• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil study EHRA sebanyak 76% anggota keluarga dewasa buang air besar pada jamban pribadi, sebanyak 2,5% di Wc umum, 1% menggunakan WC helikopter, 1,2% buang air besar ke sungai, 18,8% ke kebun/pekarangan,3,5% ke selokan/parit, 2,5% pada lubang galian, 1,7% ke tempat lainnya dan 1% tidak tahu.

Tempat buang air besar dalam Study EHRA meliputi, jamban pribadi, WC umum, WC helikopter, ke sungai/pantai/laut, ke kebun/pekarangan, ke selokan/parit/got, ke lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Tempat buang air besar di Kabupaten Bangli menurut hasil Survey EHRA dapat dilihat pada grafik 3.5.

22

Grafik 3.5 Tempat buang air besar anggota keluarga dewasa di Kabupaten Bangli

Selain anggota keluarga, dalam Study EHRA juga menggunakan orang lain di luar anggota keluarga sebagai obyek, namun hal ini dilakukan hanya dengan wawancara pada sampel. Hasil Study EHRA orang di luar anggota keluarga yang masih buang air besar di tempat terbuku menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada grafik 3.6.

Grafik 3.6 Orang di luar anggota keluarga yang buang air besar di tempat terbuka di Kabupaten Bangli

23 Penduduk yang berada diluar rumah tangga survey yang buang air besar ditempat terbuka juga termasuk dalam area survey EHRA, dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Dari grafik diatas dapat dilihat anak laki-laki umur 5-12 tahun yang masih buang air besar di tempat terbuka sebanyak 12,8%, anak perempuan umur 5-12 tahun yang BAB di tempat terbuka 11,6%, remaja laki-laki yang BAB di tempat terbuka sebanyak 8,9%, remaja perempuan yang BAB di tempat terbuka sebanyak 8,7%, laki-laki dewasa yang BAB di tempat terbuka sebanyak 14,9%, persentase perempuan dewasanya juga sebanyak 14,9%, laki-laki tua yang BAB di tempat tebuka sebanyak 13%, perempuan dewasa yang BAB di tempat terbuka sebanyak 12,2%, masih ada beberapa orangdan tidak tahu siapa yang masih BAB di tempat terbuka yakni 14,3% dan lainnya 1,7%.

Saluran pembuangan air akhir tinja dalam study EHRA terdiri dari tangki septik, pipa sewer, cubluk/lobang tanah, langsung ke draenase, sungai/danau/pantai, kebun/tanah lapang.Hasil study EHRA saluran pembuangan akhir tinja dapat dilihat pada grafik 3.7.

Grafik 3.7 Saluran Pembuangan Akhir Tinja Di Kabupaten Bangli

Informasi ini diperoleh melalui wawancara, sehingga tidak menutup kemungkinan muncul salah persepsi tentang jenis yang dimiliki. Warga seringkali mengklaim tempat pembuangan tinja yang mereka miliki adalah tangki septik, padahal hanya cubluk. Namun hal ini pula didukung oleh wilayah perbukitan dan pengunungan di Kabupaten Bangli yang permukaaan air tanahnya sangat dalam, sehinng kemungkinan tercemar oleh tinja sangat kecil. Untuk itu kami melalui rpelatihan enumerator menyepakati bahwa sarana cubluk

24 yang dimiliki sudah memenuhi syarat pembuangan limbah tinja. Dari hasil survey EHRA didapat bahwa rumah tanggga yang menggunakan saluran pembuangan limbah akhir dengan tangki septik sebanyak 60%, dengan pipa sewer 1,7%, menggunakan cubluk13,3%, langsung ke drainase sebanyak 1%, kedanau/sungai/pantai dan ke kebun/tanah lapang sebanyak 0,6% dan tidak tahu 22,8%.

