• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN TANAMAN Coleus amboinicus Lour. DAN

Coleus blumei AKIBAT APLIKASI EMS

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui interaksi perlakuan pada MV1, MV2, dan MV3, 2) mendapatkan mutan, dan 3) mengetahui nilai KKF dan KKG

Coleus spp. pada MV2 dan MV3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara cara aplikasi dan konsentrasi EMS hanya ditemukan pada karakter tinggi tanaman dan jumlah daun (MV1) C. amboinicus Lour. dan karakter lebar daun (MV3) C. blumei warna ungu/hijau, sedangkan C. blumei warna merah memiliki interaksi yang tidak nyata. Perbedaan cara aplikasi EMS, umumnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan karakter kuantitatif tanaman. Konsentrasi EMS tinggi umumnya menyebabkan penekanan terhadap beberapa karakter kuantitatif tanaman. Diperoleh mutan Coleus spp. yang memiliki keragaan morfologi yang berbeda dengan tanaman kontrol, masing-masing empat mutan C. amboinicus Lour. (R1.25,1, R0.50,9, T1.25,6, dan T1.00,6), satu mutan pada C. blumei warna ungu/hijau (R0.50,8), dan dua mutan C. blumei warna merah (R0.75,2 dan R0.75,6). Nilai duga KKF cukup tinggi untuk ketiga jenis coleus (MV2 dan MV3) terletak pada karakter jumlah cabang (semua kombinasi perlakuan). Nilai duga KKG untuk semua karakter pada ketiga jenis coleus (MV2 dan MV3) tergolong rendah.

Kata kunci: Coleus spp., interaksi, keragaman, mutan, mutasi Abstract

The objectives of this study were 1) to determine interaction of treatments in MV1, MV2, and MV3, 2) to obtain some mutants., and 3) to determine phenotypic variance coefficient and genotypic variance coefficient value. The results showed that interaction between method of application and concentration of EMS were only found in plant height and number of leaf (MV1) of C. amboinicus Lour. and leaf width (MV3) of C. blumei purple/green, while C. blumei red color had no significant interaction. Differences of applications method EMS, generally did not affect the quantitative growth character of plants. EMS with high concentration can cause stressing on some quantitative characters. Some mutants of Coleus spp. were found which have different morphological appearance to the controls, each of the four mutants of C. amboinicus Lour. (R1.25,1, R0.50,9, T1.25,6, and T1.00,6), one mutant of C. blumei purple/green (R0.50,8) and two mutants of C. blumei red (R0.75,2 dan R0.75,6). The moderate value of phenotypic variance coefficient for all coleus (MV2 and MV3) was found on characters number of branches (all the treatment combination). The estimate value of genotypic variance coefficient for all the characters in all three types of coleus (MV2 and MV3) was low.

Pendahuluan

Senyawa EMS merupakan senyawa alkil yang berpotensi sebagai mutagen. Jika dibandingkan dengan mutagen kimia lainnya, EMS paling banyak digunakan karena tidak bersifat mutagenik setelah terhidrolisis (Van Harten 1998). Peningkatan keragaman genetik tanaman dengan induksi EMS telah berhasil dilakukan pada berbagai tanaman. Latado et al. (2004) melaporkan bahwa pemberian perlakuan EMS menyebabkan perubahan warna bunga pada tanaman krisan cv. Ingrid yang memiliki petal berwarna dark pink menjadi berwarna pinksalmon, bronze, salmon, dan kuning. Menghasilkan warna baru pada tanaman Tagetes sp. (Pratiwi et al. 2013). Selain dapat meningkatkan keragaman genetik, EMS juga dapat menurunkan tinggi bibit dengan peningkatan konsentrasi pada tanaman bunga matahari (Cvejic et al. 2011). Akthar et al.

(2012) melaporkan bahwa peningkatan konsentrasi EMS dapat meningkatkan abnormalitas meiosis tanaman Linium usitatissimum L.

Dengan adanya fenomena tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk

menimbulkan keragaman genetik pada tanaman Coleus spp. sehingga diharapkan

akan dihasilkan mutan yang solid. Untuk mengkonfirmasi mutan yang solid maka dilakukan berbagai pengujian dan analisis komponen genetik seperti nilai heritabilitas dari masing-masing tanaman coleus dan masing-masing kombinasi perlakuan. Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui interaksi perlakuan pada MV1, MV2, dan MV3, 2) mendapatkan mutan tanaman Coleus spp., dan 3) mengetahui nilai KKF dan KKG Coleus spp. pada MV2 dan MV3.

Bahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Juli 2015. Lokasi penelitian bertempat di kebun percobaan, Desa Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian tempat 1500 m dpl.

Alat dan Bahan Penelitian

Stek pucuk tanaman C. amboinicus Lour. atau torbangun, C. blumei

(warna ungu/hijau dan warna merah), rooton-f, dan media tanam kompos. Peralatan yang digunakan antara lain adalah gentong, hand sprayer, polibag, bambu, cangkul, sabit, gunting, label, alat tulis, kamera, dan RHS mini Colour Chart.

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan tiga ulangan untuk masing-masing tanaman coleus. Faktor pertama adalah aplikasi EMS yang terdiri atas aplikasi EMS cara rendam dan

aplikasi EMS cara tetes. Faktor kedua adalah konsentrasi EMS yang terdiri dari 0.00%, 0.50%, 0.75%, 1% dan 1.25%. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013), rancangan ini dapat ditulis dengan model matematika sebagai berikut:

Yij = µ + αi + j + (α )ij + έij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pengaruh faktor α ke i, faktor ke j

µ = rataan umum

αi = pengaruh aplikasi ke-i

i = pengaruh taraf konsentrasi ke-j

(α )ij = interaksi pengaruh antara faktor α ke i, faktor ke j

έij = galat percobaan

Koefisien Keragaman Fenotipe

x Keterangan:

KKF = Koefisien keragaman fenotipe

= Ragam fenotipe

x= Rataan umum

Koefisien Keragaman Genetik

x Keterangan:

KKG = Koefisien keragaman genetic

= Ragam genetic

x= Rataan umum

(Singh & Chaudhary 1979)

Kriteria nilai KKF dan KKG adalah rendah (0% ≤ β5%), agak rendah (β5% ≤ 50%), cukup tinggi (50% ≤ 75%), dan tinggi (75% ≤ 100%) (Sari et al. 2014).

Ragam

x

Keterangan:

= Ragam

N = Jumlah populasi

µ = Rata-rata populasi (Mattjik & Sumertajaya 2013).

Pendugaan Nilai Heritabilitas

h2 bs keterangan:

h2 bs = Heritabilitas dalam arti luas Vg = Ragam genetic

Vp = Ragam fenotipe

dan nilai dugaan heritabilitas (h2 bs) dalam arti luas adalah tinggi bila h2 bs≥ 50%, sedang bila β0% ≤ h2bs< 50%, dan rendah bila h2 bs < 20%) (Mangoendidjojo 2003).

Penanaman dan Pemeliharaan

Bahan tanam MV1 sama dengan bahan tanam yang digunakan untuk penentuan nilai LC50 dan sensitivitas Coleus spp. Bahan tanam generasi MV2 merupakan tanaman yang mampu bertahan hidup setelah diberi perlakuan EMS pada generasi MVI. Penyetekan dilakukan dengan cara memotong bagian pucuk tanaman yang memiliki 4 hingga 5 pasang daun, kemudian bagian bawah digunting runcing membentuk sudut 450. Bagian yang lancip dicelupkan ke dalam larutan rooton-f dan kemudian ditanam pada polybag dengan media tanam pupuk kompos. Stek tanaman Coleus spp. ditumbuhkan selama satu bulan. Hal yang sama juga berlaku pada generasi MV3.

Setelah stek Coleus spp. berumur satu bulan, stek dipindahkan ke lapangan dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm. Selama tanaman berada di lapangan, melakukan pembumbunan dan penyiangan gulma dengan frekuensi yang disesuaikan kondisi di lapangan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap dua komponen yaitu komponen kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan dilakukan pada semua generasi MV1, MV2, dan MV3. Pengamatan komponen kuantitatif meliputi :

1) Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh yang terletak di ujung batang utama. Diukur pada akhir percobaan.

2) Jumlah daun (helai), dihitung jumlah daun yang terbentuk atau telah membuka sempurna. Dihitung diakhir percobaan.

3) Jumlah ruas, dihitung jumlah ruas yang terbentuk dilakukan di akhir percobaan

4) Jumlah cabang, dihitung jumlah cabang yang terbentuk dilakukan di akhir percobaan.

5) Panjang daun (cm), diukur pada daun terpanjang dan dilakukan pada akhir percobaan.

