• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan IPK dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan IPK ≥ 3,00 lebih patuh dibandingkan dengan responden dengan IPK < 3,00 dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

menunjukkan bahwa ada hubungan IPK dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.

Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses belajar yang artinya di dalam pendidikan terjadi proses yang akan berpengaruh pada tindakan dan kepatuhan terhadap standar yang berlaku di suatu tempat. IPK merupakan salah satu indikator tingkat prestasi pendidikan atau keberhasilan mahasiswa. Semakin tinggi nilai IPK, maka pengetahuan seseorang akan semakin tinggi pula. Hal ini sejalan dengan penelitian Arifien (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan terhadap SOP pendekatan MTBS. Menurut Adikoesoemo (1997), dengan pengetahuan dan dedikasi yang tinggi, maka rumah sakit akan mempunyai pelayanan yang semakin baik.

5.5Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik lebih patuh dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan cukup dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan pengetahuan berpengaruh signifikan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGM FKG USU.

. Hal ini sejalan dengan penelitian Afifah (2014) di RSGM FKG UNEJ yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan pencegahan penyakit hepatitis B terhadap kepatuhan prosedur kerja mahasiswa yang menempuh pendidikan profesi, dimana semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki mahasiswa tentang pencegahan penyakit hepatitis B maka semakin tinggi pula kepatuhan mahasiswa tersebut terhadap prosedur kerja yang ditetapkan RSGM FKG UNEJ. Akan tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian Puspitaloka (2008), dimana tinggi rendahnya pengetahuan tidak mempengaruhi kepatuhan sampel dalam mematuhi prosedur kerja. Sampel yang mematuhi prosedur kerja terbanyak memiliki pengetahuan baik sedangkan yang tidak mematuhi prosedur kerja juga memiliki pengetahuan yang baik. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki yang lantas melekat di benak seseorang. Menurut

Meliono (2007), pada saat seseorang memakai akal budinya untuk mengenali suatu kejadian tertentu yang belum pernah dirasakan sebelumnya itu dapat memunculkan sebuah pengetahuan.

Pada umumnya, suatu pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang baik menuntut mahasiswa untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dengan baik pula, yaitu dengan cara mematuhi seluruh prosedur kerja dalam pelayanan kesehatan gigi secara lengkap dan berurutan sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam tindakan.

5.6Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan sarana dan prasarana baik lebih patuh dibandingkan dengan responden yang menyatakan sarana dan prasarana cukup dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Hasil uji multivariat dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan saraan dan prasarana berpengaruh signifikan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional

prosedur di RSGM FKG USU. Sarana dan prasarana juga merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik.

Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai maka mahasiswa kepaniteraan klinik dapat mematuhi semua prosedur kerja yang sudah ditetapkan RSGMP FKG USU sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yusuf Ramli (2000) yang menyatakan bahwa sarana mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek petugas kesehatan dalam pemberian pengobatan standar malaria klinis di Kabupaten Tasikmalaya.

Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa masih ada mahasiswa yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana belum sepenuhnya baik. Meskipun ada beberapa departemen yang belum menyediakan alat secara lengkap, akan tetapi mahasiswa kepaniteraan klinik dapat bekerja dengan baik karena alat tersebut dapat digantikan dengan alat yang lain. Menurut Siagian dalam Guspianto (2007), tanpa didukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kemudian adanya dedikasi, kemampuan kerja, keterampilan serta niat yang tinggi untuk menunjukkan prestasi kerja maka tidak akan besar manfaatnya. Suatu organisasi dapat menjalankan roda organisasinya dengan lancar, maka persyaratan minimal ketersediaan sarana dan prasarana tetaplah harus terpenuhi.

Menurut Adikoesoemo (1997), pelayanan dapat terjamin bila sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit tersebut unggul, semakin baik peralatan yang tersedia maka pelayanan yang dilakukan akan semakin baik. Sarana dan prasarana

yang baik akan menunjang pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dan dapat diterima oleh pasiennya.

Donabedian (1980) dalam Wijono (1999), sarana merupakan salah satu unsur standar dalam input yang merupakan indikator mutu suatu pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa dalam proses pelaksanaan suatu pelayanan kesehatan, sarana akan berperan penting guna mencapai atau memenuhi standar mutu pelayanan.

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur di RSGMP FKG USU adalah dominan patuh yaitu sebesar 76,3%. 2. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan umur dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.

3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.

4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan IPK dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.

5. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda, pengetahuan mempunyai pengaruh signifikan

terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.

6. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana dan prasaranadengan kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda, sarana dan prasarana merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur.

6.2. Saran

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di RSGMP FKG USU, maka disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut :

1. Mahasiswa kepaniteraan klinik diharapkan untuk dapat mematuhi seluruh standar operasional prosedur yang berlaku di RSGMP FKG USU sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien.

2. RSGMP FKG USU diharapkan untuk dapat menambah pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik mengenai tata laksana standar operasional prosedur, membuat pedoman standar operasional prosedur yang jelas pada masing-masing departemen dan diharapkan adanya pemberian sanksi yang tegas apabila terdapat pelanggaran serta meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan kepada pasien sehingga kualitas pelayanan dapat ditingkatkan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepatuhan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam pelaksanaan standar operasional prosedur dengan penambahan variabel penelitian sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada.

Dokumen terkait