan model Community language learning

H1 = Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman menulis kalimat BIPA pada

tingkat menengah dengan model Community Language Learning.

1.8 Anggapan Dasar

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa anggapan dasar. Anggapan dasar sebagai titik tolak dalam ancangan penelitian lebih lanjut.

1. Bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa pengantar dalam era globalisasi 2. Model Pembelajaran Community language learning dapat digunakan dalam

pembelajaran BIPA

3. Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara praktik dan latihan.

4. Strategi belajar bahasa adalah tindakan, tingkah laku, langkah dan teknik yang secara spesifk diambil oleh siswa secara sadar untuk meningkatkan pemahaman, internalisasi dan penggunaan bahasa sasaran.

(15)

1.9 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Single Subject. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau suatu objek dengan melihat perkembangan dan kemajuan proses setelah diberikan tindakan. Dalam hal ini penelitian ingin mengetahui hal-hal berkaitan dengan ketidakmampuan berbahasa yakni kemampuan menulis.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (Single Subject Eksperiment). Alasan mengapa digunakan metode ekperimen subjek

tunggal dalam penelitian ini adalah karena jumlah subjek yang diteliti terbatas, hanya 7 orang dan tidak mungkin dilakukan pembagian kelompok antara kelompok eksperimen dan kontrol. Medote penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk melihat perubahan perilaku dan perbedaan secara individual dari subjek yang diteliti. Dengan demikian, hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Sukmadinata, 2005:209). Selain itu metode penelitian eksperimen subjek tunggal merupakan suatu desain eksperimen sederhana yang dapat menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan setiap individu disertai dengan kata yang disajikan secara sederhana dan terinci.

1.10 Desain Penelitian

(16)

yang lebih kuat dibandingkan dengan desain lainnya. Oleh karena itu, validasi internal lebih meningkat, sehingga hasil penelitian yang menunjukkan hubungan fungsional antara variabel terikat dan bebas lebih menyakinkan.

Dengan membandingkan dua kondisi baseline sebelum dan sesudah intervensi, keyakinan adanya pengaruh intervensi lebih dapat diyakinkan. Pada desain A-B-A-B ini langkah pertama adalah mengumpulkan data perilaku sasaran (target behavior) pada kondisi garis dasar (baseline) pertama (A1) sampai data

stabil. Setelah data menjadi stabil pada kondisi garis dasar (baseline) pertama (A1), intervensi (B1) diberikan. Pengumpulan data pada kondisi intervensi dilaksanakan secara terus menerus sampai data mencapai kecenderungan arah dan level data yang jelas. Setelah itu masing-masing kondisi, yaitu garis dasar pertama (A1) dan intervensi (B) diulang kembali pada subjek yang sama pada kondisi garis dasar (baseline) kedua (A2) dan dilakukan intervensi (B2). Disain A-B-A-B ini secara visual dapat digambarkan sebagai berikut ;

Baseline (A1)---Intervensi(B1)---Baseline(A2)---Intervensi (B2)

Untuk memastikan seluruh siswa berada pada tingkat yang sama, yaitu tingkat IX (kelas 9 tingkat menengah) maka pada awal semester sebelum kelas pengajaran bahasa Indonesia dimulai para siswa mengikuti placement test (tes penempatan) yang diselenggarakan oleh pihak sekolah.

(17)

1) Menentukan dan menetapkan perilaku yang mau diubah sebagai target behavior,yaitu peningkatan kemampuan penguasaan struktur kalimat

melalui model pembelajaran Community Language Learning

2) Pada tahap baseline-1 (A-1), menetapkan kemampuan dasar menulis dan kemampuan pemahaman kalimat melalui tes pengukuran kemampuan menulis dan membaca pemahaman kalimat sebanyak dua sesi.

3) Pada tahap intervensi (B1), dilaksanakan pembelajaran model community language learning kepada 7 subjek penelitian selama tiga

sesi pertemuan, masing-masing sesi @ 40 menit.

4) Pada tahap baseline-2 (A-2), dilakukan pengukuran kembali kemampuan penguasaan kalimat dan menulis pemahaman, untuk mengetahui perkembangan kemampuan penguasaan kalimat berdasarkan tujuan dan peran pemahaman pada setiap subjek setelah mengalami tiga sesi intervensi.

5) Pada tahap intervensi (B2) kepada 7 subjek penelitian selama tiga sesi pertemuan, masing-masing sesi @ 40 menit.

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Metode

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah mix methods dengan

menggunakan metode Single Subject. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk

menggambarkan keadaan atau suatu objek dengan melihat perkembangan dan

kemajuan proses setelah diberikan tindakan. Dalam hal ini penelitian ingin

mengetahui hal-hal berkaitan dengan ketidakmampuan berbahasa yakni kemampuan

menulis.

Gall menyatakan bahwa A-B-A designs are used in single case or single –group experiments having one treatment, The A Stands for the baseline condition, and the B stands for the treatment. We discuss two of these design below. There are various other A-B-A designs, including several for investigating interaction effects involving treatments (Gall,2002:402)

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (Single

Subject Eksperiment). Alasan mengapa digunakan metode ekperimen subjek tunggal

dalam penelitian ini adalah karena jumlah subjek yang diteliti terbatas, hanya 7

orang dan tidak mungkin dilakukan pembagian kelompok antara kelompok

eksperimen dan kontrol. Medote penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang

akan dilakukan, yaitu untuk melihat perubahan perilaku dan perbedaan secara

(19)

dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Sukmadinata,2005:209). Selain itu

metode penelitian subjek tunggal merupakan suatu desain penelitian sederhana yang

dapat menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan setiap individu disertai

dengan kata yang disajikan secara sederhana dan terinci.

Gambar 3.1 Perbedaan Skor setiap Individu

Karakteristik single subject methods adalah sebagai berikut

James H. McMillan (2004: 227-228) telah meringkas lima karakteristik penelitian

(20)

1) Pengukuran yang dapat diandalkan: Karena desain ini melibatkan beberapa

langkah-langkah perilaku, penting untuk instrumentasi dapat diandalkan.

Kondisi untuk pengumpulan data, seperti waktu dan lokasi, harus standar, dan

pengamat perlu dilatih. Konsistensi dalam pengukuran ini terutama penting

dalam transisi sebelum dan setelah tindakan.

2) Pengukuran Berulang: Perilaku yang sama diukur lagi dan lagi. Langkah ini

berbeda dari sebagian besar percobaan, di mana variabel terikat diukur hanya

sekali. Tindakan berulang yang diperlukan untuk mendapatkan pola yang jelas

atau konsistensi dalam perilaku dari waktu ke waktu.

