• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penatalaksanaan Diet Jantung Dan Status Gizi Pasien Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Penatalaksanaan Diet Jantung Dan Status Gizi Pasien Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG

YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000003

DIZA FATHAMIRA HAMZAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG

YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000003

DIZA FATHAMIRA HAMZAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

NIM. 081000003

DIZA FATHAMIRA HAMZAH

Telah Diuji Dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 8 Juni 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (dr. Mhd. Arifin Siregar, MS) NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19581111 198703 1 004

Penguji II Penguji III

(Ernawati Nasution, SKM, M.Kes) (

NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19680616 199303 2 003 Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si)

Medan, Juni 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

(4)

ABSTRAK

Salah satu bentuk penanganan nonmedis pada penderita hipertensi komplikasi jantung adalah dengan melaksanakan diet jantung dengan baik agar tercapainya status gizi yang normal. Diet jantung yang diberikan kepada pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap adalah diet jantung IV. Komposisi zat gizi utama pada diet ini adalah zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan diet jantung dan status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan

food weighing dengan cara menimbang makanan dalam bentuk diet jantung IV. Jenis diet dan kandungan zat gizi dalam diet dianalisis dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan dan dibandingkan dengan standar diet jantung. Pengukuran berat badan dan tinggi badan diperoleh dari data sekunder yang berasal dari RSU Bandung Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis indikasi pemberian diet pada pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap telah sesuai dengan standar diet jantung IV. Sementara itu, komposisi zat gizi utama tidak sesuai dengan standar diet jantung IV meliputi zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium. Sebagian besar pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap memiliki kepatuhan dengan kategori sedang (94,3%) dalam melaksanakan diet jantung IV yang diberikan rumah sakit. Selain itu, mayoritas pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap tergolong pada status gizi normal (82,9%).

Disarankan kepada pihak RSU Bandung Medan khususnya bagian instalasi gizi memiliki pedoman diet dan menyajikan makanan sesuai dengan komposisi zat gizi yang seharusnya. Di samping itu, perlu adanya peningkatan cita rasa pada makanan yang diberikan serta adanya kebijakan dari pihak rumah sakit pada pasien rawat inap untuk melaksanakan diet yang diberikan dengan baik.

(5)

ABSTRACT

One of non medical treatment of heart hypertension complication sufferers is by having the heart diet well for reach a normal nutritional status. Heart Diet was given for hospitalized heart hypertension complication patients is heart diet type IV. The main nutrient compositions of this diet are calory, protein, fat, carbohydrate and sodium.

This research aims to know the represent of the management of heart diet and nutritional status of hospitalized heart hypertension complication patients in Bandung General Hospital of Medan in 2012. The research was a descriptive study with number of sample 35 hospitalized heart hypertension complication patients in Bandung General Hospital of Medan, which was taken by using consecutive sampling. The data was collected by interviews using questionnaire and using the result of food weighing in the form of heart diet type IV. The type of indication and nutrient compositions in the diet were analyzed by using food composition lists and compared with a standard of heart diet. Measurement of weight and height is obtained from secondary data from Bandung General Hospital of Medan.

The results showed that the type of indication heart diet for hospitalized heart hypertension complication patients has been accordance with the standard heart diet type IV. Meanwhile, the main nutrient compositions which were not accordance with the standard heart diet type IV, are calory, protein, fat, carbohydrate and sodium. Most of the hospitalized heart hypertension complication patients have an obedience action in medium category (94.3%) in having the heart diet which was provided from the hospital. Beside, most of the nutritional status of the hospitalized heart hypertension complication patients are normal (82.9%).

It is recommended to the Bandung General Hospital of Medan especially the installation of nutrition to have a dietary guidelines and provide the foods accordant with the nutrient compositions that are supposed to be. Beside, it is necessary to increase the flavour of food which are provide to the patients and it is good to make a hospital policy for hospitalized patients to have the diet well.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Diza Fathamira Hamzah Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 13 Agustus 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 2 (dua)

Alamat Rumah : Jl. Setia Indah No. 60 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Alamat Orang Tua : Jl. Setia Indah No. 60 Kecamatan Sunggal

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 2002 : SD Swasta Panca Budi Medan Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 7 Medan

Tahun 2005 – 2008 : SMA Negeri 1 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran Penatalaksanaan Diet Jantung Dan Status Gizi Pasien Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayah M. Rizal S.H., M.Hum dan Ibu Nyak Budi Suciati, S.H. yang tiada henti memberikan kasih sayang, mendoakan penulis tiada henti, serta selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang sangat menginspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, M.S. selaku dosen pembimbing II dan dosen

(8)

4. Ibu Ernawati Nasution, SKM., M. Kes selaku Sekretaris Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M. Si selaku dosen penguji III yang telah

banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M. Kes selaku dosen pembimbing akademik penulis.

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T. yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

8. Ibu dr. Meriahta Sitepu selaku direktur RSU Bandung Medan, Bapak dr. Fredy Aslan Sitepu selaku penanggung jawab di RSU Bandung Medan, Ibu Winarti Am.Keb, Ibu Syamsiah Lubis, Kak Yanti selaku kepala instalasi gizi di RSU Bandung Medan, dan seluruh tenaga kesehatan dan pegawai di RSU Bandung Medan yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak meluangkan waktunya serta membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

Selanjutnya, secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

(9)

2. Om, M. Natsir, S.S., M. Hum dan Ibu Rita yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

3. Ahmad Fadli, terima kasih atas motivasi, dukungan, kesabaran, serta kebersamaannya dalam waktu susah dan senang selama ini.

