• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3. Penyelenggaran Makanan Pada Pasien Rawat Inap di RSU

4.4.3. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang

4.4.3.2. Kepatuhan Aturan Makan Pasien Hipertens

Sakit

Hasil penelitian tentang kepatuhan aturan makan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dalam menjalani diet yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Aturan Makan Dalam Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Kepatuhan Jumlah %

1 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan 32 91,4 2

3

3 kali makan utama dan 4 kali makan selingan Tidak tahu 2 1 5,7 2,9 Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.26. dapat diketahui bahwa mayoritas pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap memiliki tindakan kepatuhan aturan makan 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan, dengan jumlah sebanyak 32 orang (91,4%). Hanya ada 1 orang (2,9%) yang tidak patuh karena tidak tahu bagaimana tindakan kepatuhan aturan makan diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

4.4.3.3. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam Mengonsumsi Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Kepatuhan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dalam mengkonsumsi diet jantung IV dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Kepatuhan Jumlah %

1 Selalu 32 91,4

2 Kadang-kadang(3-4 kali seminggu) 3 8,6

3 Tidak Pernah 0 0,0

Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.27. dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap selalu mengonsumsi diet yang diberikan rumah sakit, dengan jumlah sebanyak 32 orang (91,4%). Sedangkan 3 orang (8,6%) hanya kadang-kadang dengan frekuensi 3 sampai 4 kali seminggu mengkonsumsi diet jantung yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Tidak ada pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap yang tidak pernah mengonsumsi sama sekali diet jantung IV yang diberikan rumah sakit.

4.4.3.4. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Habis Mengonsumsi Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di rumah sakit belum tentu habis mengonsumsi diet jantung IV yang diberikan rumah sakit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Tabel 4.28. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Habis Mengonsumsi Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Kepatuhan Jumlah %

1 Selalu habis 15 42,9

2 3

Kadang-kadang (3-4 kali seminggu) Selalu tidak pernah habis

16 4

45,7 11,4

Jumlah 35 100,0

Pada Tabel 4.28. menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang (45,7%) memiliki kepatuhan kadang-kadang habis mengkonsumsi diet yang diberikan oleh rumah sakit dengan frekuensi 3 sampai 4 kali seminggu. Sedangkan 4 orang (11,4%) selalu tidak pernah habis mengkonsumsi diet jantung yang diberikan oleh rumah sakit.

4.4.3.5. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Menyukai Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Kepatuhan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dalam hal menyukai diet jantung IV yang diberikan rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 4.29. Tabel 4.29. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Menyukai Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Kepatuhan Jumlah % 1 Tidak Suka 19 54,3 2 3 Biasa Saja Suka 12 4 34,3 11,4 Jumlah 35 100,0

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang (54,3%) tidak menyukai rasa diet yang diberikan oleh rumah sakit. Terdapat 12 (34,3%) orang pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap yang tidak mempersoalkanatau biasa saja tentang rasa diet jantung IV yang diberikan rumah sakit. Namun, terdapat pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap yang menyukai rasa diet yang diberikan rumah sakit yakni sebanyak 4 orang (11,4%).

4.4.3.6. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Pernah Mengonsumsi Makanan Di luar Dari Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pernah mengkonsumsi makanan di luar dari diet jantung IV yang diberikan oleh rumah sakit.

Tabel 4.30 Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Pernah Mengonsumsi Makanan Di Luar Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Pernah Konsumsi Jumlah %

1 2 3

Tidak pernah sama sekali

Kadang-kadang (3-4 kali seminggu) Selalu 1 34 0 2,9 97,1 0,0 Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.30. dapat diketahui bahwa paling banyak pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pernah mengonsumsi makanan di luar diet jantung IV dengan frekuensi 3 sampai 4 kali yaitu sebanyak 34 orang (97,1%). Terdapat 1 orang pasien (2,9%) yang tidak pernah sama sekali mengonsumsi makanan di luar dari diet jantung IV yang diberikan. Sedangkan pasien yang selalu mengonsumsi makanan di luar diet jantung IV yang diberikan tidak ada sama sekali.

4.4.3.7. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Mengonsumsi Makanan Selingan Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Hasil penelitian kepatuhan mengonsumsi makanan selingan diet jantung IV rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 4.31.

Tabel 4.31. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Makanan Selingan Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Konsumsi Jumlah % 1 2 Ya Tidak 35 0 100,0 0,0 Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.31. menunjukkan bahwa seluruh pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap (100%) mengonsumsi makanan selingan yang diberikan rumah sakit, dan tidak ada yang tidak mengonsumsi makanan selingan.

