• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. Keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan tertentu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. Keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan tertentu"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA 1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

2. Tipe Keluarga menurut Friedman 1998 : a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung / angkat)

b. Keluarga besar (extended family)

Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya ; kakek, nenek, bibi, paman dan keponakan .

c. Keluarga “Dyad” (Dyad family)

Keluarga dyad adalah satu rumah tangga terdiri dari suami, istri tanpa anak. d. Keluarga berantai (Serial Family)

Terdiri dari keluarga dimana wanita dan pria menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti.

e. Single Family (Single Parent)

Keluarga dimana suatu rumah tangga terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung / angkat) terjadi karena perceraian atau kematian.

(2)

f. Keluarga Usila

Keluarga atau rumah tangga yang terdiri atas suami istri yang usia lanjut 3. Peran Keluarga (Friedman, 1998)

a. Peran Formal

• Peran sebagai provider (penyedia) • Peran sebagai pengatur rumah tangga • Peran perawatan anak

• Peran sosialisasi anak • Peran rekreasi

• Peran persaudaraan (menjaga hubungan keluarga) • Peran terapeutik (memeuhi hubungan efektif pasangan) • Peran seksual

b. Peran informal

• Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara anggota keluarga. Menyatukan perbedaan pendapat.

• Pendamai (Compromiser)

• Perawat keluarga, merawat dan mengasuh keluarga anggota keluarga lain yang membutuhkan.

• Koordinasi keluarga : mengkoordinasi dan merencanakan kegiatan keluarga yang berfungsi menyangkut keterikatan / keharmonisan.

4. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998) a. Fungsi efektif

(3)

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikososial fungsi efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi / hubungan antar anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat tinggal dan lain - lain.

e. Fungsi Perawatan kesehatan

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu ;

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat 3. Merawat keluarga yang sakit

4. Memodifikasi lingkungan (menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat)

(4)

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat 5. Keperawatan Kesehatan Keluarga

a) Definisi

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran / penyalur (Bailon dan Maglaya, 1997).

b) Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Ruth dan Friedman, 1991)

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah – masalah kesehatan dalam kelompoknya.

3. Masalah – masalah dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

6. Tahap perkembangan Menurut Friedman 1. Pasangan baru

(5)

Dimulai saat individu laki-laki (suami)dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui ikatan perkawinan. Tugas perkembangan keluarga adalah:menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan,menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

2. Keluarga kelahiran anak pertama

Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.tugas perkembangan keluarga adalah;Persiapan menjadi orang tua,adaptasi dengan peran anggota keluarga ,peran interaksi,hubungan sosial dan kegiatan.

3. Keluarga denga anak pra-sekolah

Dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun. Tugas perkembangan; memenuhi kebutuhan anggota kekuarga(tempat tinggal, privacy, rasa aman), membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru lahir.

4. Keluarga dengan anak sekolah

Dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

5. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap ini berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

6. Keluarga dengan anak dewasa

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditanggung oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika

(6)

anak terakhir meninggalkan rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. 7. Keluarga dengan usia pertengahan

Merupakan tahap usia pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian

8. Keluarga dengan usia lanjut

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlagsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.

B. KONSEP PENYAKIT MALNUTRISI 1. Pengertian

Gizi atau nutrisi adalah zat – zat yang umumnya berasal dari makanan yang diperlukan oleh tubuh yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.

(Lisdiana, 1998). Gizi dan nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan – bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan – bahan tersebut agar menghasilkan berbaga aktivitas pentng dalam tubuhnya sendiri. Bahan – bahan tersebut dikenal dengan istilah nutrien atau unsur gizi.

(7)

(Beck E. Mary, 1993) Malnutrisi adalah keadaan patologis yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang bertitik berat pada zat makanan yang kualitasnya tidak mencukupi dibandingkan dengan kuantitasnya dan yang dimaksud malnutrisi pada umumnya kurang energi protein.

(Sediaotama, 1993) Malnutrisi adalah berat badan yang kurang dibandingkan dengan tinggi badan, yang menggambarkan kekurangan gizi akut.

(Moore Mary Courtney, 1997) Macam Malnutrisi

1. Kurang Energi Protein (KEP)

KEP merupakan masalah gizi kurang akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena gangguan kesehatan.