6) Lebar daun (cm), diukur pada daun terlebar dan dilakukan pada akhir percobaan.

Pengamatan komponen kualitatif meliputi :

1) Keragaan fenotipik khususnya pada perubahan keragaan tanaman setelah diberikan perlakauan EMS dilakukan secara visual dan difoto dengan kamera digital pada setiap tanaman.

2) Warna daun diukur menggunakan RHS mini Colour Chart. yang dilakukan di akhir percobaan. Pengukuran warna daun dilakukan dengan cara meletakan daun di bawah lubang karton-karton dengan berbagai pilihan warna kemudian membaca kategori warna apabila warna pada daun sesuai dengan warna pada karton RHS mini Colour Chart (MV3).

Analisis Data

Analisis data kuantitatif menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 dan SAS. Karakter yang diamati pada setiap jenis coleus dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada taraf 5% dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Mulitple Range Test) pada taraf 5%. Data kualitatif untuk semua karakter yang diamati dijelaskan secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan Kondisi umum

Curah Hujan

Data curah hujan (Tabel 3) generasi MV1, MV2, dan MV3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan curah hujan pada ketiga generasi. Satu bulan terakhir percobaan generasi MV1 memiliki curah hujan yang paling tinggi. Selama generasi MV2 berlangsung, curah hujan tergolong tinggi dan dapat dikatakan bahwa percobaan berlangsung pada musim hujan. Berbeda dengan MV3, pada awal percobaan curah hujan masih tergolong tinggi, akan tetapi setelah tanaman pindah lapang curah hujan tergolong rendah atau memasuki musim kemarau. Tentunya perbedaan curah hujan pada masing-masing generasi akan memberikan dampak pertumbuhan yang berbeda pada tanaman coleus.

Tabel 3 Curah hujan bulanan (mm)

Bulan Satuan curah hujan (mm) Generasi

November 698 MV1 Desember 161 MV2 Januari 354 Februari 411 Maret 494 April 279 MV3 Mei 182 Juni 56 Juli 25

Data diambil dari Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor khusus untuk wilayah Empang, Bogor (2015).

Coleus amboinicus Lour. (Torbangun) Karakter Kuantitatif Tanaman

Melalui uji anova diketahui bahwa tidak ada interaksi yang nyata antar perlakuan cara aplikasi EMS dengan konsentrasi EMS pada generasi MV1, MV2, dan MV3 kecuali karakter tinggi tanaman dan jumlah daun pada MV1 (Tabel 4). Hal yang sama juga pada faktor tunggal, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara cara aplikasi EMS (Tabel 5) dan konsentrasi EMS kecuali pada karakter jumlah ruas dan jumlah cabang (MV1) serta karakter lebar daun pada MV3 (Tabel 6).

Kombinasi perlakuan yang menghasilkan tinggi tanaman tertinggi adalah konsentrasi 0.50% EMS cara rendam dan konsentrasi 0.75% EMS cara tetes, masing-masing sebesar 33.47 cm dan 30.23 cm. Tinggi tanaman terendah (18.39 cm) terletak pada kombinasi perlakuan konsentrasi 1.25% EMS cara rendam dan pada kombinasi perlakuan yang sama juga diperoleh jumlah daun yang paling sedikit (57.11 helai). Jumlah daun terbanyak terletak pada kombinasi perlakuan konsentrasi 1.00% EMS cara rendam yaitu sebesar 133.90 helai. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa aplikasi EMS dengan perendaman biji tanaman okra selama 18 jam pada konsentrasi 0.515% dapat meningkatkan karakter agronomi seperti tinggi tanaman dan ketebalan batang (Baghery & Kazemitabar, 2014). Tabel 4 Karakter tinggi tanaman dan jumlah daun C.amboinicus Lour. generasi

MV1 saat tanaman berumur tiga bulan akibat aplikasi EMS

Konsentrasi EMS (%)

Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai)

Rendam Tetes Rendam Tetes

0.00 29.00ab 29.00ab 113.53ab 113.53ab

0.50 33.47a 26.14abc 129.00ab 80.41abc

0.75 23.31bc 30.23a 107.67abc 108.22abc

1.00 28.62ab 28.62ab 133.90a 79.20bc

1.25 18.39c 28.63ab 57.11c 111.00ab

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan karakter yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf nyata (α) 5%.

