• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengomposan Skala Kawasan

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

6.2 Pengomposan

6.2.2 Pengomposan Skala Kawasan

Program pengomposan skala kawasan yang dilakukan Gerakan peduli Lingkungan (GPL) berawal dari didirikannya unit pengelolaan kompos kawasan pada tanggal 21 Februari 2006 dengan swadaya warga dan subsidi Pemerintah Kota Bekasi berupa alat atau mesin pengomposan.

Gambar 6. Unit Pengelolaan Kompos Kawasan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL)

Sebelum diresmikannya unit pengelolaan kompos kawasan, warga Kompleks Perumahan Pondok Pekayon Indah (PPI) bersama Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) mengadakan program penutupan TPS liar yang berada disekitar lingkungan Perumahan Pondok Pekayon Indah yang kemudian diresmikan penutupan TPS liar tersebut oleh Kelurahan Pekayon Jaya pada 19 Juni 2005. Selain program penutupan TPS liar, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah adanya fasilitas

Gambar 7. Program Penutupan TPS Liar

Adanya pengelolaan sampah yaitu pembuatan kompos skala kawasan maka volume sampah yang diangkut ke TPA dapat berkurang ± 58%. Bagi kawasan perumahan atau wilayah pemukiman yang mempunyai sarana lahan utuk mengolah kompos, maka pengelolaan kompos skala kawasan lebih baik dilakukan dibandingkan dengan pengelolaan kompos secara individu atau rumah tangga. Adapun tujuan dari pengolahan kompos skala kawasan yang dilaksanakan GPL antara lain:

a. Mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.

b. Efisiensi pengangkutan sampah.

c. Menyerap tenaga kerja.

d. Menghasilkan kompos yang berkualitas.

e. Lingkungan bersih, sehat dan asri.

f. Memberikan keuntungan secara ekonomi.

g. Menghijaukan lingkungan

h. Kebanggaan bagi GPL dan warga ( berkontribusi nyata )

Gambar 8 merupakan struktur Unit Pengelolaan Kompos Kawasan (PKK) Gerakan Peduli Lingkungan (GPL):

Gambar 8. Sruktur Unit Pengelolaan Kompos Kawasan GPL

(a) (b) (c)

Gambar 9 (a, b,dan c). Mesin pengomposan

Program pengelolaan kompos skala kawasan yang sudah dilakukan saat ini berawal dari adanya pemilahan sampah rumah tangga yang dihasilkan dari setiap rumah tangga. Dengan pemilahan sampah yang sudah dilakukan sebelumnya, diperoleh sampah organik yang menjadi bahan dasar pembuatan kompos. Setelah proses pemilahan, sampah tersebut dibuang ke tong kompos yang sudah disediakan di setiap gang komplek perumahan. Tong kompos merupakan tong sampah khusus kompos yang menampung bahan dasar untuk membuat kompos berupa sampah organik. Akan tetapi terdapat kelemahan di penempatan tong kompos ini, karena tidak semua gang sudah terdapat tong kompos. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh ibu RH (54 tahun):

GPL Kepala Unit Seksi: 1. Produksi Kompos 2. Pemasaran 3. SDM 4. Keuangan 5. Kas kecil

“Di daerah rumah saya belum semua melakukan pemilahan sampah, hal ini dikarenakan sampah yang telah dipilah tidak dapat dibuang langsung ke tong kompos yang seharusnya disediakan di setiap gang. Sebenarnya tong kompos tersebut sudah dikasih oleh GPL, tetapi belum tahu penempatan yang baik dimana karena warga tidak ada yang mau di depan rumahnya ditempati tong kompos tersebut”.

Gambar 10. Tong khusus Kompos

Gambar 11. Baktor Pengangkut Sampah Kompos

Setelah proses pembuangan ke tong kompos tahap selanjutnya yaitu pengangkutan sampah dengan menggunakan baktor atau bak sampah oleh petugas khusus. Untuk saat ini petugas sampah yang bertugas adalah Bapak Kosim dan Bapak Timan. Selain bertanggung jawab terhadap pengangkutan sampah Bapak Kosim dan Bapak Timan juga menjadi petugas pembuat Kompos. Berikut merupakan proses pengumpulan sampah organik yang menjadi bahan dasar pembuatan kompos skala kawasan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) :

Hasil Pemilahan Sampah di Rumah

Tempat Pengumpulan Sampah Organik (dapat berupa 1 tong kecil/KK atau 1 drum/4-5 KK)