4.4.3.8. Konsumsi Jenis Makanan Lain Selain Dari Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Konsumsi jenis makanan lain di luar dari diet jantung IV yang diberikan rumah sakit diperbolehkan bagi pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap namun harus diperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Hal ini dapat dilihat pada tabel

Tabel 4.32. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Berdasarkan Konsumsi Jenis Makanan Lain Selain Dari Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

No Jenis Makanan Jumlah %

1 Susu Kedelai, bubur kacang hijau, buah-buahan segar, dan kue-kue basah yang dikukus

9 25,7

2 3

Jus timun, rujak, dan wotel/buncis kukus Susu tinggi lemak, nasi bungkus, biskuit keju, roti mentega dan gorengan

6 20

17,1 57,1

Dari Tabel 4.32. dapat diketahui bahwa paling banyak pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap mengonsumsi jenis makanan lain seperti susu tinggi lemak, nasi bungkus, biskuit keju, roti mentega dan gorengan dengan jumlah sebanyak 20 orang (57,1%). Untuk pasien hipetensi komplikasi jantung yang rawat inap yang mengonsumsi jenis makanan seperti susu kedelai, bubur kacang hijau, buah-buahan segar, dan kue-kue basah yang dikukus ada sebanyak 9 orang (25,7%). Paling sedikit adalah pasien hipetensi komplikasi jantung yang rawat inap yang mengonsumsi jenis makanan seperti Jus timun, rujak, dan wotel/buncis kukussejumlah 6 orang (17,1%).

4.4.3.9. Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan Untuk Sarapan Pagi

Jenis makanan yang dikonsumsi pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap untuk sarapan pagi dapat dilihat pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan Untuk Sarapan Pagi

No Jenis Makanan Jumlah %

1 Mengkonsumsi makanan yang diberikan dari pihak rumah sakit

28 80,0

2 3

Mengkonsumsi roti tawar saja dengan teh manis Membeli lontong sayur atau nasi gurih yang berjualan di sekitar rumah sakit

2 5

5,7 14,3

Jumlah 35 100,0

Tabel 4.33. menunjukkan bahwa sebanyak 28 orang (80%) mengonsumsi jenis makanan yang diberikan rumah sakit untuk sarapan pagi. Sebanyak 5 orang (14,3%) mengonsumsi lontong sayur atau nasi gurih yang berjualan di sekitar rumah

sakit. Sedangkan paling sedikit pasien hanya mengonsumsi roti tawar dengan teh manis saja sebanyak 2 orang (5,7%).

4.4.3.10. Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan Untuk Makanan Selingan Jenis makanan yang dikonsumsi pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap untuk makanan selingan dapat dilihat pada Tabel 4.34.

Tabel 4.34. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan Untuk Makanan Selingan

No Jenis Makanan Jumlah %

1 Buah-buahan segar, kue-kue basah (dari rumah sakit)

18 51,4

2 3

Sereal sarapan, bubur ayam

Cake, cokelat, roti putih pakai mentega, ayam goreng, burger 2 15 5,7 42,9 Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.34. dapat dilihat bahwa jenis makanan selingan yang paling banyak dikonsumsi untuk makanan selingan adalah makanan yang diberikan dari rumah sakit seperti buah-buahan segar dan kue-kue basah dengan jumlah sebanyak 18 orang (51,4%). Sedangkan jenis makanan seperti cake, cokelat, roti putih pakai mentega, ayam goreng, dan burger dikonsumsi sebagai makanan selingan pada 15 orang (42,9%). Paling sedikit jenis makanan selingan yang dikonsumsi adalah sereal sarapan, bubur ayam dengan jumlah 2 orang (5,7%).

4.4.3.11. Kepatuhan Minum Air Putih Dalam Sehari

Hasil penelitian tentang kepatuhan minum air putih dalam sehari dapat dilihat pada tabel 4.35.

Tabel 4.35. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Minum Air Putih Dalam Sehari

No Minum Air Putih Jumlah %

1 2 3

Tidak Tahu

Kurang dari 8 gelas per hari 8 sampai 10 gelas per hari

10 25 0 28,6 71,4 0,0 Jumlah 35 100,0

Tabel 4.35. menunjukkan bahwa sebanyak 25 orang (71,4%) minum air putih sebanyak kurang dari 8 gelas per hari. Sedangkan sebanyak 10 orang (28,6%) tidak mengetahui berapa banyak mengkonsumsi air putih selama sehari. Tidak ada pasien yang minum air putih 8 sampai 10 gelas per hari.

