• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.5.1 Analisis Margin Pemasaran

Analisis margin pemasaran bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasara nenas di Desa Cipelang. Margin pemasaran merupakan tingkat perbedaan harga antara yang diterima petani dengan yang dibayarkan oleh

56 konsumen. Perbedaan harga disebabkan karena adanya fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai guna atau nilai tambah sehingga konsumen puas. Nilai marjin pemasaran nenas tertinggi terdapat pada saluran I (petani – PPD – pengecer – konsumen) dan saluran III (petani - tengkulak – konsumen) yaitu sebesar Rp 3.000. Pada pola saluran I, marjin pemasaran tinggi disebabkan karena lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran ini lebih banyak, sedangkan pada pola saluran III disebabkan karena tengkulak membeli nenas dengan harga lebih rendah yaitu Rp 2.000 dan dijual ke konsumen akhir dengan harga Rp 5.500. Marjin terendah terdapat pada saluran V yaitu sebesar Rp 0, hal ini disebabkan karena tidak ada lembaga pemasaran yang terlibat. Secara rinci, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemasaran dapat dilihat Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 13, sebaran harga rata-rata dan margin pemasaran yang terbentuk pada masing-masing pola saluran pemasaran nenas di Desa Cipelang. Pada 5 saluran pemasaran tersebut, nilai-nilai yang ada merupakan nilai rata-rata dari kondisi normal pemasaran nenas. Artinya produksi nenas yang dipasarkan serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk jumlah yang berbeda-beda untuk masing-masing lembaga pemasaran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sihombing (2010), marjin pemasaran tertinggi terdapat pada saluran I (petani – PPD – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen) yaitu sebesar Rp 1.000, hal ini dikarenakan saluran I merupakan saluran pemasaran terpanjang dalam mendistribusikan nenas ke konsumen akhir. Marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran II (petani – PPD – pedagang pengolah/konsumen olahan) yaitu sebesar Rp 500, hal ini disebabkan saluran II tidak melibatkan banyak lembaga pemasaran dalam mendistribusikan nenas atau hanya melibatkan 1 lembaga pemasaran.

57 Tabel 13. Margin Pemasaran Nenas di Desa Cipelang.

Unsur margin Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V

Rp/buah % Rp/bua h % Rp/bua h % Rp/bua h % Rp/buah % Petani Harga jual 2.500 45,4 3.000 54,5 2.000 40 2.500 71,4 4.000 100 B. pemasaran 1.580 39,5 Keuntungan 2.420 60,5 Harga jual 4.000 100 π/C 1,5 PPD Harga beli 2.500 45,4 2.500 71,4 B. pemasaran 28,1 0,5 96,7 2,8 Keuntungan 471,9 8,6 903,3 25,8 Harga jual 3.000 54,5 3.500 100 Margin 500 9,1 1.000 28,6 π/C 16,8 9,3 Pedagang Olahan Harga beli 3.500 100 Pedagang Besar Harga beli 3.000 54,5 B. pemasaran 946 17,2 Keuntungan 1.554 28,2 Harga jual 5.500 100 Margin 2.500 45,4 π/C 1,6 Pengecer Harga beli 3.000 54,5 B. pemasaran 37,8 0,7 Keuntungan 2.462,2 44,8 Harga jual 5.500 100 Margin 2.500 45,4 π/C 65,2 Tengkulak Harga beli 2.000 40 B.pemasaran 323,8 6,5 Keuntungan 2.676,2 53,5 Harga jual 5.000 100 Margin 3.000 60 π/C 8,3 Tot B. Pemasaran 65,9 1,2 946 17,2 323,8 6,5 96,7 2,8 1.580 39,5 Total π 2.934,1 53,3 1.554 28,2 2.676,2 53,5 903,3 25,8 2.420 60,5 Tot. Margin 3.000 54,5 2.500 45,4 3.000 60 1.000 28,6 0 0 Rasio π/C 44,5 1,6 8,3 9,3 1,5 6.5.2 Farmer’s Share

Farmer’s share adalah perbandingan tingkat harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Farmer’s share

merupakan konsep balas jasa atas kegiatan usahatani. Berdasarkan hasil penelitian, besarnya farmer’s share petani nenas di Desa Cipelang berbeda untuk masing-masing saluran pemasaran hal ini dapat dilihat pada Tabel 14.