Manifestasi KEP dapat ditentukan dengan mengukur status gizi

• Untuk menyatakan bahwa balita dikategorikan KEP ringan, sedang, berat dengan menggunakan standar baku BB / U

• Tanpa mengukur / melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat tipe kwasiorkor

• KEP nyata adalah istilah yang digunakan di lapangan yang berarti sama dengan KEP sedang dan berat pada KMS berada di bawah garis merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan KEP berat pada KMS) • KEP total adalah KEP ringan + KEP sedang + KEP berat

(8)

• Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis berat secara garis besar dapat dibedakan sebagai Marasmus, Kwashiorkor atau Marasmic – Kwashiorkor

Tanda – tanda Kwashiorkor :

- Edema umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada kaki - Wajah membulat dan sembab

- Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis - Anak sering menolak segala jenis makanan

- Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut Tanda – tanda Marasmus :

- Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit - Cengeng, rewel

- Perut cekung - Kulit keriput

Tanda – tanda Marasmic – Kwashiorkor

Tanda – tanda Marasmic – Kwashiorkor merupakan gabungan tanda – tanda kedua jenis KEP diatas.

2. Kurang Vitamin A (KVA)

Buta senja (pada senja hari kemampuan melihat berkurang), xeroptalmia 3. Kurang Besi (Anemia)

Cepat lelah, napas pendek, denyut jantung kencang, susah buang air besar, nafsu makan kurang, kepala pusing, mata berkunang – kunang, serta pucat pada wajah

(9)

4. Kurang Iodium : pembesaran kelenjar gondok, gangguan pertumbuhan fisik, hambatan mental, bisu tuli

Penatalaksanaan

1. KEP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin sebagai berikut : a. Atasi / cegah hipoglikemia

Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35° C, suhu rektal 35,5° C)

Pemeriksaan makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut.

Bila kadar gula darah 50 mg / dl, diberikan :

- 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 sdm air). Secara oral atau sonde / pipa nasogastrik.

- Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)

- Berikan antibiotik

- Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam b. Atasi / cegah hipotermia

Bila suhu rektal < 35,5° C

- Segera beri makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)

Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada ibu, selimuti.

(10)

c. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.

d. Obati / Cegah Infeksi

Antibiotik spektrum luas dengan pilihan :

- Bila tanpa komplikasi, kotrimoksasol 5 ml, suspensi pediatri secara oral 2 x sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg)

- Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing), beri ampisillin 50 mg / kg BB / IM / IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian secara oral amoksillin 15 mg / kg BB setiap 8 jam selama 5 hari. Bila amoksillin tidak ada, teruskan ampisillin 50 mg / kg BB setiap 6 jam secara oral.

2. Kurang Vitamin A (KVA)

Umumnya kebutuhan sehari – hari Vitamin A dapat dipenuhi dengan pemberian diet yang mengandung telur, susu, mentega, hati, sayuran berupa daun atau yang berwarna kuning (wortel dan sebagainya), buah – buahan yang berwarna kuning (tomat, pepaya dan sebagainya).

3. Kurang Zat Besi (Anemia)

Setiap hari, makanlah sayuran berwrna hjau, kacang – kacangan dan lauk pauk secara beraneka ragam.

(11)

4. Gangguan akibat kurang Iodium (GAKI)

Kegiatan pokok untuk menanggulangi GAKI meliputi :

a. Garam konsumsi yang beredar di seluruh Indonesia harus dalam bentuk garam ber-Iodium dengan kadar yang telah ditetapkan, yaitu 30 – 80 ppm. b. Untuk meningkatkan konsumsi garam ber-Iodium, lakukan mobilisasi

sosial dengan pendekatan pemasaran sosial.

c. Berikan suplementasi kapsul larutan minyak ber-Iodium untuk daerah endemik sedang dan berat pada semua penduduk pada usia 0 – 20 tahun dan semua penduduk wanita usia 0 – 35 tahun.