4.4.3.12. Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Buah Dan Sayur

Hasil penelitian tentang kepatuhan mengonsumsi jenis buah dan sayur selama dapat dilihat pada tabel 4.36.

Tabel 4.36. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Buah Dan Sayur

No Jenis Buah Dan Sayur Jumlah %

1 2 3

Alpukat, melon, sayur kangkung, wortel Pisang,pepaya,sayur bayam dan sayur sawi Anggur, nangka, kembang kol, dan lobak

12 23 0 34,3 65,7 0,0 Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.36. dapat dilihat bahwa sebanyak 23 orang (65,7%) mengonsumsi pisang, pepaya, sayur bayam dan sayur sawi. Sedangkan sebanyak 12 orang (34,3%) mengonsumsi alpukat, melon sayur kangkung dan wortel. Tidak ada pasien yang mengonsumsi anggur, nangka, kembang kol dan lobak selama di rumah sakit.

4.5. Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Data mengenai status gizi diperoleh dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dimana berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.37. Distribusi Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Indeks Massa Tubuh di RSU Bandung Medan Tahun 2012

No Status Gizi Jumlah %

1 2 3 Kurus Normal Gemuk 2 29 4 5,7 82,9 11,4 Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.37. dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal antara 18,6 sampai 25. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pasien tersebut memiliki status gizi yang normal dengan jumlah sebanyak 29 orang (82,9%). Selain itu, sebanyak 2 orang (5,7%) memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 18,5, artinya pasien berstatus gizi kurus, dan sebanyak 4 orang (11,4%) memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) >25 yang berarti pasien berstatus gizi gemuk.

4.5.1. Status Gizi Berdasarkan Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit

Kepatuhan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dalam menjalani diet jantung IV yang diberikan rumah sakit dapat memengaruhi status gizinya secara tidak langsung. Hasil penelitian status gizi berdasarkan kepatuhan

pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dalam menjalani diet jantung IV rumah sakit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.38. Distribusi Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Pasien Dalam Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan RSU Bandung Medan Tahun 2012

Dari Tabel 4.38. dapat diketahui bahwa pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dengan status gizi normal paling banyak memiliki kepatuhan menjalani diet jantung IV dengan kategori sedang (96,6%). Sedangkan pasien hipertensi dengan status gizi kurus, normal, maupun gemuk tidak ada yang memiliki kepatuhan dengan kategori baik (0%).

Status Gizi

Kepatuhan

Jumlah %

Baik Sedang Kurang

n % n % n %

Kurus 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0

Normal 0 0,0 28 96,6 1 3,4 29 100,0

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Penatalaksanaan Diet Jantung Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU Bandung Medan

Penatalaksanaan diet jantung di RSU Bandung Medan tidak sesuai secara keseluruhan, hal ini dipengaruhi oleh pemberian diet jantung yang tidak sesuai dengan standar diet jantung IV dalam hal kandungan zat gizi utama nya yaitu zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium. Selain itu, keberhasilan penatalaksanaan diet juga dipengaruhi oleh kepatuhan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dalam menjalani diet jantung IV yang diberikan oleh rumah sakit, dimana kepatuhan terletak pada tingkatan sedang yang artinya pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap tidak terlalu patuh menjalani diet jantung IV yang diberikan oleh rumah sakit.

5.1.1. Indikasi Pemberian Diet Jantung Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU Bandung Medan

Menurut Marliani dan Tantan (2007), pasien hipertensi yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasti telah mengalami penyakit komplikasi hipertensi baik itu penyakit stroke, diabetes mellitus maupun penyakit jantung. Maka dari itu, pemberian diet kepada pasien hipertensi adalah diet yang sesuai dengan komplikasi yang dideritanya, misalnya seperti diet diabetes mellitus, diet stroke, dan diet jantung.

Menurut Arief (2002), indikasi pemberian diet jantung harus disesuaikan dengan keluhan yang diderita pasien hipertensi dengan komplikasi jantung. Pada penelitian ini, pasien hipertensi rawat inap terbanyak di RSU Bandung adalah pasien hipertensi komplikasi jantung. Pasien hipertensi komplikasi rawat inap di RSU

Bandung diberikan jenis diet jantung tipe IV, karena penyakit hipertensi komplikasi jantung di RSU Bandung adalah pasien dengan keadaan ringan dengan keadaan seperti nyeri di bagian dada, sesak nafas, jantung berderbar kencang, pingsan atau terasa mau pingsan. Oleh karena itu, kesesuaian diet jantung IV menurut indikasi pemberian diet jantung yang diberikan oleh RSU Bandung telah sesuai dengan standar diet jantung.

