• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Bangli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Bangli"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN STUDI

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK

ASSESSMENT

(EHRA)

Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Bangli

KABUPATEN BANGLI

JULI 2013

(2)

i

KATA PENGANTAR

Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Bangli untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten. Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survei, entri maupun analisa data hasil studinya. Perangkat Studi EHRA juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang terdiri atas: 1. Perangkat lunak khusus untuk entri data dalam format Epi Info,

2. Perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS 3. Perangkat lunak syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga

menghasilkan berbagai tabel hasil pengamatan termasuk beberapa table analisis Crosstab.

Perangkat lunak entri data menggunakan Epi Info versi DOS (bukan versi MS-Windows). Hal ini untuk menjamin konsistensi pemasukan data oleh operator. Dengan demikian hasil entri data akan memiliki tingkat kesalahan yang seminim mungkin.

Berdasarkan metoda pelaksanaan studi EHRA yang baru ini, sebelum menentukan jumlah sampel, Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli harus melakukan klastering desa/kelurahan berdasarkan 4 kriteria, yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, dinilai sering mengalami banjir dan dilalui sungai yang berpotensi digunakan untuk sarana sanitasi. Penarikan sampel studi EHRA dibuat lebih fleksibel disesuai dengan ketersediaan anggaran.

(3)

ii

Namun demikian ada batasan minimum tertentu yang harus tetap dipenuhi sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dengan berbagai penyesuaian yang dilakukan dan perangkat yang telah disediakan tersebut, studi EHRA inii diharapkan dapat menyingkat waktu pelaksanaan, memberikan fleksibilitas alokasi biaya, dan yang lebih penting adalah meningkatkan kemandirian Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli sehingga dapat menyelenggarakan studi EHRA dengan sumber daya yang dimiliki.

Akhirnya kami berharap pelaksanaan studi EHRA oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli dapat memberikan hasil EHRA benar-benar menjadikan isu sanitasi menjadi “visible” serta bermanfaat.

(4)

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Studi EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam Studi EHRA adalah Kader Posyandu atau kader Kesehatan Lingkungan.. Sebelum turun ke lapangan, para enumerator ini diwajibkan mengikuti pelatihan. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Studi EHRA mencakup 4 Kecamatan, yakni Kecamatan Bangli, Kecamatan Susut, Kecamatan Tembuku dan Kecamatan Kintamani. Jumlah kelurahan/desa yang ada di 4 Kecamatan ini yaitu 72 desa/kelurahan, namun hanya 12 kelurahan/desa diambil untuk studi ini.

Rumah tangga ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik random multistage (bertingkat) dan random sistematis. Jumlah sampel di tingkat desa diambil secara disproporsional dengan asumsi dalam analisis dilakukan pembobotan. Yang menjadi primary sampling unit adalah Rumah Tangga. Di setiap desa diambil secara random 40 rumah tangga yang akan dijadikan sampel. Untuk menentukan rumah tangga digunakan sejumlah pilihan teknik teknik yang akan dipilih oleh pokja sanitasi dalam rapat pokja, dengan cara random sistematis (urutan rumah).

Yang menjadi unit analisis dalam Studi EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit responden adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam Studi EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 18-65 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar 30-60 menit. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh surveyor sehingga responden memahami betul hak-haknya

(5)

iv

dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Provencial Facilitator PPSP Bali-NTB dan CF Kabupaten Bangli. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi.

Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air besih rumah tangga, perilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dan kejadian penyakit diare.

Hasil study EHRA sebanyak 22,6% masyarakat di Kabupaten Bangli masih membiarkan sampahnya berserakan, masih terdapat 23,4% lalat disekitar tumpukan sampah, sebanyak 17,4 tikus masih berkeliaran di sekitar tumpukan sampah, banyak nyanuk di sekitar tumpukan sampah sebanyak 18,6%, sebanyak 16,8% anijng atau kucing yang mendatangi tumpukan sampah, sebanyak 8,9% menimbulkan bau busuk, 8,3% sampah menutupi saluran drainase, 9,3% anak-anak masih bermain di sekitar tumpukan sampah, dan 5,8% lainnya. Cara yang paling banyak dilakukan dalam pengolahan sampah rumah tangga di Kabupaten Bangli adalah sampah dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak 35,2% dan sampah di bakar yakni sebanyak 34,2%. Sebanyak 15,4% petugas yang mampu melayani masyarakat dalam pengangkutan sampah setiap hari, sebanyak 7,7% petugas yang melakukan pengankutan sampah beberapa kali dalam seminggu, sebanyak 69,2% yang tidak pernah petugas mengangkut sampah .

Kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten Bangli, sebanyak 78,8% penduduk memiliki jamban pribadi dengan kloset jongkok leher anggsa, 20,8% memiliki kloset duduk siram leher anggsa dan 0,4% tidak memiliki jamban pribadi. Sebanyak 76% anggota keluarga dewasa buang air besar pada jamban pribadi, 2,5% di Wc umum, 1% menggunakan WC helikopter, 1,2% buang air besar ke sungai, 18,8% ke kebun/pekarangan,3,5% ke selokan/parit, 2,5% pada lubang galian. Dari hasil survey EHRA didapat bahwa rumah tanggga yang menggunakan saluran pembuangan limbah akhir dengan tangki septik sebanyak 60%, dengan pipa sewer 1,7%, menggunakan cubluk13,3%, langsung ke drainase sebanyak 1%, kedanau/sungai/pantai dan ke kebun/tanah lapang sebanyak 0,6% dan tidak tahu 22,8%. Sedangkan di Kabupaten Bangli hanya 29,6% kotoran

(6)

v

anak dibuang ke jamban, 3,% dibuang ke tempat sampah, 16,1% ke kebun/pekarangan/jalan, 1% dibuang ke sungai/selokan/got,dan 49,3% merespon tidak tahu kemana kotoran balita dibuang.

Hasil study EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangli sumber air yang digunakan untuk minum 4 terbanyak bersumber dari ledeng PDAM sebanyak 37,3 %, dari mata ari terlindungi 26,1%, air hujan sebanyak 24,2% serta bersumber dari botol kemasan 21,1%. Pengolahan air bersih bahwa sumber air berasal dari berbagai sumber namun 92,1% rumah tangga mengolah air baku sebelum diminum dan 97,8% mengolahnya dengan cara merebus, 0,4% menggunakan kaporit dan 1,8% menggunakan pengolahan lainnya.

Perilaku higiene dan hidup bersih dan sehat pada study EHRA ditujukan dengan penggunaan sabun dalam kesehariannya. Di Kabupateb Bangli menurut study EHRA 97,9% responden menjawab bahwa mereka menggunakan sabun pada hari ini atau kemarin sedangkan 2,1% responden yang menjawab tidak. Proporsi rumah tangga sampel yang menjawab tidak menggunakan sabun terbanyak berada pada klaster 4 yakni sebanyak 15,8% dari total 2,1%, atau sekitar 21 total rumah tangga yang tidak menggunakan sabun hari ini dan kemarin. Dari hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli ada beberapa tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan pakai sabun meliputi di kamar mandi, di dekat kamar mandi, di jamban, di sumur, di sekitar penampungan, di tempat cuci piring, di dapur dan lainnya. Tempat mencuci tangan memakai sabun yang paling menonjol adalah di tempat cuci piring yakni 80,1% dan di dapur sebanyak 68,7%. Sabun merupakan sarana untuk mencuci tangan, ketersediaan sabun di jamban cukup tinggi yaitu 74,1% berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh enumerator pada rumah tangga yang dikunjungi. Berdasarkan hasil Study EHRA di Kabupaten Bangli pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari paling banyak dilakukan yaitu sebelum makan yakni 87,8%, 83% setelah makan, 81% setelah dari buang air besar, dan 71,4% setelah memegang hewan. Selain perilaku mencuci tangan pakai sabun, perilaku membuang sampah juga diamati memalui kepemilikan sarana tempat sampah. Ada beberapa sarana yang dipergunakan untuk mengumpulkan sampah di dapur yaitu : kantong plastic tertutup, kantong plastic terbuka, keranjang sampah tertutup, keranjang sampah terbuka, dan lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada rumah tangga yang dikunjungi sebagian besar sampah ditempatkan dalam wadah yaitu pada keranjang sampah dan kantong plastic, hanya 7,9% responden yang tidak

(7)

vi

mempunyai tempat sampah di dapurnya. Dan berdasarkan pengamatan enumerator Study EHRA di kabupaten Bangli, kebersihan halaman dari sampah yakni 82,8%.

Hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli menunjukkan bahwa 69,6% responden menjawab tidak pernah terjangkit diare seperti yang digambarkan pada grafik di bawah. Untuk kejadian penyakit diare yang terjadi kemarin menjawab 0,6%, satu minggu terakhir 1,9% , satu bulan terakhir 4,3%, tiga bulan terakhir 5,6% ,enam bulan terakhir 6% dan lebih dari enam bulan yang lalu 12% responden yang menjawab. Dari 30,4% responden yang pernah mengalami diare, anggota keluarga yang terjangkit diare paling menonjol adalah anak – anak balita yakni 49,7%, orang dewasa laki laki dan orang dewasa perempuan masing – masing sebesar 24,5%.

Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air besih rumah tangga, perilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dan kejadian penyakit diare, didapat kluster 0 dan kluster 4 merupakan area beresiko sangat tinggi, kluster 2 dan kluster 3 merupakan area berisiko tinggi.

Hasil Studi EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabuapten Bangli yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kota terutama pada area beresiko. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat desa (indikatif) dan digunakan sebagai bahan advokasi pengarustamaan pembangunan sanitasi kabupaten.

Studi EHRA pertama kali dilakukan di Kabupaten Bangli pada bulan Juli 2012, dimana hasil analisis Studi EHRA ini dapat dijadikan baseline bagi hasil Studi EHRA selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli untuk pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air besih rumah tangga, perilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dan kejadian penyakit diare.

(8)

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 1

1.3 Waktu Pelaksanaan ... 2

BAB II ... 3

2.1 Penentuan Target Area Survey ... 4

2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden ... 7

2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survey ... 8

2.4 Penentuan Banjar Dan Responden Di Lokasi Survei ... 11

2.5 Pemilihan Supervisor dan Enumerator ... 13

2.6 Pelatihan Studi EHRA ... 13

2.7 Pelaksanaan studi EHRA di lapangan ... 14

2.8 Data entry dan analisa ... 16

2.9 INSTRUMEN ... 17

BAB III ... 18

3.1 Informasi Responden ... 18

3.2 Pengolahan Sampah Rumah Tangga ... 18

3.3 Pembuangan Air Limbah Domestik ... 21

3.4 Drainase Lingkungan Sekitar dan Banjir ... 24

(9)

viii

3.6 Perilaku Hygiene ... 30

3.7 Kejadian Penyakit Diare ... 34

BAB IV ... 38

4.1 Simpulan ... 38

4.2 Hambatan ... 39

4.3 Saran ... 40

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko... 5

Tabel 2.2. Hasil klastering desa/kelurahan di Kabupaten Bangli... 6

Tabel 2.3. Kecamatan dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Bangli.. 10

Tabel 2.4. Desa/Kelurahan dan Banjar Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Bangli... 11

Tabel 3.1. Kondisi sampah di lingkungan rumah tangga... 18

Tabel 3.2. Jumlah desa yang diidentifikaskan sering banjir... 25

Tabel 3.3. Kumulatif Indeks Resiko Sanitasi... 35

(11)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1. Distribusi Desa Per Klaster untuk Penetapan Area Survey... ………

7 Grafik 2. 2. Jumlah sampel pada setiap klaster... ...tangga………...

9

Grafik 3.1. Cara pengolahan sampah rumah tangga di Kabupaten Bangli ... 19

Grafik 3.2. Pemilahan sampah sebelum dibuang di Kabupaten Bangli... 20

Grafik 3.3. Frekwensi petugas yang mengangkut sampah dari rumah di Kabupaten Bangli... 20

Garfik 3.4. Kepemilikan Jamban Pribadi Di Kabupaten Bangli... 21

Grafik 3.5. Tempat buang air besar anggota keluarga dewasa di Kabupaten Bangli... 22

Grafik 3.6. Orang di luar anggota keluarga yang buang air besar di tempat terbuka di Kabupaten Bangli ... 22

Grafik 3.7. Saluran Pembuangan Akhir Tinja Di Kabupaten Bangli... 23

Grafik 3.8. Pembuangan Kotoran Anak Balita... 24

Grafik 3.9. Kejadian Banjir di Kabupaten Bangli... 25

Grafik 3.10. Pemakaian Sumber Air Untuk Minum ... 26

Grafik 3.11. Pemakaian Sumber Air Untuk Masak... 27

Grafik 3.12. Pemakaian Sumber Air ntuk Cuci Piring & Gelas... 27

Grafik 3.13. Pemakaian Sumber Air Untuk Cuci Pakaian... 28

Grafik 3.14. Pemakaian Sumber Air Untuk Gosok Gigi... 29

Grafik 3.15. Pengolahan Air Minum Sebelum Digunakan... 29

Grafik 3.16. Cara Pengolahan Air Minum... ……… 30 Grafik 3.17. Pemakaian Sabun Pada Hari Ini Atau Kemarin... 31

Grafik 3.18. Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun... 32

Grafik 3.19. Pemanfaatan Sabun Dalam Kehidupan Sehari-hari... 32

Grafik 3.20. Wadah Untuk Mengumpul Sampah Di Dapur... 33

Grafik 3.21. Kebersihan Halaman Dari Sampah... 34

Grafik 3.22. Kejadian Penyakit Diare Di Kabupaten Bangli... 34

Grafik 3.23. Anggota Keluarga Yang Terjangkit Diare... 35

(12)

1

1.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai dengan tingkat kelurahan. Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

a. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat b. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa

dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda

c. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang;

d. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan.

e. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa

f. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa

1.2 Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari Studi EHRA adalah :

a. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan.

(13)

2 c. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey

yang handal

d. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putuh Sanitasi

1.3 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Bangli. Selama 5 (lima) bulan kalender dimulai dari pelatihan EHRA di Provinsi Bali blan April 2013 sampai selesai penyusunan Buku Putih Sanitasi awal bulan Agustus 2013. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangli

(14)

3

2

BAB II

METODOLOGI DAN LANGKAH PELAKSANAAN STUDI EHRA

EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumertor yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja PPSP Sanitasi Kabupaten Bangli. Sementara Sanitarian Puskesmas bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para kader Puskesmas dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 (satu) hari. Materi pelatihan mencakup dasar – dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrument EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator – indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrumen.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah desa. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel per Desa/Kelurahan sebanyak 40 responden. Desa yang termasuk ke dalam area survey sebanyak 12 desa. Dari total sampel yang diambil maka dilakukan mengambilan desa secara randum. Pada masing-masing desa diambil 8 dusun secara random, dengan perhitungan masing-masing dusun diambil 5 rumah tangga, jadi sampel yang diambil pada setiap desa 40 sampel. Untuk desa yang pada saat pengambilan random muncul dan terdiri dari hanya 1 dusun sampel tetap diambil 40 rumah tangga. Dengan demikian jumah total sampelyang diambil dalam survey di kabupaten Banglii sebanyak 480 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu rumah tangga atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali pada saat pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh supervisor sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertakan dengan sukarela dan sadar.

