• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil uji sifat fisik BIS yang meliputi berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, tingkat kehalusan, diameter bahan dan daya ambang diperlihatkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil uji kualitas sifat fisik BIS dari beberapa sumber produksi Sampel BIS

No. Sifat Fisik

A B C 1 Berat jenis (g/ml) 1.359 ± 0.07 b 1.457 ± 0.07 a 1.521 ± 0.06 a 2 Kerapatan tumpukan (g/ml) 0.582 ± 0.03 b 0.583 ± 0.02 b 0.624 ± 0.02 a 3 Kerapatan Pemadatan Tumpukan (g/ml) 0.693 ± 0.01 b 0.727 ± 0.02 a 0.725 ± 0.02 a 4 Sudut tumpukan (o) 29.71 ± 2.98 a 23.61 ± 1.17 b 23.61 ± 1.20 b 5 Daya ambang (m/dt) 0.594 ± 0.01 a 0.560 ± 0.06 b 0.606 ± 0.02 a 6 Tingkat kehalusan (MF) 4.773 ± 0.03 a 4.571 ± 0.04 c 4.654 ± 0.01 b 7 Katagori ukuran partikel bahan

Kasar Kasar Kasar 8 Rataan diameter

bahan (cm)

0.285 ± 0.006 a 0.248 ± 0.006 c 0.262 ± 0.001 b

Keterangan : A = BIS dari sumber produksi di Lampung B = BIS dari sumber produksi di Langkat Sumut C = BIS dari sumber produksi di Banten

Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05)

1. Berat Jenis (BJ)

Hasil perhitungan analisis varian menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05) diantara ketiga sampel BIS terhadap nilai BJ. Nilai BJ ketiga sampel menunjukkan nilai diatas 1 yang berarti lebih berat dari BJ air. Sampel B dan C tidak menunjukkan adanya perbedaan, namun keduanya berbeda dengan sampel A yang memiliki nilai BJ paling rendah yakni 1.359 g/ml. Perbedaan ini

diduga dipengaruhi oleh karakteristik permukaan partikel BIS. Sampel BIS C memiliki nilai BJ paling tinggi, hal ini disebabkan sampel C strukturnya padat dan masih banyak terdapat serpihan tempurung yang tercampur dalam BIS sehingga nilai BJ nya paling tinggi. Adapun sampel A strukturnya tidak padat dan banyak rongga antar partikel, sehingga nilai BJ nya lebih rendah.

Perbedaan nilai BJ selain dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik permukan partikel, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil (1999) yang menyatakan bahwa adanya variasi dalam nilai BJ dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan, distribusi ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel. BJ berpengaruh terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitas suatu campuran pakan. Ransum yang tersusun dari bahan pakan yang memiliki perbedaan BJ cukup besar, akan menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah kembali (Khalil 1999). 2. Kerapatan Tumpukan

Berat jenis erat hubungannya dengan kerapatan tumpukan, semakin tinggi nilai berat jenis maka kerapatan tumpukannya semakin besar. Sampel BIS C menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05) dengan sampel BIS A dan B. Pada sampel C kerapatan tumpukannya paling tinggi, demikian pula halnya dengan nilai BJ nya. Menurut Chung dan Lee (1985), kerapatan tumpukan lebih penting dari berat jenis bahan, dalam hal pengeringan dan penyimpanan bahan secara praktis. Kerapatan tumpukan mempunyai peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang pada suatu bahan dengan berat tertentu seperti dalam pengisian alat pencampur, elevator dan juga silo. Kerapatan tumpukan juga berpengaruh terhadap daya campur dan stabilitas pencampuran pakan. Kerapatan tumpukan ketiga sampel BIS di atas 0.5 g/ml. Pencampuran bahan pakan dengan ukuran partikel yang sama tetapi memiliki kerapatan tumpukan tinggi (kt >0.5 g/ml) akan sulit dicampur. Bahan yang memiliki kerapatan tumpukan rendah (kt < 0.5 g/ml) membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dipindahkan (Chung & Lee 1985).

3. Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Kerapatan pemadatan tumpukan mempunyai hubungan yang erat dengan kerapatan tumpukan. Pada kerapatan pemadatan tumpukan terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05). Sampel BIS A memiliki kerapatan pemadatan tumpukan yang berbeda dengan sampel B dan C. Disini terlihat bahwa sampel A

memiliki kerapatan tumpukan 0.582 g/ml dan kerapatan pemadatan tumpukan 0.693 g/ml, nilai ini merupakan yang paling rendah dibanding perlakuan lainnnya.

