• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerajinan/Keterampilan dari Limbah/Sampah

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

6.3 Kerajinan/Keterampilan dari Limbah/Sampah

Program kerajinan atau keterampilan dari limbah atau sampah yang dilaksanakan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) berawal dari keinginan untuk mengurangi timbunan sampah yang dihasilkan di lingkungan Kompleks Perumahan Pondok Pekayon Indah. Kerajinan atau keterampilan dari limbah atau sampah yang dilakukan berawal dari proses kerajinan atau keterampilan dari limbah kertas dengan memanfaatkan sumber daya pemuda yang terdapat di lingkungan Kompleks Perumahan Pondok Pekayon Indah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik dikarenakan sumber daya pemuda yang melaksanakan proses kerajinan atau keterampilan dari limbah kertas tersebut terbentur oleh waktu. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu SN (53 tahun):

“Tenaga ahli untuk ketrampilan limbah kertas sudah ada, akan tetapi sumber daya dalam pelaksanaannya yaitu para pemuda tidak ada karena mereka memiliki kesibukan sendiri seperti sekolah, kuliah ataupun kerja.”

Kerajinan atau keterampilan dari limbah yang dilaksanakan Gerakan Peduli Lingkungan selanjutnya setelah kerajinan atau keterampilan dari limbah kertas adalah kerajinan atau keterampilan dari limbah plastik, akan tetapi dalam pelaksanaannya juga tidak berjalan dengan baik dikarenakan dalam proses kerajinan atau keterampilan dari limbah plastik tersebut masih menggunakan zat kimia. Selain itu dalam membuat kerajinan atau keterampilan dari limbah plastik juga memiliki kendala dalam sumber daya manusia yang sedikit serta teknik dalam membuat variasi produk yang dihasilkan masih sederhana. Dalam prosesnya kerajinan atau keterampilan dari limbah plastik dilakukan hanya sebatas pembuatan tas dari sisa kemasan produk rumah tangga seperti sunlight, minyak goreng, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan proses daur ulang terhadap

sampah plastik tidak dilanjutkan karena tidak adanya tenaga ahli atau profesional yang memberikan pelatihan untuk membuat beragam variasi atau teknik sehingga dapat bersaing dengan produk kerajinan atau keterampilan yang berasal dari limbah plastik lainnya. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu SN (53 tahun):

“Limbah plastik di lingkungan kami sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan baik untuk membuat produk-produk yang memiliki nilai tambah seperti tas, payung, tempat handphone dan lain-lain. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya kami hanya terpaku pada pembuatan tas saja sehingga produk kami kalah bersaing dengan produk lainnya”.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu RH (54 tahun):

“Untuk ketrampilan dari limbah plastik tidak berjalan lancar karena tidak adanya pelatihan yang diberikan untuk membuat produk-produk dari limbah plastik tersebut. Selain itu, kemauan warga untuk mengikuti ketrampilan dari limbah plastik relatif rendah.”

Gambar 15. Hasil Karya Pokja Kerajinan dari Limbah

Selain itu, pelatihan juga pernah dilakukan oleh GPL dengan adanya kerjasama dari Dinas Pendidikan (DIKNAS) Kota Bekasi bagian Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2008. Pelatihan bersama DIKNAS berupa pelatihan yang berawal dari peserta Keaksaraan Fungsional (KF) Lestari, dari peserta tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu untuk kelompok menjahit dan kelompok pembuatan mute. Hasil dari pelatihan ini adalah keterampilan untuk pembuatan gelang, kalung, tas, dan lain-lain. Selain pelatihan pihak DIKNAS juga memberikan bantuan kepada GPL berupa dua mesin jahit.

Kerajinan atau keterampilan dari limbah lainnya yang dilakukan oleh Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) adalah keterampilan menjahit dengan

memanfaatkan limbah kain perca. Dengan adanya keterampilan tersebut dapat mengurangi sampah dengan memanfaatkan kain perca untuk dibuat menjadi sapu tangan, serbet, tas kain, bantal sofa, ataupun bed cover. Pengurangan sampah dengan adanya pemanfaatan kain perca tersebut adalah dengan pengurangan penggunaan tissue yang dapat diganti dengan sapu tangan serta pengurangan penggunaan kantong plastik yang dapat digantikan dengan tas kain.

Kerajinan atau keterampilan dari limbah kain perca berawal dari adanya pelatihan oleh ibu Wiwi selaku tenaga profesional dalam keterampilan menjahit selama tiga bulan yaitu pada bulan Januari 2009 - Maret 2009. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan tersebut adalah fasilitator sebanyak 10 orang dan juga warga sebanyak 20 orang. Melalui proses pelatihan tersebut diperoleh tiga orang fasilitator yang masih ikut dalam proses keterampilan tersebut sampai sekarang dan juga 14 warga yang dibagi dua menjadi enam orang yang tergolong dalam ketrampilan menjahit dan delapan orang yang masuk dalam keterampilan sulam menyulam. Bahan dasar yang digunakan yaitu limbah kain perca diperoleh dari warga Perumahan Pondok Pekayon Indah dan konveksi yang terletak tidak jauh dari Perumahan Pondok Pekayon Indah yaitu Konveksi Produksi Seprai Permata Jati. Praktek atau workshop pembuatan keterampilan dari limbah kain perca dilakukan di Taman Bacaan (MANCA) pada hari Jumat pukul 13.00-15.00 WIB untuk kelompok binaan MANCA I, dan untuk kelompok binaan MANCA II setiap hari Senin dan Kamis pukul 13.00-15.00 WIB.

Pemasaran yang dilakukan GPL untuk produk hasil keterampilan dari limbah kain perca yaitu melalui pameran-pameran, bazaar, ataupun kepada warga sekitar. Beberapa pameran dan bazaar yang sudah diikuti oleh GPL misalnya: Pameran Hari Lingkungan Hidup di JCC 2009, Pameran Pendidikan di Bekasi

Square, bazaar AGOGO (Alita Go Green) di PT.Alita, dan lain-lain. Untuk saat

ini, produk yang dihasilkan dari keterampilan ini antara lain: daster, sebet, taplak meja, sarung bantal sofa, sarung kulkas, sarung dispenser, bed cover, tas, sapu tangan, baju, dan lain-lain. Oleh sebab itu, keterampilan yang difokuskan saat ini oleh GPL adalah keterampilan dari limbah kain perca, sedangkan untuk menanggulangi sampah anorganik lainnya berupa plastik, kaleng, logam dan lain-lain pihak GPL dan warga Kompleks Perumahan PPI masih bekerja sama dengan

pemulung. Alasan yang menyebabkan GPL memfokuskan pada keterampilan dari limbah kain perca adalah karena sumber daya manusia sudah ada, pelatihan serta teknik yang dikuasai sudah memadai, hasil produksi yang dihasilkan dapat memperoleh manfaat baik dari segi ekonomi, pengetahuan, maupun keterampilan. Selain itu, GPL juga memberikan penambahan kesejahteraan ekonomi bagi peserta atau SDM yang mengikuti keterampilan menjahit dari limbah kain perca. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu MY (45 tahun) yang merupakan salah satu ibu binaan dari keterampilan dari limbah kain perca:

“Setelah mengikuti keterampilan menjahit di sini, alhamdulillah saya sudah bisa menambah penghasilan saya, selain itu saya juga sudah bisa membuat sendiri baju untuk anak saya. Selain mendapat pengetahuan tentang menjahit, saya juga dapat tambahan uang.”

Dokumen terkait