Oleh masyarakat kotoran anak kerap kali dianggap tidak membahayakan, sehingga dalam penanganannya sering dibuang sembarangan atau pada tempat terbuka, tempat sampah dan di salauran drainese. Padahal kotoran manusia dalam kelompok apapun sangat berbahaya karena dapat mencemari lingkungan dan sebagai media patogent. Dalam study EHRA hal ini sangat diperhatikan. Di Kabupaten Bangli hanya 29,6% kotoran anak dibuang ke jamban, 3,% dibuang ke tempat sampah, 16,1% ke kebun/pekarangan/jalan, 1% dibuang ke sungai/selokan/got,dan 49,3% merespon tidak tahu kemana kotoran balita dibuang, yang dapat dilihat pada grafik 3.8.

Grafik 3.8 Pembuangan Kotoran Anak Balita

3.4 Drainase Lingkungan Sekitar dan Banjir

Topografi wilayah Kabupaten Bangli berada pada ketinggian antara 100 – 2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum rentang ketinggian wilayah Kecamatan Susut (225 – 950 m dpl), Kecamatan Bangli (200 – 1.175 m dpl), Kecamatan Tembuku (300 – 891 m dpl) dan Kecamatan Kintamani (100 – 2.152 m dpl). Kelerengan wilayah bervariasi antar wilayah kecamatan dan secara umum berada

25 pada kondisi dataran sampai landai (0-15%) seluas 12,11% dari luas wilayah, bergelombang (15-30%) seluas 21,7% dari luas wilayah, curam (30-40%) seluas 18,18% dari luas wilayah dan sangat curam (>40%) seluas 48,01% luas wilayah. Kondisi datar relatif hanya terdapat pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani. Sehingga Kabupaten Bangli yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perbukitan dan pegunungan serta sebagian kecil merupakan dataran rendah. Dari study EHRA di Kabupaten Bangli menunjukkan hanya 0,6% rumah tangga yang ditemukan rumahnya pernah mengalami kebanjiran. Banjir yang dialami rumah tangga biasanya bersekala rendah artinya kurang dari 1 jam air genangan sudah surut. Walaupun Kabupaten Bangli memiliki topigrafi perbukitan namun tidak menutup kemungkinan terjadi banjir tetap ada. Berikut tabel 3.2 menunjukkan jumlah desa yang sering diidentifikasikan sering banjir.

Tabel 3.2 Jumlah desa yang diidentifikaskan sering banjir

No. Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Desa/Kelurahan sering banjir

1 2 3 4 Bangli Susut Tembuku Kintamani 9 9 6 48 - - - 2 Jumlah 72 2

26

3.5 Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat diabaikan dan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Air selain digunakan untuk minum, mandi,cuci dan kakus, air juga dapat menjadi media penyebaran penyakit serta sumber penyakit. Air yang tidak layak konsumsi dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, sosial dan estetika. Simber air yang bersih dan layak jika dalam pengelolaannya salah juga dapat menyebabkan ganggguan kesehatan, sosial dan estetika. Untuk itu dalam study EHRA sumber air dan tatacara pengelolaanya menjadi salah satu obyek surveynya. Pada sub bab ini disajikan informasi air bersih dan pengelolaannya secara lengkap dan dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.10 Pemakaian Sumber Air Untuk Minum

Hasil study EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangli sumber air yang digunakan untuk minum 4 terbanyak bersumber dari ledeng PDAM sebanyak 37,3 %, dari mata ari terlindungi 26,1%, air hujan sebanyak 24,2% serta bersumber dari botol kemasan 21,1%. Masih banyaknya sumber air yang tidak terlindungi seperti air hujan, mata air tak terlindungi dan air waduk/danau masih digunakan dapat mempengaruhi kejadian kesakitan yang meninggkat.

27

Grafik 3.11 Pemakaian Sumber Air Untuk Masak

28 Dari grafik 3.11 diatas dapat di gambarkan bahwa pemakaian air bersih untuk memasak 42% berasar dari ledeng PDAM, 27% menggunakan mata air terlindungi, 25% masih menggunakan air sungai, 3,5% menggunakan air hujan dan 0,2 % bersumber dari air danau.

