• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Varietas dan Benih

Jenis VUB yang ditanam sebagian besar petani responden adalah varietas Mekongga. Varietas lain yang pernah ditanam petani adalah Ciherang, Infari, dan Sintanur. Alasan pemilihan varietas ini karena tanaman tahan terhadap hama dan penyakit, mudah didapat, ketersediaan terjamin, umur tanaman pendek dan pasarnya terjamin. Alasan petani menggunakan benih bersertifikat adalah mutunya terjamin, kemampuan tumbuh di lapang baik sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi.

Petani yang menggunakan benih nonsertifikat merupakan petani yang menyisihkan sebagian benihnya untuk dijadikan benih kembali pada musim tanam berikutnya. Petani yang menggunakan benih nonsertifikat merasa dirinya sudah menggunakan benih bersertifikat. Petani tersebut menganggap benih bersertifikat yang telah dibeli sebelumnya kemudian dijadikan benih lagi untuk musim tanam berikutnya adalah benih yang memiliki kualitas yang sama. Petani menggunakan benih hasil turunan dari musim tanam sebelumnya karena harga benih bersertifikat lebih mahal namun tidak terdapat insentif perbedaan pada harga jual. Adanya keterbatasan ekonomi, menyebabkan petani yang menggunakan benih nonsertifikat memilih benih yang bukan pilihan terbaik namun harga benihnya terjangkau dan mereka masih dapat mengusahakan usahatani padi secara kontinyu.

Benih bersertifikat yang digunakan adalah benih berlabel biru. Penggunaan benih berlabel biru ini hasilnya untuk konsumsi sehingga tidak dapat dijadikan benih kembali untuk musim tanam berikutnya. Benih yang dapat dijadikan benih untuk musim tanam berikutnya adalah benih berlabel putih dan ungu. Oleh karena itu, petani yang menyisihkan sebagian benih berlabel biru untuk musim tanam berikutnya dikelompokkan sebagai petani yang menggunakan benih nonsertifikat. Harga benih padi VUB berlabel biru adalah Rp7 000.00-Rp8 000.00/kg. Benih yang digunakan oleh petani berasal dari toko pertanian yang berada di sekitar Kecamatan Warungkondang. Selain itu, terdapat kelompok tani Sari Tani Mandiri yang bertindak sebagai penangkar benih bersertifikat sehingga petani anggota dapat membeli benih bersertifikat pada kelompok tani tersebut.

Budidaya Padi VUB Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan lahan sejak setelah diberakan pascapanen musim tanam sebelumnya sampai siap ditanam untuk musim tanam berikutnya. Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan padi, memperbaiki sifat fisik tanah, dan aliran pengairan sehingga dapat memberikan hasil panen yang maksimal. Kegiatan pengolahan lahan untuk benih bersertifikat maupun nonsertifikat sama, yaitu membersihkan lahan, membajak sawah, meratakan permukaan lahan, dan menggarisi lahan untuk membuat jarak tanam bibit padi.

Membersihkan lahan adalah mencangkul lahan kemudian membenamkan sisa-sisa jerami ke dalam tanah dari musim panen sebelumnya. Jerami yang dibenamkan ini dapat membusuk kemudian menjadi kompos yang dapat menjadi nutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan membersihkan lahan ini umumnya dilakukan bersama dengan memperbaiki pematang, membuat atau menutup jalur air dan mengambil hama keong di lahan sawah.

Setelah 1 minggu lahan dibiarkan, selanjutnya tahap membajak. Pembajakan lahan sawah dilakukan menggunakan traktor. Pada umumnya petani di daerah penelitian membajak lahannya dengan bantuan tenaga mesin traktor dengan sistem borongan. Lama pembajakan bergantung luas lahan yang akan dibajak. Kedalaman mata bajak rata-rata 30 cm. Setelah dibajak, lahan dibiarkan 1 minggu.

Tahap berikutnya adalah finishing yaitu meratakan lahan. Sawah diratakan dengan garu kemudian digenangi air selama 3 hari. Selanjutnya dikeringkan kembali hingga lahan sawah berada pada kondisi macak-macak dan siap untuk ditanami. Namun ada sebagian petani yang tidak melakukan aktivitas finishing.

Pengolahan lahan yang dianjurkan Balitbang (2008) yaitu dibajak (pertama), digenangi selama 2 hari dan dikeringkan selama 7 hari lalu dibajak kembali (kedua), digenangi selama 2 hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

Persemaian

Petani di Desa Bunisari melakukan proses persemaian di petakan/bedengan sawah. Pembuatan media semai dilakukan dengan mencangkul dan membersihkan lahan agar lahan menjadi gembur. Setelah dilakukan pengolahan lahan, kemudian benih disebar. Lama persemaian adalah 20 hari.

Benih yang disemai sebelumnya sudah melalui tahap perendaman dalam larutan air garam selama 2 malam. Benih yang tenggelam merupakan benih yang bernas dan bermutu. Kemudian benih inilah yang dipilih untuk dilakukan persemaian. Benih tersebut kemudian dicuci bersih dan disimpan dalam karung yang lembab (diperam) selama semalam. Benih siap untuk disebar ke petakan sawah yang telah diolah.

