• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi politik luar negeri RRC di atas, memberikan kepada kita suatu gambaran kondisi bagaimana kebijakan-kebijakan tersebut dibuat. Penjelasan terhadap berbagai faktor diatas membuat kita dapat menarik suatu benang merah, terhadap apa sebenarnya yang menjadi kepentingan dari RRC pada masa-masa itu. Pencapaian kepentingan nasional RRC tidak terlepas dari perubahan kondisi baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam hal ini peneliti berpendapat apa yang dimaksud dengan kepentingan nasional adalah tujuan fundamental yang tersirat dari berbagai kebijakan luar negeri RRC. Dari berbagai penjelasan pada bagian sebelumnya, dapat di simpulkan bahwa yang menjadi kepentingan nasional RRC adalah sebagai berikut:

1. Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan merupakan suatu tujuan fundamental bagi seluruh negara, tidak terkecuali RRC. Keamanan adalah syarat utama untuk menegakkan kedaulatan dan merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup suatu negara. Jadi, dapat dikatakan bahwa pertahanan dan keamanan merupakan sarana sekaligus tujuan yang ingin dicapai RRC. Pertahanan dan keamanan merupakan tujuan fundamental RRC yang tesirat dari berbagai kebijakan luar negerinya. Berbagai peristiwa dan konflik yang melibatkan RRC dengan negara lain merupakan dampak dari upaya RRC untuk mewujudkan keamanan negaranya.

Pada awal-awal berdirinya, RRC sebagai negara yang baru merdeka, mengerahkan segala upayanya untuk mewujudkan keutuhan wilayah, konsolidasi kekuasaan dan pencegahan terhadap bahaya dari luar negeri.27

Keamanan dalam negeri dan kawasan sekitar juga sangat diperlukan dalam rangka melaksanakan pembangunan ekonomi. Ketika para pemimpin RRC sedang berusaha keras untuk membangun ekonomi yang sebelumnya porak-poranda akibat kekacauan revolusi kebudayaan di dalam negeri (1965), politik luar negeri RRC di upayakan untuk menciptakan kawasan yang aman serta posisi yang memungkinkan Pada waktu itu, politik luar negeri RRC bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan internasional. Yang sebenarnya adalah untuk mewujudkan pertahanan dan keamanan RRC sebagai bangsa yang berdaulat. Pelaksanaan kebijakan luar negeri RRC demi mewujudkan kepentingan nasionalnya itu membawa RRC menjalin persekutuan dengan Uni Soviet, mengingat bahwa persepsi ancaman terhadap keamanan RRC pada masa itu adalah imprealis Amerika Serikat. Keterlibatan RRC di dalam Perang Korea adalah karena semenanjung Korea sejak dulu merupakan pintu masuk bangsa-bangsa asing ke dalam wilayah RRC. Serangan Amerika Serikat terhadap Korea dianggap RRC sebagai ancaman yang paling nyata terhadap keamanan wilayah RRC.

Tetapi konstelasi ini berubah ketika Uni Soviet dipersepsikan sebagai ancaman yang paling berbahaya bagi keamanan RRC. Invasi Uni Soviet ke beberapa negara Eropa Timur serta konsentrasi pasukan Uni Soviet di perbatasan RRC-Uni Soviet dianggap RRC sebagai potensi terbesar terhadap gangguan keamana RRC. Untuk mengantisipasinnya RRC menjalankan konfrontasi terhadap Uni Soviet dan berusaha untuk mencari dukungan dari dunia internasional.

27

RRC untuk melakukan interaksi dengan berbagai negara dalam rangka mengembangkan ekonominya.

Kondisi ini dapat dipahami, karena pada tahun-tahun 1950-an sampai dengan 1970-an merupakan tahun-tahun yang penuh konflik. Yang tidak jarang konflik-konflik tersebut sampai menimbulkan invasi-invasi maupun bentrokan- bentrokan berenjata. Mengingat pada tahun-tahun tersebut merupakan masa-masa konfrontasi dua ideologi besar yang diwakili dua negara adidaya.