4. Teman-temanku dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Nazwa, Uci, Diba, Riska, Tami, Dinnya, Riama, Dewi, Ithy, Kak Cut, Kak Lia, Kak Rina, Kak Christine, Kak Ivo, Ervina, Kak Kartini, Kak Yusi, Kak Jannah, dan teman gizi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga menambah inspirasi penulis untuk penulisan skripsi ini

5. Teman-teman stambuk 2008 FKM USU, Nita, Nurul, Wita, Nia, Vonny, Fiesta, Ervanny, Vitry, Stella, serta teman-teman lainnya yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus... 6

1.4. Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung ... 8

2.2. Pencegahan Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung ... 10

2.3. Asuhan Gizi Rumah Sakit ... 10

2.4. Diet Penyakit Jantung ... 12

2.4.1. Tujuan Diet Jantung ... 16

2.4.2. Syarat Diet Jantung ... 16

2.4.3. Jenis Diet Jantung ... 16

2.5. Penatalaksanaan Diet Jantung Bagi Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap ... 18

2.6. Kepatuhan Pasien Dalam Menjalani Diet Yang Diberikan Rumah Sakit ... 19

2.7. Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung ... 20

2.8. Penilaian Status Gizi Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap di Rumah Sakit ... 20

2.9. Kerangka Konsep ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian ... 23

(11)

3.3.1. Populasi ... 23

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan data ... 24

3.4.1. Data Primer ... 24

3.4.2. Data Sekunder ... 25

3.5. Instrumen Penelitian ... 25

3.6. Definisi Operasional ... 25

3.7. Aspek Pengukuran ... 27

3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 29

3.8.1. Teknik Pengolahan Data ... 29

3.8.2. Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Produk Pelayanan Kesehatan ... 32

4.2. Karateristik Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap ... 32

4.2.1 Umur ... 33

4.2.2. Jenis Kelamin ... 33

4.2.3. Suku ... 34

4.2.4. Pendidikan ... 34

4.2.5. Pekerjaan ... 35

4.2.6. Pendapatan ... 36

4.2.7. Lama Menderita ... 36

4.2.8. Jenis Kelas Rawat Inap ... 37

4.3. Penyelenggaran Makanan Pada Pasien Rawat Inap di RSU Bandung Medan ... 38

4.4. Penatalaksanaan Diet Jantung Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU Bandung Medan ... 41

4.4.1. Indikasi Pemberian Diet Jantung Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU Bandung Medan ... 41

4.4.2. Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Utama Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat Dan Natrium ... 42

4.4.3. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam Melaksanakan Diet Jantung IV Yang Diberikan Oleh Rumah Sakit ... 55

4.4.3.1. Kepatuhan Yang Harus Diperhatikan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 55

(12)

4.4.3.3. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam

Mengonsumsi Diet Jantung IV Yang

Diberikan Rumah Sakit ... 57 4.4.3.4. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Habis Mengonsumsi Diet

Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 58 4.4.3.5. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi

Jantung Yang Rawat Inap Menyukai Diet

Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 58 4.4.3.6. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi

Jantung Yang Rawat Inap Pernah Mengonsumsi Makanan Di Luar Dari Diet Jantung IV Yang

Diberikan Rumah Sakit ... 59 4.4.3.7. Kepatuhan Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung

Jantung Yang Rawat Inap Mengonsumsi Makanan Selingan Diet Jantung IV Yang

Diberikan Rumah Sakit ... 60 4.4.3.8. Konsumsi Jenis Makanan Lain Selain Dari

Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah

Sakit ... 60 4.4.3.9. Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan

Untuk Sarapan Pagi ... 61 4.4.3.10. Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan

Untuk Makanan Selingan ... 62 4.4.3.11. Kepatuhan Minum Air Putih Dalam Sehari ... 62 4.4.3.12. Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Buah

Dan Sayur ... 63 4.5. Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap ... 64 4.5.1. Status Gizi Berdasarkan Kepatuhan Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam Menjalani

Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 64 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Penatalaksanaan Diet Jantung Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU Bandung

Medan ... 66 5.1.1. Indikasi Pemberian Diet Jantung Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU

Bandung Medan ... 66 5.1.2. Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak,

Karbohidrat Dan Natrium ... 67 5.1.3. Kepatuhan Dalam Melaksanakan Diet Jantung IV Yang

(13)

5.2. Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang

Rawat Inap Di RSU Bandung Medan ... 75 5.2.1. Status Gizi Berdasarkan Kepatuhan Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Dalam Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan

Rumah Sakit ... 76 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 77 6.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Kandungan Kalium Dalam Beberapa Bahan Makanan ... 14 Tabel 2.2. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan

Dalam Diet Jantung ... 15 Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Dan

Natrium Dalam Diet Jantung ... 18 Tabel 2.4. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ... 21 Tabel 3.1. Kriteria Penatalaksanaan Diet Jantung IV Berdasarkan Indikasi

Pemberian Dan Kandungan Zat Gizi Utama Diet Jantung IV ... 27 Tabel 3.2. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ... 29 Tabel 4.1. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Berdasarkan Umur Di RSU Bandung Medan Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.2. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Kelamin Di RSU Bandung Medan

Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.3. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Berdasarkan Suku Di RSU Bandung Medan Tahun 2012... 34 Tabel 4.4. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di RSU Bandung Medan

Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di RSU Bandung Medan

Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.6. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Bulan Di RSU Bandung

Medan Tahun 2012 ... 36 Tabel 4.7. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

(15)

Tabel 4.8. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelas Rawat Inap Di RSU Bandung Medan

Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.9. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Kalori Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas I ... 42 Tabel 4.10. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Kalori Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas II ... 43 Tabel 4.11. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Kalori Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas III ... 44 Tabel 4.12. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Protein Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas I ... 45 Tabel 4.13. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Protein Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas II ... 45 Tabel 4.14. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Protein Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas III ... 46 Tabel 4.15. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Lemak Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas I ... 47 Tabel 4.16. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Lemak Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas II ... 48 Tabel 4.17. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Lemak Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas III ... 49 Tabel 4.18. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Karbohidrat Diet

Jantung IV Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien

(16)

Tabel 4.19. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Karbohidrat Diet Jantung IV Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien

Hipertensi Komplikasi Jantung Kelas II ... 50 Tabel 4.20. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Karbohidrat Diet

Jantung IV Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien

Hipertensi Komplikasi Jantung Kelas III ... 51 Tabel 4.21. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Natrium Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas I ... 52 Tabel 4.22. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Natrium Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas II ... 53 Tabel 4.23. Distribusi Kesesuaian Komposisi Zat Gizi Natrium Diet Jantung IV

Yang Diberikan RSU Bandung Medan Pada Pasien Hipertensi

Komplikasi Jantung Kelas III ... 54 Tabel 4.24. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Dalam Melaksanakan Diet Jantung IV Yang Diberikan Oleh Rumah Sakit ... 55 Tabel 4.25. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Yang Harus Diperhatikan Dalam

Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan Oleh Rumah Sakit ... 56 Tabel 4.26. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Aturan Makan Dalam Menjalani

Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 56 Tabel 4.27. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Diet Jantung IV

Yang Diberikan Rumah Sakit ... 57 Tabel 4.28. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Habis Mengonsumsi Diet Jantung

IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 58 Tabel 4.29. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Menyukai Diet Jantung IV Yang

(17)

Tabel 4.30. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Pernah Mengonsumsi Makanan Di Luar Diet

Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit... 59 Tabel 4.31. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Makanan Selingan

Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 60 Tabel 4.32. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Konsumsi Jenis Makanan Lain Selain Dari

Diet Jantung IV Yang Diberikan Rumah Sakit ... 60 Tabel 4.33. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan

Untuk Sarapan Pagi ... 61 Tabel 4.34. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Makanan

Untuk Makanan Selingan ... 62 Tabel 4.35. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Minum Air Putih Dalam Sehari ... 63 Tabel 4.36. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat

Inap Berdasarkan Kepatuhan Mengonsumsi Jenis Buah

Dan Sayur ... 63 Tabel 4.37. Distribusi Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang

Rawat Inap Berdasarkan Indeks Massa Tubuh di

RSU Bandung Medan Tahun 2012 ... 64 Tabel 4.38. Distribusi Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang

Rawat Inap Berdasarkan Kepatuhan Pasien Dalam Menjalani Diet Jantung IV Yang Diberikan RSU Bandung Medan

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22 Gambar 4.1. Alur Penyelenggaraan Makanan Pada Pasien Rawat Inap Di RSU

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Formulir Food Weighing

Lampiran 3 Hasil Analisis Data Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di RSU Bandung Medan

Lampiran 4 Menu Diet Jantung Tipe IV Selama Seminggu Serta Hasil Analisis Diet Jantung IV Yang Diberikan Untuk Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di Kelas III RSU Bandung Medan

Lampiran 5 Menu Diet Jantung Tipe IV Selama Seminggu Serta Hasil Analisis Diet Jantung IV Yang Diberikan Untuk Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di Kelas II RSU Bandung Medan

Lampiran 6 Menu Diet Jantung Tipe IV Serta Hasil Analisis Diet Jantung IV Yang Diberikan Untuk Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Di Kelas I RSU Bandung Medan

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Dekan FKM USU

(20)

ABSTRAK

Salah satu bentuk penanganan nonmedis pada penderita hipertensi komplikasi jantung adalah dengan melaksanakan diet jantung dengan baik agar tercapainya status gizi yang normal. Diet jantung yang diberikan kepada pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap adalah diet jantung IV. Komposisi zat gizi utama pada diet ini adalah zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan diet jantung dan status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan

food weighing dengan cara menimbang makanan dalam bentuk diet jantung IV. Jenis diet dan kandungan zat gizi dalam diet dianalisis dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan dan dibandingkan dengan standar diet jantung. Pengukuran berat badan dan tinggi badan diperoleh dari data sekunder yang berasal dari RSU Bandung Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis indikasi pemberian diet pada pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap telah sesuai dengan standar diet jantung IV. Sementara itu, komposisi zat gizi utama tidak sesuai dengan standar diet jantung IV meliputi zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium. Sebagian besar pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap memiliki kepatuhan dengan kategori sedang (94,3%) dalam melaksanakan diet jantung IV yang diberikan rumah sakit. Selain itu, mayoritas pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap tergolong pada status gizi normal (82,9%).

Disarankan kepada pihak RSU Bandung Medan khususnya bagian instalasi gizi memiliki pedoman diet dan menyajikan makanan sesuai dengan komposisi zat gizi yang seharusnya. Di samping itu, perlu adanya peningkatan cita rasa pada makanan yang diberikan serta adanya kebijakan dari pihak rumah sakit pada pasien rawat inap untuk melaksanakan diet yang diberikan dengan baik.

(21)

ABSTRACT

One of non medical treatment of heart hypertension complication sufferers is by having the heart diet well for reach a normal nutritional status. Heart Diet was given for hospitalized heart hypertension complication patients is heart diet type IV. The main nutrient compositions of this diet are calory, protein, fat, carbohydrate and sodium.

This research aims to know the represent of the management of heart diet and nutritional status of hospitalized heart hypertension complication patients in Bandung General Hospital of Medan in 2012. The research was a descriptive study with number of sample 35 hospitalized heart hypertension complication patients in Bandung General Hospital of Medan, which was taken by using consecutive sampling. The data was collected by interviews using questionnaire and using the result of food weighing in the form of heart diet type IV. The type of indication and nutrient compositions in the diet were analyzed by using food composition lists and compared with a standard of heart diet. Measurement of weight and height is obtained from secondary data from Bandung General Hospital of Medan.

The results showed that the type of indication heart diet for hospitalized heart hypertension complication patients has been accordance with the standard heart diet type IV. Meanwhile, the main nutrient compositions which were not accordance with the standard heart diet type IV, are calory, protein, fat, carbohydrate and sodium. Most of the hospitalized heart hypertension complication patients have an obedience action in medium category (94.3%) in having the heart diet which was provided from the hospital. Beside, most of the nutritional status of the hospitalized heart hypertension complication patients are normal (82.9%).

It is recommended to the Bandung General Hospital of Medan especially the installation of nutrition to have a dietary guidelines and provide the foods accordant with the nutrient compositions that are supposed to be. Beside, it is necessary to increase the flavour of food which are provide to the patients and it is good to make a hospital policy for hospitalized patients to have the diet well.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh banyak orang khususnya masyarakat Medan. Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah dan beban fikiran yang semakin meningkat. Hipertensi tidak lagi diderita dari kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

Di belahan dunia manapun, termasuk Indonesia, orang kerap salah paham dengan penyakit hipertensi. Statistik menunjukkan, penyakit-penyakit “maut”, misalnya jantung dan stoke sering diawali dengan tekanan darah tinggi. Hanns Peter Wolf, seorang dokter berkebangsaan Jerman, menyebutkan bahwa sekitar 40% kematian di bawah 65 tahun berawal dari tekanan darah tinggi (Marliani dan Tantan, 2007).

Penyakit tidak menular khususnya hipertensi telah menyumbang 3 juta kematian. Pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak memengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi. Pada tahun 2005, telah menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2001).

(23)

Kerusakan yang disebabkan dari hipertensi dapat berakibat fatal yang menimbulkan kompikasi berupa serangan jantung, stroke, perdarahan dan gangguan ginjal. Hasil survey kesehatan yang dilakukan pada tahun 2001 oleh Departemen Kesehatan RI, menunjukkan perbandingan orang yang menderita penyakit hipertensi cukup tinggi, yaitu 56 orang dari 100 orang disurvey, mengidap penyakit hipertensi (Depkes RI, 2001).