3) Deskripsi Kondisi: Penjelasan, jelas rinci dari kondisi pengukuran dan sifat

pengobatan yang diperlukan untuk memperkuat validitas internal dan

eksternal.

4) Baseline dan Kondisi Tindakan : Setiap studi tunggal-subyek melibatkan

setidaknya satu dasar dan satu syarat tindakan. Baseline mengacu pada

periode waktu dimana perilaku sasaran (variabel terikat) diamati dan dicatat

sebagai terjadi tanpa intervensi khusus atau baru. Perilaku dasar menyediakan

kerangka acuan terhadap perilaku masa depan yang dibandingkan. Baseline

panjang juga dapat merujuk pada periode waktu setelah tindakan di mana

kondisi sesuai dengan yang hadir di awal asli. Kondisi tindakan adalah

periode waktu di mana manipulasi eksperimental diperkenalkan dan perilaku

(21)

penelitian ini perlu cukup panjang untuk mencapai stabilitas dalam perilaku

target.

5) Single- Aturan Variabel: Selama studi tunggal-subyek, hanya satu variabel

harus diubah dari awal dengan kondisi tindakan. Dalam beberapa penelitian

dua variabel berubah bersama selama kondisi perlakuan yang sama. Ini adalah

interaksi dalam satu subjek penelitian.

3.1.2. Desain Penelitian

Desain A-B-A-B dirancang untuk pembelajaran model CLL untuk

peningkatan kemampuan menulis siswa BIPA. Desain A-B-A-B, yaitu desain yang

menunjukkan desain tambahan atau tambahan tindakan pada desain A-B-A. Desain

ini dipilih sebagai langkah untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian.

Adapun desain ini dipilih dengan pertimbangan.

1) mempunyai tindak lanjut setelah ditemukan baseline 2 dan libur dari treatmen;

2) desain A-B-A-B dipilih untuk mengukur kemampuan subjek penelitian yang;

memiliki kemampuan dasar pemahaman tata bahasa kalimat yang berbeda

3) desain ini tepat dan akurat untuk meneliti tingkat kemajuan hasil belajar;

4) rancangan pembelajaran CLL dapat dilakukan berulang-ulang sebagai alat

(22)

5) penelitian ini berkaitan dengan kemajuan dan keberhasilan belajar siswa jadi

terdapat tanggung jawab peneliti untuk menindaklanjuti dengan B2 (tindakan

lanjutan).

Desain subjek tunggal dianggap akibat langsung dari penelitian BF Skinner

yang menerapkan teknik pengkondisian operan dengan subyek dan mengukur hasil

pada berbagai titik dalam waktu. Karena itu, desain subjek tunggal sering dianggap

desain pilihan ketika mengukur perubahan perilaku atau saat melakukan modifikasi

perilaku.

Sebuah aspek penting dari jenis penelitian adalah pengumpulan informasi

pretest, sering disebut sebagai ukuran dasar. Hal ini penting untuk mengukur variabel

dependen atau perilaku sebelum pemberian intervensi. Tanpa informasi ini, sulit, dan

kemungkinan tidak mungkin untuk menentukan apakah perubahan telah terjadi. Juga

sering dikaitkan dengan desain ini adalah periode pengukuran untuk menentukan

tidak hanya perubahan tetapi tingkat perubahan melalui proses modifikasi perilaku.

Kita akan melihat dua aplikasi yang paling umum dari desain ini, termasuk desain

ABAB dan baseline berganda.

Desain ABAB merupakan upaya untuk mengukur dasar (yang pertama A),

pengukuran pengobatan (B pertama), penarikan pengobatan (yang kedua A), dan

re-introduksi pengobatan (B). Dengan kata lain, desain ABAB melibatkan dua bagian:

(23)

pengobatan ini; dan (2) pengukuran kembali ke dasar atau apa yang terjadi ketika

pengobatan akan dihapus dan kemudian lagi melakukan penyembuhan dan mengukur

perubahan.

Pada desain A-B-A–B langkah yang pertama adalah mengumpulkan data

perilaku sasaran (Target behavior) pada kondisi garis dasar (Baseline) awal (A)

sampai data stabil dan keadaan pun natural belum mendapat intervensi apapun.

Setelah data stabil pada kondisi garis dasar (Baseline) awal (A), lalu intervensi (B)

diberikan. Pengumpulan data pada kondisi intervensi secara terus menerus sampai

data mencapai kecenderungan arah dan level data yang jelas, subjek diberi perlakuan

secara berulang-ulang. Setelah itu masing-masing kondisi, yaitu garis dasar (A) dan

Intervensi (B) diulang kembai pada subjek yang sama pada kondisi dasar (baseline)

akhir (A) dan dalam fase ini dapat diketahui kemampuan menulis kalimat siswa BIPA

kemudian diberi tambahan tindakan ( B) yang sama secara berulang-ulang dengan

Model CLL untuk memberi peningkatan kemampuan pada siswa BIPA sehingga

tujuan model pembelajaran dapat terwujud.

Tujuan Metode Belajar Bahasa kelompok ialah untuk melengkapi siswa

bahasa target dengan kemampuan untuk: (1) menguasai bahasa sasaran mendekati

penutur asli, (2) mengembangkan perasaan kerjasama dan gotong royong, dan (3)

(24)

pembelajaran community language learning mendetail akan dijelaskan pada Bab III

Metode Penelitian.

3.1.3 Prosedur penelitian

Untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik pada saat melakukan

penelitian dengan desain B-B. Peneliti perlu memperhatikan prosedur desain

A-B-A-B. prosedur A-B-A-B merupakan perkembangan dari desain A-B-A (Sunanto,

2006:45)

1) mendefinisikan perilaku sasaran (Target behavior) sebagai perilaku yang

dapat diamati dan diukur secara akurat

2) melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A1)

secara kontinu sekurang-kurangnya tiga atau lima atau sampai

kecenderungan arah dan level data diketahui secara jelas dan stabil

3) memberikan intervensi (B) setelah kecenderungan data pada control

baseline stabil

4) setelah kecenderungan arah dan level pada kondisi intervensi (B) stabil

mengulang kondisi baseline (A2)

5) tambahan memberikan tindakan kedua (B) untuk memantapkan

kemampuan subjek

Dalam desain ABAB, dua periode dasar yang menggabungkan dengan dua

(25)

karena memungkinkan efektivitas perlakuan yang akan ditunjukkan dua kali. pada

kenyataannya, perlakuan kedua dapat diperpanjang tanpa batas waktu sesuai dengan

keinginan. Jika perilaku subjek pada dasarnya sama selama kedua fase tindakan dan

lebih baik (atau lebih buruk) dari kedua periode awal, kemungkinan lain variabel

menjadi penyebab perubahan itu menurun tajam. Keuntungan lain di sini adalah

jelas-masalah etis meninggalkan subjek (s) tanpa intervensi dapat dihindari (Fraenkel:

302). Pada penelitian di bidang pendidikan dimana subjek penelitian adalah seorang

siswa maka tanggung jawab moral seorang peneliti untuk menindak lanjuti hasil

penemuan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai siswa.