2. Pembangunan Ekonomi dan Modernisasi

Berbagai program pembangunan ekonomi seperti Rencana Pembangunan Lima Tahun, Lompatan Jauh Kedepan, revolusi kebudayaan adalah upaya-upaya RRC untuk membangun ekonominya dan melakukan moderniasi. Kehancuran ekonomi dalam negeri akibat perang kemerdekaan serta berbagai gerakan-gerakan politik membuat rakyat RRC menuntut uapaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian negara. Walaupun kepentingan nasional RRC terhadap pembangunan ekonomi dan modernisasi sering tertutupi oleh kebijakan-kebijakan yang agresif dan militan, namun sebenarnya berbagai program-program pembangunan dan gerakan-gerakan politik merupakan usaha-usaha para pemimpin RRC dalam mencapai kepentingan nasionalnya yaitu pembangunan ekonomi dan modernisasi.

Kepentingan nasional terhadap pembangunan ekonomi dan modernisasi ini inheren dan tersirat dari dinamika hubungan antar elit kepemipinan di RRC. Perebutan pengaruh antara kelompok radikal dan pragmatis sebenarnya merupakan perdebatan tentang model pembangunan apa yang akan diimplementasikan. Tentu

saja dinamika elit ini sedikit banyak mempengaruhi proses dalam perumusan politk luar negeri RRC.

Seperti yang terlihat pada tahun 1955, ketika RRC menjalankan kebijakan politik luar negeri Hidup Berdampingan Secara Damai dan pada tahun 1970-an ketika RRC membuka kembali hubungan diplomatik dengan Jepang dan negara- negara Eropa Barat.

3. Citra

Keunggulan RRC pada masa lalu serta eksploitasi asing selama kurang lebih seratus lima puluh tahun membentuk kesadaran identitas superioritas bagi RRC, dan juga memberikan RRC suatu pelajaran berharga dalam berinteraksi dengan banga-bangsa asing. Kedua-duanya membentuk politik luar negeri RRC menjadi agresif dan militan, yang terlihat dari dukungan RRC baik secara diplomatik maupun material kepada gerakan-gerakan revolusioner di seluruh dunia. Sebenarnya politik luar negeri RRC tersebut menunjukkan secara tersirat kebutuhan RRC terhadap pengakuan dan penghargaan dari dunia internasional.

Agresifitas RRC yang terlihat dari berbagai kecaman-kecaman terhadap impprealisme dan kolonialisme pada tahun-tahun awal berdirinya RRC, memperlihatkan usaha-usaha RRC untuk menempatkan dirinya pada posisi yang istimewa dalam pergaulan antar bangsa. Bahkan kemudian sikapnya ini membawa RRC dan Uni Soviet pada suatu persaingan untuk merebut pengaruh negara-negara yang tergabung dalam blok sosialis. Pengaruh dari kebutuhan RRC akan pengakuan dan penghargaan ini secara formal sering terbungkus oleh kebujakan- kebijakan yang berbau ideologis. Bahkan identifikasi RRC sebagai negara dunia ketiga sebagaimana yang tercermin dari berbagai pernyataan-pernyataan

diplomatik pada tahun-tahun 1960-an disinyalir merupakan usaha terselubung RRC untuk menjadikan dirinya sebagai pemimpin serta juru bicara dari negara- negara Dunia Ketiga. Sebernarnya ini juga tidak terlepas dari peran Mao Tse Tung sebagai tipe pemimpin yang kharismatik. Superioritas RRC tersebut sebenarnya memperlihatkan kebutuhan atau kepentingan RRC atas pengakuan dan penghargaan dari negara-negara lain, atau dapat disebut juga dengan kepentingan RRC akan citra.

Ternyata usaha RRC ini tidak selalu sesuai dengan apa yang diingikannya, sering bahwa usaha-usaha RRC ini membuatnya malah menjadi semakin terisoler dari dunia internasional. Pada tahun 1960-an usaha RRC untuk mendapatkan pengaruh di Afrika malah membuat hubungan diplomatik RRC dengan enam negara di kawaan tersebut terputus.

Kepentingan RRC akan citranya tersebut membentuk hampir keseluruhan politik luar negeri RRC dari tahun 1949 – 1970-an, hanya pada akhir-akhir masa pemerintahan Mao saja pengaruh tersebut agak berkurang dalam membentuk politik luar negeri RRC.

