• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.3.1 Kependudukan

Jumlah penduduk kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat secara keseluruhan pada tahun 2005 adalah 30.163 jiwa yang tersebar di 17 desa Kecamatan Morotai Selatan (Tabel 21), 13 desa pesisir dan pulau-pulau kecil Kecamatan Morotai Selatan Barat. Kecamatan Morotai Selatan memiliki jumlah penduduk sebanyak 19.930 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 10.126 jiwa lebih banyak daripada perempuan 9.804 jiwa.

Tabel 21 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Morotai Selatan

Jenis Kelamin

Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah Keluarga Juanga 242 236 478 82 Pandanga 332 376 708 149 Kolorai 198 196 394 65 Daruba 2.078 1.980 4.058 451 Gotalamo 896 1.002 1.898 283 Darame 300 282 582 110 Wamama 371 363 734 205 Totodoku 740 734 1.474 227 Momojiu 131 120 251 47 Sabatai Baru 250 240 490 89 Sabatai Lama 458 275 733 171 Daeo 894 886 1.780 253 Sambiki 795 711 1.506 311 Sangowo 1.014 1.021 2.035 433 Dehegila 745 715 1.460 316 Pilowo 429 428 857 104 Galogalo 253 239 492 88 Jumlah 10.126 9.804 19.930 3.384

Sumber : Kantor Camat Morotai Selatan 2005

Dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Morotai Selatan, kecamatan Morotai Selatan Barat lebih sedikit penduduknya sebanyak 10.336 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 5.393 jiwa dan penduduk perempuan 10.336 jiwa (Tabel 22), hal ini disebabkan jumlah desanya lebih sedikit dan tersebar di beberapa pulau-pulau kecil.

Tabel 22 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Morotai Selatan Barat

Jenis Kelamin

Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah Keluarga Wayabula 498 445 943 201 Ngelengele Kecil 282 240 522 102 Waringin 237 212 449 112 Aru Irian 107 101 208 50 Cocomare 165 164 329 82 Tilei 879 824 1703 393 Tutuhu 384 338 722 155 Ciogerong 580 564 1144 255 Aru Burung 289 264 553 121 Laomadoro 435 402 837 195 Leoleo 795 718 1513 368 Posiposi 498 449 947 262 Saminyamo 244 222 466 103 Jumlah 5.393 4.943 10.336 2.399

Sumber: Kecamatan Morotai Selatan Barat dalam Angka Tahun 2005

Mata pencaharian penduduk kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat sebagian besar sebagai petani (lebih dari 70 %), sedangkan mata pencaharian lainnya adalah pedagang, Pegawai Negeri Sipil dan TNI/Polri.

Di Kecamatan Morotai Selatan, sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian yaitu sebanyak 2.479 KK atau 73,26 %. Sementara kepala kelaurga yang memiliki mata pencaharian dari sektor jasa berjumlah 501 KK atau 14,80% (Tabel 22). Sama halnya dengan Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai Selatan Barat juga penduduknya sebagian besar mata pencahariannya yang paling dominan adalah dari sektor pertanian yaitu sebanyak 2162 KK atau 89,09 %. Sektor lainnya hanya sebanyak 165 KK (6,8%) yang memiliki mata pencaharian dari sektor jasa dan 100 KK (4,21%) dari sektor perdagangan. Sementara untuk sektor pertambangan/penggalian, dan lainnya, tidak satu KK pun yang menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian.

Sama halnya dengan kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai Selatan Barat juga penduduknya sebagian besar mata pencahariannya yang paling dominan adalah dari sektor pertanian yaitu sebanyak 2162 KK atau 89,09 %. Sementara sektor lainnya hanya sebanyak 165 KK (6,8 %) yang memiliki mata pencaharian dari sektor jasa dan 100 KK (4,21 %) dari sektor perdagangan (Tabel 23).

Sementara untuk sektor pertambangan/penggalian, dan lainnya, tidak satu KK pun yang menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian (Tabel 24)

Tabel 23 Jumlah KK Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Morotai Selatan

Mata Pencaharian Desa Pertanian Pertambangan/ Penggalian Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Juanga 19 - 15 6 22 Pandanga 119 - 8 7 15 Kolorai 40 - 7 1 17 Daruba 137 - 5 190 119 Gotalamo 206 - 1 17 59 Darame 68 - - 2 40 Wamama 143 - 2 21 39 Totodoku 193 - 5 8 21 Momojiu 33 - - 2 12 Sabatai Baru 75 - - 3 11 Sabatai Lama 152 - 2 5 12 Daeo 233 - 2 5 13 Sambiki 278 - 6 12 15 Sangowo 348 - 7 24 54 Dehegila 278 - 16 1 21 Pilowo 84 - 7 1 12 Galogalo 53 - 15 1 19 Jumlah 2479 - 98 306 501