Secara ilustrasi dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Sebagai struktur dasar

penelitian ini dengan desain A-B-A-B

(26)

Tahap pelaksanaan prosedur desain A-B-A-B peneitian ini, yaitu dengan cara

menentukan dan menetapkan perilaku yang mau diubah sebagai target behavior, yaitu

untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kalimat dan peningkatan kemampuan

menulis. Pada tahap baseline (A) awal yang dilakukan, yaitu menetapkan dan

melaksanakan tes kemampuan kalimat sebanyak lima sesi. Selanjutnya, pada tahap

intervensi (B) dilaksanakan pelatihan model community language learning terhadap

subjek selama sepuluh kali sesi pertemuan, masing-masing @ 40 menit lalu , tahap

baseline (A) akhir yang dilakukan pengukuran kembali kemampuan penguasaan

kalimat pada subjek untuk mengetahui perkembangan kemampuan penguasaan

kalimat (sintaksis) dan kemampuan menulis setelah mendapat intervensi dengan

melakukan tes penguasaan kaliamat sebanyak lima sesi. Lalu tindakan lanjutan atau

tambahan untuk mengevaluasi hal-hal yang perlu ditindak lanjuti dalam pembelajaran

nyata di kelas. Lebih rinci disusun prosedur penelitian sebagai berikut.

1) Menentukan dan menetapkan perilaku yang mau diubah sebagai target behavior,

yaitu peningkatan kemampuan berbicara melalui penguasaan kaliamat yang

diperoleh;

2) Pada tahap baseline (A) awal ini adalah penetapan kemampuan menulis kalimat

melalui penguasaan kalimat sebanyak lima sesi. Setiap sesinya dilakukan selama

@40 menit dalam sehari. Baseline ini terdiri dari tes dan pengukuran tujuannya

untuk mendapatkan data baseline. Adapun langkahnya dilakuakn dengan

(27)

lengkapnya sebagai berikut. (a) subjek melaksanakan tes menulis dan

menentukan struktur dan fungsi kalimat bahasa Indonesia (b) kemudian dianalisis

kesalahan-kesalahan penulisan dan diberi penilaian kemudian dicatat dalam

format penilaian;

3) Pada tahap intervensi (B), subjek melaksanakan pelatihan menulis melalui model

pembelajaran CLL selama sepuluh sesi pertemuan masing-masing setiap sesi @

40 menit. Adapun prosedur tahap ini sebagai berikut.

1 Tahap 5 menit pertama

a. Memasukkan subjek kedalam ruangan khusus dan duduk melingkar

dan mempersiapkan media pembelajaran

b. Menjalin komunikasi dengan B1 (bahasa Inggris/bahasa penutur ) dan

menanyakan kabar masing-masing dengan tujuan subjek merasa tidak

berjarak dengan guru

c. Memosisikan subjek untuk duduk melingkar dan posisi pembimbing di

belakang subjek

d. Melakukan kontak komunikatif dan memulai topik pembicaraan

e. Guru memastikan semua merasa nyaman dan pembelajaran dapat

dimulai

2. Tahap 30 menit inti

Memberikan intervensi pada subjek berupa model Community language

(28)

Versi : Topik dari subjek

a. Masing-masing siswa berbicara sepenggal kalimat atau satu kalimat

dengan (B1) bahasa Inggris sambil direkam

b. Kemudian menenrjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan versi

Subjek dan pembimbing membantu siswa yang kesulitan menemukan

kosakata

c. Setiap kalimat yang diucapkan direkam

d. Siswa bebas membawa topik pembicaraan kepada keinginan

kelompok siswa

e. Siswa menuliskan kembali hasil rekaman dan diperbaiki dengan guru

pembimbing

Versi : Topik sudah ditentukan

a. Guru dapat memberikan penjelasan tentang topic pembicaraan

b. Masing-masing siswa berbicara sepenggal kalimat atau satu kalimat

dengan (B1) bahasa Inggris

c. Kemudian menenrjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan versi

Subjek dan pembimbing membantu siswa yang kesulitan menemukan

kosakata sesuai dengan topik

d. Setiap kalimat yang diucapkan direkam dan ditulis kembali dan guru

(29)

e. Siswa dibatasi membawa topic pembicaraan kepada keinginan

kelompok siswa misalnya tentang: tempat-tempat wisata, makanan khas

indonesia

4.Tahap 10 menit terakhir

a. Melakukan evaluasi dengan memberikan bahasan pada saat 30

menit pertama. Memeperoleh data mengenai kemampuan

subjek menulis kalimat yang telah diajarkan sebelumnya dan

mencatatnya pada kertas data yang telah disiapkan . subjek

mengikuti intervensi dan tes sebagai bagian dari langkah

evaluasi model CLL. Hal ini untuk mengukur kstaibilan

kondisi subjek

b. Melakukan pencatatan sesuai dengan kegiatan berlangsung

dengan mencatatnya pada kertas data yang telah disiapkan.

Pencatatan mencakup frekuensi subjek menjawab pertanyaan

berdasarkan tes menulis kalimat.

c. Peneliti mengakhiri intervensi pada kesempatan tersebut dan

memastikan kepada subjek hari berikutnya akan belajar dengan

materi tentang kaliamt bahasa Indonesia. Kegiatan ini

berlangsung selama 10 sesi pertemuan untuk mendapatkan data

(30)

4). Pada tahap baseline (A’) dilakukan pengukuran kembali

kemampuan berbicara dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan

kemampuan berbicara dan penguasaan kalimat setelah mengalami

sepuluh sesi intervensi. Sehingga tampak keefektiffan intervensi.

