• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. PT Kimia Farma (Persero) Tbk

6. Kepemilikan Saham Perusahaan

Laporan kepemilikan saham direksi dan komisaris PT Kimia Farma per 31 Agustus 2009 adalah sebagai berikut:

a. Pemodal Nasional 1) Pemerintah Indonesia : 90,02521% 2) Perorangan Indonesia : 4,64489% 3) Karyawan : 0,39089% 4) Dana Pensiun : 0,25583% 5) Asuransi : 0,01801% 6) Perseroan Terbatas : 3,63940% 7) Reksadana : 0,02035% b. Pemodal Asing 1) Perorangan Asing : 0,48931% 2) Badan Usaha Asing : 0,50612% 7. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan

Pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 susunan dewan komisaris, direksi dan komite audit Perusahaan adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Drs. Agus Muhammad, M.Acc. Komisaris : dr. Sjafii Ahmad, MPH

Komisaris Independen : Mayjen (Purn) Effendi Rangkuti, S.H. Laks Muda (Purn) dr. H. Darmansyah Dandossi Matram

Direktur Utama : Muhammad Syamsul Arifin

Direktur : Drs. Agus Anwar

Drs. Jisman Siagian Drs. Rusdi Rosman, MBA Drs. Zurbandi

Jumlah gaji dan tunjangan yang diterima Direksi dan Komisaris untuk tahun 2008 dan 2007 masing-masing sebesar Rp6.169.626.955 dan Rp4.396.099.889.

Jumlah karyawan Perusahaan dan Anak Perusahaan pada 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing sebanyak 5.628 dan 5.719 karyawan.

Utama Direktur Produksi Direktur Umum & SDM Direktur Keuangan Direktur Pemasaran Manager Pengawas Satuan Internal Manager Corporate Secretary Manager Strategic Bisnis & Corp.

Development Manager Supply Chain Manager Laboratorium Klinik Manager Lini CHP Manager Lini Ethical Manager Lini OGB Manager Marketing Service Manager Ekspor Manager Research & Development Manager Pengadaan Manager Unit Logistik Sentral Manager Sumber Daya Manusia Manager Umum Manager Properti Manager Umum Manager Akuntansi Manager Perenc. Anggaran Keuangan Perusahaan Manager Umum

B. PT Indofarma (Persero) Tbk. 1. Pendirian dan Informasi Umum

PT Indonesia Farma Tbk, disingkat dengan PT Indofarma (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996 dan diubah dengan akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996, keduanya dari Notaris Sutjipto, SH.

Pada awalnya, Indofarma merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918 dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981, Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma). Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP No. 34 tahun 1995. Perusahaan ini berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Plaza Bumi Daya lantai 11, Jalan Imam Bonjol No. 61, dengan lokasi pabrik di Cibitung, Jawa Barat.

2. Tujuan Pendirian Perusahan

Indofarma didirikan dengan tujuan untuk menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan harga terjangkau untuk masyarakat, melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif dengan prioritas untuk

mengobati penderita penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi serta mengembangkan kompetensi SDM sehingga memiliki kepedulian, profesionalisme dan kewirausahaan yang tinggi.

3. Kegiatan Usaha dan Produk yang dihasilkan

Indofarma melaksanakan kegiatan usaha yaitu diantaranya:

a. Memproduksi bahan baku dan bahan untuk produk farmasi serta bahan kimia termasuk argo kimia yang dihasilkan sendiri maupun atas dasar lisensi atau pembuatan atas dasar upah.

b. Memproduksi obat jadi, seperti obat-obatan asensial, obat generik, obat tradisional, kosmetik dan alat-alat kesehatan diantaranya alat diagnosis kesehatan, alat kontrasepsi serta produk makanan yang ada hubungannya dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

c. Memproduksi pengemas maupun bahan pengemas, mesin dan peralatan serta sarana pendukung lainnya yang terkait dengan industri farmasi.

d. Memasarkan, memperdagangkan dan mendistribusikan produk yang dihasilkan, baik hasil produksi sendiri maupun yang dihasilkan oleh pihak ketiga, termasuk barang umum, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri yang masih berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan.

e. Pemeliharaan kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan.

4. Kebijakan Pemasaran

Dalam iklim persaingan bisnis yang ketat, hanya mereka yang adaptif terhadap perubahan yang akan mampu bertahan. Keyakinan terhadap paradigma inilah yang mendorong Indofarma untuk menuntaskan restrukturisasi besar yang dilakukan sejak 2007. Restrukturisasi yang antara lain melengkapi organisasi Indofarma ini dapat diharapkan akan meningkatkan daya saing Indofarma di semua lini dan seluruh proses bisnis.