Tim entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur

(15)

4 kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah – langkah untuk uji konsistensi yakni Program EPI Info dan SPSS.

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar – benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut :

a. Penanggungjawab : Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli

b. Koordinator Survey : Pokja - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli

c. Anggota : BAPPEDA, BPMP,PU, BLH, DKP

d. Koordinator kecamatan : Kepala Puskesmas se- Kabupaten Bangli

e. Supervisor : Sanitarian Puskesmas se- Kabupaten Bangli

f. Tim Entry data : Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli

g. Tim Analisis data : Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli

h. Enumerator : Kader Posayadu desa atau kader kesling Desa

2.1 Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel . Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Klaster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Bangli mengingat area sumber data yang diteliti sangat luas. Pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

(16)

5 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya kabupaten/kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya yang digunakan adalah Surat keputusan Bupati Bangli Nomor 413.5/104/2011 tanggal 26 Mei 2011

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah digunakan sebagai sarana MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Bangli menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat risiko kesehatan yang identik/ homogen dalam hal tingkat resiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan dan desa/ kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan dan desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasill Studi EHRA bisa memberikan peta area berisiko dalam skala Kabupaten Bangli.

Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko

Katagori Klaster Kriteria

Klaster 0 Wilayah (kecamatan/desa/kelurahan) yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko di atas, baik kriteria utama maupun kriteria tambahan. Klaster 1 Wilayah (kecamatan/desa/kelurahan) yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi

lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah (kecamatan/ desa/ kelurahan) yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah (kecamatan/ desa/ kelurahan) yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah (kecamatan/ desa/ kelurahan) yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten Bangli menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.2 Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang

(17)

6 terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat risiko kesehatan yang identik/ homogen dalam hal tingkat resiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan dan desa/ kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan dan desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.

Tabel 2.2. Hasil klastering desa/kelurahan di Kabupaten Bangli No Klaster Jumlah Nama Desa/Kelurahan

1 4 2 Songan A dan Songan B

2 3 12 Abuan Susut, Pengiangan, Kawan, Jehem, Tembuku, Yang api,

Undisan, Bangbang, Peninjauan, Buahan, terunyan, dan Blandingan.

3 2 17

Demulih, susut,Selat, Sulahan, Bunutin Bangli, Taman Bali,

Bebalang, Cempaga, Kubu, Kayubihi, Pengotan, Bunutin

Kintamani, Katung, Kedisan, Abang songan, Kutuh, dan Pinggan.

4 1 27

Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara, Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subaya.

5 0 14 Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan,

Belange, Penegjaran,Selulung, Daup, Siakin dan Landih Hasil klastering wilayah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangli yang terdiri atas 72 Desa/Kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut:

1. Klaster 0 sebanyak 19,4% 2. Klaster 1 sebanyak 37,5% 3. Klaster 2 sebanyak 23,6% 4. Klaster 3 sebanyak 16,7% 5. Klaster 4 sebanyak 2,8%

Untuk lebih jelasnya distribusi desa/kelurahan dalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik 2.1.

(18)

7

Grafik 2.1. Distribusi Desa Per Klaster untuk Penetapan Area Survey

2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden

Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten/kota, dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga. Sampel sebesar 40 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis. Akan tapi, dalam praktiknya, bila ditargetkan 30, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan oleh sejumlah error (kesalahan pewawancara, entry team, kuesioner, dll), sehingga seringkali sampel yang ditargetkan 30 hanya terealisir sekitar 20-25 saja. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden.

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menetukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakn “ “Tabel Krejcie-Morgan”, yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%, sebagai berikut:

Jumlah KK Jumlah Sampel % Jumlah KK Jumlah Sampel % Jumlah KK Jumlah Sampel % 10 10 100% 220 140 64% 1200 291 24% 15 14 93% 230 144 63% 1300 297 23% 20 19 95% 240 148 62% 1400 302 22% 25 24 96% 250 152 61% 1500 306 20% 30 28 93% 260 155 60% 1600 310 19% 35 32 91% 270 159 59% 1700 313 18%

(19)

8 40 36 90% 280 162 58% 1800 317 18% 45 40 89% 290 165 57% 1900 320 17% 50 44 88% 300 169 56% 2000 322 16% 55 48 87% 320 175 55% 2200 327 15% 60 52 87% 340 181 53% 2400 331 14% 65 56 86% 360 186 52% 2600 335 13% 70 59 84% 380 191 50% 2800 338 12% 80 66 83% 420 201 48% 3500 346 10% 85 70 82% 440 205 47% 4000 351 9% 90 73 81% 460 210 46% 4500 354 8% 95 76 80% 480 214 45% 5000 357 7% 100 80 80% 500 217 43% 6000 361 6% 110 86 78% 550 226 41% 7000 364 5.2% 120 92 77% 600 234 39% 8000 367 4.59% 130 97 75% 650 242 37% 9000 368 4.09% 140 103 74% 700 248 35% 10,000 370 3.70% 150 108 72% 750 254 34% 15,000 375 2.50% 160 113 71% 800 260 33% 20,000 377 1.89% 170 118 69% 850 265 31% 30,000 379 1.26% 180 123 68% 900 269 30% 40,000 380 0.95% 190 127 67% 950 274 29% 50,000 381 0.76% 200 132 66% 1000 278 28% 75,000 382 0.51% 210 136 65% 1100 285 26% 100,000 384 0.38%

2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survey

Hasil klastering wilayah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangli telah ditentukan, untuk selanjutnya menentukan Desa/Kelurahan yang akan dijadikan sampel survey. Berdasarkan tabel “Krejcie-Morgan” dimana jika jumlah penduduk lebih seratus ribu maka sampel yang diambil adalah 384 sampel. Oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Bangli disepakati angka 384 tersebut dibulatkankan menjadi 400, sehingga sampel rumah tangga yang akan diambil dalam study EHRA direncanakan 400 rumah tangga. Dari hasil diskusi tim Pokja Sanitasi maka ditentukan Desa/Kelurahan sampel berdasarkan proporsi per klaster sehingga menjadi:

Rumus: Jumlah Total Klaster X jumlah Desa/Kelurahan yang akan diambil Jumlah total Desa/Kelurahan

(20)

9 Dari perhitungan diatas ditetapkanlah bahwa sampel Desa/kelurahan yang diambil per klaster menjadi:

1. Klaster 0 sebanyak 2 Desa/Kelurahan(hasil perhitungan 1,94 dibulatkan menjadi 2) 2. Klaster 1 sebanyak 4 Desa/Kelurahan (hasil perhitungan 3,75 dibulatkan menjadi 4) 3. Klaster 2 sebanyak 3 Desa/Kelurahan (hasil perhiungan 2,36 dibulatkan menjadi 3) 4. Klaster 3 sebanyak 2 Desa/Kelurahan (hasil perhiungan 1,67 dibulatkan menjadi 2) 5. Klaster 4 sebanyak 1 Desa/Kelurahan(hasil perhitungan 0,27 dibulatkan menjadi 1)

Dari rencana Pokja Sanitasi menggunakan hanya 10 sampel Desa/Kelurahan berdasarkan perhitungan di atas berkembang menjadi 12 Desa/Kelurahan sehinng sampel rumah tangga yang diambil menjadi 480 sampel. Untuk lebih jelasnya distribusi desa/kelurahan kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik berikut:

Grafik 2.2. Jumlah sampel pada setiap klaster

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan mengunakan rumus Solvin dan jumalah desa/kelurahan yang akan dijadikan sebagai sampel sudah ditentukan jumlahnya maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak nama Desa/Kelurahan yang akan dijadikan sampel. Dalam rapat Pokja Sanitasi disepakati penetapan nama Desa/Kelurahan ditentukan dengan sistem random, sehingga ditemukannyalah nama Desa/Kelurahan seperti pada tabel berikut:

