• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Kepemimpinan Kiai

Menurut KBBI Kiai adalah sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama islam). Sedangkan (Lubis, 2007:169) menyatakan bahwa “Kiai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang Kiai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang Kiai disalah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot karena Kiai yang menggantikannya tidak sepopuler Kiai yang telah wafat itu.

Menurut Abdullah ibnu Abbas (dalam Rasyid, 2007:18), Kiai adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu.

Kiai adalah sosok penyebar ilmu terbaik dari guru apapun. Sikap tidak menerima imbalan berupa apapun menjadikan sosok yang dicintai oleh Allah. Seorang Kiai identik dengan pesantren juga santri. Akan tetapi seorang yang mempunyai akhlaq yang baik, bisa disebut dengan Kiai. Terjemah saya terkait dengan Kiai yaitu kamalul ‘ilmi wal ‘adabi

(singkatan dari kata Kiai). Jadi seseorang yang telah mencapai ilmu dan akhlaqnya bisa disebut dengan Kiai.

2. Sifat terpuji kiai

Menurut Moedjiono (2002:61-67) sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin berdasarkan Al-Qur'an meliputi:

a. Senantiasa memberikan peringatan, surat Adh-Dhariyat ayat 55:

ﯿِﻨِﻣ ۡﺆُﻤۡﻟٱ ُﻊَﻔﻨَﺗ ٰىَﺮ ۡﻛﱢﺬﻟٱ ﱠنِﺈَﻓ ۡﺮﱢﻛَذَو

َﻦ

(Q.S Adh-Dhariyat: 55).

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena

sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang

beriman.”( Q.S Adh-Dhariyat: 55)

b. Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap, surat Al-Mujadalah: 11:

اَذِإ ْا ٓﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ ﺎَﮭﱡﯾَﺄَٰٓﯾ

ِﺢَﺴ ۡﻔَﯾ ْاﻮُﺤَﺴ ۡﻓﭑَﻓ ِﺲِﻠ َٰﺠَﻤ ۡﻟٱ ﻲِﻓ ْاﻮُﺤﱠﺴَﻔَﺗ ۡﻢُﻜَﻟ َﻞﯿِﻗ

ۡﻢُﻜﻨِﻣ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ ُ ﱠ ٱ ِﻊَﻓ ۡﺮَﯾ ْاوُﺰُﺸﻧﭑَﻓ ْاوُﺰُﺸﻧٱ َﻞﯿِﻗ اَذِإَو ۖۡﻢُﻜَﻟ ُ ﱠ ٱ

ﯾِﺬﱠﻟٱَو

ﺖ َٰﺟَرَد َﻢ ۡﻠِﻌۡﻟٱ ْاﻮُﺗوُأ َﻦ

ٱَو ۚ◌

ﺮﯿِﺒَﺧ َنﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُ ﱠ

(Q.S Al-Mujadalah: 11)

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan

kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”( Q.S. Al-Mujadalah: 11)

c. Bertindak adil, jujur dan konsekuen, merujuk pada al-Qur'an Surat An-Nissa ayat 58:

ِسﺎﱠﻨﻟٱ َﻦ ۡﯿَﺑ ﻢُﺘ ۡﻤَﻜَﺣ اَذِإَو ﺎَﮭِﻠ ۡھَأ ٰٓﻰَﻟِإ ِﺖَٰﻨ َٰﻣَ ۡﻷٱ ْاوﱡدَﺆُﺗ نَأ ۡﻢُﻛُﺮُﻣۡﺄَﯾ َ ﱠ ٱ ﱠنِإ

ٱ ﱠنِإ ۗٓۦِﮫِﺑ ﻢُﻜُﻈِﻌَﯾ ﺎﱠﻤِﻌِﻧ َ ﱠ ٱ ﱠنِإ ِۚل ۡﺪَﻌۡﻟﭑِﺑ ْاﻮُﻤُﻜ ۡﺤَﺗ نَأ

ﺎ َۢﻌﯿِﻤَﺳ َنﺎَﻛ َ ﱠ

اﺮﯿِﺼَﺑ

(Q.S An Nisa: 58).