Tabel 5 Beberapa karakter kuantitatif C. amboinicus Lour. generasi MV1, MV2 dan MV3 saat tanaman berumur tiga bulan akibat aplikasi EMS

Generasi Aplikasi EMS

Karakter kuantitatif

TT (cm) JD JR JC PD (cm) LD (cm)

MV1 Rendam 26.55a 108.24a 12.15a 4.29a 6.34a 6.42a Tetes 28.52a 98.47a 12.06a 3.37a 6.14a 6.28a

MV2 Rendam 36.98a 76.75a 14.48a 7.21a 7.46a 7.37a

Tetes 38.32a 79.12a 13.79a 6.71a 7.42a 7.34a

MV3 Rendam 24.67a 30.84a 11.04a 4.25a 6.68a 6.72a

Tetes 24.16a 31.37a 10.45a 4.70a 7.13a 6.98a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan generasi yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf nyata (α) 5%. TT=tinggi tanaman, JD=jumlah daun, JR=jumlah ruas, PD=panjang daun dan LD=lebar daun. MV1=generasi pertama, MV2=generasi kedua dan MV3=generasi ketiga.

Aplikasi EMS cara rendam dan cara tetes pada generasi MV1, MV2, dan MV3 memberikan pertumbuhan yang seragam untuk semua karakter kuantitatif. Dengan demikian maka rataan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah ruas, jumlah cabang, panjang daun, dan lebar daun untuk kedua cara aplikasi pada masing-masing generasi cenderung sama.

Tabel 6 Karakter kuantitatif C. amboinicus Lour. generasi MV1, MV2 dan MV3 saat tanaman berumur tiga bulan akibat aplikasi EMS

Generasi Konsentrasi EMS (%)

Karakter kuantitatif

TT (cm) JD JR JC PD (cm) LD (cm)

MV1

0.00 29.00a 113.53a 11.87bc 5.87a 7.20a 7.07a 0.50 29.81a 104.71a 13.11a 6.12a 5.75a 5.87a 0.75 26.77a 107.94a 11.82bc 5.15a 6.05a 6.22a 1.00 28.62a 106.55a 12.84ab 0.67b 5.98a 6.10a 1.25 23.51a 84.06a 10.90c 1.25b 6.22a 6.48a

MV2

0.00 36.06a 77.72a 13.72a 8.08a 7.90a 7.87a 0.50 39.65a 78.36a 15.19a 6.54a 7.22a 7.06a 0.75 40.48a 85.62a 14.36a 7.86a 7.78a 7.70a 1.00 36.51a 89.22a 13.96a 7.49a 7.25a 7.09a 1.25 35.57a 58.76a 13.47a 4.88a 7.05a 7.08a

MV3

0.00 23.50a 32.42a 9.89a 4.27a 7.03a 6.96ab 0.50 22.81a 26.07a 10.68a 3.60a 6.12a 6.12b 0.75 28.29a 36.10a 11.64a 5.14a 7.66a 7.75a 1.00 19.48a 22.39a 9.78a 3.28a 6.57a 6.51ab 1.25 27.99a 38.57a 11.76a 6.09a 7.14a 6.91ab

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan generasi yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf nyata (α) 5%. TT=tinggi tanaman, JD=jumlah daun, JR=jumlah ruas, PD=panjang daun, dan LD=lebar daun. MV1=generasi pertama, MV2=generasi kedua, dan MV3=generasi ketiga.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah ruas terbanyak generasi MV1 terletak pada konsentrasi EMS 0.50% yaitu sebesar 13.11 dan jumlah ruas terendah dimiliki konsentrasi EMS 1.25%. Jumlah cabang terbanyak terletak pada konsentrasi 0.00%, 0.50% dan 0.75% dan jumlah cabang terendah terletak pada konsentrasi 1.00% dan 1.25%. Keadaan ini menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi EMS dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi justru menurunkan pertumbuhan tanaman. Penelitian lain melaporkan bahwa pada konsentrasi EMS 0.4% sangat meningkatkan karakter tinggi tanaman dan lebar daun tanaman mulberri (Murthy et al. 2011). Kangarasu

et al. (2014) juga menambahkan bahwa peningkatan konsentrasi EMS dapat menurunkan parameter pertumbuhan tanaman ubi kayu seperti panjang tunas, panjang daun dan lebar daun.