BAB IV

KESIMPULAN

Politik luar negeri Cina di bawah masa kepemimpinan Mao Tse Tung (1949 – 1976) mengalami beberapa kali perubahan orientasi. Berbagai perubahan ini tidak terlepas dari perubahan lingkungan baik di dalam negeri maupun di tataran global. Politik luar negeri RRC pada masa-masa itu dapat dibagi menjadi lima periode, kecenderungan pada komunisme internasional tahun 1949-1953, hidup berdampingan secara damai tahun 1953-1959, anti-revisionisme dan anti- imprealisme tahun 1960-1965, revolusi kebudayaan tahun 1966-1970, dan pasca revolusi kebudayaan tahun 1970-1976. Dimana setiap masa mempunyai perbedaan penekanan pada kebijakan-kebijakan politik luar negerinya. Tahun 1949 – 1953 adalah masa-masa dimana politik luar negeri RRC sangat di pengaruhi oleh kondisi internal dalam negerinya dan hubungannya dengan Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kebijakan luar negeri RRC pada masa ini dicurahkan pada usaha-usaha dalam level internasional untuk mendukung konsolidasi kekuatan, penyatuan wilayah, dan pencegahan terhadap bahaya dari luar negeri. Konsolidasi dengan komunisme internasional serta usaha-usaha untuk meyebarkan paham komunis kepada negara-negara sekitarnya dilakukan.

Pada periode 1953-1965 adalah masa dimana politik luar negeri RRC secara resmi menjalankan kebijakan luar negeri hidup berdampingan secara damai. Keterpencilan RRC akibat kebijakan politik luar negeri pada periode sebelumnya membuat RRC berusaha untuk meningkatkan usahanya untuk mendapatkan pengaruh di dunia internasional. Usaha-usahanya tersebut sebagian besar disalurkan kepada negara-negara dunia ketiga baik yang komunis maupun non

komunis. Kemudian Kebijakan Politik Luar Negeri Hidup Berdampingan Secara Damai ini mendapat kesempatan untuk diaplikasikan pada bulan April 1955 dalam Konferensi negara-negara Asia di New Delhi yang kemudian diikuti dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Indonesia pada bulan yang sama.

Periode ketiga, periode anti-revisionisme dan anti imperialisme tahun 1960- 1965, masa-masa ini adalah masa konfrontasi. Menyusul terjadinya keretakan terbuka hubungan antara RRC dan Uni Soviet, RRC meningkatkan usahanya untuk mendapat pengaruh dari negara-negara berkembang di Dunia Ketiga. Pada periode ini terjadi perubahan orientasi politik luar negeri RRC, dari teori Dua Blok (Two

Camp) ke teori Tiga Dunia (Three World). Dimana RRC mengadopsi politik luar

negeri yang independen dari dua negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Soviet dan melihat negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin sebagai peluang untuk meningkatkan pengaruhnya di dunia internasional. Masa-masa ini juga merupakan masa-masa dimana RRC menjalankan berbagai program pembangunan ekonominya di dalam negeri, yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun I dan Lompatan Jauh Kedepan, dalam rangka pembangunan soial ekonomi yang mandiri. Dimana kemudian terlihat adanya usaha-usaha RRC untuk menjalin hubungan ekonomi dengan beberapa negara industri seperti di Eropa dan Jepang.1

Periode keempat adalah periode revolusi kebudayaan tahun 1965-1970. Meningkatnya kampanye anti kanan di dalam negeri membuat naiknya pengaruh elemen-elemen yang lebih militan di dalam hirearki politik RRC. Kebijakan Luar negeri RRC pada periode ini, merefleksikan apa yang terjadi di dalam negeri RRC

1

Peter Van Ness, Revolution and Chinese foreign policy, University of California Press, London, 1970, hal. 13

sendiri. Doktrin Perang Rakyat yang diperkenalkan Lin Piao pada tahun 1965 mencerminkan kesibukan RRC dengan ideologi pada periode ini, dimana melihat Uni Soviet yang disebut revisionis lebih berbahaya daripada Imprealis Amerika Serikat. Pada masa ini upaya RRC untuk tetap mendorong dan mengkampanyekan perjuangan revolusi kepada dunia internasional meningkat, terutama kepada negara-negara dunia ketiga, sebagai akibat dari tekanan yang diberikan pada kemurnian ideologi. Pada masa ini RRC bernar-benar merasa terisolir dari dunia luar. Dimana Pada akhir 1965 tercatat RRC telah mengalami pemutusan ataupun penangguhan hubungan diplomatik dengan berbagai negara.