Diangkut dengan BAKTOR 2x Seminggu

Dikumpulkan ke Lokasi Pengelolaan Kompos Kawasan

Gambar 12 dibawah ini merupakan proses pengumpulan sampah organik sebagai bahan dasar pembuatan kompos skala kawasan:

Gambar 12. (a) Sampah Organik dari Rumah (b) Tempat Pengumpulan Individu (c) Tempat Pengumpulan Kolektif

Kapasitas produksi kompos yang dihasilkan minimum sebesar 2.000 kg/bulan yang menghasilkan 100 pak kompos dengan menggunakan bahan baku 6.000 kg sampah organik. Bahan baku yang digunakan berupa sampah organik yang berasal dari timbulan sampah 600 KK di empat RW yaitu RW 8, 9, 10 dan 11 dengan laju timbulan sampah 1/3 kg/hari/KK. Biaya operasional per bulan unit pengolahan kompos ini mencapai Rp 1.500.000. Kompos yang diproduksi dijual ke masyarakat sekitar dengan harga Rp. 2.500 per 2 (dua) kilogram dan untuk produk daur ulang dijual dengan kisaran harga Rp. 10.000 - Rp. 100.000. Warga

Kompleks Perumahan Pondok Pekayon Indah didorong untuk berpartisipasi secara aktif dengan memberikan insentif 10% dari hasil penjualan kompos. Selain pembuatan kompos tersebut, Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) juga mengembangkan dengan variasi produk lainnya seperti: kompos, pupuk cair, media tanam, tanah hitam, gabah dan pupuk kandang. Selain itu GPL juga menerima jasa dalam bidang penebangan atau pemangkasan pohon, pembersihan taman, dan pemotongan rumput. Target pemasaran dari pembuatan kompos skala kawasan adalah dengan dipasarkan melalui outlet seperti Taman Bacaan (Manca) tempat pembibitan GPL (Tempat Unit Pengelolaan Kompos Kawasan) Di 16 RT (RW 8, 9, 10 dan 11 ) konsinyasi di tukang kembang, kebun tanaman sayuran/bunga/buah, dan lain-lain.

Gambar 13. Leacheat sebagai Bahan Pupuk Cair

Dalam pembuatan kompos skala kawasan terdapat proses yang dilakukan selama 2 minggu, yang terdiri dari:

1. Sampah organik di pilah dan di lapukkan/di layukan (di siram-siram)

2. Digiling dengan menggunakan mesin pencacah

3. Di fermentasi di bak

4. Dicampur dengan pupuk kandang dan lain-lain (dengan menggunakan mesin

molen)

5. Pupuk dijemur

6. Setelah pupuk kering, kompos diayak

7. Pupuk di pak dan diberi label

Gambar 14. Proses Pembuatan Pengelolaan Kompos Kawasan

Jenis pupuk lain yang diproduksi oleh GPL saat ini yaitu pupuk

“Kascing” yang merupakan pupuk yang bahan dasar pembuatannya berasal dari

pupuk kompos setengah jadi yang ditambahkan oleh cacing. Dalam proses pembuatannya diperlukan waktu ± 3 hari untuk menghasilkan pupuk Kascing tersebut. Setelah waktu ± 3 hari tersebut, cacing yang sudah dicampur dengan pupuk kompos setengah jadi akan bercampur dengan kotoran cacing, sebelumnya pupuk kompos setengah jadi dan cacing dimasukkan ke dalam bak/baskom/ember dalam keadaan tertutup. Setelah kotoran cacing sudah bercampur rata dengan pupuk kompos yang setengah jadi kemudian hasilnya dijemur seperti pembuatan kompos pada umumnya, setelah itu diayak dan juga dipak. Dalam pembuatan pupuk Kascing, pemberian cacing pada pupuk kompos setengah jadi sebanyak satu kilogram akan menghasilkan setengah kilogram kotoran cacing, dan dari hasil tersebut akan menghasilkan pupuk Kascing sebanyak satu setengah kilogram

pupuk Kascing yang dihasilkan dijual dengan harga Rp. 5000. Produksi dari pupuk Kascing yang dihasilkan saat ini masih tergantung dengan pemesanan saja, harga pupuk Kascing lebih mahal dibandingkan dengan pupuk biasa karena pupuk Kascing memiliki keunggulan sendiri yaitu: hanya digunakan untuk tanaman khusus seperti aglonema, adenium, ephorbia. Selain itu kelebihan dari pupuk Kascing lainnya adalah dapat mempercepat pertumbuhan tunas pada tanaman.

Dokumen terkait