5.1.2. Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat Dan Natrium

Menurut Almatsier (2004), diet jantung yang diberikan kepada pasien hipertensi komplikasi jantung haruslah sesuai dengan standar diet jantung baik dalam hal jenis pemberian diet maupun komposisi zat gizinya yang meliputi zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium. Menurut Arief (2002), zat gizi kalori yang harus terkandung pada diet jantung IV adalah sebesar 2023 kkal. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesesuaian komposisi zat gizi kalori diet jantung IV yang diberikan untuk pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pada masing-masing kelas I, II, dan III yang dapat dilihat pada Tabel 4.9., Tabel 4.10., dan Tabel 4.11. menunjukkan bahwa komposisi zat gizi kalori dalam diet jantung IV yang diberikan rumah sakit belum memenuhi standar diet jantung. Adapun rata-rata komposisi kalori dalam diet jantung IV yang diberikan rumah sakit yang diperoleh hanya sebesar 1311 kkal, yang berarti komposisi kalori dalam diet jantung IV yang diberikan rumah sakit belum mencapai 2023 kkal. Kurangnya komposisi zat gizi kalori ini disebabkan oleh porsi diet jantung yang diberikan kepada setiap pasien tidak diberikan porsi yang

sesuai dengan kebutuhan energi pasien tersebut, serta bahan makanan yang mengandung kaya energi sangat sedikit porsinya.

Menurut Arief (2002), komposisi zat gizi protein yang dibutuhkan oleh pasien hipertensi komplikasi jantung yang menjalani diet jantung IV adalah sebesar 67 gram. Dari hasil penelitian tentang kesesuaian komposisi zat gizi protein diet jantung IV yang diberikan untuk pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pada masing-masing kelas I, II, dan III yang dapat dilihat pada Tabel 4.12., Tabel 4.13., dan Tabel 4.14. menunjukkan bahwa komposisi zat gizi protein dalam diet jantung yang diberikan rumah sakit masih jauh dari standar diet jantung IV yang diharuskan. Perhitungan rata-rata komposisi protein pada diet jantung IV yang diberikan rumah sakit hanya sebesar 41 gr, dimana hasil ini masih kurang dari 67 gr. Kurangnya komposisi zat gizi protein pada diet jantung yang diberikan dikarenakan oleh sedikitnya porsi bahan makanan yang mengandung protein, baik protein nabati maupun protein hewani. Selain itu, makanan selingan yang diberikan sedikit sekali yang mengandung protein.

Makanan berlemak merupakan makanan yang dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, stroke, dan lainnya. Menurut Almatsier (2004), penderita hipertensi komplikasi jantung memerlukan lemak sebesar 25 sampai 30% dari kebutuhan energi total nya selama sehari. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya membatasi makanan berlemak selama sehari guna mencegah atau mengurangi komplikasi jantung yang telah ada. Dari standar diet jantung IV menurut Arief (2002), komposisi zat gizi lemak haruslah 51 gr. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesesuaian komposisi zat gizi lemak diet jantung

IV yang diberikan untuk pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pada masing-masing kelas I, II, dan III yang dapat dilihat pada Tabel 4.15., Tabel 4.16., dan Tabel 4.17. menunjukkan bahwa komposisi zat gizi lemak dalam diet jantung yang diberikan rumah sakit belum sesuai dengan standar diet jantung IV yang diharuskan. Rata-rata komposisi lemak pada diet jantung IV yang diberikan rumah sakit adalah sebesar 55 gr, dimana komposisi lemak melebihi standar yang diharuskan yaitu 51 gr. Kecendrungan menyajikan makanan dengan cara menggoreng merupakan salah satu alasan yang menyebabkan komposisi lemak melebihi dari standar yang diharuskan.

Asupan karbohidrat yang berlebih juga tak kalah berbahaya bagi kondisi jantung. Sebuah penelitian di Washington, Amerika Serikat beberapa waktu lalu menyatakan, konsumsi makanan diet yang kaya karbohidrat berpotensi meningkatkan kadar gula yang akan mempengaruhi fungsi aliran darah. Sekaligus mengakibatkan resiko penyakit jantung semakin membesar (Anonim, 2010d). Maka dari itu, penting sekali untuk membatasi makanan yanng mengandung karbohidrat tinggi pada penderita hipertensi komplikasi jantung. Menurut Arief (2002), komposisi yang harus terkandung pada diet jantung IV adalah sebesar 329 gram. Dari hasil penelitian tentang kesesuaian komposisi zat gizi karbohidrat diet jantung IV yang diberikan untuk pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pada masing-masing kelas I, II, dan III yang dapat dilihat pada Tabel 4.18., Tabel 4.19., dan Tabel 4.20. menunjukkan bahwa komposisi karbohidrat masih jauh dari standar yang diharuskan. Adapun rata-rata komposisi karbohidrat diet jantung IV yang diberikan rumah sakit adalah sebesar 163 gram, dimana masih jauh dari standar diet jantung IV yang