(21)

10

Tabel 2.3. Kecamatan dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Bangli No Klus ter kecamatan Desa/kelurahan per kluster Desa terpilih Jumlah banjar/ dusun Banjar /dusun terpilih Jumlah sampael

1 4 Kintamani Songan A dan Songan B Songan A 16 8 40 2 3 Bangli Susut Tembuku Kintamani Kawan Abuan Susut,pengiangan. Peninjauan, Undusan Bangbang Yangapi Jehem Tembuku Blandingan, Buahan, Terunyan Kawan Tembuku 10 8 8 8 40 40 3 2 Bangli Susut Kintamani Kubu,pengotan Bunutin bangli Taman bali Bebalang,kayubih i Cempaga Sulahan,demulih susut, Selat Kutuh, bunutin kintamani, katung, Pinggan,kedisan Abang Songan Taman Bali Sulahan Abang Songan 10 9 6 8 8 6 40 40 40 4 1 Susut Kintamani Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara, Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subaya. Penglum- baran Bayung gede Batur Utara Gunung Bau 8 1 5 1 8 1 5 1 40 40 40 40

(22)

11 5 0 Kintamani Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan, Belange, Penegjaran,Selulu ng, Daup, Siakin dan Landih Mangguh Belanga 1 1 1 1 40 40

2.4 Penentuan Banjar Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah desa. Karena itu, data KK per desa/kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih KK . Untuk menentukan KK terpilih, adalah sebagai berikut:

a. Urutkan desa/kelurahan

b. Urutkan desa/kelurahan per klaster

c. Kocok nama desa/kelurahan perklaster, catat hasilnya

d. Urutkan nama dusun pada masing-masing desa terpilih/sampel, kocok, catat hasilnya

e. Urutkan nama KK per-klaster, kocok KK di masing-masing dusun terpilih, catat hasilnya

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Untuk penentuan rumah tangga di Kabupaten Bangli, kk diurutkan kemudian dengan menggunakan kelipatan tertentu didaptlah rumah tangga atau kk tersurvey. Beikut adalah tabel banjar terpilih.

Tabel 2.4. Desa/Kelurahan dan Banjar Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Bangli No Klus ter kecamatan Desa terpilih Nama banjar/ dusun Banjar /dusun terpilih Jumlah sampael

1 4 Kintamani Songan A Br. Dinas songan, dinas desa,

ulundanu,tabu,peradi, dalem,bantas,yeh panes,belingkang,kay upadi, kendal, batu meyeh, serongga, pulu A, kalaan,tegalinggah, Songan A,desa, ulundanu,tabu,pera di, dalem, bantas,yeh panes @ 5 sampel

(23)

12

2 3 Bangli

Tembuku

Kawan

Tembuku

kawan, pule, geria, nyalian, blumbang, tegalalang, pr.agung,pr.kanginan, pr.dencarik, B tegalalang Tembuku kawan, tembk.kaja, bakas, kedui, penida kaja, tegalasah,penida kelod, sesetan

kawan, pule, geria, nyalian, blumbang, tegalalang, pr.agung, pr.kanginan, Tembuku kawan, tembk.kaja, bakas, kedui, penida kaja, tegalasah,penida kelod, sesetan @5 sampel @5 sampel 3 2 Bangli Susut Kintamani Taman Bali Sulahan Abang Songan Siladan, kuning, umaanyar, gaga, guliang kangin, pande, teruna, dadia, jelekungkang, sidawa T.gunung, T.peken, cekeng, sulahan, alis bintang,bungkuan, lumbuhan, kebon, kikian, jalan bau Abang songan Siladan, kuning, gaga, guliang kangin, pande, dadia, jelekungkang, sidawa T.gunung, T.peken, cekeng, sulahan, alis bintang,bungkuan, lumbuhan, kebon, kikian Abang songan @ 5 sampel @5 Sampel 40 sampel 4 1 Susut Kintamani Penglum- baran Bayung gede Batur Utara Gunung Bau Temen, seribatu, kembang merta, mancingan, serai, malet gusti, penglumbaran, tiga kawan Bayung gede

Batur utara, k,gunung sari, dana petapan, gatra kencana, Catur parhyangan Gunung Bau Temen, seribatu, kembang merta, mancingan, serai, malet gusti, penglumbaran, tiga kawan Bayung gede Batur utara, k,gunung sari, dana petapan, gatra kencana, Catur parhyangan Gunung Bau @ 5 sampel 40 smp @ 8 sampel 40 sampel 5 0 Kintamani Mangguh Belanga Mangguh Belanga Mangguh Belanga 40 sampel 40 smp

(24)

13

2.5 Pemilihan Supervisor dan Enumerator

Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA. Supervisor diambil dari petugas sanitarian di masing – masing puskesmas mewilayahi desa terpilih.

Tugas utama Supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan survey adalah:

a. Menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan

b. Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten/Kota c. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator

d. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan

e. Melakukan pengecekan/ pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator f. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden

g. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada Koordinator kecamatan

Selanjutnya Tim EHRA bersama Koordinator Kecamatan dan Supervisor menentukan antara lain:

a. Menentukan kriteria Enumerator, yaitu Kader Posyandu atau kader kesling b. Memilih Enumerator

c. Menentukan perencanaan sampling berdasarkan kebijakan sampling d. Tata cara memilih responden dalam satu banjar

e. Menentukan responden pengganti bila responden terpilih tidak ada atau tidak bersedia diwawancara

2.6 Pelatihan Studi EHRA

Tim EHRA Pokja Kabupaten/Kota melatih Koordinator Kecamatan dan Supervisor agar mereka memahami maksud, tujuan, metode dan targe/output studi EHRA. Selanjutnya Tim EHRA dan Supervisor melatih Enumerator mengenai tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar.

(25)

14 Hal-hal yang perlu diperhatikan seorang enumerator pada saat melakukan wawancara antara lain:

a. Memperkenalkan dirinya

b. Memberikan suatu pendahuluan yang jelas dan sopan c. Meminta izin untuk wawancara

d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa memberikan jawaban

e. Menunggu responden untuk menjawab tanpa memberikan jawaban sendiri f. Tahu kapan harus memberikan opsi dan ketika catatan hanya satu jawaban. g. Tahu kapan harus membaca dan kapan tidak.

h. Memeriksa apakah semua jawaban dalam kuesioner telah lengkap sesuai dengan alur logika pengisian kuesioner.

2.7 Pelaksanaan studi EHRA di lapangan

Pelaksanaan Studi EHRA diatur dalam lima langkah kerja harian yang melibatkan Enumerator, Supervisor dan Koordinator. Lima langkah kerja harian tersebut adalah: a. Langkah pertama : Briefing/Pertemuan singkat antara Enumerator dengan

Supervisor. Dalam pertemuan supervisor melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Mengecek kelengkapan peralatan (sarana dan prasarana enumerator/kader) sebelum turun lapangan/mendata.

2. Penyegaran singkat pemahaman kuesioner, terutama pada hari pertama. 3. Menentukan target dan wilayah sasaran survey bersama enumerator.

