• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepercayaan dan Keyakinan Publik

Dalam dokumen Pidato Ketua MA pada Rakernas Tahun 2011 (Halaman 29-35)

Saudara-saudara peserta Rakernas yang berbahagia,

Kepercayaan dan keyakinan Publik pada kinerja kengadilan hanya dapat kita capai jika kita dapat menunjukan kepada mereka bahwa semua hal di atas telah kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan memperlihat progress serta hasil yang terukur.

Kita telah memiliki alat untuk mengukur kinerja pengadilan yang kita sebut dengan audit kinerja yang dituangkan dalam Keputusan Kabawas No 264/SK/BP/VI/2010 tentang pedoman audit dan penilaian kinerja pengadilan. Saat ini Badan pengawasan tengah menyempurnakan alat ukur (tools) tersebut dengan menambahkan alat ukur untuk mengukur integritas pengadilan dan aparatnya. Mudah-mudahan dengan adanya kedua alat ukur kita kita akan dapat meningkatkan kinerja kita menjadi lebih baik.

Walaupun kita telah memiliki berbagai alat ukur yang sangat baik, namun untuk mengubah persepsi publik dan menumbuhkn kepercayan publik pada pengadilan sangat tidak mudah, karena mengubah persepsi seseorang terkadang tidak cukup dengan kita melakukan pekerjaan rumah kita saja, tetapi juga bagaimana kemampuan kita untuk mengkomunikasikannya kepada masyarakat luas. Saat ini saya mencoba menggunakan data yang dikelaurkan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) terkait dengan persoalan Mafia Hukum, sebuah persoalan yang sangat penting yang tidak saja menyangkut pengadilan, tetapi hampir di semua institusi dan lembaga di Indonesia yang mengakibatkan kepercayaan publik terhadap Negara ini menjadi semakin terpuruk.

Hasil dari survey memperlihatkan ada tiga lembaga yang dinilai buruk oleh publik masing-masing kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Di ketiga institusi tersebut, mayoritas publik menilai terdapat cukup banyak praktek mafia hukum, walaupun pengadilan dinilai lebih baik dari penegak hukum lainnya.

Pemberitaan media mengenai mafia hukum dalam satu tahun terakhir ini kemungkinan menjelaskan mengapa ketiga institusi (kepolisian, kejaksaan dan pengadilan) dinilai negatif oleh publik. Kebetulan kasus yang banyak diberitakan melibatkan ketiga institusi tersebut. Dalam tabel yang merinci lebih detil penilaian publik atas skala mafia hukum menurut sejumlah kategori menampilkan proporsi publik yang menilai jumlah mafia hukum “ banyak atau sangat banyak”. Publik yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi relatif lebih kritis dalam menilai skala mafia hukum di berbagai lembaga hukum. Publik yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi mempunyai proporsi lebih tinggi dalam menilai skala mafia hukum dibandingkan dengan publik yang berpendidikan dan

berpendidikan rendah, hanya 32,4% saja yang menilai dalam jumlah besar ada praktek mafia di kepolisian. Sementara di kalangan masyarakat berpendidikan tinggi, sebanyak 63,5% di kepolisian banyak terdapat mafia hukum (LSI 2011)

Hasil survey ini tidak harus menjadikan kita patah semangat bahkan harus menjadi pemicu kita akan bekerja lebih keras lagi. Saya sangat mengharapkan agar lembaga kita juga mampu menampilkan data-data seperti ini, walauapun mungkin akan dianggap bias oleh publik, namun jika kita melakukannya dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka kita akan memiliki data pembanding untuk mengukur keberhasila kita dalam melaksanakana perubahan perubahan ini.