Adapun prinsip pengukuran tahapannya sama dengan tahap baseline

(A) awal

5). Pada tahap akhir baseline (B’) tindakan tambahan adalah

memberikan intervensi lagi untuk pemantapan kemampuan menulis

kalimat sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

3.2 Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap penelitian sesuai dengan rencana

peneliti. Berangkat dari adanya latar belakang masalah penelitian, instrumen

penelitian untuk penerapan model CLL yang telah di periksa dan dinilai oleh para

ahli, kemudian data dikumpulkan dari lapanagan dan diolah, data primer dan data

sekuder akan dideskripsikan dalam pemaparan analisis data. Hasil data akan

menjawab hipotesis peneliti di awal penelitian. Dalam bentuk bagan dapat dipaparan

(31)

Bagan 3.1

ALUR PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN COMMUNITY LANGUAGE LEARNING

LATAR BELAKANG

1. Belajar bahasa Indonesia bagi siswa BIPA tertekan dan sulit

2. Siswa sulit mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia secara regular 3. Menulis kalimat merupakan kesulitan utama belajar

4. Diperlukan model belajar menulis kalimat yang efektif 5. Penggalian multikultur pada siswa BIPA

Model CLL dengan Penelitian Subjek Tunggal

Teknik Pengumpulan Data

1. ObserPasi 2. Tes Kemampuan 3. Teknik Wawancara

4. Teknik rekam Instrumen

Penelitian

Tes menulis

Alat rekam Sumber data

Subjek Siswa BIPA tingkat Menengah

Mutiara Nusantara International School Memberikan prinsip Model CLL

Pengolahan Data

1. Transkripsi hasil wawancara 2. penghitungan data 3. Pemaparan hasil analisis

data

Hasil

(32)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data di Mutiara Nusantara International School.

Dalam proses pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada

pimpinan yayasan Mutiara Bangsa yang menaungi sekolah tersebut. Kemudian,

sebelum penelitian dimulai, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan

salah seorang pengajar BIPA untuk mengetahui kebutuhan bahan ajar membaca yang

akan digunakan dalam proses KBM BIPA.

Peneliti bekerja sama dengan pengajar BIPA merancang bahan ajar yang

menggunakan model pembelajaran Community Language Learning dalam lima kali

pertemuan dari bulan Maret 2011-April 2012. Peneliti juga bekerja sama dengan

pengajar BIPA untuk menyusun silabus pembelajaran yang berkaitan dengan

kemampuan pemahaman penulisan kalimat.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk memberikan model

pembelajaran Community Language Learning (belajar bahasa masyarakat) BIPA

tingkat menengah , melakukan wawancara, observasi, dan menyebarkan angket.

1) Penyusunan: Pembelajaran BIPA Model Community Language

Learning (CLL) dalam pembelajaran

2) Wawancara; menyiapkan pedoman wawancara untuk pengajar dan

peserta BIPA

3) Observasi terhadap kegiatan yang sedang berlangsung

4) Angket secara terbuka dan tertutup untuk mengetahui tanggapan

(33)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument. Instrumen

adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian

(Arikunto, 2002:194). Teknik pemngumpulan data penelitian sebagai berikut.

1) Observasi

Observasi dilakukan selama kegiatan di kelas. Dalam observasi awal

peneliti mempunyai tujuan untuk menentukan tempat dan subjek

dalam pengambilan data dan pengumpulan data. Selain itu untuk

memperoleh perencanaan yang efektif dan dibutuhkan untuk

mengetahui perkembangan di setiap sesi

2) Tes kemampuan

Tes yang digunakan adalah tes kemampuan menulis kalimat berasal

dari tes evaluasi menulis kalimat. Tes adalah serentetan pertanyaan

atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan , pengetahuan integensi, kemampuan atau bekal yang

dimiliki individu (Arikunto, 2002:127). Tes yang dilakukan adalah tes

kemampuan menulis kalimat dari hasil rekaman yang telah dilakukan.

Kalimat-kalimat tersebut berdasarkan topic pembelajaran dan konteks

multikultural dalam aktivitas belajar. Dengan hasil rekaman yang telah

dibuat maka kalimat tersebut dituliskan kembali dalam bentuk

transkripsi.

(34)

Teknik wawancara atau interview, yaitu suatu bentuk komunikasi

verbal semacam percakapan antara peneliti dan guru dengan tujuan

untuk mendapat data atau informasi . wawancara ini dilakukan dengan

bentuk tatap muka dengan informan yang sudah dipilih sesuai dengan

kriteria penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan model pembelajaran yang diterapkan terhadap subjek dan

mengetahui perkembangan subjek . peneliti secara langsung mencatat

temuan-temuan di lapangan yang berkaiatan dengan penelitian dan

model pembelajaran.

4) Teknik Rekam

Teknik dokumentasi baik secara visual maupun audio untuk

memberikan informasi lebih rinci. Rekaman akan membantu peneliti

mengingat kembali hal-hal penting berupa temuan-temuan baru yang

dapat dideskripsikan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dua jenis, yaitu

instrument tes dan instrument nontes. Instrumen tes berupa tes kemampuan

penguasaan tata kalimat (40 soal) dan test kemampuan menulis kalimat (10 soal)

yang dikembangkan oleh peneliti sendiri berdasarkan kurikulum dan silabus yang

(35)

ini oleh guru kelas yang mengajarkan pelajaran budaya dan bahasa Indonesia di

sekolah internasional. Tes ini diberikan pada kegiatan prapelatihan, kegiatan

[image:35.595.83.561.230.642.2]

intervensi, dan pada kegiatan pascapelatihan.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Kalimat

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Indikator Hal yang Diamarti

1) bagaimana

profil

kemampuan

pemahaman

kalimat

BIPA

tingkat

menengah?

mendeskripsikan

profil kemampuan

pemahaman kalimat

BIPA siswa tingkat

menengah Sekolah

Mutiara Nusantara

1.Profil

pemaha

man

kalimat

1. Pemahaman kalimat berdasarkan

tujuan

2. Pemahaman kalimat berdasarkan

ada tidaknya unsur ingkar dan

afirmatif

3. Pemahaman kalimat berdasarkan

peran; kalimat pasif dan aktif

4. Pemahaman kalimat berdasarkan

(36)
[image:36.595.72.562.216.706.2]

Tabel 3.2

Pembobotan Nilai Tes Pemahaman Kalimat

No Masalah Tujuan Aspek/Indikator Aspek yang Diukur Item

1 2 3 4 5 6

1. Kemampuan

menulis

kalimat bahasa Indonesia

kemampuan tata bahasa kalimat bahasa Indonesia

Siswa mampu menulis kalimat berdasarkan tujuan • Kalimat pernyataan • Kalimat pertanyaan • Kalimat perintah

Siswa mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4

Siswa mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah namun tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 3

Siswa tidak mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah namun memiliki pemahaman multikultur nilainya 2

Siswa tidak mampu menuliskan kalimat pernyataan, pertanyaan, perintah dan tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 1

(37)

Siswa memahami kalimat

berdasarkan ada tidaknya unsur ingkar

• Kalimat negatif

• Kalimat afirmatif

Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4

Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif namun tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 3

Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif namun memiliki pemahaman multikultur nilainya 2

Siswa mampu membuat kalimat kalimat negatif dan afirmatif dan tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 1

6-10

Siswa mampu

memahami kalimat berdarkan peran

• Kalimat aktif

• Kalimat pasif

Siswa mampu membuat kalimat pasif dan aktif dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4