Periode terakhir adalah periode pasca revolusi kebudayaan tahun 1970- 1976. Pada periode ini perhatian utama RRC adalah untuk mengakhiri keterpencilannya sebagai akibat dari kebijakan luar negerinya pada masa Revolusi Kebudayaan dan sebagai respon terhadap perubahan keseimbangan kekuatan dimana terjadi peningkatan ancaman dari Uni Soviet sementara pengaruh Amerika Serikat semakin berkurang. Pada periode ini RRC menjalin hubungan yang dekat dengan Amerika Serikat yang kemudian membawa pengakuan PBB atas RRC sebagai negara yang sah. RRC juga mulai menjalin hubungan dengan pihak barat.

Dinamika politik luar negeri RRC tersebut merupakan suatu pengaruh dari berbagai faktor, baik yang beasal dari dalam maupun dari luar. Ada empat faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kebijakan-kebijakan luar negeri RRC tersebut. Yaitu, yang pertama adalah Partai Komunis Cina dan kongres-kongres nasionalnya, dinamika politik dalam negeri RRC hubungan RRC dengan dua negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Soviet, dan yang terakhir adalah hubungan RRC degan negara-negara Dunia Ketiga. Dua faktor pertama di atas merupakan faktor yang berasal dari dalam negeri atau internal, sedangkan dua

faktor terakhir merupakan faktor yang berasal dari luar negeri atau internal. Keempat faktor tersebut dalam waktu bersamaan ataupun secara terpisah, berdiri sendiri ataupun saling menguatkan dalam mempengaruhi politik luar negeri RRC pada masa itu, dan juga masing-masing faktor memiliki tingkat pengaruh yang berbeda-beda pula.

Dalam struktur pemerintahan RRC terdapa dua lembaga induk politik yaitu, Negara Republik Rakyat Cina dan Partai Komunis Cina. Dua lembaga tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. PKC bergerak dalam ruang lingkup kehidupan antar partai komunis dunia, sedangkan RRC bergerak dalam ruang lingkup kehidupan antar negara di dunia. PKC menyediakan kepemimpinan politik, organisasi, dan ideologi, sehingga membuat posisinya sebagai organisasi politik yang dominan. Maka dapat dikatakan PKC merupakan penentu berbagai kebijakan dari RRC termasuk politik luar negerinya. Dalam struktur PKC, Kongres Nasional partai merupakan mekanisme untuk membahas dan memutuskan garis-garis utama kebijakan partai. Dari sepuluh kongres yang diadakan yang menyangkut dengan topik dalam penelitian ini, terdapat tiga prinsip yang dapat dikatakan sebagai prinsip politik luar negeri RRC, yaitu prinsip yang konsisten tercantum dalam sepuluh kongres tersebut. Ketiga prinsip tersebut adalah afiliasi dengan Komunis Internasional dan anti-imprealisme, mendukung dan membantu perjuangan revolusioner dari berbagai negara nasionalis demokratis dan segenap rakyat dan bangsa tertindas, dan pelaksanaan Hubungan Luar Negeri Berdasarkan Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai

Faktor lainnya yang juga bersifat intern adalah dinamika politik dalam negeri RRC. Berbagai faksi-faksi dalam di dalam elit politik Cina secara bergantian mempengaruhi proses pembuatan kebijakan luar negeri RRC sesuai

dengan kepentingan dan nilai-nilai yang mereka anut. Dinamika tersebut beberapa kali terjadi, yang merubah konfigurasi politik dalam negeri RRC. Pergesekan antar mereka sering kali melibatkan kelompok-kelompok massa. Baik yang dimobilisasi ataupun kelompok massa yang sengaja ditunggangi. Pergesekan antar elit tersebut juga sering menimbulkan dampak yang luas bagi negara dan rakyat. Berbagai program-program pembangunan, gerakan-gerakan sosial, kampanye-kampanye politik di dalam negeri tersebut sering kali berdampak besar, mempengaruhi hampir seluruh bidang, termasuk bidang politik luar negeri.