Menurut Bustan (2000) hipertensi merupakan suatu jenis penyakit tidak menular yang menjadi penyebab tingginya angka kesakitan di Indonesia. Hipertensi akan memberi gejala yang berkesinambungan untuk suatu organ tubuh, seperti otak

(stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), serta otot jantung (left ventricle hypertrophy). Oleh karena itu, penderita hipertensi yang mengalami gejala berkesinambungan harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit (Bustan, 2000).

Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia tentang Pengendalian Hipertensi mengadakan pertemuan di Jenewa, E. Barmes, wakil Direktur Divisi Penyakit Tidak Menular menjabarkan bahwa hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian (WHO, 2001).

(24)

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara medis dan non medis. Melalui cara non medis, penderita hipertensi yang rawat inap dapat menjalani diet sesuai dengan keluhan penyakit komplikasinya. Jenis diet diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter tentang penyakit komplikasi yang diderita oleh penderita hipertensi rawat inap yang bertujuan untuk memenuhi status gizi, sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Status gizi merupakan konsumsi gizi makanan pada seseorang yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan seseorang. Status gizi yang baik diyakini dapat membantu proses penyembuhan penyakit serta memperlambat timbulnya komplikasi dari hipertensi terutama pada pasien hipertensi yang menjalani rawat inap. Status gizi pasien hipertensi rawat inap dapat diukur melalui indeks massa tubuh pasien tersebut. Status gizi yang baik pada penderita hipertensi dapat dicapai melalui pengendalian berat badan dan penatalaksanaan diet (Hart dan Tom, 2010).

(25)

Menurut Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2011, hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita sebanyak 60.628 orang. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi selalu menduduki peringkat lima teratas dalam hal penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita yang sangat tidak bisa diprediksi jumlahnya (Dinkes Kota Medan, 2011).

Dalam penelitian ini, penulis merasa tertarik untuk melihat penderita hipertensi yang rawat inap karena terkait dengan penatalaksanaan diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit telah sesuai atau tidak dengan syarat diet yang seharusnya.

Fenomena yang terjadi sampai saat ini, rumah sakit sering sekali salah menyediakan makanan untuk pasien yang rawat inap di rumah sakit. Penentuan makanan sering sekali tidak didasari atas kebutuhan zat gizi si pasien tersebut. Diet yang diberikan pun tidak sesuai dengan diet yang seharusnya dikonsumsi sesuai dengan keluhan kesehatannya. Di samping itu, tindakan kepatuhan pasien yang rawat inap juga memengaruhi keberhasilan penatalaksanaan diet di rumah sakit. Namun, tindakan kepatuhan pasien yang rawat inap dalam melaksanakan diet yang diberikan sering sekali mengecewakan. Pasien cenderung lebih suka mengkonsumsi makanan yang bertentangan dengan diet nya dengan alasan untuk meningkatkan nafsu makan agar cepat sembuh atau keluar dari rawat inap.

(26)

hipertensi menduduki peringkat kedua dari lima penyakit tidak menular terbesar di rumah sakit ini (RSU Bandung Medan, 2011).

Menurut data rekam medik Rumah Sakit Umum Bandung Medan pada tahun 2009 menerangkan bahwa jumlah pasien hipertensi yang menjalani pelayanan rawat inap adalah sebanyak 150 pasien (6,45%). Sedangkan pada tahun 2010, terjadi peningkatan yakni sebanyak 158 pasien (5,96%). Dan terjadi peningkatan lagi pada tahun 2011 yakni sebanyak 200 pasien (6,66%) (RSU Bandung Medan, 2011).

Di RSU Bandung, terdapat jumlah pasien hipertensi rawat inap yang mengalami komplikasi seperti PJK, stroke, dan gangguan ginjal yang terjadi peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 ada sebanyak 130 orang, tahun 2010 ada sebanyak 150 orang, dan meningkat lagi pada tahun 2011 ada sebanyak 155 orang. Mayoritas, pasien hipertensi rawat inap adalah penderita hipertensi dengan komplikasi penyakit jantung. Pada bulan Januari sampai bulan Februari tahun 2012 pasien hipertensi rawat inap yang mengalami komplikasi jantung ada sebanyak 30 orang. Perlu diketahui, bahwa yang menjadi faktor penyebab terbesar pasien hipertensi rawat inap di RSU Bandung adalah keadaan stress yang dikarenakan terlalu banyak berfikir dan pola makan yang kurang baik (RSU Bandung Medan, 2011).

(27)

komplikasi jantung dengan keadaan ringan sehingga hanya diberikan makanan dalam bentuk makanan biasa dengan garam rendah. Namun, komposisi zat gizi pada pemberian diet oleh rumah sakit belum tentu memenuhi syarat diet jantung. Penatalaksanaan diet jantung di RSU Bandung juga dipengaruhi oleh status gizi dan tindakan kepatuhan pasien dalam melaksanakan diet jantung di RSU Bandung yang bertujuan untuk mempercepat masa penyembuhan sehingga tidak dirawat inap lagi. Hal ini yang menjadi latar belakang peneliti untuk mengetahui bagaimana gambaran penatalaksanaan diet jantung dan status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana gambaran penatalaksanaan diet jantung dan status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan diet jantung dan status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

(28)

komposisi zat gizi makanan dalam diet jantung yang diberikan pada pasien hipertensi komplikasi jantung.

2. Menggambarkan kepatuhan pasien penderita hipertensi yang rawat inap dalam melaksanakan diet jantung yang diberikan di RSU Bandung Medan.

3. Mengetahui status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan.

1.4. Manfaat

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung

Penyakit darah tinggi atau hipertensi

mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa tensimeter air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Anonim, 2008).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga (Anonim, 2008).

(30)

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent killer atau sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease yang berarti penyakit yang menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Anonim, 2008).

Penyebab utama timbulnya hipertensi adalah pola makan yang salah, baik pada penderita hipertensi yang rawat jalan maupun yang rawat inap. Pada penderita hipertensi rawat inap, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan yang sesuai dengan diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Namun, fenomena yang terjadi pasien penderita hipertensi yang rawat inap tidak menjalankan diet yang diberikan. Hal ini dikarenakan oleh diet yang disediakan tidak sesuai dengan makanan yang diinginkan mereka, sehingga mereka lebih suka untuk mengkonsumsi makanan di luar diet yang diberikan. Hal inilah yang dapat menimbulkan komplikasi hipertensi yang dapat memengaruhi lama cepatnya proses pemulihan.