Benih anjuran yang dibutuhkan adalah 25 kg per hektar. Namun petani di Desa Bunisari baik yang menggunakan benih bersertifikat maupun benih

nonsertifikat menyatakan jumlah tersebut tidak mencukupi untuk luas tanam 1 hektar karena tidak seluruh benih yang disemai tumbuh dengan baik, ada yang mati atau hanyut. Selain itu petani juga mempertimbangkan adanya serangan hama keong yang memakan bibit pada lahan semai. Oleh karena itu diperlukan bibit cadangan apabila bibit yang ditanam tidak tumbuh atau terkena serangan hama.

Perlakuan anjuran yang dikeluarkan oleh Balitbang (2008), lokasi untuk persemaian sebaiknya bekas lahan bera atau tanaman selain padi atau jika lahan bekas penanaman padi harus dilakukan pengolahan tanah sempurna dengan diikuti pembersihan lokasi. Luas persemaian adalah 4% dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 m untuk tiap hektar pertanaman. Sebelum disebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. Setelah benih berkecambah, benih tersebut disebar di persemaian sebanyak 0.5-1 kg/20 m.

Penanaman

Bibit di lahan semai setelah 20 hari kemudian dicabut untuk pindah tanam di lahan persawahan. Sebelum penanaman, lahan sawah telah digarisi agar jarak tanamnya sesuai. Jarak tanam yang digunakan padi VUB baik yang menggunakan benih bersertifikat atau nonsertifikat umumnya 25 x 25 cm namun ada pula sebagian kecil petani yang menanam secara legowo.

Jumlah bibit yang ditanam untuk 1 lubang tanam adalah 1-3 bibit, namun ada pula petani yang menanam sampai 5 bibit pada 1 lubang tanam, dengan kedalaman ± 2 cm. Penanaman dilakukan dengan cara ditandur, umumnya tenaga kerja yang digunakan adalah wanita. Pola tanam yang dilakukan terdiri dari 3 musim tanam dalam 1 tahun.

Penanaman anjuran Balitbang (2008) adalah sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah pola tanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Selanjutnya ketentuan menanam bibit padi yaitu 1-3 rumpun/lubang tanam. Petani yang menggunakan benih bersertifikat umumnya telah mengikuti anjuran pemerintah namun petani yang menggunakan benih nonsertifikat belum menerapkan cara tanam sesuai anjuran pemerintah. Hal tersebut disebabkan petani nonsertifikat khawatir hasil produksi yang diperoleh kurang maksimal.

Perawatan Tanaman

Perawatan tanaman untuk benih bersertifikat maupun nonsertifikat meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan dan pengairan. Setelah penanaman, tanaman diamati apakah ada padi yang tidak tumbuh atau terbawa oleh aliran air. Jika terdapat bibit yang mati atau hanyut, akan diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan pada usia 15-20 hari setelah tanam, hal ini untuk menghindari pertumbuhan yang tidak seragam.

Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan gulma yang tumbuh di lahan yang dapat mengganggu pertumbuhan padi. Penyiangan umumnya dilakukan 2 kali pada satu musim tanam. Penyiangan pertama dilakukan pada usia

20 hari setelah tanam dan yang kedua pada usia 40 hari setelah tanam. Proses penyiangan umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita menggunakan tangan (cara manual).

Penyiangan yang dilakukan sesuai dengan anjuran pemerintah menggunakan lalandak/gasrok. Tujuan penggunaan alat ini untuk mempermudah dan mempercepat waktu pengerjaan. Penyiangan dapat dilakukan 2-3 kali dalam 1 kali musim tanam, disesuaikan dengan gulma yang tumbuh di lahan. Penyiangan dilakukan agar lahan gembur dan apabila terdapat hama yang mengganggu lebih mudah diketahui.

Pengairan dilakukan untuk memperlancar aliran air agar sawah tidak kekeringan sehingga tidak menghambat pertumbuhan padi. Aliran air dikontrol setiap hari, terutama pada saat musim kemarau. Padi VUB digenangi air terus menerus sejak berumur 7 hari hingga 100 hari. Setelah mencapai umur tersebut lahan dikeringkan karena mendekati waktu panen. Sumber pengairan bagi petani di Desa Bunisari berasal dari sumber air Sukaratu dan memiliki 6 saluran irigasi pedesaan dan 1 irigasi setengah teknis.

Pemupukan

Pupuk yang digunakan pada kegiatan usahatani padi VUB baik yang menggunakan benih bersertifikat ataupun nonsertifikat adalah pupuk urea, TSP, KCl, NPK Phonska, dan pupuk organik. Jumlah pupuk rata-rata yang digunakan oleh petani padi VUB yang menggunakan benih bersertifikat untuk 1 musim tanam per hektar adalah urea sebanyak 126.20 kg, TSP 102.43 kg, KCl 91.48 kg, NPK Phonska 161.27 kg, dan pupuk organik 209.52 kg. Jumlah pupuk rata-rata yang digunakan oleh petani yang menggunakan benih nonsertifikat adalah urea 174.69 kg/ha, TSP 100.36 kg/ha, KCl 27.69 kg/ha, pupuk organik 301.16 kg/ha.