Sumber : Kantor Camat Morotai Selatan 2005

Tabel 24 Jumlah KK Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Morotai Selatan Barat

Mata Pencaharian

Desa Pertanian Pertambangan/

Penggalian Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Wayabula 157 - - 10 20 Ngelengele Kecil 90 - - 4 12 Waringin 117 - - 3 8 Aru Irian 38 - - - 6 Cocomare 72 - - 1 6 Tilei 349 - - 10 15 Tutuhu 128 - - 8 7 Ciogerong 229 - - 5 8 Aru Burung 105 - - 4 2 Laomadoro 161 - - 7 7 Leoleo 338 - - 8 7 Posiposi 279 - - 25 54 Saminyamo 99 - - 1 5 Jumlah 2162 - - 100 165

Di samping kelompok-kelompok etnik setempat, kelompok-kelompok etnik lain yang berasal dari luar Maluku Utara seperti Sulawesi (Selatan, Tenggara, Tengah, Utara) Jawa, Sumatera, Cina Ambon dan lain-lain datang dan menetap. Diantara mereka ada yang kawin dengan penduduk asli setempat dan ada yang tinggal sementara waktu karena mencari nafkah. Demikian pula dengan penganut agama lain yang disamping Islam dan Kristen, seperti Konghucu, Hindu dan Budha meskipun dalam jumlah yang kecil. Mereka ini hidup berdampingan dan kadangkala ada pula yang membaur dengan suku maupun penganut agama lainnya.

Diakui bahwa dengan potensi hasil rempah-rempah di daerah ini, maka bahasa memegang peran penting dalam perdagangan pada abad-abad lampau, namun bersamaan dengan itu pula terjadi infiltrasi kebudayaan dari luar yang kuat terutama pengaruh bahasa Melayu sehingga secara keseluruhan masyarakat yang ada di Maluku Utara umumnya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa utama sementara bahasa daerah digunakan manakala lawan bicara memiliki suku yang sama atau paling tidak memahami bahasa daerah digunakan pada lingkungan suku bangsa yang sama atau pada mereka yang mengetahui bahasa tersebut.

4.3.2 Sarana Sosial

Pada umumnya sarana publik dan pendukung kehidupan serta perekonomian warga yang ditemukan di pulau-pulau terpencil masih tergolong minim. Di Kecamatan Morotai Selatan jalan penghubung antar desa berupa jalan beraspal dan di Kecamatan Morotai Selatan Barat, jalan penghubung antar desa berupa jalan desa yang tidak beraspal.

Demikian pula dengan kondisi aliran listrik (PLN) masih bersifat temporer yang menyala sekitar 12.00 jam per hari, yaitu mulai 18.00 – 06.00WIT. untuk kecamatan Morotai Selatan Barat , pemanfaatan listrik (PLN) sebanyak 172 kepala keluarga dan non PLN sebanyak 360 kepala keluarga. Sedangkan di Kecamatan Morotai Selatan pengguna PLN sebanyak 1.833 kepala keluarga dan yang non PLN sebanyak 39 kepala keluarga. Pelanggan telepon kabel tidak ditemukan di Kecamatan Morotai Selatan sedangkan di Kecamatan Morotai Selatan Barat 250 kepala keluarga. Untuk air minum dan air mandi seluruh desa mengunakan air tanah (sumur).

Sarana pendidikan sudah tergolong cukup baik, ketersedian lembaga pendidikan dasar hingga menengah, SD hingga SMU. Jumlah sekolah negeri yang terdapat dalam kecamatan Morotai Selatan Barat SD berjumlah 13, SLTP sebanyak 1, SMU sebanyak 1. Jumlah sekolah swasta yang ada di Kecamatan Morotai Selatan Barat SD sebanyak 5 dan SLTP sebanyak 1. Sarana pendidikan sudah tergolong cukup baik, ketersedian lembaga pendidikan dasar hingga menengah, SD hingga SMU. Jumlah sekolah negeri yang terdapat dalam Kecamatan Moroai Selatan SD berjumlah 17, SLTP sebanyak 3, SMU sebanyak1. Jumlah sekolah swasta yang ada di Kecamatan Morotai Selatan SD sebanyak 3, SLTP sebanyak 2, dan SMU sebanyak 3.