Pada umumnya, pasien hipertensi rawat inap merupakan pasien hipertensi yang telah mengalami komplikasi. Komplikasi adalah penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi. Salah satu penyakit komplikasi yang terjadi pada pasien hipertensi rawat inap adalah penyakit jantung dan kardiovaskuler.

(31)

mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Almatsier, 2004).

2.2. Pencegahan Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung

Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih dan pada akhirnya mengalami komplikasi peyakit jantung. Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih dan pemberian obat-obatan apabila diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.

Pencegahan utama adalah dengan melakukan pola makan sehat dengan gizi seimbang, dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari segi kuantitas dan kualitas. Di samping itu, tindakan memeriksakan tekanan darah secara teratur sangat dianjurkan. Selain dapat mencegah, tindakan tersebut juga dapat menghindari kenaikan tekanan darah yang terlalu drastis (Astawan, 2004).

2.3. Asuhan Gizi di Rumah Sakit

(32)

pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar kita tetap sehat (Hartono, 2000).

Bila diet dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan atau membantu kesembuhan pasien, maka istilah yang lazim digunakan adalah diet rumah sakit (hospital diet). Gizi harus dipertimbangkan sebagai dasar kesembuhan, tentunya pertimbangan gizi dan kesehatan akan ditempatkan sebagai pertimbangan pertama (Hartono, 2000).

(33)

Di rumah sakit dapat dilakukan skrining gizi. Skrining gizi dilakukan sebagai bentuk kegiatan pada perkumpulan penyandang penyakit metabolik atau degeneratif ataupun vaskuler, seperti perkumpulan hipertensi, diabetes, stroke, dan sebagainya yang dibina oleh klinik gizi. Tujuan skrining adalah untuk menilai status gizi yang ada pada orang yang berisiko, baik secara individual maupun kelompok sehingga dapat dilakukan upaya preventif (Hartono, 2000).

Pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya membutuhkan konsultasi, rujukan, ataupun intervensi gizi guna mengoptimalkan asuhan medis dan status klinis. Akan tetapi, upaya ini harus memerlukan kesadaran dan pemahaman dari para profesional medis serta keperawatan terhadap peranan gizi bagi pencegahan dan kesembuhan penyakit (Hartono, 2000).

Penilaian status gizi (nutritional assesing) merupakan landasan untuk memberikan asuhan nutrisi yang optimal kepada pasien. Penilaian ini mencakup empat komponen yaitu : anamnesis riwayat diet, pengukuran antropometrik, pemeriksaan laboratorium (biokimia), dan pemeriksaan jasmani nutrisi. Keempat komponen ini bersama-sama pemeriksaan medik akan memberikan arah untuk mengembangkan rencana asuhan gizi (Hartono, 2000).

2.4. Diet Penyakit Jantung

(34)

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung (Purwati, 2002).

Diet tidak secara langsung menyembuhkan penyakit, tetapi dipakai untuk memperbaiki kelainan metabolisme dan mencegah atau paling tidak mengurangi gejala penyakit. Adanya gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi faktor genetik, hipoksia menahun, kelainan hemodinamik, faktor metabolik serta kelainan lain yang menyertai memerlukan masukan energi tambahan. Aktivitas jantung dan pernafasan memerlukan pula kalori yang cukup banyak,

Pada umumnya, pasien penderita hipertensi yang rawat inap disertai dengan penyakit komplikasi, seperti penyakit jantung dan kardiovaskuler. Maka dari itu, pemberian diet pada penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap harus menjalani diet penyakit jantung.

Penderita hipertensi komplikasi jantung, sebaiknya meningkatkan konsumsi buah dan sayur, terutama buah dan sayur yang mengandung kalium. Kalium atau potassium 2 sampai 4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah. Kadar kalium atau potassium umumnya banyak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih (Kurniawan, 2011).

(35)
[image:35.612.113.533.98.274.2]

Tabel 2.1. Komposisi Kalium Dalam Beberapa Bahan Makanan

No. Bahan Makanan Komposisi per 100 gram (mg)

1. Pisang 435

2. Alpukat 278

3. Pepaya 221

4. Apel Merah 203

5. Daun Peterseli 900

6. Daun Pepaya 652

7. Bayam 416

8. Kapri 370

9. Mangga 189

10. Kembang Kol 349

11. Belimbing Wuluh 130

Sumber : Jordan, 2010

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pisang dan daun peterseli merupakan buah dan sayur yang paling tinggi komposisi kalium nya. Bahan makanan yang mengandung kalium atau potasium baik dikonsumsi karena berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan dapat meningkat sehingga dapat membantu menurunkan tekanan darah.

(36)
[image:36.612.105.551.100.660.2]

Tabel 2.2. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Dalam Diet Jantung

Golongan Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan Sumber Karbohidrat

Sumber Protein Hewani

Sumber Protein Nabati

Sayuran

Lemak dan Minyak

Minuman

Bumbu

Beras ditim atau

disaring;roti, mie, kentang, makaroni, biskuit, tepung beras/terigu/sagu aren/sagu ambon, kentang, gula pasir, gula merah, madu dan sirup Daging sapi, ayam rendah lemak, ikan, telur, susu rendah lemak; dalam jumlah yang telah ditentukan

Kacang-kacangan kering, seperti kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.

Sayuran yang tidak mengandung gas, seperti : bayam, kangkung, kacang buncis, kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, tauge.

Minyak jagung, minyak kedelai, margarin, mentega teh encer, coklat, sirup

semua bumbu selain

bumbu tajam dalam jumlah terbatas

Makanan yang mengandung gas atau alkohol, seperti ubi, singkong, tape singkong, dan tape ketan

Daging sapi dan ayam yang berlemak, gajih, sosis, ham, hati, limpa, babat, otak, kepiting dan kerang-kerangan; keju, dan susu penuh

Kacang-kacang kering yang mengandung lemak cukup tinggi seperti kacang tanah, kacang mete, dan kacang bogor

Semua sayuran yang mengandung gas seperti kol, lobak, sawi, dan nangka muda.

Minyak kelapa sawit, minyak kelapa, santan kental

Teh/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol

Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu lain yang tajam

(37)

2.4.1. Tujuan Diet Jantung

Tujuan diet penyakit jantung adalah memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila terlalu gemuk, dan mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air (Almatsier, 2004).