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat.”(Q.S An Nisa: 58)

d. Bertanggung jawab, sebagaimana tercantum dalam surat Al- ‘An’am ayat 164 :

ﻲِﻐ ۡﺑَأ ِ ﱠ ٱ َﺮ ۡﯿَﻏَأ ۡﻞُﻗ

ۚء ۡﻲَﺷ ﱢﻞُﻛ ﱡبَر َﻮُھَو ﺎّﺑَر

ُﺐِﺴ ۡﻜَﺗ َﻻَو

ٍﺲ ۡﻔَﻧ ﱡﻞُﻛ

ﺎَﮭ ۡﯿَﻠَﻋ ﱠﻻِإ

َﻻ َو

ة َر ِز ا َو ُر ِﺰ َﺗ

ۡﻢُﻜُﻌِﺟ ۡﺮﱠﻣ ﻢُﻜﱢﺑَر ٰﻰَﻟِإ ﱠﻢُﺛ ٰۚىَﺮ ۡﺧُأ َر ۡزِو

ِﺑ ﻢُﻜُﺌﱢﺒَﻨُﯿَﻓ

َنﻮُﻔِﻠَﺘ ۡﺨَﺗ ِﮫﯿِﻓ ۡﻢُﺘﻨُﻛ ﺎَﻤ

(Q.S. Al-An’am: 164).

Artinya: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain . Kemudian kepada Tuhanmulah kamu

e. Suka bermusyawarah, termaktub dalam surat Ali-Imran ayat 159 :

ﺔَﻤ ۡﺣَر ﺎَﻤِﺒَﻓ

ۡﻦِﻣ ْاﻮﱡﻀَﻔﻧَ ِﺐ ۡﻠَﻘ ۡﻟٱ َﻆﯿِﻠَﻏ ﺎًّﻈَﻓ َﺖﻨُﻛ ۡﻮَﻟَو ۖۡﻢُﮭَﻟ َﺖﻨِﻟ ِ ﱠ ٱ َﻦﱢﻣ

َﺖ ۡﻣَﺰَﻋ اَذِﺈَﻓ ِۖﺮ ۡﻣَ ۡﻷٱ ﻲِﻓ ۡﻢُھ ۡرِوﺎَﺷَو ۡﻢُﮭَﻟ ۡﺮِﻔ ۡﻐَﺘ ۡﺳٱَو ۡﻢُﮭ ۡﻨَﻋ ُﻒ ۡﻋﭑَﻓ َۖﻚِﻟ ۡﻮَﺣ

َﱠ ٱ ﱠنِإ ِۚ ﱠ ٱ ﻰَﻠَﻋ ۡﻞﱠﻛَﻮَﺘَﻓ

ﱡﺐِﺤُﯾ

َﻦﯿِﻠﱢﻛَﻮَﺘُﻤۡﻟٱ

(Q.S. Ali Imran: 159).

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku

lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Q.S. Ali Imran:159)

f. Selektif terhadap informasi, dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 16:

ِۚض ۡرَ ۡﻷٱ ﻲِﻓ ﺎَﻣَو ِت َٰﻮ َٰﻤﱠﺴﻟٱ ﻲِﻓ ﺎَﻣ ُﻢَﻠ ۡﻌَﯾ ُ ﱠ ٱَو ۡﻢُﻜِﻨﯾِﺪِﺑ َ ﱠ ٱ َنﻮُﻤﱢﻠَﻌُﺗَأ ۡﻞُﻗ

َو

ﻢﯿِﻠَﻋ ٍء ۡﻲَﺷ ﱢﻞُﻜِﺑ ُ ﱠ ٱ

(Q.S. Al-Hujurat: 16).