Siswa mampu membuat kalimat pasif dan aktif namun tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 3

Siswa mampu membuat

(38)

kalimat pasif dan aktif namun memiliki

pemahaman multikultur nilainya 2

Siswa mampu membuat kalimat pasif dan aktif dan

tidak memiliki

pemahaman multikultur nilainya 1

Berdasar Urutan fungsi

Kalimat inversi

Siswa mampu membuat kalimat inversi dan memiliki pemahaman multikultur jika dapat dilakukan dengan benar nilainya 4

Siswa mampu membuat kalimat inversi namun tidak memiliki

pemahaman multikultur nilainya 3

Siswa mampu membuat kalimat inversi namun memiliki pemahaman multikultur nilainya 2

Siswa mampu membuat kalimat inversi dan tidak memiliki pemahaman multikultur nilainya 1

21-25

(39)
[image:39.595.119.521.182.632.2]

Tabel 3.3

Presentase untuk Skala Sepuluh

Interval presentase tingkat penguasaaan

Nilai ubahan skala sepuluh

keterangan

96-100 10=100 Sempurna

86-95 9=90 Baik sekali

76-85 8=80 Baik

66-75 7=70 Cukup

56-65 6=60 Sedang

46-55 5-50 Hampir Sedang

36-45 4=40 Kurang

26-35 3=30 Kurang sekali

16-25 2=20 Buruk

0-15 1=10 Buruk sekali

(40)

Adapun Kriteria penilaian Rencana pembelajaran dan tes menulis kalimat

yang disusun peneliti tersebut lebih mendeskripsikan hasil penilaian dan saran-saran

[image:40.595.106.520.242.726.2]

yang akan diberikan oleh pakar. Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Instrumen Penilaian Model Pembelajaran

No Komponen Penilaian Model Pembelajaran

Skala Nilai

SS S CS TS STS

5 4 3 2 1

1 Model Pembelajaran ini mampu mampu

mencerminkan model pembelajaran yang menarik

motivasi siswa untuk belajar B2 dengan ukuran:

• Siswa termotivasi belajar bahasa

• Guru mudah mengimplementasikan model

pembelajaran

• Tujuan pembelajaran dapat tercapai

2 Model Pembelajaran ini mampu memunculkan

(41)

diberikan siswa BIPA yang multikultur

• Guru dapat mengasah kemampuan siswa

untuk berbicara dan menulis

• Guru dapat memunculkan variasi materi

3 Model Pembelajaran ini mampu memunculkan

media dan variasi pembelajaran

• Model pembelajaran dapat divariasaikan

dengan berbagai cara

• Model pembelajaran dapat menggunakan

berbagai media

4 Model Pembelajaran ini mampu melatih

kemampuan menulis siswa

a. Struktur bahasa

b. Pemilihan kosakata

c. Kesesuaian dengan konteks

(42)

5 Model Pembelajaran ini mampu mengembangkan

sikap mutikultural pada siswa BIPA sesuai dengan

tujuan pendidikan kultural

• Siswa memahami konsep keberagaman

latar budaya dan suku bangsa

Siswa memahami pluralitas dan

mengharagai satu sama lain

SS= Sangat Sesuai

S=Sesuai

CS=Cukup Sesuai

TS=Tidak Sesuai

STS=Sangat Tidak Sesuai

Instrumen nontes berupa kegiatan wawancara, observasi serta kuesioner.

Lembar observasi berupa catatan yang perlu diamati yang disusun sesuai kebutuhan

penelitian. Lembaran tersebut digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan

(43)

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Model Pembelajaran

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Indikator Hal yang diamati

2. bagaimana profil

pembelajaran

menulis kalimat pada

pembelajar BIPA

tingkat menengah?

mendeskripsikan

profil pembelajaran

menulis kalimat pada

pembelajar BIPA tingkat menengah Sekolah Mutiara Nusantara 1.Profil pembelajaran 2.Kegiatan pembelajaran 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12,13

Adapun sebelum menyusun pertanyaan sebagai alat wawancara maka peneliti

menyusun kisi-kisi wawancara sebagai berikut.

[image:43.595.84.558.227.734.2]

Table 3.6

KISI-KISI WAWANCARA MODEL CLL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

N O

KEMAMPUAN RINCIAN KEMAMPUAN

PROPORSI

%

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MNIS.

(1) Mampu menjawab pertanyaan tentang tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia

2. Materi-Materi Pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IFL Tingkat menengah

(44)

3. Persiapan guru sebelum mengajar. (3) Menanyakan bagaimana persiapan guru sebelum mengajar 4. Mengadakan Pre tes sebelum

mengajar.

(4) Menanyakan apakah guru mengadakan pre tes sebelum mengajar.

5. Mengadakan post test setelah mengajar Kalau ada bagaimana caranya.

(5) Menanyakan apakah guru mengadakan post tes.

6. Cara memberikan materi dengan media.

(6) Menanyakan cara memberikan materi dengan menggunakan media.

7. Langkah-langkah apa yang dilakukan dalam menggunakan media.

(7) Menanyakan langkah-langkah apa yang dilakukan dalam

menggunakan media. 8. Media pengajaran apa saja yang

tersedia di sekolah.

(8) Menanyakan media pengajaran apa saja yang tersedia di sekolah.

9. Sejauh mana pemanfaatan media yang tersedia.

(9) Menanyakan bagaimana pemanfaatan media yang tersedia. 10. Bagaimana cara melaksanakan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan model CLL

(10) Menanyakan bagaimana cara melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan model CLL 11. Bagaimana cara menguasai kelas

ketika menggunakan model CLL

(11) Menanyakan bagaimana cara menguasai kelas ketika

menggunakan model CLL 12. Bagaimana kemampuan siswa

sebelum model CLL tersebut digunakan.

(12) Menanyakan kemampuan siswa sebelum penggunaan model CLL digunakan.

13. Bagaimana sikap siswa menerima pelajaran dengan model CLL

(13) Menanyakan bagaimana sikap siswa menerima pelajaran dengan model CLL

14. Sejauh mana penerimaan siswa terhadap penggunaan model CLL

(14) Menanyakan sejauh mana penerimaan siswa terhadap penggunaan model CLL 15. Bagaimana menghadapi siswayang

kemampuannya di bawah siswa yang lain.

(15) Menanyakan bagaimana cara menghadapi siswayang

kemampuannya di bawah siswa yang lain.

16. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model CLL.

(16) Menanyakan apa saja

(45)

17. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

(17) Menanyakan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

18 Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model CLL

(18) Menanyakan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model CLL

Pedoman Wawancara

Pertanyaan:

1. Peneliti: Menurut Anda, bagai mana profil kemampuan berbahasa Indonesia

penutur Asing yang sesuai dengan tingkat menengah?