2.4.2. Syarat Diet Jantung

Syarat-syarat diet penyakit jantung yaitu makanan yang diberikan harus mengandung kalori yang cukup. Protein cukup yaitu sebesar 0,8 gr per kg berat badan. Makanan yang disediakan harus mengandung lemak sedang sebesar 25-30% dari kebutuhan energi total. Kolesterol yang terkandung harus kurang dari 300 mg. Makanan mengandung garam rendah, yaitu 2 sampai 3 gr per hari. Makanan yang dimakan haruslah mudah cerna dan tidak menimbulkan gas. Cukup serat untuk mencegah komplikasi. Bentuk makanan harus disesuaikan dengan keadaan penyakit (Almatsier, 2004).

2.4.3. Jenis Diet Jantung

Menurut Arief (2002), jenis diet jantung berdasarkan indikasi pemberiannya terdiri dari empat jenis diet jantung yaitu :

(38)

2. Diet jantung II diberikan secara berangsur dalam bentuk makanan lunak setelah fase akut IMA teratasi. Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, makanan diberikan sebagai diet jantung II rendah garam. 3. Diet jantung III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet jantung II

atau kepada pasien penyakit jantung yang tidak terlalu berat seperti rasa sakit pada bagian dada, adanya masalah pencernaan, adanya gejala flu, serta nafas pendek. Makanan diberikan dalam bentuk makanan mudah cerna bentuk lunak. Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, diberikan sebagai diet jantung III rendah garam.

4. Diet jantung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien penyakit jantung ringan dengan gejala nyeri di bagian dada, sesak nafas, jantung berderbar kencang, pingsan atau terasa mau pingsan. Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Menurut beratnya hipertensi atau edema yang menyertai penyakit, makanan diberikan sebagai diet jantung IV rendah garam.

(39)
[image:39.612.109.526.114.211.2]

Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Dan Natrium Dalam Diet Jantung

Jenis Diet

Komposisi Zat Gizi Utama Kalori

(kkal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

Karbohidrat (gr)

Natrium (mg)

Jantung I 835 21 24 140 304

Jantung II 1325 44 35 215 248

Jantung III 1756 64 41 290 172

Jantung IV 2023 67 51 329 172

Sumber : Arief, 2002

RSU Bandung merupakan salah satu rumah sakit swasta yang menyediakan makanan bagi pasien yang dirawat inap. Dalam hal ini, RSU Bandung memberikan diet jantung IV untuk penderita hipertensi komplikasi jantung. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan jumlah tenaga medis dan sarana yang tersedia untuk memberikan pelayanan kepada penderita jantung dengan keluhan komplikasi jantung berat (RSU Bandung Medan, 2011).

2.5. Penatalaksanaan Diet Jantung Bagi Penderita Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

(40)

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi >160 mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Penatalaksanaan diet bagi penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap harus diberikan diet yang sesuai dengan komplikasi nya serta harus diperhatikan kepatuhan pasien dalam menjalani diet yang diberikan rumah sakit selama pasien dirawat inap. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Di samping itu, penatalaksanaan diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus. Diet yang diberikan harus sesuai dengan standar diet, baik dari jenis dan indikasi pemberian maupun komposisi zat gizi nya (Anonim, 2004). Dalam hal ini, penderita hipertensi yang mengalami komplikasi jantung diberikan diet jantung.

(41)

2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020 (BPOM RI, 2006).

2.7. Status Gizi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung

Status gizi merupakan hasil dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2001).

Umumnya pasien hipertensi tergolong pada obesitas atau berat badan berlebih. Diet jantung yang diberikan oleh pihak rumah sakit pada pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap tidak menjamin berubah nya keadaan status gizi pasien menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan oleh tindakan kepatuhan yang terkait dengan pelaksanaan diet jantung itu sendiri dari pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap. Dalam hal ini, pasien hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap belum bisa meningkatkan status gizinya dikarenakan ketidakpatuhan dalam menjalani diet jantung.

2.8. Penilaian Status Gizi Pada Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap di Rumah Sakit

Keadaan gizi seseorang memengaruhi penampilan, kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penilaian gizi adalah proses yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi, mengidentifikasi malnutrisi, dan menentukan individu mana yang sangat membutuhkan bantuan gizi.

(42)

status gizi. Jika status gizi pasien tergolong baik atau normal, maka pasien hipertensi rawat inap memiliki kesempatan yang baik untuk menormalkan tekanan darahnya (Hart dan Tom, 2010).

Mayoritas pasien hipertensi yang berada di RSU Bandung Medan adalah golongan usia 20 tahun sampai 60 tahun. Penilaian status gizi yang tepat untuk kategori usia ini adalah dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT), karena pengukuran indeks massa tubuh paling sederhana dan banyak digunakan.

[image:42.612.112.527.415.508.2]

Kategori ambang batas IMT untuk masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber : Depkes RI, 2002

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang yang tergolong gemuk baik dengan kriteria kelebihan berat badan tingkat ringan maupun kelebihan berat badan tingkat berat memiliki risiko 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih (Anonim, 2010b).

(43)

Tujuan utama dari pengendalian indeks massa tubuh (IMT) adalah untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila indeks massa tubuh normal adalah penampilan baik, lincah, dan risiko sakit rendah. Indeks massa tubuh yang kurang dan berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit.

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

[image:43.612.124.470.308.368.2]

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penatalaksanaan diet pada pasien penderita hipertensi yang rawat inap didukung oleh pemberian diet serta tindakan kepatuhan pasien. Selain itu, peneliti ingin mengetahui status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap.

Penatalaksanaan diet jantung

• Pemberian Diet

• Kepatuhan Pasien

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran penatalaksanaan diet jantung dan status gizi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Bandung Medan Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSU Bandung, Medan. Adapun alasan dalam pemilihan lokasi karena Rumah Sakit Umum Bandung Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta di Kota Medan yang memberikan pelayanan gizi bagi pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan April 2012 .

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(45)

3.3.2. Sampel

Pada penelitian ini, sampel merupakan pasien penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Bandung Medan pada bulan Maret 2012 sampai dengan April 2012. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara

consecutive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara menentukan waktu dan kriteria sampel. Pengambilan sampel dilakukan sampai jumlah sampel minimal terpenuhi yakni sebanyak 30 orang, dengan kriteria: pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik, pasien berusia 20 sampai 60 tahun, serta pasien hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap. Jumlah sampel yang memenuhi krtiteria pada saat penelitian dilakukan adalah sebanyak 35 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data jenis indikasi pemberian diet jantung dan komposisi kandungan zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat, dan natrium yang diperoleh dari makanan diet jantung yang disajikan oleh rumah sakit.