Berbeda dengan generasi MV1, rataan semua karakter kuantitatif tanaman cenderung sama untuk masing-masing generasi MV2 dan MV3 kecuali karakter lebar daun (MV3). Lebar daun yang paling sempit pada MV3 terletak pada konsentrasi EMS 0.50% yaitu sebesar 6.12 cm dibanding konsentrasi lain dan kontrol.

Karakter Kualitatif Tanaman

Perlakuan mutasi induksi kimia dengan menggunakan EMS aplikasi cara rendam dan cara tetes menghasilkan beberapa mutan tanaman C.amboinicus Lour. dari generasi pertama (MV1), sampai generasi ketiga (MV3). Gambar tanaman mutan disajikan pada Gambar 9. Notasi R1.25,1 (MV1-3) menunjukkan bahwa aplikasi EMS cara rendam konsentrasi 1.25% menghasilkan mutan pada tanaman ke-1, yang muncul dari generasi pertama hingga generasi ketiga.

Terdapat perbedaan morfologi antara tanaman mutan dengan tanaman tetuanya (kontrol) (Gambar 9). Aplikasi EMS cara rendam konsentrasi 1.25% menghasilkan dua tanaman mutan, yaitu mutan R1.25,1 (MV1-3) yang memiliki daun yang lebih sedikit, kecil, dan agak mengkeriting serta tanaman yang relatif pendek dibanding dengan tetuanya. Mutan R1.25,3 (MV2) memiliki daun lebih kecil dan bertumpuk di bagian pucuk seakan-akan membentuk roset, tetapi mutan putatif ini tidak mampu bertahan lama karena pada umur enam minggu di lapangan, tanaman mengalami kematian.

Aplikasi EMS cara tetes pada konsentrasi yang sama, yaitu konsentrasi 1.25% menghasilkan satu mutan. Mutan tersebut adalah T1.25,6 (MV2-3) yang memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang lebih banyak serta tinggi tanaman yang lebih tinggi sehingga tanaman terlihat lebih rimbun dibanding tanaman kontrol.

Masih pada generasi yang sama (MV2), aplikasi EMS cara rendam konsentrasi 0.75% dan konsentrasi EMS 0.50% (aplikasi cara rendam dan cara tetes) menghasilkan masing-masing satu mutan. Mutan R0.75,7 (MV2) dan mutan T0.5,7 (MV2) memiliki keragaan morfologi yang cenderung sama yaitu memiliki tinggi tanaman yang relatif pendek, daun lebih kecil, agak mengkeriting, dan daun bertumpuk dibagian pucuk tanaman. Tetapi kedua mutan tidak mampu bertahan hingga MV3 karena pada saat berumur empat minggu di lapangan, tanaman mengalami kematian. Berbeda dengan mutan R0.5,9 (MV2-3) memiliki penampilan yang sama dengan mutan yang dihasilkan pada generasi MV1 dan mampu bertahan hidup hingga MV3.

Gambar 9 Morfologi tanaman C. amboinicus Lour. saat tanaman berumur tiga bulan hasil mutasi menggunakan EMS aplikasi cara rendam dan cara tetes generasi MV1, MV2, dan MV3.

Aplikasi EMS cara tetes konsentrasi 1.00% menghasilkan satu mutan yang muncul pada generasi MV3 dengan keragaan daun lebih kecil, agak keriting, dan tinggi tanaman yang relatif pendek dibanding tanaman kontrol. Tanaman yang memiliki morfologi yang sama dengan kontrol tidak ditampilkan dalam Gambar.

Berdasarkan mutan-mutan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa perlakuan cara aplikasi EMS pada berbagai konsentrasi dapat memberikan keragaan morfologi yang berbeda dengan tanaman tetuanya. Menurut Qosim et al.

(2012), perubahan morfologi suatu tanaman disebabkan karena terjadinya mutasi pada DNA tanaman akibat aplikasi mutagen EMS. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa EMS menyebabkan perubahan morfologi pada tanaman cabai seperti perubahan bentuk dan lebar daun, tinggi tanaman menjadi pendek dan tanaman menjadi kerdil (Jabeen & Mirza 2004). Penelitian Devi dan Selvakumar (2013) menghasilkan mutan klorofil pada tanaman cabai akibat aplikasi mutagen EMS.

Untuk mengkonfirmasi tanaman mutan khususnya pada warna daun maka dilakukan pengukuran tingkatan warna daun tanaman mutan dengan menggunakan RHS mini colour chart pada generasi MV3. Pengukuran tingkatan warna daun tanaman mutan disajikan pada Tabel 8 dan Lampiran 2.