seharusnya yaitu 329 gram. Kurangnya komposisi karbohidrat pada diet yang diberikan rumah sakit karena porsi bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi putih yang diberikan hanya 100 gram per hari pada setiap pasien yang dirawat inap.

Dalam tubuh, natrium berfungsi mengatur kontraksi otot, impuls saraf, tingkat air dan banyak hal lainnya. Setiap sel dalam tubuh memerlukannya dan lidah memiliki reseptor yang memberitahu otak saat garam telah memasuki mulut. Sebagaimana zat makanan yang lain natrium berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih (Anonim, 2010a). Menurut Arief (2002), komposisi natrium dalam diet jantung IV adalah sebesar 172 mg. Dari hasil penelitian tentang kesesuaian komposisi zat gizi natrium diet jantung IV yang diberikan untuk pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap pada masing-masing kelas I, II, dan III yang dapat dilihat pada Tabel 4.21., Tabel 4.22., dan Tabel 4.23. menunjukkan bahwa komposisi natrium melebihi standar diet jantung IV. Rata-rata komposisi natrium pada diet jantung IV yang diberikan rumah sakit adalah sebesar 345 mg. Hal ini menunjukkan bahwa natrium diet jantung IV yang diberikan rumah sakit tidak sesuai dengan standar yang diharuskan.

5.1.3 Kepatuhan Dalam Melaksanakan Diet Jantung IV Yang Diberikan RSU Bandung Medan

Menurut BPOM RI (2006) keberhasilan penatalaksanaan diet bagi pasien penderita hipertensi yang rawat inap juga dipengaruhi oleh tindakan kepatuhan pasien dalam melaksanakan diet yang diberikan oleh rumah sakit. Tindakan kepatuhan pasien dalam melaksanakan diet yang diberikan rumah sakit merupakan faktor

penentu yang cukup penting dalam mempercepat masa penyembuhan penyakit pasien tersebut (BPOM RI, 2006).

Dari hasil penelitian tentang kepatuhan dalam melaksanakan diet jantung yang diberikan rumah sakit diperoleh gambaran secara umum bahwa sebagian besar pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap memiliki kepatuhan dengan kategori sedang, yang berarti pasien tidak terlalu patuh dalam melaksanakan diet jantung tipe IV yang diberikan oleh rumah sakit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.24. dimana sebesar 94,3% pasien memiliki kepatuhan yang sedang dan sebesar 5,7% pasien memiliki kepatuhan yang kurang. Tidak ada pasien yang memiliki kepatuhan yang baik selama menjalani diet jantung IV di rumah sakit. Kepatuhan dengan kategori sedang yang dimiliki oleh pasien tidak terlepas dari stimulus (pengetahuan) pasien tentang hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menjalani diet yang diberikan dan bagaimana aturan makan yang baik.

Pada Tabel 4.25. dapat dillihat bahwa sebesar 60% pasien memiliki kepatuhan yang baik karena telah mengetahui apa saja yang harus diperhatikan dalam menjalani diet yaitu mengatur jenis makanan, jumlah makanan, dan waktu makan yang tepat. Begitu juga pada Tabel 4.26. yang menunjukkan bahwa sebesar 91,4% pasien telah mengetahui bagaimana aturan makan yang baik yaitu tiga kali makan utama dan tiga kali makan selingan. Perencanaan makanan untuk pasien hipertensi terutama hipertensi komplikasi jantung harus diperhatikan berdasarkan jenis makanan, jumlah makanan dan waktu makan sehingga jumlah zat gizi yang didapat diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut (Marliani dan Tantan, 2007).

Pada Tabel 4.27. dapat dilihat bahwa sebesar 91,4% pasien memiliki kepatuhan baik dalam hal selalu mengkonsumsi diet jantung IV yang diberikan rumah sakit. Namun, faktanya pasien belum tentu menghabiskan diet tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.28. bahwa sebesar 45,7% pasien hanya kadang-kadang

Dokumen terkait