2. Data tindakan kepatuhan pasien hipertensi komplikasi jantung yang diperoleh melalui kuesioner.

(46)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSU Bandung Medan, meliputi :

1. Jumlah pasien hipertensi yang menjalani rawat inap,

2. Data pengukuran berat badan dan tinggi badan pasien hipertensi komplikasi jantung yang menjalani rawat inap,

3. Menu makanan yang disajikan untuk pasien penderita hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap,

4. Gambaran umum RSU Bandung Medan. 3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengukur tindakan kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan diet di rumah sakit.

2. Kalkulator untuk menghitung indeks massa tubuh pasien.

3. Daftar komposisi bahan makanan untuk menganalisis kandungan zat gizi pada diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

4. Formulir food weighing untuk melihat jumlah/porsi makanan yang diberikan rumah sakit kepada responden selama satu hari.

5. Timbangan makanan untuk menimbang makanan yang diberikan rumah sakit kepada responden.

3.6. Definisi Operasional

(47)

2. Umur adalah lamanya waktu hidup responden sesuai dengan yang tercatat di data rekam medik RSU Bandung Medan.

3. Jenis Kelamin adalah suatu ciri responden yang membedakan identitasnya antara laki-laki dan perempuan.

4. Suku adalah ciri responden yang berkunjung ke RSU Bandung Medan yang dikategorikan atas Batak termasuk karo, toba, mandailing, jawa, minang, dan suku lainnya.

5. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani responden yaitu : SD, SMP, SMA, DIII, dan PT.

6. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan berupa uang atau barang, yaitu PNS, pegawai swasta, wiraswasta, dan lainnya. 7. Lama menderita adalah waktu lamanya penyakit hipertensi komplikasi

penyakit jantung yang dialami oleh responden.

8. Jenis kelas rawat inap pasien adalah kelas pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan yang dibedakan atas pasien Super VIP, VIP, kelas I, Kelas II, Kelas III.

9. Penatalakasanaan diet jantung adalah pemberian diet jantung pada responden yang diberikan oleh pihak rumah sakit, yang keberhasilannya juga dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam melaksanakan diet jantung.

(48)

11.Status gizi adalah keadaan tubuh pasien hipertensi rawat inap yang didapat melalui pengukuran indeks massa tubuh.

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah untuk mengukur penatalaksanaan diet serta status gizi pasien hipertensi rawat inap.

1. Penatalaksanaan Diet Jantung

Penatalaksanaan diet jantung dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kesesuaian pemberian diet jantung berdasarkan indikasi pemberian dan kandungan zat gizi. Makanan yang diberikan kepada pasien hipertensi dengan komplikasi jantung ditimbang dengan menggunakan timbangan makanan lalu dianalisis kandungan zat gizi utama yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat dan natrium dengan menggunakan DKBM. Kesesuaian diet jantung dapat dilihat dari indikasi pemberian dan kandungan gizi yang diberikan sebagai berikut (Arief, 2002) :

Tabel 3.1. Kriteria Kesesuaian Diet Jantung IV Berdasarkan Indikasi Pemberian Dan Kandungan Zat Gizi Utama Diet Jantung IV

No. Sesuai Tidak Sesuai

1. - Indikasi pemberian : Diberikan kepada penderita hipertensi komplikasi jantung ringan, dalam bentuk makanan biasa

- Kalori : 2023 kkal - Protein : 67 gr - Lemak :51 gr

- Karbohidrat : 329 gr - Natrium : 172 mg

- Indikasi pemberian : diberikan bukan kepada penderita hipertensi komplikasi jantung ringan dan bukan dalam bentuk makanan biasa

- Kalori : <2023 kkal atau >2023 kkal

- Protein : <67 gr atau > 67 gr - Lemak : <51 gr atau > 51 gr - Karbohidrat : <329 gr atau > 329

gr

- Natrium : <172 mg atau >172 mg

(49)

Selain itu, keberhasilan penatalaksanaan diet jantung juga dipengaruhi oleh kepatuhan pasien hipertensi komplikasi penyakit jantung yang rawat inap dalam melaksanakan diet jantung dari rumah sakit, yang dapat diukur melalui 12 pertanyaan yang disediakan untuk responden dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 2, nilai 1 untuk jawaban hampir benar, dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Menurut hasil penelitian Barus (2009) yang mengutip pendapat Arikunto bahwa kriteria di atas dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut :

- Baik, jika nilai reponden >75% dari total seluruh pertanyaan tentang kepatuhan, dengan nilai >23

- Sedang, jika nilai responden 40-75% dari total seluruh pertanyaan tentang kepatuhan, dengan nilai 12-23

- Kurang, apabila nilai responden <40% dari total seluruh pertanyaan tentang kepatuhan, dengan nilai <12

2. Status Gizi

Status gizi pasien hipertensi rawat inap dinilai dengan cara pengukuran indeks massa tubuh (IMT), namun sebelumnya berat badan dan tinggi badan pasien harus diketahui agar indeks massa tubuh pasien dapat dihitung. Berat badan dan tinggi badan pasien hipertensi rawat inap dapat diketahui melalui data pengukuran yang telah dilakukan oleh pihak RSU Bandung sebelum pasien dirawat inap. Pengukuran indeks massa tubuh dapat dilakukan dengan rumus berikut ini.

(50)
[image:50.612.112.532.168.264.2]

Setelah dihitung indeks massa tubuh pasiennya, kemudian ditetapkanlah status gizi pasien tersebut dengan kategori pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber: Depkes RI, 2002

3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut: 1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Jika terdapat jawaban yang belum lengkap, atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi kebenaran dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Entry Data

Data yang telah diperiksa dan diberi kode di entry ke dalam program komputer.

(51)

3.8.2. Analisis Data

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan didirikan pada tahun 1982 dengan luas areal tanah 15.000 m2 dan terletak di Jalan Mistar no. 39 Medan. Rumah Sakit Umum Bandung Medan memberikan pelayanan kesehatan pada seluruh lapisan masyarakat yaitu pada masyarakat umum, peserta askes, peserta jamkesmas, peserta medan sehat dan peserta jamkesda. Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan adalah rumah sakit kelas/tipe C dengan kapasitas 90 tempat tidur. Hal ini menunjukkan kekurangan, karena seharusnya rumah sakit kelas/tipe C memiliki minimal 100 tempat tidur.