Peran pengadilan Tingkat Banding sebagai Kawal Depan Mahkamah Agung

Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Saudara-saudara yang saya hormati,

Seperti telah dituangkan dalam bukunya berjudul “Myelin”, Prof. Rhenald Kasali menuliskan bahwa untuk melakukan perubahan tidak mungkin hanya dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu institusi atau lembaga saja, setiap orang harus bergerak untuk memberikan kontribusinya agar perbahan dapat bergerak secara lebih cepat dan berhasil guna. Contoh menarik yang dituangkan dalam buku tersebut adalah perbandingan antara kereta api diesel yang bergerak dengan mengandalkan tenaga lokomotif dengan kereta api shinkansen Jepang, yang bergerak sangat cepat karena disetiap gerbongnya terdapat tenaga pendorong yang bergerak seirama dengan gerbong-gerbong lainnya.

Saya membayangkan, alangkah menggembirakannya jika kita adalah model dari kereta api shinkansen tersebut, dimana setiap orang di tiap-tiap pengadilan bergerak bersama-sama membuat perubahan dan setiap perubahan di pengadilan tingkat pertama selaras sengan perubahan di pengadilan tingkat banding dan juga pada akhirnya selaras dengan perubahan di Mahkamah Agung. Mungkin dalam waktu kurang dari 25 tahun, kita sudah bisa mencapai apa yang kita cita-citakan yaitu Badan Peradilan yang Agung, yang mampu memberikan perlindungan Hukum dan Hak Azasi Manusia serta mendapatkan kehormatan karena kinerja kita dipercaya dan diyakini mampu memberikan pelayana dan rasa keadilan bagi para pencari keadailan dan masyarakat pada umumnya.

Semangat perubahan dan pelaksanaan kinerja senantiasa selalu memerlukan Pembinaan dan Pengawasan yang terus menerus. Saya sangat mengharapkan ke depan nantinya pembinaan dan pengawasan akan lebih banyak mengembangkan mekanisme pencegahan sehingga penyimpangan-penyimpangan dapat diantaisipasi dan dideteksi secara dini. Namun demikian upaya-upaya yang telah dilakukan saat ini, yang saya anggap cukup efektif tetap perlu juga dilanjutkan dan ditingkatkan, terutama untuk memberikan efek jera terhadap hakim dan aparat pengadilan lainnya yang melakukan tindakan tindakan tidak terpuji.

Peran dari Pengadilan tingat Banding menjadi sangat penting mengingat Pengadilan tingkat Banding secara lokasi maupun hirarki adalah institusi terdekat dengan Pengadilan tingkat Pertama. Seperti kita ketahui pembinaan dan pengawasan yang efektif adalah pembinaan

perlu sesekali dilakukan secara mendadak (impromtu). Kedua karakteristik ini akan sangat tepat dan bermanfaat jika secara efektif dilakukan oleh Pengadilan tingkat Banding.

Amanah ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, karena pembinaan dan pengawasan yang efektif akan mampu mencegah dan mengurangi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh hakim dan aparat pengadilan di pengadilan tingkat pertama. Sesuatu hal yang wajar jika penyimpangan itu terjadi maka Pengadilan tingkat Banding berkewajiban mempertanggungjawabkannya.

Saya berharap dalam Rakernas kali ini kita mampu merumuskan bagaimana bentuk dan langkah-langkah yang efektif yang perlu dilakukan oleh Pegadilan tingkat Banding dalam perannya sebagai Kawal Depan Mahkamah Agung.

Bapak Ibu saudara peserta Rakernas yang berbahagia,

Demikianlah yang dapat saa sampaikan dalam pembukaan Rakernas 2011 ini, semoga hal hal yang saya sampaikan dapat memberikan masukan serta ide bagi para peserta Rakernas sehingga akan semakin banyak muncul ide ide bernas untuk mewujudkan cita-cita kita bersama yaitu mewujudkan Badan Peradilan yang Agung.

Selamat menajalankan Rapat Kerja, semoga Tuhan memberkati

Jakarta 20 Septermber 2011

Harifin A, Tumpa Ketua Mahkamah Agung RI

Dalam dokumen Pidato Ketua MA pada Rakernas Tahun 2011 (Halaman 29-35)

Dokumen terkait