4. Menyusun strategi dan penentuan sampel rumah tangga bersama enumerator. 5. Mencatat proses pertemuan dalam laporan kegiatan harian dan meminta enumerator

untuk memberikan tanda tangan pada kolom yang tersedia.

b. Langkah kedua : enumerator mengumpulkan data dari rumah ke rumah. Pengumpulan data hanya pada lokasi RT/Rukun Tetangga terpilih yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pemilihan rumah tangga yang didata dengan cara random (penjelasan tersendiri) dilakukan oleh enumerator dipandu oleh supervisor. Pengumpulan data dengan cara wawancara, pengamatan dan pencatatan sesuai dengan kuesioner tersedia. c. Langkah ketiga : supervisor memonitor dan melakukan cross check lapangan. Supervisor perlu melakukan pemantauan kerja enumerator di lapangan serta melakukan cross check sebanyak 5% dari jumlah responden yang didata di satu lokasi,

(26)

15 pengambilan responden 5% dilakukan secara acak. Cross check dilakukan setelah pendataan di satu lokasi selesai dengan cara mendatangi responden terpilih dan lakukan wawancara singkat sesuai dengan lem bar spot checked.

d. Langkah keempat : debriefing/pertemuan hasil kerja. Setelah pendataan seharian dilakukan pertemuan sore atau malam hari untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Supervisor memfasilitasi enumerator untuk menyampaikan pengalaman mereka 2. Enumerator menceritakan pengalaman (kesulitan dan permasalahan yang ditemui,

proses pendataan, hal-hal yang mendukung kelancaran dan sebagainya). 3. Enumerator menyampaikan hasil kerja hari ini dalam bentuk kuesioner terisi. 4. Supervisor mencatat pengalaman enumerator memberikan komentar dan solusi

untuk permasalahan yang ditemui

5. Supervisor memimpin proses peer review atas seluruh kuesioner hasil wawancara antar sesama enumerator yang ada dibawah koordinasinya

6. Supervisor memeriksa secara seksama hasil isian kuesioner dan memberikan masukan singkat.

7. Apabila supervisor sudah melakukan pemeriksaan kuesioner, hasilnya harus disampaikan kepada enumerator bersangkutan untuk dilakukan perbaikan seperlunya.

8. Menyepakati waktu dan tempat koordinasi singkat hari berikutnya

e. Langkah kelima: koordinasi dan evaluasi tingkat kecamatan atau kota. Koordinasi harian antara supervisor dan koordinator masing-maisng, sedangkan koordinasi dan evaluasi untuk seluruh supervisor dan koordinator. Kegiatannya sebagai berikut : 1. Supervisor menceritakan pengalaman, kesulitan dan hasil kerja kepada koordinator

kecamatan.

2. Koordinator kecamatan atau kota memberikan masukan serta mencatat pengalaman dan hasil kerja yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut.

3. Koordinator kecamatan menyerahkan kuesioner hasil survey kepada Koordinator Data Entry secara bertahap sesuai dengan mekanisme yang sudah disepakati.

4. Ketua Tim EHRA mencatat rekap hasil kerja harian dari coordinator kecamatan dan hasil serah terima kuesioner hasil survey.

(27)

16

2.8 Data entry dan analisa

Entry data merupakan salah satu aktivitas kritis dalam menjaga validitas hasil Studi EHRA. Untuk itu pihak PIU A/E Pokja AMPL Nasional telah menyiapkan paket aplikasi perangkat lunak Epi Info yang khusus untuk keperluan entry data hasil Studi EHRA. Paket aplikasi perangkat lunak bisa diperoleh Pokja Sanitasi Kabupaten secara cuma-cuma.

Proses entry data hasil Studi EHRA dilakukan dibawah koordinasi Supervisor Entry. Tugas utama Supervisor Entry data selama entri data adalah:

a. Mengkoordinir para operator untuk terlebih dahulu melakukan pemeriksaan atas setiap kuesioner yang masuk secara seksama sebelum melakukan kegiatan data entry. Apabila ada kuesioner yang dinilai mengandung kesalahan pengisian atau belum lengkap, maka pihak operator menyerahkannya kepada Supervisor Entry. Selanjutnya Supervisor Entry menghimpun semua kuesioner yang masih ”bermasalah” untuk diserahkan kembali kepada Koordinator kecamatan yang bersangkutan guna mendapatkan perbaikan sebagaimana mestinya.

b. Memperhatikan lompatan alur mengisi kuesioner sesuai dengan instruksi

c. Memeriksa kepatuhan terhadap kode menjawab: Angka: harus menjadi pilihan jawaban tunggal, dan huruf untuk pilihan jawaban lebih dari satu

d. Menandai jawaban yang kosong (tidak diisi) dan jawaban yang meragukan

e. Memeriksa jawaban yang terkait dengan jawaban pertanyaan sebelumnya (logika) f. Menandai jawaban yang ekstrim atau jika ditemukan jawaban yang perlu

klarifikasi, silakan kembali kuesioner pada Supervisor lapangan

g. Menyiapkan laporan harian pada jumlah formulir yang bersih dan kekurangan, dan jenis kesalahan yang ditemukan.

h. Tim Data Entri memasukkan data dari survey EHRA menggunakan aplikasi perangkat lunak Epi Info sebagaimana disebutkan di atas.

Pelatihan entri dan analisis data agar petugas data entri memahami dan mampu menganalisis data. Kegiatan ini bisa dilakukan paralel dengan aktivitas survey lapangan. Tim analisis data akan melakukan tugas sebagai berikut:

a. Melakukan transfer data EHRA dari format Epi-Info ke dalam format SPSS untuk analisis statistic lebih lanjut.

b. Melakukan “cleaning” data

(28)

17 AMPL Nasional guna menghasilkan berbagai table hasil rakapitulasi pengisian kuesioner serta beberapa table hasil analisis Cross Tab.

d. Mentransfer table-tabel hasil SPSS ke dalam table format Microsoft

e. ExcelMengembangkan berbagai variasi penyajian informasi hasil Studi EHRA dalm bantu table dan grafik serta penyajian informasi awal area beriiko berdasarkan hasil Studi EHRA.

2.9 INSTRUMEN

Tiap-tiap responden memiliki karakteristik khas, sehingga teknik pendekatan dan daftar pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara juga bisa berbeda satu sama lain. Ada beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan pewawancara pada saat melakukan tugasnya:

a. Lakukan pendekatan yang khas, sesuai dengan karakteristik tiap-tiap narasumber (lembaga, perorangan, pejabat, staf, formal, informal, dan sebagainya). Terapkan pendekatan yang dianggap pantas.

b. Sebelum memulai wawancara, selalu jelaskan maksud dan tujuannya.

c. Pegang kendali wawancara dengan senantiasa fokus pada topik/daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Jika harus dikembangkan, pastikan masih dalam lingkup yang dibutuhkan

d. .Guna memudahkan proses komunikasi dengan pihak responden, enumerator dibekali dengan alat bantu visual (visual aid).Kuesioner EHRA dapat dilihat pada bagian Petunjuk Pengisian Kuesioner dan Lembar Kuesioner

(29)

18

3

BAB III

HASIL STUDI EHRA DI K ABUPATEN BANGLI

3.1 Informasi Responden

Jumlah sampel per Desa/Kelurahan sebanyak 40 responden. Desa yang termasuk ke dalam area survey sebanyak 12 desa. Dari total sampel yang diambil maka dilakukan mengambilan desa secara random. Pada masing-masing desa diambil 8 dusun secara random, dengan perhitungan masing-masing dusun diambil 5 rumah tangga, jadi sampel yang diambil pada setiap desa 40 sampel. Untuk desa yang pada saat pengambilan random muncul dan terdiri dari hanya 1 dusun sampel tetap diambil 40 rumah tangga. Dengan demikian jumah total sampel yang diambil dalam survey di kabupaten Bangli sebanyak 480 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu rumah tangga atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

3.2 Pengolahan Sampah Rumah Tangga

Pada Studi EHRA beberapa aspek yang terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni:

a. Kondisi sampah di lingkungan rumah yang disurvey, b. Pengelolaan sampah rumah tangga

c. Pemilahan sampah rumah tangga

d. Frekuensi petugas mengangkut sampah dari rumah

Kondisi sampah disekitar lingkungan responden dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kondisi sampah di lingkungan rumah tangga.