Pemakaian air bersih untuk mencuci piring dan gelas di Kabupaten Bangli dari hasil study EHRA menunjukanan 41% masyarakat mencuci piring dan gelas menghunakan air ldeng PDAM, 23,4% menggunakan air sungai, 30% menggunakan air hujan, 3,5% menggunakan mata air telindungi, 3,3% menggunakan mata air tak terlindungi dan 0,2% bersumber dari air danau.

Grafik 3.13 Pemakaian Sumber Air Untuk Cuci Pakaian

Pemakaina sumber air untuk mencuci pakaian di Kabupaten Bangli menurut hasil study EHRA menunjukkan bahwa 41,2% masyarakat menggunakan air ledeng PDAM untuk mencuci pakaian, 31,1% menggunakan air sungai, 23% menggunakan air hujan, 3,5% menggunakan mata air terlindungi 3,1% menggunakan mata air tak terlindungi dan 0,2% menggunakan air danau.

Pemakaiana air bersih untuk gosok gigi berasal dar berbagai sumber diantaranya, 58% menggunakan air ledeng PDAM, 29,2% masih menggunakan air sungai, 23,6% menggunakan air hujan, 3,5% menggunakan mata air terlindungi, 3,3% menggunakan mata

29 air tak terlidungi dan 0,2% masih menggunakan air danau. Berikut adalah grafik pemakaian air bersih untuk menggosok gigi.

Grafik 3.14 Pemakaian Sumber Air Untuk Gosok Gigi

Selain sumber air yang beranekaragam dan beberapa yang masih bersumber dari sumber air yang tidak terlindungi, diharapkan dalam tatacara pengelolaannya mengunakan tatacara yang sehat dan hygiene sehingga dapat mengurangi resiko kesakitan yang bersumber dari air. Dalam study EHRA tatacara pengelolaan juga menjadi obyek dari wawancara maupun pengamatan olh enumerator. Berikut adalah grafik tatacara pengelolaan air sebelum digunakan dan grafik cara pengolahan air minum.

30 Dari hasil study EHRA di Kabupaten Bangli bahwa sumber air berasal dari berbagai sumber namun 92,1% rumah tangga mengolah air baku sebelum diminum dan 97,8% mengolahnya dengan cara merebus, 0,4% menggunakan kaporit dan 1,8% menggunkan cara pengolahan lainnya dapat dilihat pada grafik 3.15 dibawah ini.

Grafik 3.16 Cara Pengolahan Air Minum

3.6 Perilaku Hygiene

Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat menghalangi transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni sesudah buang air besar (BAB), sesudah menceboki pantat anak, sebelum menyantap makanan, sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-harinya, pada

31 Studi EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh Studi EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Grafik di bawah ini menjelaskan pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin berdasarkan analisis Studi EHRA di Kabubaten Bangli, sebagai berikut :

Grafik 3.17 Pemakaian Sabun Pada Hari Ini Atau Kemarin

Dari grafik di atas dapat dijelaskan 97,9% responden menjawab bahwa mereka menggunakan sabun pada hari ini atau kemarin sedangkan 2,1% responden yang menjawab tidak. Proporsi rumah tangga sampel yang menjawab tidak menggunakan sabun terbanyak berada pada klaster 4 yakni sebanyak 15,8% dari total 2,1%, atau sekitar 21 total rumah tangga yang tidak menggunakan sabun hari ini dan kemarin.

Ada beberapa tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan pakai sabun, dapat dilihat pada grafik 3.18. di bawah ini

32

Grafik 3.18. Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun

Dari hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli ada beberapa tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan pakai sabun meliputi di kamar mandi, di dekat kamar mandi, di jamban, di sumur, di sekitar penampungan, di tempat cuci piring, di dapur dan lainnya. Tempat mencuci tangan memakai sabun yang paling menonjol adalah di tempat cuci piring yakni 80,1% dan di dapur sebanyak 68,7%. Sabun merupakan sarana untuk mencuci tangan, ketersediaan sabun di jamban cukup tinggi yaitu 74,1% berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh enumerator pada rumah tangga yang dikunjungi.

Pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari – hari yaitu untuk mandi, untuk memandikan anak, untuk menceboki pantat anak, untuk mencuci tangan sendiri, untuk mencuci tangan anak, untuk mencuci peralatan, untuk mencuci pakaian, dan lainnya. Dari grafik di bawah ini dapat digambarkan penggunaan sabun dalam kehidupan sehari – hari dimana sabun paling menonjol dimanfaatkan untuk mandi, mencuci tangan dan mencuci pakaian. Berdasarkan hasil Study EHRA di Kabupaten Bangli pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari paling banyak dilakukan yaitu sebelum makan yakni 87,8%, 83% setelah makan, 81% setelah dari buang air besar, dan 71,4% setelah memegang hewan. Untuk lebih lengkapnya pemanfaatan sabun dapat dilihat pada grafik 3.19.

33

Grafik 3.19. Pemanfaatan Sabun Dalam Kehidupan Sehari-hari

Selain prilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dengan praktek cuci tangan pakai sabun dijelaskan pula kebiasaan masyarakat membuang sampah dan ada-tidaknya sampah di lingkungan rumah. Ada beberapa sarana yang dipergunakan untuk mengumpulkan sampah di dapur yaitu : kantong plastic tertutup, kantong plastic terbuka, keranjang sampah tertutup, keranjang sampah terbuka, dan lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada rumah tangga yang dikunjungi sebagian besar sampah ditempatkan dalam wadah yaitu pada keranjang sampah dan kantong plastic, hanya 7,9% responden yang tidak mempunyai tempat sampah di dapurnya seperti yang dijelaskan pada Grafik di bawah ini.

34 Berdasarkan pengamatan enumerator Study EHRA di kabupaten Bangli, kebersihan halaman dari sampah yakni 82,8% dan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.21. Kebersihan Halaman Dari Sampah

3.7 Kejadian Penyakit Diare

Hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli menunjukkan bahwa 69,6% responden menjawab tidak pernah terjangkit diare seperti yang digambarkan pada grafik di bawah. Untuk kejadian penyakit diare yang terjadi kemarin menjawab 0,6%, satu minggu terakhir 1,9% , satu bulan terakhir 4,3%, tiga bulan terakhir 5,6% ,enam bulan terakhir 6% dan lebih dari enam bulan yang lalu 12% responden yang menjawab. Dari 30,4% responden yang pernah mengalami diare, anggota keluarga yang terjangkit diare paling menonjol adalah anak – anak balita yakni 49,7%, orang dewasa laki laki dan orang dewasa perempuan masing – masing sebesar 24,5% seperti digambarkan pada grafik di bawah ini.

35

Grafik 3.23. Anggota Keluarga Yang Terjangkit Diare

Berdasarkan hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli untuk pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air besih rumah tangga, perilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dan kejadian penyakit diare, dapat dilihat pada indeks resiko pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3. Kumulatif Indeks Resiko Sanitasi

Variabel CLUSTER 0 CLUSTER

1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 CLUSTER 4 1. SUMBER AIR 18 28 29 30 43 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.

73 70 72 56 64 3. PERSAMPAHAN. 88 31 76 57 49 4. GENANGAN AIR. 4 12 4 21 5

5. PERILAKU HIGIENE DAN

SANITASI 33 35 28 38 61 215 177 208 202 223 Berikut adalah grafik kumulatif risiko sanitasi dari hasil studyEHRA di Kabupaten Bangli tahun 2013