Pemupukan umumnya dilakukan 3 kali pada 1 musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 3 hari setelah tanam, pemupukan kedua 20 hari setelah tanam dan pemupukan ketiga dilakukan 40 hari setelah tanam. Cara pemupukan adalah ditabur. Pupuk yang digunakan oleh petani berasal dari toko pertanian yang berada di sekitar Kecamatan Warungkondang.

Aturan pemupukan sesuai anjuran pemerintah dilakukan sebanyak 3 kali dengan komposisi pupuk seimbang. Penggunaan pupuk untuk tanaman padi pada tanah normal berdasarkan rekomendasi pemerintah adalah urea sebesar 200-250 kg, TSP 100-150 kg, KCl 75-100 kg. Jika menggunakan NPK dosisnya adalah 100 kg urea dan 300 kg NPK. Tujuan penggunaan pupuk seimbang adalah mengurangi pemakaian urea yang dapat merusak kesuburan tanah dan mensubstitusikannya dengan pupuk organik.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit merupakan faktor utama dalam pembatas produksi pertanian. Agar produksi pertanian memberikan hasil optimal maka tanaman harus bebas dari serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, apabila terdapat serangan hama dan penyakit perlu dilakukan tindakan pemberantasan. Hama

pengganggu yang sering menyerang tanaman padi di daerah penelitian adalah hama tungro, walang sangit, tikus, burung, dan keong. Penanggulangan hama keong diambil secara langsung oleh petani. Serangan burung diantisipasi dengan penggunaan orang-orangan sawah dan kaleng-kaleng bekas yang dipasang memanjang di atas areal sawah. Kaleng-kaleng ini jika ditarik akan menimbulkan bunyi nyaring sehingga dapat mengusir burung yang merusak tanaman padi. Penyebab timbulnya penyakit tungro masih belum diketahui oleh petani saat ini. Usaha yang dapat dilakukan petani untuk menekan serangan hama tersebut adalah dengan melakukan pola pemanenan serempak dan menggunakan padi varietas yang unggul terhadap serangan hama penyakit. Penanggulangan hama tikus dan walang sangit diatasi dengan bantuan pestisida.

Pestisida yang digunakan umumnya pestisida cair sehingga aplikasinya pada tanaman dilakukan dengan cara disemprot menggunakan alat hand sprayer. Pestisida cair yang digunakan adalah Spontan, Arivow, Matador, Decis, dan Elsan. Namun ada pula petani yang menggunakan pestisida padat, yaitu Furadan. Frekuensi penyemprotan dan dosis penggunaan bergantung dari hama dan penyakit yang menyerang. Petani umumnya melakukan penyemprotan pada pagi hari atau sore hari.

Pengendalian hama dan penyakit di Desa Bunisari telah mengikuti anjuran pemerintah. Penyemprotan pestisida dilakukan apabila hama dan penyakit menyerang. Penyemprotan umumnya dilakukan 2-3 kali dalam 1 musim tanam dengan dosis sesuai serangan hama penyakit.

Pemanenan

Padi VUB berumur 100-115 hari. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan arit atau sabit. Hasil panen disebut gabah kering panen (GKP). Upah biaya panen adalah Rp250.00/kg. Hasil panen umumnya langsung dijual ke tengkulak atau diangkut ke pabrik beras untuk dijual tanpa melalui aktivitas pascapanen. Ada pula petani yang menggunakan benihnya untuk dikonsumsi sendiri.

Menurut Balitbang (2008), waktu panen yang tepat ditandai dari kondisi pertanaman 90-95% bulir sudah memasuki fase masak fisiologis (kuning jerami) dan bulir padi pada pangkal malai sudah mengeras. Jika panen dilakukan terlalu cepat, akan menurunkan kualitas gabah. Untuk pertanaman padi tanam pindah dicapai pada umur 30-42 hari setelah bunga merata bagi pertanaman padi musim hujan (MH) dan 28-36 hari setelah berbunga merata bagi pertanaman musim kemarau (MK). Proses panen sesuai standar baku sertifikasi adalah mengeluarkan rumpun yang tidak seharusnya dipanen, menggunakan sabit bergerigi untuk mengurangi kehilangan hasil, perontokan biji segera dilakukan setelah panen dengan dibanting atau dengan tresher, hindari penumpukan terutama jika sampai terjadi fermentasi/panas tinggi karena akan mematikan lembaga, lakukan pembersihan pendahuluan dan ukur kadar air gabah, beri label dengan identitas sekurang-kurangnya asal blok, nama varietas, berat, kelas calon benih, dan tanggal panen.

Dokumen terkait