Tanaman mutan R1.25,1 (MV1-3), R0.5,9 (MV2-3), dan T1,6 (MV3) memiliki warna dark green dengan intensitas yang berbeda-beda (Tabel 7). Warna daun mutan yang dihasilkan berbeda dengan tanaman kontrol. Tanaman kontrol memiliki warna daun green.

kontrol R1.25,1 (MV1-3) R1.25,3 (MV2) T1.25,6 (MV2-3)

R0.50,9 (MV2-3)

Tabel 7 Perbandingan warna daun tanaman C. amboinicus Lour. akibat aplikasi EMS dengan menggunakan RHS mini colour chart

Cara aplikasi dan konsentrasi EMS Keterangan warna

Kontrol Green RHS 137C

R1.25,1 (MV1-3) Dark green RHS 137A

R0.50,9 (MV2-3) Dark green RHS 137A

T1.00,6 (MV3) Dark green RHS 144A

Pendugaan Komponen Genetik pada MV2 dan MV3

Berdasarkan hasil pendugaan nilai KKF dari enam karakter yang diamati pada generasi MV2 (Tabel 8), terlihat bahwa karakter jumlah daun (aplikasi EMS rendam konsentrasi 1.00%) dan jumlah cabang (aplikasi EMS rendam konsentrasi 0.50 dan 1.00%) memiliki nilai KKF tinggi. Nilai KKG tinggi hanya terdapat pada karakter jumlah daun aplikasi EMS cara rendam konsentrasi 1.00%. Nilai duga heritabilitas yang tinggi terletak pada karakter jumlah daun (aplikasi EMS konsentrasi 1.00%) dan panjang daun (aplikasi EMS cara tetes konsentrasi 1.00%).

Nilai duga KKF tinggi generasi MV3 terletak pada karakter jumlah daun (aplikasi EMS cara tetes konsentrasi EMS 0.50%) dan karakter jumlah cabang aplikas cara rendam (konsentrasi EMS 0.50 dan 1.00%) dan aplikasi cara tetes (konsentrasi EMS 0.50%). Nilai KKG semua karakter tergolong rendah. Nilai duga heritabilitas tinggi terletak pada karakter jumlah ruas (aplikasi EMS cara tetes konsentrasi 1.00%), panjang daun aplikasi cara rendam (konsentrasi EMS 0.50% dan 1.25%) dan aplikasi cara tetes (konsentrasi EMS 1.00% dan 1.25%) serta lebar daun aplikasi cara rendam (konsentrasi EMS 0.50 dan 1.25%).

27

TT (cm)

R

0.50 37.06 Agak rendah 14.71 Rendah 15.75 Rendah 37.02 Agak rendah 19.47 Rendah 27.66 Sedang

0.75 29.75 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 28.32 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 51.56 Cukup tinggi 33.39 Agak rendah 41.95 Sedang 36.48 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.25 30.94 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 22.41 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

T

0.50 28.56 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 37.75 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

0.75 30.23 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 36.03 Agak rendah 17.93 Rendah 24.77 Sedang

1.00 37.77 Agak rendah 11.97 Rendah 10.04 Rendah 38.97 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.25 32.44 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 34.77 Agak rendah 21.94 Rendah 39.83 Sedang

JD (helai)

R

0.50 57.22 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 65.52 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

0.75 69.06 Cukup tinggi 36.09 Agak rendah 27.31 Sedang 56.09 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 100 Tinggi 96.32 Tinggi 71.93 Tinggi 59.21 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.25 47.88 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 51.26 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

T

0.50 57.91 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 85.82 Tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

0.75 66.91 Cukup tinggi 44.55 Agak rendah 44.33 Sedang 61.96 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 60.92 Cukup tinggi 15.31 Rendah 6.32 Rendah 41.91 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.25 44.29 Agak rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 64.05 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

JR

R

0.50 21.93 Rendah 9.41 Rendah 18.41 Rendah 18.64 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

0.75 17.78 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 15.53 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 21.20 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 23.79 Rendah 12.62 Rendah 28.13 Sedang

1.25 17.44 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 15.68 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

T

0.50 22.34 Rendah 12.47 Rendah 31.14 Sedang 22.79 Rendah 9.73 Rendah 18.24 Rendah

0.75 16.16 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 22.83 Rendah 11.37 Rendah 24.79 Sedang