36

Grafik 3.24. Indeks risiko Sanitasi Kabupaten Bangli Tahun 2013

Hasil study EHRA di Kabupaten bangli tahun 2013 mengasilkan indeks area berisiko sanitasi per kluster seperti pada grafik diatas. Desa Songan A dan Songan B menurut pengklasteran pokja Sanitasi berada pada kluster 4 dan merupakan desa dengan risiko sanitasi sangat tinggi. Desa/kelurahan Kawan, Abuan Susut, Pengiangan,Peninjauan, Undisan, Bangbang, Yangapi, Jehem, Tembuku, Blandingan, Buahan, Terunyan mempunyai risiko Sanitasi Tinggi. Kubu, Pengotan, Bunutin bangli, Taman bali, Bebalang, kayubihi, Cempaga, Sulahan, Demulih susut, Selat, Kutuh, Bunutin kintamani, Katung, Pinggan, Kedisan, Abang Songan mempunyai indeks Risiko Sanitasi Tinggi. Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara, Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subay mempunyai Indeks Risiko Sanitasi kurang berisiko. Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan, Belange, Penegjaran,Selulung, Daup, Siakin dan Landih mempunyai Indeks Risiko Sangat Tinggi. Dari hasil tersebut dapat diklasifikasikan Desa/Kelurahan yang mempunyai indeks risiko sanitasi seperti pada tabel berikut.

37

Tabel 3.4. Indeks Risiko Sanitasi per Desa diKabupaten Bangli

No Kluster Kecamatan Desa/Kelurahan Indeks risiko 1 4 Kintamani Songan A dan Songan B Risiko Sangat

tinggi 2 3 Bangli Susut Tembuku Kintamani Kawan Abuan Susut,pengiangan. Peninjauan, Undisan Bangbang Yangapi Jehem Tembuku Blandingan, Buahan, Terunyan Risiko tinggi 3 2 Bangli Susut Kintamani Kubu,pengotan Bunutin bangli Taman bali Bebalang,kayubihi Cempaga

Sulahan,demulih susut, Selat Kutuh, bunutin kintamani, katung, Pinggan,kedisan Abang Songan Risiko tinggi 4 1 Susut Kintamani

Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara,

Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subaya.

Kurang berisiko

5 0 Kintamani Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan, Belange, Penegjaran,Selulung, Daup, Siakin dan Landih

Risiko sangat tingggi

38

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air besih rumah tangga, perilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dan kejadian penyakit diare telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, pelaksanaan EHRA berkolaborasi dengan kader poskesdes dan Kesehatan lingkungan di masing-masing desa. Pemilihan kader poskesdes dan kader kesling ini dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut berpartisipasi membangun Kabupaten Bangli. Pertimbangan lainnya kader poskesdes dan kader kesling yang digunakan sebagai enumerator sebagian besar berasal dari Kabupaten Bangli tepatnya di desa yang disurvey yang tentunya mengetahui adat dan budaya masyarakat setempat sehingga memudahkan dalam pengumpulan data. Enumerator terpilih umumnya memahami wilayah Kecamatan yang menjadi lokasi survey EHRA sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya.

Hasil Studi EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabuapten Bangli yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kota terutama pada area beresiko. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat desa (indikatif) dan digunakan sebagai bahan advokasi pengarustamaan pembangunan sanitasi kabupaten.

Hasil study EHRA di Kabupaten bangli tahun 2013 mengasilkan indeks area berisiko sanitasi per kluster seperti pada grafik diatas. Desa Songan A dan Songan B menurut pengklasteran pokja Sanitasi berada pada kluster 4 dan merupakan desa dengan risiko

39 sanitasi sangat tinggi. Desa/kelurahan Kawan, Abuan Susut, Pengiangan,Peninjauan, Undisan, Bangbang, Yangapi, Jehem, Tembuku, Blandingan, Buahan, Terunyan mempunyai risiko Sanitasi Tinggi. Kubu, Pengotan, Bunutin bangli, Taman bali, Bebalang, kayubihi, Cempaga, Sulahan, Demulih susut, Selat, Kutuh, Bunutin kintamani, Katung, Pinggan, Kedisan, Abang Songan mempunyai indeks Risiko Sanitasi Tinggi. Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara, Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subay mempunyai Indeks Risiko Sanitasi kurang berisiko. Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan, Belange, Penegjaran,Selulung, Daup, Siakin dan Landih mempunyai Indeks Risiko Sangat Tinggi.