Jumlah tenaga dokter yang ada di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan adalah sebanyak 23 orang, yang terdiri dari 7 orang dokter umum, 3 orang dokter spesialis kandungan, 1 orang dokter spesialis penyakit dalam, 2 orang dokter spesialis bedah, 2 orang dokter spesialis anak, 3 orang dokter spesialis anastesi, 2 orang dokter spesialis mata, 1 orang dokter spesialis syaraf, 1 orang dokter spesialis kulit dan kelamin, dan 1 orang dokter spesialis radiologi.

(53)

sehingga sampai sekarang keberadaan RSU Bandung Medan telah dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa maupun pegawai rumah sakit.

4.1.1. Produk Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan memberikan produk pelayanan kesehatan kepada pasien berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang medis, serta pelayanan diagnostik khusus. Rumah sakit ini memiliki pelayanan rawat jalan seperti instalasi gawat darurat, poliklinik penyakit dalam, poliklinik obgyn, poliklinik anak, dan poliklinik mata. Pelayanan rawat inap yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan meliputi ruang ICU, ruang rawat inap super VIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, ruang rawat inap Gakin, ruang bayi, dan ruang bayi inkubator.

Pelayanan penunjang medis yang dimiliki oleh RSU Bandung Medan meliputi Unit Gawat Darurat 24 jam, poliklinik umum P3K, instalasi gizi, radiologi 24 jam,

scanning, x-ray, USG Colours, ECG, angiography system, treadmill, laboratorium 24 jam, klinik spesialis, general medical check up,dan apotek 24 jam. Pelayanan diagnostik khusus yang dimiliki oleh RSU Bandung Medan yaitu kamar operasi, kamar bersalin, dan kamar inkubator.

4.2. Karateristik Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap

(54)

4.2.1. Umur

Dari hasil penelitian yang dilakukan, distribusi pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Umur Jumlah % 1 20 Tahun

21-30 Tahun

0 6

0,0 17,1 2

3 31-40 Tahun 9 25,7

4 41-50 Tahun 12 34,3

5 51-60 Tahun 8 22,9

Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa jumlah pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap terbanyak berdasarkan kelompok umur yaitu berada pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 12 orang (34,3%) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 6 orang (17,1%).

4.2.2. Jenis Kelamin

Distribusi hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Jenis kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 16 45,7

2 Perempuan 19 54,3

(55)

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa lebih banyak pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap di RSU Bandung Medan adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (45,7%) daripada laki-laki yaitu 16 orang (45,7%).

4.2.3. Suku

Dari penelitian yang dilakukan di RSU Bandung Medan, diperoleh bahwa mayoritas pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap adalah bersuku Jawa yaitu sebanyak 16 orang (45,7%) dan yang paling sedikit adalah bersuku Karo yaitu sebanyak 3 orang (8,6%) dan tidak ada pasien hipertensi komplikasi jantung yang bersuku Mandailing. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Suku Jumlah % 1

2

Batak Toba Mandailing

5 0

14,3 0,0

3 Batak Karo 3 8,6

4 Jawa 16 45,7

5 Minang 5 14,3

6 Lainnya 6 17,1

Jumlah 35 100,0

4.2.4. Pendidikan

(56)

Tabel 4.4. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah % 1 2 SD SMP 0 6 0,0 17,1 3 4 5 SMA DIII PT 17 0 12 48,6 0,0 34,3

Jumlah 35 100,0

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap paling banyak adalah SMA yakni sebanyak 17 orang (48,6%) dan yang paling sedikit adalah SMP yakni sebanyak 6 orang (17,1%). Tidak ada pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap dengan pendidikan tamat SD dan DIII.

4.2.5. Pekerjaan

[image:56.612.112.529.86.228.2]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap cukup bervariasi, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Pekerjaan Jumlah % 1 2 PNS Pegawai/Karyawan Swasta 0 3 0,0 8,6 3 4 Wiraswasta Lainnya 18 14 51,4 40,0

Jumlah 35 100,0

(57)

sebanyak 18 orang (51,4%) dan yang paling sedikit adalah pegawai/karyawan swasta yakni 3 orang (8,6%) serta tidak ada pasien hipertensi komplikasi jantung yang bekerja sebagai PNS.

4.2.6. Pendapatan

Distribusi pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap berdasarkan tingkat pendapatan per bulan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Bulan di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Tingkat Pendapatan/bulan (Rp) Jumlah % 1

2

Tidak Berpenghasilan <500.000

6 0

17,1 0,0 3

4 5

500.000-<1.000.000 1.000.000-<2.500.000 2.500.000-3.500.000

2 15 12

5,7 42,9 34,3

Jumlah 35 100,0

Dari Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan per bulan pasien hipertensi komplikasi jantung yang rawat inap paling banyak tergolong kepada Rp. 1.000.000 sampai kurang dari Rp. 2.5000.000 setiap bulan dengan jumlah 15 orang (42,9%), sebanyak 6 orang (17,1%) yang tidak berpenghasilan dengan status sebagai ibu rumah tangga, dan tidak ada pasien hipertensi komplikasi jantung yang berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 per bulan.

4.2.7. Lama Menderita Hipertensi Komplikasi Jantung

(58)

Tabel 4.7. Distribusi Pasien Hipertensi Komplikasi Jantung Yang Rawat Inap Berdasarkan Lama Menderita Hipertensi Komplikasi Jantung di Rumah Sakit Umum (RSU) Bandung Medan Tahun 2012

No Lama Menderita (Tahun) Jumlah

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Kalium Dalam Beberapa Bahan Makanan
Tabel 2.2. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Dalam
Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Dan Natrium Dalam Diet Jantung
Tabel 2.4. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profil pasien DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, hasil yang diperoleh dari penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi diperoleh data bahwa pasien

Hasil penelitian menunjukkan penatalaksanaan diet pasien HIV/AIDS diberikan makanan biasa dan makanan lunak, belum diberikan diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein), frekuensi

Hasil penelitian menunjukkan penatalaksanaan diet pasien HIV/AIDS diberikan makanan biasa dan makanan lunak, belum diberikan diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein), frekuensi

yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2014. Mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi dengan

Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010. Penerbit Salemba

Hasil penelitian menunjukkan penatalaksanaan diet pasien HIV/AIDS diberikan makanan biasa dan makanan lunak, belum diberikan diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein), frekuensi

Hasil penelitian menunjukkan penatalaksanaan diet pasien HIV/AIDS diberikan makanan biasa dan makanan lunak, belum diberikan diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein), frekuensi

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “Perbandingan Kepatuhan Diet Pasien Penderita Hipertensi Di Rumah Dengan Penderita Hipertensi Yang