Pada 2008 dilakukan pembenahan menyeluruh termasuk pemekaran organisasi Indofarma menjadi empat divisi sehingga upaya pemasaran yang dilakukan lebih fokus, telah memberikan hasil awal yang yang menggembirakan. Misalnya, kontribusi produk non-Indofarma, meningkat secara nominal dengan semakin banyaknya prinsipal yang mempercayakan distribusi produknya ke Indofarma. Peningkatan penjualan yang berasal dari lebih banyak ragam produk ini mencerminkan keberhasilan Indofarma menembus berbagai pasar baru. Sementara itu, penjualan bersih produk Indofarma juga bertumbuh.

Selain itu, pada 2008 perusahaan berhasil pula meningkatkan penjualannya secara signifikan, yaitu sebesar 189,9%, ke mancanegara. Peningkatan ekspor produk obat etikal dan OTC (termasuk herbal) – terutama ke Afghanistan, Nigeria, Rusia, dan Polandia – yang sangat tinggi ini sedikit banyak menunjukkan kegesitan Indofarma memanfaatkan peluang pasar yang terbuka lebih lebar. Melalui kerja sama yang lebih

erat, yaitu registrasi beragam produk oleh para mitra perusahaan di berbagai negara, volume maupun nilai ekspor perusahaan dapat diharapkan akan terus tumbuh.

Keberhasilan memperluas pasar inilah agaknya yang membuat Indofarma tetap meraih laba bersih walau harus mengayun berbagai langkah strategis yang menyerap sumberdaya sangat besar namun diperlukan untuk pertumbuhan jangka panjang. Di bidang produksi, pembenahan terpadu yang dilakukan juga berhasil meningkatkan efisiensi proses bisnis dan mempertajam prioritas kerja. Bersama dengan penerapan strategi yang tepat dan peningkatan manajemen produksi, koordinasi yang lebih baik tersebut telah meningkatkan kinerja produksi. Penerapan secara konsisten inilah yang memungkinkan Indofarma dapat memenuhi kebutuhan pasar yang berubah cepat.

5. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) a. PSAK 16 (Revisi 2007)

Dengan penerapan PSAK 16 (Revisi 2007) "Aset Tetap" yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008 memperbolehkan entitas untuk memilih antara model biaya dan model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan harus diterapkan secara konsisten terhadap semua aset tetap dalam kelompok yang sama. Saat ini, Indofarma dan anak perusahaan menggunakan model harga perolehan.

b. PSAK No.7, "Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa".

Indofarma dan anak perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sesuai dengan PSAK No.7 mengenai "Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa".

Pihak-pihak hubungan istimewa adalah:

1) Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada dibawah pengendalian bersama, dengan perusahaan

2) Perusahaan asosiasi;

3) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan,

4) Karyawan kunci,

c. PSAK No 24 (Revisi 2004), “Imbalan Kerja”

Penilaian terakhir biaya manfaat karyawan sesuai dengan PSAK No 24-revisi, dilakukan oleh PT Dian Artha Tama, Aktuaris Independen, sesuai dengan laporan No.176/PSAK/DAT/III/2009.

d. PSAK 14 (Revisi 2008), Persediaan

Pada bulan September 2008, DSAK mengeluarkan standar akuntansi revisi untuk persediaan, yang menggantikan PSAK 14, Persediaan. Perubahan mendasar pada standar ini termasuk antara lain entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama, dan

pembelian persediaan dengan persyaratan penyelesaian tangguhan (deferred settlement terms), perbedaan antara harga beli untuk persyaratan kredit normal dan jumlah yang dibayarkan diakui sebagai beban bunga selama periode pembiayaan. Standar ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2009. Penerapan lebih dini dianjurkan. Manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar-standar tersebut di atas ini terhadap laporan keuangan.

6. Kepemilikan Saham Perusahaan

Laporan kepemilikan saham direksi dan komisaris PT Kimia Farma per 31 Agustus 2009 adalah sebagai berikut:

a. Pemodal Nasional 1) Pemerintah Indonesia : 80,66422% 2) Perorangan Indonesia : 6,94049% 3) Karyawan - Lokal : 0,40226% 4) Dana Pensiun : 0,22021% 5) Asuransi : 0,81406% 6) Perseroan Terbatas : 1,71829% 7) Reksadana : 0,11620% c. Pemodal Asing 1) Perorangan Asing : 0,02686% 2) Badan Usaha Asing : 9,09739%

Dokumen terkait