Contohnya, ketika kebijakan-kebijakan ekonomi RRC yang bertujuan untuk membangun ekonomi yang mandiri pada tahun 1950-an membawa RRC menjalankan kebijakan luar negeri bersifat independen, yang tercermin dari kebijakan hidup berdampingan secara damai, dimana RRC berusaha untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain, agar tidak terlalu bergantung pada Uni Soviet. Contoh lainnya adalah pertentangan sengit antara elit politik RRC tentang calon pengganti Mao Tse Tung pada tahun 1970-an, berdampak pada perdebatan mengenai arah kebijakan luar negeri RRC.

Faktor ketiga adalah hubungan segitiga RRC, Amerika Serkat, dan Uni Soviet. Semenjak tahun 1947, Amerika Serikat dan Uni Soviet memegang kepemimpinan dalam mencetuskan dan merumuskan isu-isu internasional.2

2

Lyn H. Miller, Agenda Politik Internasional, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hal. 118

Hubungan Uni Soviet dan Amerika Serikat mencakup lingkup permasalahan yang sangat luas, yang menyebabkan dunia secara sah terbagi dalam dua kutub yang berlawanan. Kondisi ini menyebabkan negara-negara lain hanya mempunyai sedikit pilihan dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Posisi RRC dalam struktur ini tidak sepenuhnya berada di bawah dominasi dari dua kekuatan tersebut.

RRC merupakan satu-satunya negara yang beridiri di persimpangan dari dua kekuatan, sebuah target yang sangat mempengaruhi permusuhan keduanya. Hubungan RRC dengan dua negara superpower tersebut terbukti sangat mempengaruhi politik luar negerinya. Pada saat RRC melihat ancaman berasal dari agresi imperialis Amerika Serikat (1950-an), maka RRC menjalin persekutuan dengan Uni Soviet untuk menentang Amerika Serikat.

Pada saat teradinya peredaan ketegangan (détente) Amerika Serikat – Uni Soviet selama dekade 1960-an, yang disebutnya sebagai persekongkolan imperialisme Amerika Serikat dan revisionisme Uni Soviet, maka RRC menampilkan kebijakan luar negeri yang menentang kedua negara adidaya tersebut melaluipendekatan kepada negara-negara sedang berkembang di Dunia Ketiga.

Meningkatnya hegemoni Uni Soviet selama dekade 1970-an mendorong RRC untuk menjalin kedekatan dengan Amerika Serikat untuk menentang Uni Soviet.

Faktor terakhir adalah hubungan RRC dengan negara-negara Dunia Ketiga. Hubungan RRC dengan negara-negara dunia ketiga berkaitan dengan pokok-pokok persoalan mengenai keamanan dan pengakuan, yang kemudian mendorong politik luar negeri RRC untuk mengadakan ikatan-ikatan dengan negara-negara Dunia Ketiga. RRC berusaha untuk mengidentifikasikan diri sebagai negara Dunia Ketiga dan bahkan pemimpin dan juru bicara dari kelompok negara Dunia Ketiga. RRC melihat negara-negara Dunia Ketiga sebagai kesempatan untuk dapat mendapatka pengaruh dan dukungan dari dunia internasional. Prinsip kebijakan luar negeri hidup berdampingan secara damai yang dilaksanakan RRC pada tahun 1950-an adalah hasil dari keinginan RRC untuk memperluas hubungannya dengan negara- negara Dunia Ketiga