58 Tabel 14. Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Nenas di Desa Cipelang

Saluran pemasaran Harga di tingkat petani (Rp/buah) Harga di tingkat konsumen (Rp/buah) Farmers share (%) I 2.500 5.500 45,45 II 3.000 5.500 54,54 III 2.000 5.000 40,00 IV 2.500 3.500 71,43 V 4.000 4.000 100,00

Tabel 14 menunjukkan farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran V (petani – konsumen) yaitu sebesar 100 % dengan harga jual di tingkat petani dan konsumen akhir sama yaitu Rp 4.000, sedangkan farmer’s share terendah terdapat pada saluran pemasaran III (petani – tengkulak – konsumen) yaitu sebesar 40 %. Perbedaan farmer’s share yang terjadi pada setiap saluran pemasaran dikarenakan adanya perbedaan harga yang diterima setiap lembaga pemasaran, jumlah lembaga pemasaran yang terlibat serta fungsi-fungsi yang dilakukan sehingga meningkatkan harga di tingkat konsumen. Selain itu pada saluran pemasaran III, petani tidak memiliki posisi tawar dikarenakan petani telah menerima bayaran sebelum nenas siap untuk di panen.

Berdasarkan penelitian Sihombing (2010), farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran II (petani – PPD – pedagang pengolah) yaitu sebesar 75 %, sedangkan farmer’s share terendah terdapat pada saluran pemasaran I (petani – PPD – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen) yaitu sebesar 60 %. Hal ini disebabkan karena saluran II merupakan saluran pemasaran terpendek dibandingkan dengan saluran pemasaran I karena tidak banyak melibatkan lembaga pemasaran dalam mendistribusikan nenas.

6.5.3 Rasio Keuntungan Atas Biaya

Salah satu alat ukur efisiensi pemasaran adalah dengan melihat besarnya rasio keuntungan atas biaya yang terbentuk pada masing-masing saluran pemasaran. Rasio keuntungan atas biaya digunakan untuk melihat sebaran keuntungan dan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan

59 rasio keuntungan atas biaya, pola saluran pemasaran I (petani – PPD – pengecer - konsumen) memiliki nilai rasio keuntungan atas biaya paling tinggi yaitu 44,5; sedangkan pola saluran pemasaran V (petani – konsumen) nilai rasio keuntungan atas biaya rendah yaitu dengan nilai 1,5. Informasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rasio Keuntungan Atas Biaya pada Saluran Pemasaran Nenas di Desa Cipelang Lembaga Pemasaran Keuntungan (Rp/Buah) Biaya (Rp/Buah) Rasio π/C Saluran I PPD 471,9 28,1 16,8 Pengecer 2.462,2 37,8 65,2 Rasio π/C 2.934,1 65,9 44,5 Saluran II Pedagang besar 1.554 946 1,6 Rasio π/C 1.554 946 1,6 Saluran III Tengkulak 2.676,2 323,8 8,3 Rasio π/C 2.676,2 323,8 8,3 Saluran IV PPD 903,3 96,7 9,3 Rasio π/C 903,3 96,7 9,3 Saluran V Petani 2.420 1.580 1,5 Rasio π/C 2.420 1.580 1,5

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sihombing (2010), rasio keuntungan atas biaya paling tinggi berada pada saluran pemasaran II (petani – PPD – pedagang pengolah) yaitu 1,5 satuan, sedangkan rasio keuntungan atas biaya terendah terdapat pada pola saluran pemasaran 1 (petani – PPD – pedagang besar – pedagang eceran – konsumen) yaitu dengan nilai 1,5.

6.5.4 Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu proses pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila sistem pemasaran yang dijalankan memberikan kepuasan kepada pelaku-pelaku

60 pemasaran yang terlibat di dalamnya seperti petani, lembaga pemasaran dan konsumen akhir. Efisiensi pemasaran diukur dengan melihat nilai margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya. Selain itu, pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar yang terbentuk dan perilaku pasar juga mencerminkan efisiensi pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian nilai efisiensi pemasaran nenas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai Efisiensi Pemasaran pada Masing-Masing Saluran Pemasaran Nenas di Desa Cipelang

Saluran pemasaran Harga jual (Rp/Buah) Total biaya (Rp/Buah) Margin (%) FS (%) π/C Saluran I 5.500 65,9 54,5 45,4 44,5 Saluran II 5.500 946 45,4 54,5 1,6 Saluran III 5.000 323,8 60,0 40,0 8,3 Saluran IV 3.500 96,7 28,6 71,4 9,3 Saluran V 4.000 1.580 0 100 1,5

. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka pola saluran pemasaran V (petani – konsumen) adalah pola saluran pemasaran yang paling efisien. Nilai marjin pada saluran ini terendah yaitu 0 % dan nilai farmer’s share

tertinggi yaitu 100 %. Selain itu, nilai rasio keuntungan atas biaya pada masing- masing lembaga pemasaran menyebar merata yaitu sebesar 1,5. Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan memberikan keuntungan yang tidak jauh berbeda dengan lembaga pemasaran lainnya yang terdapat pada saluran tersebut. Bila dilihat dari biaya-biaya dan fungsi pemasaran yang dilakukan, saluran pemasaran V (petani –konsumen akhir) merupakan saluran pemasaran yang efisien. Hal ini disebabkan karena adanya biaya-biaya dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani yaitu dengan memberikan kemasan tambahan berupa keranjang bambu. Nenas akan dimasukkan ke dalam keranjang apabila akan dibeli sehingga memberikan kepuasan bagi konsumen.

61 Saat ini, pola saluran V (petani – konsumen) tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh seluruh petani di Kelompok Tani Mekar Sejahtera meskipun memiliki marjin terendah dan farmer’s share tertinggi. Hal ini dikarenakan tidak seluruh petani dapat menjual langsung hasil produksinya karena petani harus mengeluarkan biaya transportasi untuk memasarkan nenas, adanya keterbatasan sumber daya yang mereka miliki dan adanya keterbatasan pasar. Pasar yang tersedia sekarang hanya pasar disekitar perumahan petani sehingga tidak memungkinkan seluruh petani untuk memasarkan nenas. Saluran pemasaran V (petani – konsumen akhir) merupakan solusi jangka panjang bagi Kelompok Tani untuk meningkatkan pendapatan. Saluran pemasaran V (petani – konsumen akhir) dapat dilaksanakan oleh semua petani apabila kelompok tani dapat melaksanakan fungsi dan perannya dengan baik. Kelompok tani dapat mengembangkan kemampuan petani dalam mengelola usaha secara efisien dan menguntungkan menuju kemandirian sesuai dengan tujuan awal didirikannya kelompok tani, misalnya dengan melakukan pengembangan produk dengan mengolah sendiri nenas menjadi selai atau asinan sehingga akan meningkatkan nilai jual.

Berdasarkan kondisi saat ini dan hasil analisis yang telah dilakukan, saluran pemasaran IV (petani – PPD – pedagang olahan) adalah saluran pemasaran yang efisien. Hal ini dapat dilihat dari nilai marjin yang diperoleh adalah Rp 1.000, farmer’s share 71,4 %, rasio keuntungan atas biaya 9,3 dan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 96,7 per buah. Nilai-nilai tersebut lebih efisien jika dibandingkan dengan saluran I, II dan III.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Sihombing (2010), saluran pemasaran II (petani – PPD – pedagang pengolah) adalah saluran yang relatif efisien dibandingkan dengan saluran I (petani – PPD – pedagang besar – pengecer – konsumen lokal) dan III (petani – pengecer – konsumen lokal). Nilai margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan atas biaya yang diperoleh pada saluran II adalah Rp 500, 75 % dan 1,5 satuan, dimana volume penjualannya adalah 2.100 buah.

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai saluran pemasaran nenas di Desa Cipelang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Saluaran pemasaran nenas di Desa Cipelang terdiri dari 5 saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang paling banyak digunakan oleh petani adalah saluran pemasaran yang melibatkan PPD, karena petani tidak perlu mencari pasar dan dapat menghemat waktu. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran nenas yaitu PPD, pedagang besar, pengecer, tengkulak dan pedagang olahan. Petani memasarkan hasil panennya ke pedagang pengumpul desa, pedagang besar, tengkulak, pedagang olahan dan konsumen akhir. Sementara itu PPD juga memasarkan nenas ke pengecer dan pedagang olahan. Fungsi-fungsi pemasaran yang dijalankan meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian, petani dan PPD menjalankan fungsi-fungsi pemasaran walaupun masih dengan cara sederhana yaitu mensortasi nenas berdasarkan ukuran agar mempermudah penentuan harga dan proses penjualan. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah persaingan murni, PPD mengarah pada struktur pasar oligopoli, pedagang besar mengarah pada struktur pasar oligopoli terdiferensiasi, pengecer dan tengkulak adalah pasar persaingan atau kompetitif market. Perilaku pasar yang ada telah memberikan kepuasan bagi masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat, seperti adanya kesepakatan bersama mengenai sistem pembayaran yang dilakukan.