Dosis Pemberian Kapsul Iodium Kelompok

Sasaran

Umur (tahun) Dosis Pemberian Minyak ber-Iodium Kapsul Bayi < 1 100 mg ½ Anak balita 1 – 5 200 mg 1 Wanita 6 – 35 400 mg 2 Wanita hamil – 200 mg 1 Wanita menyusui – 200 mg 1 Pria 6 – 20 400 mg 2 Pathways

- Makanan yang masuk tidak sesuai kebutuhan - Makanan yang tidak seimbang

- Makan yang tidak teratur

- Cara pengolahan makanan yang kurang tepat

Malnutrisi

Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Iodium Kurang Vitamin A (KVA) Kurang Besi (Anemia) Marasmus Kwashiorkor Edema Perubahan Status berupa Cengeng Wajah Membulat dan Sembab

Anak menjadi Apatik

Tidak Pernah Bergerak

Gangguan Integritas Kulit Kulit Keriput Badan Kurus Kebutaan Perubahan Persepsi - Sensori Nafsu makan kurang Kepala Pusing Nutrisi Kurang Adekuat Gangguan Pertumbuhan Fisik Pembesaran Kelenjar Gondok Gangguan Tumbuh Kembang

(12)

2. Faktor – Faktor Penyebab

Faktor – faktor penyebab dibagi menjadi dua yaitu : 1. Primer

a. Susunan makanan yang salah

b. Penyediaan makanan yang kurang baik c. Kemiskinan

d. Ketidaktahuan tentang nutrisi e. Kebiasaan makan yang salah 2. Sekunder

a. Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim)

b. Gangguan psikologis

(Ngastiyah, 1997) 3. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik kurang gizi yaitu :

a. Berat badan turun dan tidak berubah dalam waktu tertentu (2 – 3 bulan berturut – turut)

b. Anak menjadi malas c. Kurang bergairah

(13)

d. Suka menyendiri

e. Kulit menjadi kering dan kusam f. Muka pucat

g. Rambut berwarna merah tembaga h. Perut buncit

i. Kaki dan tangan bengkak (Lisdiana, 1998) 4. Akibat Kekurangan Gizi

a. Marasmus dan Kwashiorkor

b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Adapun tahap perkembangan yang harus dilakukan oleh anak usia sekolah umur 8 tahun.

Karakteristik Fisik : 1. Berat badan

a. Penambahan berat badan anak prasekolah kurang dari 2 kg pertahun b. Berat badan rata – rata 24 kg

2. Tinggi badan

a. Pada usia 8 tahun, secara proporsional lengan tumbuh lebih panjang daripada badan

b. Tinggi bertambah pada usia 9 tahun 3. Gigi – gigi susu mulai tanggal

- Perkembangan motoris kasar pada umur 8 tahun aktivitas motoris kasar dibawah kendali ketrampilan kognitif dan kesadaran : secara bertahap meningkatkan irama, kehalusan dan keanggunan gerakan otot :

(14)

meningkatkan minat dalam penyempurnaan ketrampilan fisik; kekuatan dan daya tahan juga meningkat.

- Perkembangan motoris halus pada usia 8 tahun

- Menunjukkan peningkatan perbaikan keterampilan motoris halus karena bertambahnya mielinisasi sistem saraf pusat

- Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan koordinasi mata – tangan - Dapat menulis daripada mengucapkan kata – kata

- Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu dan perhatian khusus seperti menjahit, membuat model dan bermain alat musik

- Perkembangan kognitif usia 8 tahun

- Pemikiran anak menjadi sangat abstrak dan simbolik : kemampuan membentuk representasi mental dibantu oleh kepercayaan pada akal sehat penglihatan

- Mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam menemukan pemecahan terbaik

- Dapat membalikkan cara kerja; dapat melacak urutan kejadian kembali sejak awal

- Memahami konsep dulu, sekarang dan yang akan datang - Dapat menyebutkan waktu

- Memahami konsep tinggi, berat dan volume - Perkembangan bahasa pada usia 8 tahun

(15)

- Pemahaman terhadap pembicaraan mungkin tertinggal dari pengertiannya

- Tidak begitu egosentris dalam orientasi, dapat mempertimbangkan pandangan lain

- Mengerti kebanyakan kata – kata abstrak

- Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan.

- Kosakatanya mencapai 50.000 kata pada akhir masa ini. - Perkembangan Psikososial

- Tugas perkembangan → belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial bertambah : anak berusaha agar berhasil di sekolah.

- Krisis perkembangan → anak dalam bahasa akibat perkembangan rasa rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam keberhasilan pencapaian tugas.

- Bermain → anak menikmati aktivitas santai bersama teman sebaya (misal : kasti) permainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis, mainan rough and tumble adalah ciri khas permainan rumah yang tidak terstruktur; minat pribadi aktivitas dan hobi berkembang pada saat ini. - Peran keluarga dan orang tua – orang tua menjadi figur yang kurang

bermakna dalam arti sebagai agen untuk sosialisasi; hubungan dengan teman sebaya cenderung mengurangi pengaruh dominan dari orang tua

(16)

yang ada sebelumnya; orang tua masih merasa dan berespons sebagai otoritas utama dan harapan dari guru, pelatih dan para tokoh keagamaan memberi dampak terhadap perilaku anak.