Studi EHRA pertama kali dilakukan di Kabupaten Bangli pada bulan Juli 2012, dimana hasil analisis Studi EHRA ini dapat dijadikan baseline bagi hasil Studi EHRA selanjutnya.

4.2 Hambatan

Dalam melaksanakan Study EHRA di Kabupaten Bangli banyak hambatan yang dihadi oleh tim Pokja Sanitasi diantaranya:

1. Topografi yang berbukit dan pegunungan menyulitkan enumerator menjangkau rumah tangga yang tersampel

2. Administrasi kependudukan yang masih tumpang dindih dengan pembangian wilayah Desa, penduduk yang tinggal di wilayah Desa A tercatat dalam administrasi kependudukan Desa B.

3. Enumerator sangat sulit bertemu dengan sampel (istri atau perempuan yang sudah menikah), mereka selama siang hari kebanyakan beraktivitas di luar rumah sehingga waktu survey di mulai setelah mereka pulang ke rumah/ mulai sore hari. 4. Pada saat survey dilaksanakan di Kabupaten Bangli bertepatan dengan Pilgub

propinsi Bali sehingga survey memerlukan waktu yang lama menunggu masa kampanye selesai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

40 5. Enumerator mengalami kesulitan dalam hal translet kuisioner dari bahasa Indonesia ke Bahasa Bali sehingga kemungkinan ada salah persepsi antara enumerator dengan sampel.

4.3 Saran

1. Hasil pelaksanaan study EHRA di Kabupaten Bangli tahun 2013 dapat menggambarkan keadaan sanitasi Kabupaten Bangli sehingga pembangunan sanitasi berpijak dari hasil Study tersebut.

2. Pemerintah dan Instansi terkait dapat mengawal pendanaan dan fasilitas survey dari awal sampai terbentuknya Buku Putih Sanitasi sehingga Study EHRA tahun berikutnya lebih tertata dan lebih baik dari tahun2013.

41

Lampiran

KABUPATEN BANGLI TAHUN 2013

A. IDENTITAS WILAYAH.

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4 11 12 n % n % n % n % n % n % Kode Kecamatan 1 0 ,0 40 24,7 41 33,6 10 12,3 0 ,0 91 18,8 2 0 ,0 0 ,0 40 32,8 21 25,9 0 ,0 61 12,6 3 0 ,0 0 ,0 0 ,0 50 61,7 0 ,0 50 10,4 4 79 98,8 112 69,1 41 33,6 0 ,0 38 100,0 270 55,9 BA 0 ,0 10 6,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 2,1 BE 1 1,3 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 1 ,2 Kode Kelurahan/Desa 3 1 1,3 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 1 ,2 5 39 48,8 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 39 8,1 6 40 50,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 40 8,3 11 0 ,0 20 12,3 0 ,0 0 ,0 0 ,0 20 4,1 15 0 ,0 10 6,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 2,1 16 0 ,0 10 6,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 2,1 17 0 ,0 20 12,3 0 ,0 0 ,0 0 ,0 20 4,1 18 0 ,0 10 6,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 2,1 19 0 ,0 10 6,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 2,1 21 0 ,0 31 19,1 0 ,0 0 ,0 0 ,0 31 6,4 23 0 ,0 0 ,0 40 32,8 0 ,0 0 ,0 40 8,3 26 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 26,3 10 2,1 27 0 ,0 1 ,6 1 ,8 0 ,0 28 73,7 30 6,2 29 0 ,0 40 24,7 0 ,0 0 ,0 0 ,0 40 8,3 30 0 ,0 0 ,0 41 33,6 0 ,0 0 ,0 41 8,5 32 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 12,3 0 ,0 10 2,1 33 0 ,0 0 ,0 20 16,4 0 ,0 0 ,0 20 4,1 35 0 ,0 0 ,0 10 8,2 0 ,0 0 ,0 10 2,1 36 0 ,0 0 ,0 10 8,2 0 ,0 0 ,0 10 2,1 38 0 ,0 0 ,0 0 ,0 21 25,9 0 ,0 21 4,3 39 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 12,3 0 ,0 10 2,1 43 0 ,0 0 ,0 0 ,0 40 49,4 0 ,0 40 8,3 44 0 ,0 10 6,2 0 ,0 0 ,0 0 ,0 10 2,1 A8. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga Istri 80 100,0 161 99,4 120 98,4 80 98,8 34 89,5 475 98,3 Anak perempuan yg sudah menikah 0 ,0 1 ,6 2 1,6 1 1,2 4 10,5 8 1,7