2. Peneliti: Berdasarkan pengalaman Anda dalam mengajarkan BIPA, apa saja

tujuan utama siswa BIPA belajar bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan komunikatif berbahasa Indonesianya?

3. Peneliti: Menurut Anda, bahan ajar yang dibuat dalam program BIPA tingkat

menengah ini sudah sesuai diajarkan untuk melatih kemampuan komunikatif

siswa? Mengapa?

4. Peneliti: Apakah metode mengajar BIPA dengan CLL sudah sesuai dengan

(46)

5. Peneliti: Menurut Anda, apakah model CLL bahan ajar BIPA yang disusun

peneliti ini dapat meningkatkan kemampuan menulis pembelajar BIPA

tingkat menengah?

6. Peneliti:Berdasarkan pengalaman Anda mengajar BIPA tingkat menengah,

materi ajar apa saja yang penting dan tidak penting untuk dibahas dan

diajarkan pada BIPA tingkat menengah?

7. Peneliti: Adakah kendala-kendala yang Anda hadapi berkaitan dengan bahan

ajar yang disusun peneliti?

8. Peneliti:Menurut Anda, apakah profile model CLL bahan ajar BIPA yang

disusun peneliti sudah sesuai dengan siswa BIPA tingkat menengah? Jika

belum, adakah saran-saran yang Anda berikan kepada peneliti untuk revisi

bahan ajar agar lebih baik?

9. Peneliti:Menurut Anda, apakah adanya visualisasi membantu pembelajar

dalam proses memahami teks yang ada dalam bahan ajar?

Berkaitan dengan pengaruh model CLL berorientasi Multikultur maka

(47)
[image:47.595.104.542.201.720.2]

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Model Pembelajaran CLL Berorientasi Multikultural

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Teknik Pengumpulan Data

Indikator Pertanyaan

3.seberapa besar pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA? ? mendeskripsi kan pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA di Mutiara Nusantara International Scholl Lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar model CLL

Persiapan 1-4

Kegaiatan membuka 1-3 Kegiatan inti pembelajaran 1-8 Penutup Lembar Catatan lapangan dalam Kondisi Tindakan

Fase Investasi a-e

Fase Refleksi a-d

Instrumen Motivasi Belajar

memiliki sikap penghargaan

Siswa aktif menikmati pembelajaran

dapat mengikuti

pembelajaran dengan baik

mau terlibat aktif dalam pembelajaran

memiliki kesadaran mengikuti aturan pembelajaran

mau menerima giliran dalam pembelajaran

Observasi Model CLL Berorientasi Multikultur

Content integrations in instructional

The Knowladge

(48)

Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Teknik Pengumpulan Data

Indikator Pertanyaan

3.seberapa besar pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA? ? mendeskripsi kan pengaruh model Community language learning pada pemahaman kalimat dalam kemampuan menulis siswa BIPA di Mutiara Nusantara International Scholl

Observasi Model CLL Berorientasi Multikultur

An Equity Paedagogy in instructional

Trainning participation in instructional

Angket Motivasi Siswa

Perhatian 1,2,3,4,

Relevansi Multikultur 5,6,7,

(49)
[image:49.595.114.511.243.701.2]

Tabel 3.8

LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MODEL

CLL

Pertemuan/ Siklus :

Tema/ Jenis Pembelajaran :

Tanggal :

Observer :

No Aspek yang Diamati Ya Tidak

Keterangan/ Penjelasan

Singkat

I Pra Pembelajaran

1 Menyiapkan ruang, tempat, lokasi untuk

pembelajaran

2 Menyiapkan media, alat pembelajaran

3 Memeriksa kesiapan anak

4 Pengelolaan Kelas

II Membuka Pelajaran

1 Melakukan kegiatan appersepsi

2 Menyampaikan kompetensi yang akan

(50)

3 Memberikan penjelasan dan arahan

yang berkaitan dengan kegiatan bermain

III Kegiatan Inti Pembelajaran

1 Menguasai materi/ kegiatan yang akan

disampaikan kepada siswadengan model

CLL

2 Melaksanakan kegiatan belajar sesuai

dengan kompetensi yang akan dicapai

3 Mengaitkan materi yang disampaikan

dengan pengetahuan yang relevan

4 Melaksanakan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan prosedur

5 Memberikan keleluasaan kepada siswa

untuk memunculkan topik

6 Memberikan keleluasaan siswauntuk

berbicara dengan bahasa B1

7 Memberikan panduan dan pertolongan

untuk menerjemahkan dalam bahasa

Indonesia

8 Mengelola alokasi waktu dalam

(51)
[image:51.595.109.512.237.720.2]

Tabel 3.9

LEMBAR CATATAN LAPANGAN

Fase dalam Kondisi Tindakan

Nama Anak :

Tujuan : Mengetahui perkembangan kemampuan pemahaman kalimat berdasarkan fase model CLL

Fase Aspek yang di ukur Periode

1 2 3 4 5

1. Fase

Investasi

a. Siswa dapat berbicara dengan

bahasa ibunya (tahap embrio)

b. Siswa dapat membuat satu kalimat

bahasa ibunya dan mulai

menggunakan bahasa yang

dipelajari (tahap penonjolan diri)

c. Siswa langsung dapat membuat

kalimat dengan bahasa sasaran

(tahap kelahiran)

d. Siswa mengucapkan bahasa sasaran

(tahap kemerdekaan)

e. Siswa menggunakan kalimat baku

(52)

2. Fase

Refleksi

a. Siswa mampu mengetahui

kesalahan berbahasa (tahap

pembalikan)

b. Siswa mampu memperbaiki sendiri

kesalahan berbahasa

c. Siswa berani mengungkapkan

kelemahannya

[image:52.595.100.545.143.717.2]

d. Siswa merefleksikan hasil rekaman

Tabel 3.10

INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Siswa :

No Aspek-Aspek yang Diukur SM AM CM KM TM

A Materi 1

1. Siswa mau terlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik 3. Anak memiliki kesadaran mengikuti aturan

pembelajaran

4. Siswa mau menerima giliran dalam pembelajaran 5. Siswa memiliki sikap penghargaan

6. Siswa aktif menikmati pembelajaran

B Materi 2

1. Siswa teriibat aktif dalam pembelajaran

2. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik 3. Siswa memiliki kesadaran mengikuti aturan

pembelajaran

(53)

kalimat sesuai dengan ide-idenya 5. Siswa menikmati bentuk pembelajaran

C Materi 3

1. Siswa dapat memahami budaya-budaya yang berbeda

2. Siswa dapat mengidentifikasi budaya di Indonesia 3. Siswa dapat menghargai budaya peserta lainnya 4. Siswa menikmati pembelajaran