2. Berdasarkan hasil analisis, saluran pemasaran V (petani – konsumen) merupakan saluran pemasaran yang lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai margin pemasaran yaitu sebesar Rp 0, farmer’s share yaitu sebesar 100 %, serta nilai rasio keuntungan atas biaya yaitu sebesar 1,5. Pada saluran pemasaran V, terdapat fungsi pemasaran dan biaya tambahan yang dilakukan oleh petani yaitu dengan memberikan kemasan tambahan

62 berupa keranjang bambu. Nenas akan dimasukkan ke dalam keranjang apabila akan dibeli sehingga memberikan kepuasan bagi konsumen. Saat ini, pola saluran V (petani – konsumen) tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh seluruh petani di Kelompok Tani Mekar Sejahtera meskipun memiliki marjin terendah dan farmer’s share tertinggi. Hal ini dikarenakan tidak seluruh petani dapat menjual langsung hasil produksinya karena petani harus mengeluarkan biaya transportasi untuk memasarkan nenas, adanya keterbatasan sumber daya yang mereka miliki dan adanya keterbatasan pasar. Pasar yang tersedia sekarang hanya pasar disekitar perumahan petani sehingga tidak memungkinkan seluruh petani untuk memasarkan nenas. Jika dilihat dari kondisi tersebut dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka saluran pemasaran IV (petani – PPD – pedagang olahan) adalah saluran pemasaran yang efisien. Dimana, nilai marjin yang diperoleh adalah Rp 1.000, farmer’s share 71,4 %, rasio keuntungan atas biaya 9,3 dan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 96,7 per buah. Nilai-nilai tersebut lebih efisien jika dibandingkan dengan saluran I, II dan III.

7.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat direkomendasikan bagi petani nenas di Desa Cipelang yaitu: dalam jangka pendek petani dapat melakukan pemasaran yang melibatkan PPD seperti pada saluran IV (petani – PPD – pedagang Olahan) karena saluran ini relatif lebih efisien jika dibandingkan dengan saluran yang lainnya. Saluran pemasaran V (petani – konsumen akhir) merupakan solusi jangka panjang bagi Kelompok Tani untuk meningkatkan pendapatan. Kelompok tani harus bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, sehingga dapat memujudkan tujuan utama dari didirikannya kelompok tani ini. Kelompok tani dapat mengembangkan kemampuan petani dalam mengelola usaha secara efisien dan menguntungkan menuju kemandirian sesuai dengan tujuan awal didirikannya kelompok tani, misalnya melakukan pengembangan produk dengan mengolah sendiri nenas menjadi selai atau asinan sehingga akan meningkatkan nilai jual.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2010. Jawa Barat dalam Angka. Jawa Barat: BPS Propinsi Jawa Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistik. Ekspor Impor 2007 – 2011 dan Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian. www.dirjenhorti.go.id. [12 Januari 2013]

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2012. Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor: BPS Kabupaten Bogor.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Bogor. 2008. Populasi dan Produksi Nenas di Kabupaten Bogor. Bogor: Distanhut Kabupaten Bogor.

Hortikultura, DJ. 2010. www.dirjenhorti.go.id. [22 Desember 2012]

Hermansyah, D. 2008. Analisis Tataniaga Nenas Palembang (Kasus Desa Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Kotamadya Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Herawati. 2012. Analisis Tataniaga Nesa Palembang (Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kotler, P. 2004. Manajemen Pemasaran 1 Edisi Millenium. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Marknesis, Tim. 2009. Pemasaran Strategi, Taktik dan Kasus. Yogyakarta: Marknesis.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sumardi, D. 2009. Analisis Efisiensi Pemasaran Jambu Biji (Psidium guajava) Studi Kasus Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Siregar, EL. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor (Kasus Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

64 Sutrisno, A. 2010. Analisis Sistem Tataniaga Nenas Bogor (Kasus Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Waty, AS. 2012. Analisis Penentuan Wilayah Potensial untuk Ekspansi Pemasaran Nenas Subang (Kasus Kelompok Tani Sarimanis, Desa Bunihayu, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Winandi, R. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Dokumen terkait