Sarana pendukung publik lainnya mulai dari puskesmas dan tenaga medisnya, transportasi laut dan darat, pos dan telekomunikasi, dan sanitasi lingkungan masing- masing hanya terdapat di ibukota kecamatan dan kondisinya yang kurang dirawat.

4.3.3 Perekonomian Rakyat

Selain sektor perikanan dan kelautan, kehutanan dan pariwisata, terdapat juga potensi besi putih yang merupakan industri kerajinan tangan masyarakat setempat. Sektor informal ini berkembang cukup pesat di masyarakat, dan umumnya sebagai salah satu cinderamata khas Morotai. Daerah pemasaran hasil kerajinan besi putih selain dipasarkan di Kota Ternate, juga telah meluas sampai ke Menado (Sulawesi Utara).

Salah satu produksi perikanan yang cukup prospektif serta memiliki keunggulan kualitasnya adalah ikan asin (ikan garam) yang dihasilkan masyarakat Morotai sebagai tambahan mata pencaharian penduduk yang umumnya berdomisili di daerah-daerah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil.

Potensi perairan Morotai yang lain adalah jenis terumbu karang, ikan hias dan konsumsi yang beragam jenisnya serta rumput laut maupun keindahan taman lautnya. Hal tersebut turut memberikan peluang usaha dalam pengembangan budidaya laut seperti rumput laut maupun peningkatan pendapatan dan sektor pariwisata.

Sektor pariwisata yang ada di Pulau Morotai beragam dan variatif seperti wisata peninggalan sejarah, wisata pantai maupun keindahan taman bawah laut yang sangat menawan. Potensi pariwisata Morotai yang belum dikembangkan sebagai obyek wisata yang menarik dan mendatangkan devisa antara lain : Telaga Kaca, Pulau Zumzum (bekas

kediaman Jenderal Mc Arthur), pulau Galogalo, Panser serta Bunker bekas peninggalan PD II, Taman laut Dodola, Ngelengele dan lain-lain.

4.3.4 Sosial Budaya

Mayoritas mata pencaharian penduduk pulau Morotai adalah petani dan nelayan (sebagian besar permukim di pesisir dan pulau-pulau kecil). Tidak mempunyai penduduk asli, pendatang dari pulau Halmahera sebagian besar suku Tobelo dan Galela. Karakteristik budaya masyarakat adalah perpaduan budaya Halmahera secara umum dan lebih khusus budaya dan adat Tobelo – Galela. Budaya yang sampai saat ini masih berkembang di masyarakat Pulau Morotai adalah gotong royong.

Jenis tarian yaitu: Tide-Tide, Cakalele, Denge-denge, Bobaso, Salumbe, Tokuwela, Yangere, Tari Kabata Talaga Lina, Togal. Sedangkan jenis musik tradisional meliputi Musik Bambu Tiup, Gala, Musik Bambu Hitadi, Musik Jangere, Upacara Adat Hibua Lamo, Adat Perkawinan, Sejarah Tona Malangi (tersebar di tiga Kecamatan di Pulau Morotai).

Tarian Tide-tide

Tarian Tide-tide adalah merupakan salah satu tarian khas pulau Morotai, Halmahera Utara. Tarian ini dapat dilakukan pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat malam syukuran anak atau pada pesta perkawinan secara adat dan juga pada saat acara pesta rakyat serta dipertunjukan untuk menyambut tamu. Selain itu tarian ini dapat disuguhkan pada saat ke tide-tide dapat disebut dengan tarian pergaulan karena pada gerakan-gerakan tertentu memberikan makna yang sangat berarti. Untuk itu para penari sangat berhati-hati dalam gerakannya. Salah satu contoh para penari laki yang berhadapan dengan seorang gadis maka pada gerakan tangan yang diangkat keduanya dapat memberikan makna sangat berarti, disini bisa terjadi ikatan antara seorang pria dan seorang wanita sampai pada tingkat perkawinan atau keduanya memahami isyarat pada gerakan-gerakannya itu. Tarian ini ditarikan oleh sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan yang diikuti oleh tiga kelompok tingkatan usia yaitu –Tingkat anak- anak, remaja dan dewasa sementara alat yang digunakan pada acara tersebut adalah tifa – gong dan biola para pemusik berjumlah 6 orang baik laki-laki maupun perempuan

sedangkan para penari minimal berjumlah 12 orang masing-masing 6 laki-laki dan 6 perempuan.