D Materi 4

1. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat menentukan kalimat dengan baik 3. Siswa dapat melakukan pembelajaran

4. dengan baik

5. Siswa dapat menulis kalimat melebihi standar yang ditetapkan

6. Siswa menerima giliran dalam pembelajaran

E Materi 5

1. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat menulis kalimat dengan baik 3. Siswa dapat melakukan pembelajaran baik

4. Siswa dapat menulis kalimat melebihi standar yang ditetapkan

5. Siswa menerima giliran dalam pembelajaran

SM= Sangat Termotivasi,

AM=Agak Termotivasi

CM=Cukup termotivasi

KM=Kurang Termotivasi

(54)
[image:54.595.97.538.228.721.2]

Tabel 3.11

OBSERVASI PEMBELAJARAN MODEL CLL BERORIENTASI MULTIKULTUR

Tanggal :

Guru :

No Aspek-Aspek yang Diukur Ada Tidak

ada

A Content integrations in instructional

1. Materi mengandung khasanah berbagai budaya

2. Materi pembelajaran mengarahkan siswa menghargai budaya 3. Siswa memiliki kesadaran adanya perbedaan budaya dalam

menjawab pertanyaan

B The Knowladge Construction Process in instruction

1. Guru mengarahkan siswa menghargai perbedaan budaya pada pengantar pembelajaran

2. Siswa memahami perbedaan budaya dengan menjawab soal 3. Siswa mengeksplorasi budaya-budaya yang berbeda di Indonesia

dan negar lainnya

4. Siswa menghargai budayanya dan budaya rekannya dalam berbicara dan menulis kalimat

C An Equity Paedagogy in instructional

1. Guru menyesuaikan metode pembelajaran CLL dengan kebutuhan siswa

2. Guru menerima masukan dari siswa dalam proses pembelajaran 3. Metode pengajaran dapat diterima oleh siswa yang berbeda ras,

social dan budaya

4. Siswa merasakan adanya peningkatan prestasi belajar D Trainning participation in instructional

1. Siswaterlibat aktif dalam pembelajaran 2. Siswa dapat berinteraksi dengan rekan 3. Guru dapat berinteraksi dengan siswa

(55)

E Prejudice Reduction in instructional

1. Ada perbedaan budaya dan ras dalam komunitas/kelompok 2. Guru memberikan pemahaman perbedaan budaya

Pengamat

[image:55.595.106.525.155.709.2]

……….

Tabel 3.12

Angket Minat Siswa terhadap Model CLL

Petunjuk

Pada angket ini terdapat 15 pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap pertanyaan dalam kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang kamu ikuti. Berikan jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu

Keterangan Pilihan jawaban 1=sangat tidak setuju 2=tidak setuju

3=ragu-ragu 4=setuju 5=sangat setuju

No Pernyatan Pilihan jawaban

1 2 3 4 5

1 Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan

menarik

2 Rasa ingin tahu terhadap pelajaran bahasa Indonesia

(56)

3 Guru bersikap sebagai rekan untuk belajar bahasa

4 Rasa ingin tahu saya tentang budaya Indonesia sangat

tinggi

5 Guru membuat materi pelajaran menjadi mudah

6 Dalam belajar saya merasa sama dengan lainnya

7 Saya mengenal budaya yang beraneka dari guru dan

rekan-rekan

8 Saya sangat senang belajar bahasa Indonesia

9 Saya semakin semangat belajar berkelompok

10 Saya senang guru membantu saya belajar bahasa

Indonesia

11 Pembelajaran ini tidak menarik bagi saya

12 Materi pembelajaran sulit bagi saya

13 Saya sulit memahami kalimat bahasa Indoensia

14 Saya merasa tidak mengalami kemajuan

15 Saya sering tidak dihargai oleh guru dan rekan

16 Saya merasa mendapat tekanan dari guru dan teman

17 Saya merasa tidak ada manfaatnya belajar bersama rekan

secara berkelompok

18 Saya merasa kecewa dengan hasil belajar saya

19 Saya mendapat nilai buruk dalam bahasa Indonesia

(57)
[image:57.595.107.512.173.597.2]

Tabel 3.13 Penggolongan Pertanyaan

No Kondisi Nomor Pernyataan positif Nomor Pernyataan

negatif

1 Perhatian 1,2,3,4, 11,12,13,14

2 Relevansi

Multikultur

5,6,7, 15,16,17

3 Kepuasan

belajar

8,9,10 18,19,20

Rekap Skor

Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyatan dalam angket Minat

siswa terhadap Model CLL dibuat dengan ketentuan sebagai berikut

1. Untuk pertanyaan dengan kriteria positif 1= sangat tidak setuju, 2=tidak

setuju, 3= ragu-ragu, 4= setuju, 5= sangat setuju

2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif 1= sangat setuju, 2=setuju,

3=ragu-ragu, 4=tidak setuju, 5=sangat tidak setuju

Menghitung skor rata-rata gabungan dan kriteria positif dan negative tiap kondisi

kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata 1,00-1,49

=tidak baik, 1,50-2,49= kurang baik, 2,50-3,49=cukup baik, 3,50-4,49= baik dan

(58)

3.5 Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data yang terdiri

atas data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa

hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes memahami kalimat pada pra tes, proses

intervensi, dan postes yang dilakukan selama tiga kali dari tujuh orang siswa BIPA

tingkat menengah. Komponen yang dianalisis dalam kondisi ini meliputi komponen

1) panjang kondisi, 2) kecenderungan arah, 3) tingkat stabilitas, 4) tingkat perubahan,

5) jejak data, dan 6) rentang (Sunanto, 2006:70). Selanjutnya, peneliti akan

mendeskripsikan data dan menganalisis data yang didapat. Analisis data dilakukan

setelah penerapan tiap bagian dan mengevaluasi apakah tahapan metode yang

dilakukan dengan tepat atau tidak. Hal tersebut dengan tujuan untuk mengetahui

langkah selanjutnya. Setelah itu peneliti akan membahas data yang diperoleh secara

keseluruhan dari awal hingga akhir penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data

yang diperoleh melalui hasil angket, observasi, dan wawancara.

Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penilaian kemampuan menulis dan ditafsirkan dalam penilaiannya menggunakan

rating scale. Rating scale adalah data mentah yang diperoleh berupa data angka

kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sugiyono, 2008:141). Penyusunan

penilaian instrument dengan rating scale harus dapat mengartikan setiap angka yang

(59)

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes menulis kalimat

dengan model pembelajaran CLL berorentiasi multikultural. Pengolahan datanya

dilakukan sebagai berikut.