Kondisi Sampah Persentase menjawab ya

banyaknya sampah yang berserakan 22,6 banyaknya lalat di sekitar tumpukan sampah 23,4

banyaknya tikus berkeliaran 17,4

banyaknya nyamuk 18,6

banyaknya anjing atau kucing yang mendatangi tumpukan sampah

16,8

bau busuk yang mengganggu 8,9

apakah sampah menutup saluran drainase 8,3 anak – anak yang bermain di sekitarnya 9,3

(30)

19 Dari tabel 5, dapat digambarkan bahwa sebanyak 22,6% masyarakat di Kabupaten Bangli masih membiarkan sampahnya berserakan, masih terdapat 23,4% lalat disekitar tumpukan sampah, sebanyak 17,4 tikus masih berkeliaran di sekitar tumpukan sampah, banyak nyanuk di sekitar tumpukan sampah sebanyak 18,6%, sebanyak 16,8% anijng atau kucing yang mendatangi tumpukan sampah, sebanyak 8,9% menimbulkan bau busuk, 8,3% sampah menutupi saluran drainase, 9,3% anak-anak masih bermain di sekitar tumpukan sampah, dan 5,8% lainnya.

Pengolahan sampah rumah tangga di Kabupaten Bangli berdasarkan Studi EHRA dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:

a. Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang, b. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS,

c. Dibakar,

d. Dibuang ke sungai/kali/laut/danau,

e. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk, f. dan lainnya.

Dari ketujuh cara tersebut untuk menurut hasil survey EHRA, cara yang paling banyak dilakukan dalam pengolahan sampah rumah tangga di Kabupaten Bangli adalah sampah dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebanyak 35,2% dan sampah di bakar yakni sebanyak 34,2%. Secara lengkap Cara Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Bangli berdasarkan Study EHRA dapat dilihat pada grafik 3.1 dibawah ini.

(31)

20 Hasil Study EHRA di Kabupaten Bangli, persentase sampah yang dipilah sebelum dibuang sebanyak 58,3%. Berikut adalah grafik persentase pemilahan sampah rumah tangga sebelum di buang.

Grafik 3.2. Pemilahan sampah sebelum dibuang di Kabupaten Bangli

Frekuensi petugas yang mengangkut sampah di Kabupaten Bangli berdasarkan Study EHRA dapat dilihat pada grafik 3.3.

Grafik 3.3 Frekwensi petugas yang mengangkut sampah dari rumah di Kabupaten Bangli

(32)

21 Sebanyak 15,4% petugas yang mampu melayani masyarakat dalam pengangkutan sampah setiap hari, sebanyak 7,7% petugas yang melakukan pengankutan sampah beberapa kali dalam seminggu, sebanyak 69,2% yang tidak pernah petugas mengangkut sampah dan sebanyak 7,7% yang tidak tahu.

3.3 Pembuangan Air Limbah Domestik

Kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten Bangli menjadi kreteria survey dan dibedakan menjadi kepemilikan jamban dengan kloset jongkok leher angsa, kloset duduk siram leher anggsa dan tidak memiliki kloset. Sebanyak 78,8% penduduk memiliki jamban pribadi dengan kloset jongkok leher anggsa, 20,8% memiliki kloset duduk siram leher anggsa dan 0,4% tidak memiliki jamban pribadi. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3.4

Garfik 3.4 Kepemilikan Jamban Pribadi Di Kabupaten Bangli

Dari hasil study EHRA sebanyak 76% anggota keluarga dewasa buang air besar pada jamban pribadi, sebanyak 2,5% di Wc umum, 1% menggunakan WC helikopter, 1,2% buang air besar ke sungai, 18,8% ke kebun/pekarangan,3,5% ke selokan/parit, 2,5% pada lubang galian, 1,7% ke tempat lainnya dan 1% tidak tahu.

Tempat buang air besar dalam Study EHRA meliputi, jamban pribadi, WC umum, WC helikopter, ke sungai/pantai/laut, ke kebun/pekarangan, ke selokan/parit/got, ke lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Tempat buang air besar di Kabupaten Bangli menurut hasil Survey EHRA dapat dilihat pada grafik 3.5.

(33)

22

Grafik 3.5 Tempat buang air besar anggota keluarga dewasa di Kabupaten Bangli

Selain anggota keluarga, dalam Study EHRA juga menggunakan orang lain di luar anggota keluarga sebagai obyek, namun hal ini dilakukan hanya dengan wawancara pada sampel. Hasil Study EHRA orang di luar anggota keluarga yang masih buang air besar di tempat terbuku menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada grafik 3.6.

Grafik 3.6 Orang di luar anggota keluarga yang buang air besar di tempat terbuka di Kabupaten Bangli

(34)

23 Penduduk yang berada diluar rumah tangga survey yang buang air besar ditempat terbuka juga termasuk dalam area survey EHRA, dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Dari grafik diatas dapat dilihat anak laki-laki umur 5-12 tahun yang masih buang air besar di tempat terbuka sebanyak 12,8%, anak perempuan umur 5-12 tahun yang BAB di tempat terbuka 11,6%, remaja laki-laki yang BAB di tempat terbuka sebanyak 8,9%, remaja perempuan yang BAB di tempat terbuka sebanyak 8,7%, laki-laki dewasa yang BAB di tempat terbuka sebanyak 14,9%, persentase perempuan dewasanya juga sebanyak 14,9%, laki-laki tua yang BAB di tempat tebuka sebanyak 13%, perempuan dewasa yang BAB di tempat terbuka sebanyak 12,2%, masih ada beberapa orangdan tidak tahu siapa yang masih BAB di tempat terbuka yakni 14,3% dan lainnya 1,7%.

Saluran pembuangan air akhir tinja dalam study EHRA terdiri dari tangki septik, pipa sewer, cubluk/lobang tanah, langsung ke draenase, sungai/danau/pantai, kebun/tanah lapang.Hasil study EHRA saluran pembuangan akhir tinja dapat dilihat pada grafik 3.7.

Grafik 3.7 Saluran Pembuangan Akhir Tinja Di Kabupaten Bangli

Informasi ini diperoleh melalui wawancara, sehingga tidak menutup kemungkinan muncul salah persepsi tentang jenis yang dimiliki. Warga seringkali mengklaim tempat pembuangan tinja yang mereka miliki adalah tangki septik, padahal hanya cubluk. Namun hal ini pula didukung oleh wilayah perbukitan dan pengunungan di Kabupaten Bangli yang permukaaan air tanahnya sangat dalam, sehinng kemungkinan tercemar oleh tinja sangat kecil. Untuk itu kami melalui rpelatihan enumerator menyepakati bahwa sarana cubluk

(35)

24 yang dimiliki sudah memenuhi syarat pembuangan limbah tinja. Dari hasil survey EHRA didapat bahwa rumah tanggga yang menggunakan saluran pembuangan limbah akhir dengan tangki septik sebanyak 60%, dengan pipa sewer 1,7%, menggunakan cubluk13,3%, langsung ke drainase sebanyak 1%, kedanau/sungai/pantai dan ke kebun/tanah lapang sebanyak 0,6% dan tidak tahu 22,8%.

Oleh masyarakat kotoran anak kerap kali dianggap tidak membahayakan, sehingga dalam penanganannya sering dibuang sembarangan atau pada tempat terbuka, tempat sampah dan di salauran drainese. Padahal kotoran manusia dalam kelompok apapun sangat berbahaya karena dapat mencemari lingkungan dan sebagai media patogent. Dalam study EHRA hal ini sangat diperhatikan. Di Kabupaten Bangli hanya 29,6% kotoran anak dibuang ke jamban, 3,% dibuang ke tempat sampah, 16,1% ke kebun/pekarangan/jalan, 1% dibuang ke sungai/selokan/got,dan 49,3% merespon tidak tahu kemana kotoran balita dibuang, yang dapat dilihat pada grafik 3.8.