Artinya: “Katakanlah: „Apakah kamu akan memberitahukan

kepada Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui

segala sesuatu?”(Q.S. Al-Hujurat: 16)

g. Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan, termaktub dalam surat As-Sajadah ayat 24 :

ﺔﱠﻤِﺋَأ ۡﻢُﮭ ۡﻨِﻣ ﺎَﻨۡﻠَﻌَﺟَو

ﺎَﻛَو ْۖاوُﺮَﺒَﺻ ﺎﱠﻤَﻟ ﺎَﻧِﺮ ۡﻣَﺄِﺑ َنوُﺪ ۡﮭَﯾ

ِﺑ ْا ﻮ ُﻧ

َٔ

َنﻮُﻨِﻗﻮُﯾ ﺎَﻨِﺘَٰﯾﺎ

(Q.S. As-Sajadah: 24)

Artinya: “Dan kami jadikan di antarak mereka itu pemimpin-

pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat

kami.”(Q.S. As-Sajadah: 24).

3. Tipologi kiai

Menurut Suprayogo (2007:199-120) membagi tipologi Kiai sebagai berikut:

a. Kiai spiritual

Kiai spiritual adalah pengasuh pondok pesantren yang lebih menekankan pada upaya mendekatkan diri pada Tuhan lewat amalan tertentu (Suprayogo, 2007:199). Atau dengan kata lain lebih condong kepada akhirat sentris. Kiai yang masuk kategori spiritual ini bisa dibedakan menjadi 3 macam, pertama, Kiai religius, yaitu yang melakukan pendekatan kepada Tuhan dengan menekankan pada ajaran agama dan tasawuf. Kedua,Kiai Mistis, adalah Kiai spiritual yang melakukan pendekatan dengan olah kanuragan. Ketiga, Kiai medis, merupakan Kiai spiritual yang melakukan pendekatan dengan menggunakan pengetahuanya mengobati orang lain.

b. Kiai advokatif

Kiai advokatif yaitu Kiai yang mengasuh pondok pesantren yang selain aktif mengajar santri dan jamaahnya juga

memperhatikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dan senantiasa mencari jalan keluarnya (Suprayogo, 2007:199). c. Kiai politik

Kiai politik adalah pengasuh pondok pesantren yang senantiasa perduli pada organisasi politik dan juga pada kekuasaan (Suprayogo, 2007: 120). Kiai yang masuk kategori ini bisa dibedakan menjadi dua: pertama, Kiai politik adaptif yaitu Kiai yang bersedia menyesuaikan diri dengan pemerintah, seperti masuk di parpol tertentu. Kedua, Kiai politik mitra kritis yaitu Kiai yang berafiliasi politik.

Sedangkan menurut Abdurrahman Mas'ud (dalam Amin , 2010: 48-49) memasukkan Kiai ke dalam lima tipologi:

1) Kiai ulama

Kiai (ulama) encyclopedi dan multidisipliner yang mengonsentrasikan diri dalam dunia ilmu belajar, mengajar, dan menulis, menghasilkan banyak kitab, seperti Nawawi al-Bantani.

2) Kiai spesialisasi

Kiai spesialisasi adalah Kiai yang ahli dalam salah satu spesialisasi bidang ilmu pengetahuan Islam.

3) Kiai kharismatik

Kiai karismatik merupakan Kiai yang memperoleh karismanya dari ilmu pengetahuan keagamaan, khususnya dari

4) Kiai dai keliling

Kiai dai keliling adalah Kiai yang perhatian dan keterlibatannya lebih besar melalui ceramah dalam menyampaikan ilmunya sebagai bentuk interaksi dengan publik bersamaan dengan misi sunnisme atau ahlussunah wal jama’ah

dengan bahasa retorikal yang efektif.

5) Kiai pergerakan

Disebut Kiai pergerakan, karena peran dan skill kepemimpinannya yang luar biasa, baik dalam masyarakat maupun organisasi yang didirikannya, serta kedalaman ilmu keagamaan yang dimilikinya, sehingga menjadi pemimpin yang paling menonjol.

4. Kepemimpinan kiai

Gaya kepemimpinan yang diterapkan Kiai dalam sebuah pondok pesantren biasanya adalah gaya kepemimpinan karismatik. Hal tersebut karena gaya kepemimpinan karismatik merupakan gaya kepemimpinan yang bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal dengan anggota-anggota masyarakat muslim, serta pembinaan reputasi individual (berdasarkan kepada keteladanan moralitas yang mereka miliki) (A’la, 2006:24).

Karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Siagian, 2003:37).

D. Pengertian Ranah Afektif Santri

Dokumen terkait