Sifat fisik lain yang ada hubungannya dengan kerapatan pemadatan tumpukan adalah modulus of fineness (MF) atau diameter partikel bahan. Semakin kecil nilai MF atau partikel bahan maka kerapatan pemadatan tumpukannya akan semakin tinggi. Sampel BIS A memiliki diameter bahan dan nilai MF yang paling tinggi yaitu masing-masing 0.285 cm dan 4.77 sehingga berpengaruh terhadap kerapatan pemadatan tumpukannya.

4. Daya Ambang

Daya ambang ketiga sampel menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05). Sampel BIS B berbeda nyata dengan sampel BIS A dan C. Hal ini berarti apabila terjadi proses penurunan bahan dari ketinggian tertentu, maka waktu bahan tersebut mencapai dasar untuk sampel BIS B adalah yang paling cepat. Daya ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses penuangan bahan, karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menuangkan bahan. Partikel bahan yang kecil akan memiliki daya ambang yang tinggi sehingga bahan lebih mudah tertiup angin (berdebu), hal ini akan menyebabkan terhamburnya bahan dan akan mengurangi jumlah bahan yang terbuang.

5. Sudut Tumpukan

Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak partikel dalam suatu tumpukan. Semakin kecil sudut tumpukan, semakin bebas partikel bergerak dan semakin besar daya alir (flow ability) partikel tersebut. Pada Tabel 12 terlihat bahwa sudut tumpukan sampel BIS A (29.71o) lebih besar dari sampel BIS B (23.61o) dan C (23.61o). Menurut Ruttloff (1981), diacu dalam Khalil (1999) bahan yang memiliki sudut tumpukan ≤ 29o sangat baik dan mudah diangkut secara mekanik. Hal ini berarti bahwa sampel BIS B dan C memiliki kemudahan dalam hal pengangkutan secara mekanik, karena ruangan yang diperlukan dalam penyimpanan BIS lebih kecil.

6. Tingkat Kehalusan dan Diameter Bahan

Tingkat kehalusan (modulus of fineness) dari ketiga sampel menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Nilai MF tertinggi diperoleh BIS A dan terendah

BIS B. Tingkat kehalusan ini sangat penting untuk menentukan apakah perlu ada perlakuan lanjut sebelum BIS difermentasi. Meskipun terjadi perbedaan yang nyata nilai MF nya, namun ketiganya masuk katagori kasar (MF 4.1–7.0).

Modulus of fineness erat hubungannya dengan diameter bahan. Semakin tinggi nilai MF maka diameter partikel bahan akan semakin tinggi. Diameter partikel bahan yang tinggi akan menyulitkan dalam pencampuran ransum yang homogen. Secara penampakan visual ketiga sampel BIS terlihat bahwa masih banyak terdapat campuran tempurung dalam BIS, karenanya perlu dilakukan pengayakan dengan menggunakan saringan ukuran diameter lubang 2 mm (saringan alumunium yang paling halus).

7. Koefisien Keragaman BIS

Semua sampel BIS yang digunakan dalam pengukuran sifat fisik dihitung koefisien keragamannya (%), dan hasilnya disajikan pada Tabel 13. Disini terlihat bahwa urutan sifat fisik dari yang koefisien variasinya terendah hingga tertinggi adalah : tingkat kehalusan (MF), kerapatan tumpukan, daya ambang, kerapatan pemadatan tumpukan, rataan diameter bahan, berat jenis dan sudut tumpukan. Selain sudut tumpukan semua sifat fisik yang diukur memiliki koefisien variasi dibawah 10%. Ini berarti bahwa sifat fisik sudut tumpukan dari beberapa sampel BIS adalah yang paling beragam.

Tabel 13 Koefisien keragaman (%) beberapa sifat fisik BIS

No Sifat Fisik Koefisien Variasi (%)

1. Berat jenis (g/ml) 6.32

2. Kerapatan tumpukan (g/ml) 2.37

3. Kerapatan pemadatan Tumpukan (g/ml) 4.28

4. Sudut tumpukan (o) 12.79

5. Daya ambang (m/dt) 3.68

6. Tingkat kehalusan (MF) 2.08

7. Rataan diameter bahan (cm) 6.25

Sifat fisik BIS yang memiliki koefisien keragaman 5–10% meliputi berat jenis dan rataan diameter bahan. Sifat fisik yang memiliki koefisien keragaman di bawah 5% adalah tingkat kehalusan, kerapatan tumpukan, daya ambang, kerapatan pemadatan tumpukan. Sifat fisik sudut tumpukan merupakan sifat fisik BIS yang sangat beragam, karena memiliki nilai keragaman di atas 10% yakni

12.79%. Sifat fisik yang memiliki nilai koefisien keragamannya tinggi menyebabkan peningkatan kewaspadaan dalam pengontrolan, karena apabila tidak diawasi akan menyebabkan kualitas hasil pencampuran dengan bahan lain akan beragam pula.

Dokumen terkait