Grafik 3.8 Pembuangan Kotoran Anak Balita

3.4 Drainase Lingkungan Sekitar dan Banjir

Topografi wilayah Kabupaten Bangli berada pada ketinggian antara 100 – 2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum rentang ketinggian wilayah Kecamatan Susut (225 – 950 m dpl), Kecamatan Bangli (200 – 1.175 m dpl), Kecamatan Tembuku (300 – 891 m dpl) dan Kecamatan Kintamani (100 – 2.152 m dpl). Kelerengan wilayah bervariasi antar wilayah kecamatan dan secara umum berada

(36)

25 pada kondisi dataran sampai landai (0-15%) seluas 12,11% dari luas wilayah, bergelombang (15-30%) seluas 21,7% dari luas wilayah, curam (30-40%) seluas 18,18% dari luas wilayah dan sangat curam (>40%) seluas 48,01% luas wilayah. Kondisi datar relatif hanya terdapat pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani. Sehingga Kabupaten Bangli yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perbukitan dan pegunungan serta sebagian kecil merupakan dataran rendah. Dari study EHRA di Kabupaten Bangli menunjukkan hanya 0,6% rumah tangga yang ditemukan rumahnya pernah mengalami kebanjiran. Banjir yang dialami rumah tangga biasanya bersekala rendah artinya kurang dari 1 jam air genangan sudah surut. Walaupun Kabupaten Bangli memiliki topigrafi perbukitan namun tidak menutup kemungkinan terjadi banjir tetap ada. Berikut tabel 3.2 menunjukkan jumlah desa yang sering diidentifikasikan sering banjir.

Tabel 3.2 Jumlah desa yang diidentifikaskan sering banjir

No. Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Desa/Kelurahan sering banjir

1 2 3 4 Bangli Susut Tembuku Kintamani 9 9 6 48 - - - 2 Jumlah 72 2

(37)

26

3.5 Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat diabaikan dan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Air selain digunakan untuk minum, mandi,cuci dan kakus, air juga dapat menjadi media penyebaran penyakit serta sumber penyakit. Air yang tidak layak konsumsi dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, sosial dan estetika. Simber air yang bersih dan layak jika dalam pengelolaannya salah juga dapat menyebabkan ganggguan kesehatan, sosial dan estetika. Untuk itu dalam study EHRA sumber air dan tatacara pengelolaanya menjadi salah satu obyek surveynya. Pada sub bab ini disajikan informasi air bersih dan pengelolaannya secara lengkap dan dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.10 Pemakaian Sumber Air Untuk Minum

Hasil study EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangli sumber air yang digunakan untuk minum 4 terbanyak bersumber dari ledeng PDAM sebanyak 37,3 %, dari mata ari terlindungi 26,1%, air hujan sebanyak 24,2% serta bersumber dari botol kemasan 21,1%. Masih banyaknya sumber air yang tidak terlindungi seperti air hujan, mata air tak terlindungi dan air waduk/danau masih digunakan dapat mempengaruhi kejadian kesakitan yang meninggkat.

(38)

27

Grafik 3.11 Pemakaian Sumber Air Untuk Masak

(39)

28 Dari grafik 3.11 diatas dapat di gambarkan bahwa pemakaian air bersih untuk memasak 42% berasar dari ledeng PDAM, 27% menggunakan mata air terlindungi, 25% masih menggunakan air sungai, 3,5% menggunakan air hujan dan 0,2 % bersumber dari air danau.

Pemakaian air bersih untuk mencuci piring dan gelas di Kabupaten Bangli dari hasil study EHRA menunjukanan 41% masyarakat mencuci piring dan gelas menghunakan air ldeng PDAM, 23,4% menggunakan air sungai, 30% menggunakan air hujan, 3,5% menggunakan mata air telindungi, 3,3% menggunakan mata air tak terlindungi dan 0,2% bersumber dari air danau.

Grafik 3.13 Pemakaian Sumber Air Untuk Cuci Pakaian

Pemakaina sumber air untuk mencuci pakaian di Kabupaten Bangli menurut hasil study EHRA menunjukkan bahwa 41,2% masyarakat menggunakan air ledeng PDAM untuk mencuci pakaian, 31,1% menggunakan air sungai, 23% menggunakan air hujan, 3,5% menggunakan mata air terlindungi 3,1% menggunakan mata air tak terlindungi dan 0,2% menggunakan air danau.

Pemakaiana air bersih untuk gosok gigi berasal dar berbagai sumber diantaranya, 58% menggunakan air ledeng PDAM, 29,2% masih menggunakan air sungai, 23,6% menggunakan air hujan, 3,5% menggunakan mata air terlindungi, 3,3% menggunakan mata

(40)

29 air tak terlidungi dan 0,2% masih menggunakan air danau. Berikut adalah grafik pemakaian air bersih untuk menggosok gigi.

Grafik 3.14 Pemakaian Sumber Air Untuk Gosok Gigi

Selain sumber air yang beranekaragam dan beberapa yang masih bersumber dari sumber air yang tidak terlindungi, diharapkan dalam tatacara pengelolaannya mengunakan tatacara yang sehat dan hygiene sehingga dapat mengurangi resiko kesakitan yang bersumber dari air. Dalam study EHRA tatacara pengelolaan juga menjadi obyek dari wawancara maupun pengamatan olh enumerator. Berikut adalah grafik tatacara pengelolaan air sebelum digunakan dan grafik cara pengolahan air minum.

(41)

30 Dari hasil study EHRA di Kabupaten Bangli bahwa sumber air berasal dari berbagai sumber namun 92,1% rumah tangga mengolah air baku sebelum diminum dan 97,8% mengolahnya dengan cara merebus, 0,4% menggunakan kaporit dan 1,8% menggunkan cara pengolahan lainnya dapat dilihat pada grafik 3.15 dibawah ini.

Grafik 3.16 Cara Pengolahan Air Minum

3.6 Perilaku Hygiene

Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat menghalangi transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni sesudah buang air besar (BAB), sesudah menceboki pantat anak, sebelum menyantap makanan, sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-harinya, pada

(42)

31 Studi EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh Studi EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Grafik di bawah ini menjelaskan pemakaian sabun pada hari ini atau kemarin berdasarkan analisis Studi EHRA di Kabubaten Bangli, sebagai berikut :

Grafik 3.17 Pemakaian Sabun Pada Hari Ini Atau Kemarin

Dari grafik di atas dapat dijelaskan 97,9% responden menjawab bahwa mereka menggunakan sabun pada hari ini atau kemarin sedangkan 2,1% responden yang menjawab tidak. Proporsi rumah tangga sampel yang menjawab tidak menggunakan sabun terbanyak berada pada klaster 4 yakni sebanyak 15,8% dari total 2,1%, atau sekitar 21 total rumah tangga yang tidak menggunakan sabun hari ini dan kemarin.

Ada beberapa tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan pakai sabun, dapat dilihat pada grafik 3.18. di bawah ini

(43)

32

Grafik 3.18. Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun

Dari hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli ada beberapa tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci tangan pakai sabun meliputi di kamar mandi, di dekat kamar mandi, di jamban, di sumur, di sekitar penampungan, di tempat cuci piring, di dapur dan lainnya. Tempat mencuci tangan memakai sabun yang paling menonjol adalah di tempat cuci piring yakni 80,1% dan di dapur sebanyak 68,7%. Sabun merupakan sarana untuk mencuci tangan, ketersediaan sabun di jamban cukup tinggi yaitu 74,1% berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh enumerator pada rumah tangga yang dikunjungi.

Pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari – hari yaitu untuk mandi, untuk memandikan anak, untuk menceboki pantat anak, untuk mencuci tangan sendiri, untuk mencuci tangan anak, untuk mencuci peralatan, untuk mencuci pakaian, dan lainnya. Dari grafik di bawah ini dapat digambarkan penggunaan sabun dalam kehidupan sehari – hari dimana sabun paling menonjol dimanfaatkan untuk mandi, mencuci tangan dan mencuci pakaian. Berdasarkan hasil Study EHRA di Kabupaten Bangli pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari paling banyak dilakukan yaitu sebelum makan yakni 87,8%, 83% setelah makan, 81% setelah dari buang air besar, dan 71,4% setelah memegang hewan. Untuk lebih lengkapnya pemanfaatan sabun dapat dilihat pada grafik 3.19.

(44)

33

Grafik 3.19. Pemanfaatan Sabun Dalam Kehidupan Sehari-hari

Selain prilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dengan praktek cuci tangan pakai sabun dijelaskan pula kebiasaan masyarakat membuang sampah dan ada-tidaknya sampah di lingkungan rumah. Ada beberapa sarana yang dipergunakan untuk mengumpulkan sampah di dapur yaitu : kantong plastic tertutup, kantong plastic terbuka, keranjang sampah tertutup, keranjang sampah terbuka, dan lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada rumah tangga yang dikunjungi sebagian besar sampah ditempatkan dalam wadah yaitu pada keranjang sampah dan kantong plastic, hanya 7,9% responden yang tidak mempunyai tempat sampah di dapurnya seperti yang dijelaskan pada Grafik di bawah ini.

(45)

34 Berdasarkan pengamatan enumerator Study EHRA di kabupaten Bangli, kebersihan halaman dari sampah yakni 82,8% dan dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.21. Kebersihan Halaman Dari Sampah

3.7 Kejadian Penyakit Diare

Hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli menunjukkan bahwa 69,6% responden menjawab tidak pernah terjangkit diare seperti yang digambarkan pada grafik di bawah. Untuk kejadian penyakit diare yang terjadi kemarin menjawab 0,6%, satu minggu terakhir 1,9% , satu bulan terakhir 4,3%, tiga bulan terakhir 5,6% ,enam bulan terakhir 6% dan lebih dari enam bulan yang lalu 12% responden yang menjawab. Dari 30,4% responden yang pernah mengalami diare, anggota keluarga yang terjangkit diare paling menonjol adalah anak – anak balita yakni 49,7%, orang dewasa laki laki dan orang dewasa perempuan masing – masing sebesar 24,5% seperti digambarkan pada grafik di bawah ini.

(46)

35

Grafik 3.23. Anggota Keluarga Yang Terjangkit Diare

Berdasarkan hasil analisis Studi EHRA di Kabupaten Bangli untuk pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air besih rumah tangga, perilaku hidup bersih dan sehat atau hygiene dan kejadian penyakit diare, dapat dilihat pada indeks resiko pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3. Kumulatif Indeks Resiko Sanitasi

Variabel CLUSTER 0 CLUSTER

1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 CLUSTER 4 1. SUMBER AIR 18 28 29 30 43 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.

73 70 72 56 64 3. PERSAMPAHAN. 88 31 76 57 49 4. GENANGAN AIR. 4 12 4 21 5

5. PERILAKU HIGIENE DAN

SANITASI 33 35 28 38 61 215 177 208 202 223 Berikut adalah grafik kumulatif risiko sanitasi dari hasil studyEHRA di Kabupaten Bangli tahun 2013

(47)

36

Grafik 3.24. Indeks risiko Sanitasi Kabupaten Bangli Tahun 2013

Hasil study EHRA di Kabupaten bangli tahun 2013 mengasilkan indeks area berisiko sanitasi per kluster seperti pada grafik diatas. Desa Songan A dan Songan B menurut pengklasteran pokja Sanitasi berada pada kluster 4 dan merupakan desa dengan risiko sanitasi sangat tinggi. Desa/kelurahan Kawan, Abuan Susut, Pengiangan,Peninjauan, Undisan, Bangbang, Yangapi, Jehem, Tembuku, Blandingan, Buahan, Terunyan mempunyai risiko Sanitasi Tinggi. Kubu, Pengotan, Bunutin bangli, Taman bali, Bebalang, kayubihi, Cempaga, Sulahan, Demulih susut, Selat, Kutuh, Bunutin kintamani, Katung, Pinggan, Kedisan, Abang Songan mempunyai indeks Risiko Sanitasi Tinggi. Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara, Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subay mempunyai Indeks Risiko Sanitasi kurang berisiko. Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan, Belange, Penegjaran,Selulung, Daup, Siakin dan Landih mempunyai Indeks Risiko Sangat Tinggi. Dari hasil tersebut dapat diklasifikasikan Desa/Kelurahan yang mempunyai indeks risiko sanitasi seperti pada tabel berikut.

(48)

37

Tabel 3.4. Indeks Risiko Sanitasi per Desa diKabupaten Bangli

No Kluster Kecamatan Desa/Kelurahan Indeks risiko 1 4 Kintamani Songan A dan Songan B Risiko Sangat

tinggi 2 3 Bangli Susut Tembuku Kintamani Kawan Abuan Susut,pengiangan. Peninjauan, Undisan Bangbang Yangapi Jehem Tembuku Blandingan, Buahan, Terunyan Risiko tinggi 3 2 Bangli Susut Kintamani Kubu,pengotan Bunutin bangli Taman bali Bebalang,kayubihi Cempaga

Sulahan,demulih susut, Selat Kutuh, bunutin kintamani, katung, Pinggan,kedisan Abang Songan Risiko tinggi 4 1 Susut Kintamani

Apuan, Tiga, Penglumbaran, Mengani, Langgahan, Lembean, Bayung cerik, Blancan, Abuan kintamani, Sekaan, Bayung Gede, Sekardadi, Suter, Abang batu dinding, Batur Selatan, Batur tengah, Batur Utara,

Kintamani, Belantih, Gunung Bau, batukaang, Catur, Satra, Dausa, Bantang, Sukawana, dan Subaya.

Kurang berisiko

5 0 Kintamani Binyan,Ulian, Mangguh, Banua, Bonyoh, Serahi, Manik liyu, Awan, Belange, Penegjaran,Selulung, Daup, Siakin dan Landih

Risiko sangat tingggi

Gambar

Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Tabel 2.2. Hasil klastering desa/kelurahan di Kabupaten Bangli  No  Klaster Jumlah Nama Desa/Kelurahan
Grafik 2.2. Jumlah sampel pada setiap klaster
Tabel 2.4. Desa/Kelurahan dan Banjar Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten  Bangli   No  Klus  ter  kecamatan  Desa  terpilih  Nama banjar/ dusun  Banjar  /dusun terpilih  Jumlah  sampael  1  4  Kintamani  Songan A  Br
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus dilakukan

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM (STUDI KASUS : BATIK AGUNG WIBOWO) Tugas Akhir.. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas

Tahapan dalam penyusunan program ekowisata kerajinan adalah mengidentifikasi sumber daya ekowisata kerajinan tangan yang berpotensi untuk kegiatan wisata,

- Bahwa hasil dari pemungutan suara tersebut adalah tidak ada pemegang saham atau kuasa pemegang saham yang menyatakan suara tidak setuju dan/atau abstain atas usulan

Kereta Api (Persero) juga harus mampu bersaing dengan perusahaan jasa transportasi lainya terutama bus dan travel, yang mampu memberikan pelayanan dan waktu tempuh yang

Pertama : Kurikulum yang tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini ditetapkan sebagai Kurikulum Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik

Untuk Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat realisasi pada tahun 2013 sebesar 78,68% dari target sebesar 78,00%, telah mencapai target, Indeks Kepuasan Masyarakat