Perkembangan Moral (Tahap Konvensional)

1. Pengertian moralitas anak ditentukan oleh aturan dan tata tertib dari luar 2. Hubungan dan kontak sosial anak dengan figur otoritas mempengaruhi

pengertian benar dan salah

3. Pengertian benar dan salah anak ketat dan kaku Perkembangan Kepercayaan (Tahap Dongeng Harfiah) 1. Kepercayaan anak sangat dipengaruhi oleh figur otoritas 2. Anak belajar membedakan yang natural dan supernatural 3. Anak mulai membentuk pengertian pribadi tentang Tuhan. 5. Penatalaksanaan

Memberkan penyuluhan kesehatan tentang malnutrisi, membawa anak ke posyandu / puskesmas untuk mendapatkan petunjuk pemberian makanan, memperhatikan pola makan keluarga dengan memenuhi kebutuhan gizi, memberi makanan secara bertahap, memperhatikan personal hygiene dan sanitasi lingkungan. Selama anak masih mau peroral makanan diberikan berulang – ulang, tetapi jika tidak bisa diberikan dapat melalui sonde (makanan cair).

6. Pathways

Faktor Primer :

- Susunan makanan yang salah - Kemiskinan

- Ketidaktahuan tentang nutrisi

- Kebiasaan makanan yang buruk atau salah

Faktor Sekunder :

- Gangguan saluran pencernaan seperti malabsorbsi - Gangguan psikologis

(17)

Sumber : Ngastiyah, 1997 dan A. H. Markum, 1991

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul secara teori, yaitu : - Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

- Gangguan tumbuh kembang - Resiko tinggi terjadi infeksi - Intoleransi aktivitas

Sumber : Ngastiyah, 1997 dan A.H. Markum, 1991 7. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga

1. Prevensi Primer

(18)

b. Memberikan makanan yang bergizi (telur, daging, ikan, susu, buah dan lain – lain)

c. Memilih bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang baik d. Memberikan penyajian makanan yang baik

e. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang modifikasi lingkungan yang dapat menunjang pemenuhan gizi keluarga

f. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Prevensi Sekunder

a. Mencari kasus sedini mungkin

Untuk mengetahui dan menemukan bahwa keluarga ada yang malnutrisi, keluarga harus tahu tanda dan gejala malnutrisi yaitu BB tidak sesuai dengan umur mudah terkena penyakit, kulit kering dan kusam, bermuka pucat, rambut berwarna merah.

b. Melakukan pemeriksaan antropometri anak c. Memberikan makanan tambahan atau suplemen d. Pemeriksaan yang teratur

3. Prevensi Tertier

a. Penyuluhan tentang nutrisi dan usaha kelanjutan yang harus dilakukan pada anak yang mengalami malnutrisi.

b. Perbaikan fasilitas kesehatan. c. Pencegahan komplikasi.

(19)

e. Rujukan dan pengobatan lanjutan.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MALNUTRISI IDENTITAS DATA

Meliputi Nama KK, usia, jenis kelamin, tipe bentuk keluarga 1. Latar Belakang Budaya

- Kebiasaan makan / diet

Kebiasaan makan pada penderita malnutrisi hanya mengkonsumsi makanan yang kualitas dan kuantitasnya tidak mencukupi tubuh, asupan nutrisinya kurang mengandung gizi seimbang, susunan makanan yang salah dan kebiasaan makan yang salah (Sediaoetama, 1993).

- Kebiasaan fasilitas kesehatan

Keluarga basanya menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut tentang masalah nutrisi, untuk mengetahui perkembangan anaknya.

2. Status Sosial dan Ekonomi - Pendidikan

Tingkat pendidikan keluarga akan mempengaruhi pengetahuannya tentang pentingnya kesehatan serta pengambilan keputusan terutama jika ada anggota keluarga yang sakit misalnya masalah malnutrisi dapat segera bekerjasama dengan kader atau pelayanan kesehatan lain setelah diketahui sejak dini.