Tarian Cakalele

Tarian cakalele adalah salah satu tarian ciri khas pulau Morotai Halmahera Utara. Tarian ini disebut sebagai tarian perang dan juga sebagai tarian adat. Tarian cakalele juga dapat dilakukan pada acara-acara tertentu. Misalnya acara penjemputan tamu secara adat, acara perkawinan secara adat atau pada acara pentas budaya. Tarian cakalele dapat dilakukan sekelompok orang atau dua orang laki-laki dan perempuan. Para penari laki- laki biasanya menggunakan alat tari yang disebut parang dan salawaku, sedangkan perempuan menggunakan lenso tangan (saputangan) atau tangan kosong. Tarian ini biasanya seorang perempuan menari sambil berputar mengelilingi laki-laki yang disebut Basisi. Sementara para pemusik yang mengiringi cakalele berjumlah 4 oang dengan alat yang digunakan adalah gong dan tifa dilengkapi dengan alat pemukul yang dibuat dari kayu.

Tarian Denge-denge

Denge-denge adalah salah satu tarian pergaulan khas Pulau Morotai Halmahera Utara yang biasanya dilakukan oleh sekelompok baik orang laki-laki maupun perempuan ini diiringi dengan nyanyian-nyanyian yang sangat unik karena lantaran lagu memiliki makna yang sangat filosofis, dengan berbalas pantun baik laki maupun perempuan. Tarian ini memiliki gerakan yang sangat halus para penari sangat hati-hati dengan memaknai pukulan musik yang dimainkan oleh pemusik. Tarian ini tidak dapat dielaborasikan dengan tarian lain karena bila terjadi elaborasi tarian maka akan terjadi perubahan makna. Lagu denge denge yang berbalas pantun dapat menyuarakan syair bahasa cinta dan bahasa dan masa depan sehingga ada makna tertentu pada saat beralas pantun diakhiri dengan sebuah kesepakatan bila para pelantun itu seorang pemuda dan seorang gadis maka diakhiri dengan sebuah perkawinan. Denge denge ini hanya terdapat pada suku Galela, Tobelo dan Loloda (hampir punah).

Tarian Bobaso

Bobaso adalah salah satu tarian pergaulan yang merupakan sebuah perpaduan tarian antara tide-tide dan denge-denge sehingga menghasilkan bobaso dengan memiliki keunikan-keunikan dalam tarian ini. Tarian ini sangat lamban dan halus. Bobaso juga melantunkan syair-syair yang memberikan isyarat-isyarat dalam bahasa cinta dan masa depan dari suara dan makna kalimat menimbulkan sebuah kesepakatan dan juga terjadi penolakan bila tidak memenuhi persyaratan yang dilantunkan oleh seorang perempuan. Tarian ini hanya terdapat pada suku Tobelo, Galela dan Loloda.

Tarian Salumbe

Tarian salumbe adalah salah satu tarian pergaulan yang hampir punah merupakan tarian tradisional dengan cara berbalas sair dari daerah Galela, Tobelo dan Loloda yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Halmahera Utara khususnya masyarakat Morotai Utara. Tarian ini terdiri atas delapan orang laki dan perempuan diiringi dengan alat tifa, gong dan biola.

Tokuwela

Tokuwela adalah salah satu pertunjukan tadisional berbalas pantun yang membutuhkan personil lebih dari 20 orang yang diiringi dengan lagu Tokuwela laki-laki dan perempuan. Tokuwela mempunyai dua pengertian yaitu : Toku memberikan pengertian berjalan disebuah ketinggian yang memiliki jarak contoh seorang anak kecil yang berjalan diatas tangan yang saling berpegangan antara laki dan perempuan. Wela adalah para pemain tali dengan menyanyikan lagu-lagu tokowela. Karena seorang anak kecil akan berjalan diatas tangan. Acara ini dapat dilakuan oleh suku Galela, Tobelo, dan Loloda pada acara- acara tertentu (hampir punah).

Yangere

Yangere adalah salah satu musik tradisional pulau Morotai Halmahera Utara. Musik ini dimainkan oleh sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan dengan menggunakan gitar tradisional dari kayu dan berbentuk empat persegi. Musik ini sangat

unik bila dibandingkan dengan alat yang digunakan para pemusik tradisional lainnya (Disbudpar Halut 2006).

Kerajinan

Kerajinan merupakan suatu hasil karya secara tradisional masyarakat Morotai. Kerajinan masyarakat Morotai yang sangat terkenal adalah besi putih (hanya ada di Daruba Kecamatan Morotai Selatan), kerajinan ini sudah di pasarkan baik secara lokal maupun di luar pulau Morotai. Selain itu juga terdapat alat-alat perlengkapan dapur dan berkebun seperti parang, tikar saloi susiru, susaji dan lain-lain yang hampir terdapat di seluruh Kecamatan Morotai.

Dokumen terkait