42 KABUPATEN BANGLI TAHUN 2013

B. INFORMASI RESPONDEN.

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 4 11 12 n % n % n % n % n % n % Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 5 6,3 3 1,9 2 1,6 2 2,5 0 ,0 12 2,5 21 - 25 tahun 7 8,8 16 9,9 7 5,7 5 6,3 2 5,3 37 7,7 26 - 30 tahun 17 21,3 22 13,6 23 18,9 8 10,1 6 15,8 76 15,8 31 - 35 tahun 20 25,0 41 25,3 23 18,9 12 15,2 6 15,8 102 21,2 36 - 40 tahun 17 21,3 30 18,5 17 13,9 19 24,1 6 15,8 89 18,5 41 - 45 tahun 10 12,5 17 10,5 15 12,3 19 24,1 7 18,4 68 14,1 > 45 tahun 4 5,0 33 20,4 35 28,7 14 17,7 11 28,9 97 20,2 B2. Apa status

dari rumah yang anda tempati saat ini? Milik sendiri 72 90,0 126 77,8 101 82,8 60 74,1 21 55,3 380 78,7 Rumah dinas 0 ,0 0 ,0 1 ,8 0 ,0 0 ,0 1 ,2 Berbagi dengan keluarga lain 7 8,8 13 8,0 13 10,7 6 7,4 14 36,8 53 11,0 Sewa 0 ,0 1 ,6 0 ,0 0 ,0 0 ,0 1 ,2

Milik orang tua 1 1,3 22 13,6 7 5,7 15 18,5 3 7,9 48 9,9 B3. Apa

pendidikan terakhir anda?

Tidak sekolah formal 1 1,3 20 12,3 11 9,0 11 13,6 6 15,8 49 10,1 SD 40 50,0 59 36,4 56 45,9 33 40,7 18 47,4 206 42,7 SMP 22 27,5 42 25,9 15 12,3 18 22,2 11 28,9 108 22,4 SMA 8 10,0 25 15,4 27 22,1 12 14,8 2 5,3 74 15,3 SMK 1 1,3 1 ,6 4 3,3 1 1,2 0 ,0 7 1,4 Universitas/Akademi 8 10,0 15 9,3 9 7,4 6 7,4 1 2,6 39 8,1 B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya 8 10,0 47 29,0 21 17,2 33 40,7 10 26,3 119 24,6 Tidak 72 90,0 115 71,0 101 82,8 48 59,3 28 73,7 364 75,4 B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Ya 47 58,8 107 66,0 74 60,7 42 51,9 27 71,1 297 61,5 Tidak 33 41,3 55 34,0 48 39,3 39 48,1 11 28,9 186 38,5 B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 79 98,8 151 93,2 115 94,3 78 96,3 38 100,0 461 95,4 Tidak 1 1,3 11 6,8 7 5,7 3 3,7 0 ,0 22 4,6

43 B. 5 Berapa jumlah anak laki-laki yang tinggal di rumah ini ?.

Dokumen terkait