1.00 17.76 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 32.65 Agak rendah 23.48 Rendah 51.71 Tinggi

1.25 17.84 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 18.26 Rendah 1.98 Rendah 1.18 Rendah

JC R

0.50 75.26 Tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 91.13 Tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

0.75 64.82 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 63.30 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 94.14 Tinggi 32.73 Agak rendah 21.50 Sedang 92.92 Tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

Tabel 8 Komponen genetik untuk karakter kuantitatif C. amboinicus Lour. saat tanaman berumur tiga bulan (lanjutan) Karakter Cara aplikasi Konsentrasi EMS (%) Generasi MV2 Generasi MV3

KKF Kriteria KKG Kriteria h2 bs Kriteria KKF Kriteria KKG Kriteria h2 bs Kriteria

JC T

0.50 73.78 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 75.36 Tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

0.75 61.23 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 64.53 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 63.98 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 50.92 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.25 58.32 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah 57.44 Cukup tinggi 0.00 Rendah 0.00 Rendah

PD (cm)

R

0.50 27.35 Agak rendah 14.56 Rendah 28.36 Sedang 32.79 Agak rendah 28.84 Agak rendah 77.39 Tinggi

0.75 16.02 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 12.69 Rendah 1.72 Rendah 1.84 Rendah

1.00 22.39 Rendah 9.33 Rendah 17.39 Rendah 19.91 Rendah 13.25 Rendah 44.30 Sedang

1.25 33.67 Agak rendah 23.54 Rendah 48.88 Sedang 38.20 Agak rendah 33.61 Agak rendah 77.45 Tinggi

T

0.50 21.06 Rendah 5.10 Rendah 5.86 Rendah 21.26 Rendah 14.46 Rendah 44.80 Sedang

0.75 21.49 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 13.20 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 34.71 Agak rendah 25.74 Agak rendah 55.00 Tinggi 23.40 Rendah 16.94 Rendah 52.41 Tinggi

1.25 14.65 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 16.98 Rendah 12.31 Rendah 52.58 Tinggi

LD (cm)

R

0.50 23.64 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 29.82 Agak rendah 24.62 Rendah 68.20 Tinggi

0.75 15.31 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 12.22 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah

1.00 22.31 Rendah 2.16 Rendah 0.93 Rendah 20.23 Rendah 12.71 Rendah 39.47 Sedang

1.25 28.22 Agak rendah 14.42 Rendah 26.09 Sedang 30.53 Agak rendah 23.37 Rendah 58.61 Tinggi

T

0.50 20.73 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 22.38 Rendah 14.26 Rendah 40.59 Sedang

0.75 23.84 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 15.68 Rendah 5.27 Rendah 11.29 Rendah

1.00 32.36 Agak rendah 21.48 Rendah 44.06 Sedang 23.99 Rendah 16.16 Rendah 45.37 Sedang

1.25 18.30 Rendah 0.00 Rendah 0.00 Rendah 17.61 Rendah 11.85 Rendah 45.24 Sedang

TT = tinggi tanaman, JD = jumlah daun, JR = jumlah ruas, JC = jumlah cabang, PD = panjang daun, dan LD = lebar daun. R = rendam dan T = tetes. MV2 = generasi kedua dan MV3 = generasi MV3. KKF = koefisien keragaman fenotipe, KKG = koefisien keragaman genotipe, dan h2 bs = heritabilitas arti luas.

Coleus blumei Warna Ungu/Hijau Karakter Kuantitatif Tanaman

Melalui uji anova diketahui bahwa tidak ada interaksi yang nyata antar perlakuan cara aplikasi EMS dengan konsentrasi EMS pada generasi MV1, MV2 dan MV3, kecuali karakter lebar daun pada generasi MV3 (Tabel 9). Hal yang sama juga pada faktor tunggal, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara cara aplikasi EMS pada ketiga generasi, kecuali karakter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang pada generasi MV1 (Tabel 10). Perbedaan konsentrasi EMS memberikan pengaruh yang nyata pada semua karakter generasi MV1, sedangkan untuk semua karakter generasi MV2 dan MV3 tidak dipengaruhi dengan adanya perbedaan konsentrasi EMS kecuali karakter lebar daun generasi MV2 (Tabel 11). Tabel 9 Karakter lebar daun C. blumei warna ungu/hijau generasi MV3 saat

Dokumen terkait