Berbagai faktor yang mempengaruhi politik luar negeri RRC tersebut sebenarnya didasarkan pada kepentingan nasional RRC. Secara teoritis pelaksanaan politik luar negeri selalu bertumpu pada kepentingan nasional masing- masing negara. Dari penjelasan diatas kita dapat melihat apa sebenarnya yang menjadi kepentingan RRC atau dengan kata lain tujuan fundamental dari RRC. Usaha-usaha RRC untuk menganjurkan perjuangan revolusioner menentang kolonialisme dan imperialisme di dunia serta usaha-usaha RRC untuk mempengaruhi dan mendapatkan dukungan dari negara-negara Dunia Ketiga tersebut, sebenarnya memperlihatkan kebutuhan atau kepentingan RRC atas pengakuan dan penghargaan dari negara-negara lain, atau dapat disebut juga dengan kepentingan RRC akan citra. Sedangkan faktor dinamika politik dalam negeri yang menjelaskan bagaimana keriuhan politik dalam negeri RRC dengan berbagai aktor dan macam-macam program-program pembangunan dan gerakan- gerakan politik mempengaruhi politik luar negeri RRC. Faktor tersebut memperlihatkan bagaimana usaha-usaha para pemimpin RRC untuk mencapai atau memperjuangkan kepentingan nasionalnya yaitu, pembangunan ekonomi dan modernisasi. Sedangkan dari faktor hubungan segitiga RRC dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet menjelaskan bagaimana persepsi ancaman yang berasal dari luar mempengaruhi politik luar ngeri RRC. Persepsi ancaman tersebut merupakan suatu reaksi dari usaha-usaha RRC untuk mencapai kepentingannya akan pertahanan dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Clyde, Paul H. The Far East: A History of the Impact of the West on Eastern Asia, New York, Prentice-Hall, 1958

Frankel J, Hubungan Internasional, Jakarta, ANS Sungguh Bersaudara, 1980 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah Mada

University Press, 1996

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1995

Harris, Lilian Craig, China’s foreign Policy Toward The Third World, New York, Praegers Publishers, 1985

Harris, Stuart, Globalisation and China’s Diplomacy: Structur and Process, Canberra, Australian National University, 2002

Holsti, K J, Politik Internasional Kerangka untuk Analisis Jilid 1, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1988

Holsti, K J, Politik Internasional Kerangka untuk Analisis Jilid 2, Jakarta, Penerbit Erlangga, 1988

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2009 Issac, Harold R, The Tragedy of the Chinese Revolution, California, Stanford

University Press, 1961

Lianyan, Zhong, International Relations of the Communist Party of China, Beijing, China Intercontinental Press, 2007

Kusumohamijoyo, Budiono, Asia Tenggara Dalam Perspektif Netralis dan

Netralisme, Jakarta, Bina Cipta, 1987

Budiono Kusumohadidjojo, Hubungan Internasional: Keragka Studi Analitis, Jakarta, Binacipta, 1987

Miller,Lyn H, Agenda Politik Internasional, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006 Ness, Peter Van, Revolution and Chinese foreign policy, University of California

Press, London, 1970

Pareira, Andre H, Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan

internasional, Bandung, Citra Adtiya Bakti, 1999

Partogi, Poltak, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995

Robinson, Thomas W. Shambaugh, David L. Chinese foreign policy: theory and

practice, 1984

Sukarnaprawira, Aa Kustia, China, Peluang Atau Ancaman, Jakarta, Restu Agung, 2009

Sukisman, WD, Sejarah Cina Kontemporer dari Revolusi Nasional Melalui

Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis, Jakarta, PT. Pradnya

Paramitha, 1992

Suprapto, Hubungan Internasional: Sistem Interaksi dan Perikaku, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Winarno Surakhmad, Penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik, Bandung, Penerbit Tarsito, 1985

Townsend, Jame R.& Womack B, Politics In China, Little Brown Company, Toronto, 1986

Umar, S. Bakri, Cina Quo Vadis? Pasca Deng Xiaopeng, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1997

Van Ness, Peter, Revolution and Chinese foreign policy, University of California Press, London, 1970

Xin, Xu, Lima Orang Cina Pengubah Dunia, Yogyakarta, Pustaka Solomon, 2010 Yahuda, B, China Role in World affairs, New York, St. Martin Press, 1978

Zagoria, Donald S, Soviet Policy in East Asia, New Haven: Yale University Press, 1982

INTERNET

Dokumen terkait