(20)

Pekerjaan keluarga akan berpengaruh pada besar kecilnya penghasilan yang diperoleh. Jika pekerjaan keluarga mendapatkan penghasilan yang rendah, maka keluarga akan kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari terutama kebutuhan gizi anggota keluarga yang akan berpengaruh pada masalah malnutrisi.

- Pendapatan

Pendapatan keluarga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari dan sisanya dapat digunakan anggaran kesehatan keluarga jika ada anggota keluarga

3. Aktivitas di waktu senggang

Mengidentifikasi aktivitas penderita malnutrisi karena jika aktivitas yang dilakukan terlalu berlebihan, sedangkan asupan nutrisinya kurang mengandung gizi seimbang maka dapat mempengaruhi beratnya malnutrisi jika berlangsung terus menerus.

DATA LINGKUNGAN

1. Mobilitas Geografis Keluarga

Lamanya keluarga tinggal di suatu daerah yang beresiko terjadinya malnutrisi, faktor kemiskinan dan ketidaktahuan masyarakat sekitar tentang pentingnya nutrisi.

2. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat keluarga menyadari pentingnya interaksi dengan masyarakat dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk menambah pengetahuan keluarga.

(21)

STRUKTUR KELUARGA 1. Pola Komunikasi

Pengamatan keluarga secara keseluruhan mengenai komunikasi yang digunakan sehari – hari untuk menunjang stimulus anak yang mengalami malnutrisi.

2. Struktur Peran

Peran kepala keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga terutama dalam penyediaan bahan makanan yang mengandung gizi seimbang untuk menunjang kebutuhan anak yang mengalami malnutrisi serta dalam mengasuh dan merawat anak tersebut.

3. Struktur Kekuatan

Dalam keluarga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah biasanya dilakukan oleh kepala keluarga dengan cara demokrasi. Jika kepala keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasinya makan akan terjadi akibat yang lebih berat dari malnutrisi.

FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif (Psikologis)

Keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman. Perhatian diantara anggota keluarga, membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

(22)

Tugas keluarga adalah mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat dengan membentuk norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3. Fungsi Kesehatan Anak

Keluarga tidak mampu melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu :

1. Mengenal / mengetahui masalah kesehatan tentang malnutrisi (pengetahuan, faktor penyebab, tanda dan akibat serta penatalaksanaan)

2. Mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit

3. Merawat anggota keluarga yang sakit dengan mencukupi kebutuhan nutrisi keluarga, mencegah penyakit agar tidak memberat.

4. Memodifikasi lingkungan, misal dengan meningkatkan selera makan keluarga, menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, misalnya membawa keluarga / bekerjasama ke pelayanan kesehatan terdekat seperti Posyandu / Puskesmas

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Mengkaji anggota keluarga yang menderita malnutrisi, jika ada yang mengalami malnutrisi didukung dengan penurunan tingkat pengetahuan keluarga akan dapat memperberat malnutrisinya.

KOPING KELUARGA

Keluarga yang menggunakan mekanisme koping yang tidak adaptif terkait dengan masalah kesehatan yang muncul, misal tidak segera membawa anggota

(23)

keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan cenderung akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi antara organisasi anda dan publik merupakan tujuan utama aktivitas E-PR karena aktivitas ini akan membantu anda dalam membangun hubungan yang kuat dan saling

Hasil penelitian ini adalah (1) Pola penalaran yang digunakan pada argumentasi dalam wacana tulis siswa kelas IX SMP Negeri 8 Kediri adalah pola penalaran deduktif dan pola

Senior Phase: Learning Outcomes and Assessment Standards Grade 7·9... Stellenbosch

gorontalo kota dalam mengungkap kasus tindak pidana perjudian. Manfaat Penelitian. Dengan memperhatikan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini

Debitor : Pihak yang berutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima sesuatu. dari kreditur yang dijanjikan debitor untuk dibayar kembali

Wagiati Soetodjo,Melani.Hukum Pidana Anak.Refika Adiatma.Bandung.2008.hlm.51.. Bagaimana upaya Polrestabes Semarang dalam menanggulangi seks bebas di kalangan.

Hasil atau nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang diperoleh dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada Tabel 6 adalah sebesar 0,161 yang artinya bahwa

menunjukan bahwa; 1) pelaksanaan program PKB di kota Tebing Tinggi terlaksana melalui perintah secara pesan lisan oleh Kepala Sekolah kepada guru PJOK mengenai pengaktifan