1) mengolongkan jawaban siswa baik, cukup, dan kurang untuk dianalisis

secara lanjut;

2) menskor hasil pengukuran pada fase baseline (A), intervensi (B1),

Baseline (A2) dan intervensi 2 (B2);

3) membuat table perhitungan skor dari fase fase baseline (A), intervensi

(B1), Baseline (A2) dan intervensi 2 (B2);

4) membandingkan skor fase baseline (A), intervensi (B1), Baseline (A2)

dan intervensi 2 (B2);

5) menganalisis secara seksama dan membuat grafik garis sehingga dapat

terlihat jelas secara langsung perubahan yang terjadi dari setiap fase

secara keseluruhan;

6) membuat analisis dalam bentuk grafik batang sehingga dapat diketahui

dengan jelas setiap perubahan tingkah laku subyek dalam setiap fase

secara keseluruhan.

Penghitungan reliabilitas bertujuan untuk mengukur ketetapan instrument menurut

(60)

Keterangan=

Agreement = banyaknya kesepakatan antara pengamatan 1, 2, dan 3

Disagreement= banyaknya ketidaksepakatan pengamatan 1, 2, dan 3

Pengolahan data oleh Expert Judgment diperlukan untuk menguji tingkat

kesahihan (validitas) instrument tes dan model pembelajaran yang digunkan dalam

penelitian ini. Peneliti menggunakan penilaian pakar (expert Judgment) untuk

memberikan skor terhadap setiap aspek yang adal dalam tes menulis kalimat. Expert

Judgment antara lain : 2 Guru pembimbing BIPA sekolah mutiara Nusantara tingkat

Menengah, 2 orang ahli BIPA dari UPI.

Keterangan=

Skor rata-rata=

Dari hasil skor prosentase dapat dikategorikan bahwa: bila skor prosentase yang

dihasilkan antara maka penilaian terhadap alat instrument 80%-100 % = Sahih,

(61)

3.6 Populasi dan Sampel

Lokasi penelitian dilakukan di sebuah sekolah internasional yang terletak di

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sekolah tersebut adalah Mutiara Nusantara

International School (MNIS) yang beralamat di Kompleks Graha Puspa jalan Sersan

Bajuri Bandung. Adapun subjek penelitian terdiri dari 7 orang siswa dari sebuah

sekolah internasional yang berada di level-IX (kelas 3 SMP) dengan rentang usia

antara 13-14 tahun. Indentitas subjek penelitian terdiri dari empat orang siswa

laki-laki yang berasal dari lima Negara (Sun tek Lee-Korea, Jeremy-Swiss, Jason-Swiss,

Yashwin-India) dan tiga orang siswa perempuan yang berasal dari tiga Negara

(Meher Copra-India, Ryoko Yamada-Jepang, Valeuska-China).

Adapun alasan pemilihan subjek penelitian didasarkan pada hasil studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti, berupa kegiatan observasi dan wawancara

dengan beberapa guru (1) sekolah tersebut adalah sekolah internasional yang

memiliki kualitas pengajar yang baik serta respon dari pihak sekolah yang sangat

kooperatif dan bersedia menerima penelitian untuk melakukan penelitian ini; (2)

sekolah-sekolah tersebut memiliki latar belakang budaya dan negara asal siswa yang

bervariasi, sementara jumlah sekolah internasional di kota Bandung sangat terbatas;

(3) penelitian dilaksanakan dengan waktu yang tepat yaitu pada awal pembelajaran

semester baru dan pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib

(62)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini berusaha mengkaji keefektifan model belajar bahasa berbasis

kelompok (CLL) dalam pembelajaran kalimat BIPA tingkat menengah. Penelitian

ini berusaha mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model belajar bahasa

berbasis kelompok (CLL) yang telah dilakukan peneliti kepada siswa BIPA

berorientasi multikultural dimana para siswa diajarkan untuk mengenal satu sama lain

dan menerima perbedaan baik warna kulit, suku agama serta budaya.

Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan model belajar bahasa

berbasis kelompok (CLL) untuk meningkatkan pemahaman kalimat pada siswa

BIPA tingkat menengah. Banyak kesulitan yang dialami siswa BIPA dalam

memahami kalimat karena perbedaan struktur bahasa antara bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua dan bahasa ibu mereka bahasa Inggris. Oleh karena itu , adanya model

pembelajaran belajar bahasa berbasis kelompok (CLL) ini sebagai salah satu model

pembelajaran di tingkat menengah BIPA menjadi salah satu cara mengajarkan

pemahaman kalimat kepada siswa BIPA dapat dinilai efektif. Dalam model

pembelajaran belajar bahasa berbasis kelompok (CLL) siswa dapat mengikuti

(63)

tekanan dalam belajar seperti yang terpaparkan dalam data angket siswa terhadap

respon pembelajaran. Selain itu model pembelajaran model belajar bahasa berbasis

kelompok (CLL) yang dilakukan oleh peneliti memberi masukan mengenai orientasi

multikulturalal sehingga siswa dapat mengenal aneka budaya di dunia dan Indonesia

tempat mereka tinggal saat ini.

Pentingnya pemahaman kalimat dalam pembelajaran BIPA sangat strategis.

Dengan memahami kalimat maka siswa dapat merangkai ide dan gagasan dalam

bentuk tulisan. Pemahaman berbagai macam struktur kalimat merupakan bagian

tersulit yang disampaikan guru pembimbing BIPA di sekolah Mutiara Nusantara

karena siswa merasa asing dan sulit untuk mengubah pola struktur yang sudah ada di

bena

Gambar

Gambar 3.1 Perbedaan Skor setiap Individu
Gambar 3.2 Grafik Peningkatan Kemampuan Menulis
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa al-Qard}a>wi> adalah ulama yang hidup pada abad ke-20 dan pada waktu itu juga para perempuan di Mesir sering terlibat dalam

siswa cukup mampu menyatakan solusi dalam bentuk tulisan dengan baik, selain. itu siswa juga cukup mampu menggunakan simbol-simbol maupun

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat.. diperoleh, dengan kata lain sumber data dalam penelitian ini

Izin Peruntukan Penggunaan Tanah atau disingkat IPPT menjadi tolak ukur bagi keberhasilan sebuah produk tata ruang ditinjau dari kesesuaian penggunaan lahan dengan rencana

• Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi, perlu mengurangi garam dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya, seperti minuman bersoda, kaldu instan,

Lima strategi pengembangan potensi perempuan pesisir, yaitu: (1) mengelola sumber daya pesisir yang berkelanjutan berbasis perempuan pesisir, (2) meningkatan akses permodalan

Secara khusus kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberikan tujuan untuk mengarahkan sasaran (siswa SMPN 16) melakukan tindakan pencegahan terhadap peluang munculnya