• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODE PENELITIAN

C. KERANGKA ANALISIS

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan hermeneutik. Penelitian kualitatif secara umum dimengerti sebagai penelitian empiris yang sistematis untuk memperoleh pemahaman (Shank, 2002: 5). Oleh karena subjek penelitian ini adalah buku teks, maka pemahaman tersebut diperoleh melalui analisis atau interpretasi terhadap isi dokumen dengan menggunakan pendekatan hermeneutik, sehingga dapat dikategorikan sebagai penelitian interpretif (interpretive study).

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan pada Bab I, penelitian ini difokuskan pada empat permasalahan, yaitu pendekatan, keberagaman, integrasi nasional dan wacana yang diproduksi. Untuk memperoleh kajian mendalam terhadap masing-masing permasalahan, analisis dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

1. Pendekatan

Analisis terhadap aspek pendekatan dilakukan dengan meneliti model rekonstruksi sejarah digunakan oleh setiap buku teks dalam menyusun uraian sejarah yang mampu mengungkapkan “sejarah dari dalam” dan menjelaskan berbagai faktor pendorong. Model rekonstruksi sejarah dikategorikan menggunakan pendekatan struktural apabila buku teks menguraikan latar belakang peristiwa historis yang dibahasnya dengan mengkaitkan pada struktur yang berada di atasnya, baik struktur ekonomi, sosial, maupun budaya. Usaha mencari keterkaitan atau benang merah antara peristiwa sejarah dengan struktur di atasnya, dilakukan dengan mengkaji secara mendalam dinamika pada struktur tersebut yang dipahami secara kuat menjadi faktor pendorong. Pada tahap selanjutnya uraian buku teks merunut tahapan-tahapan yang terjadi dan media yang digunakan sehingga pendorong itu melahirkan peristiwa sejarah. Oleh karena struktur yang menjadi pendorong bersifat kompleks dan kajiannya dilakukan secara mendalam, pada umumnya pembahasannya akan terpisah dari proses terjadinya peristiwa sejarah.

Model rekonstruksi sejarah dikategorikan menggunakan pendekatan deskriptif narratif apabila fokus uraian buku teks pada menceritakan atau menggambarkan proses terjadinya peristiwa sejarah. Dari sudut pandang ini, buku teks yang menggunakan pendekatan deskriptif narratif bukan berarti tidak membahas penyebab terjadinya peristiwa sejarah. Uraian buku teks sangat mungkin membahasnya, tetapi pembahasan itu tidak secara mendalam dan dilakukan menyatu dengan deskripsi tentang peristiwa sejarah.

Hieronymus Purwanta, 2013

Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme

Model rekonstruksi sejarah dikategorikan menggunakan pendekatan hermeneutik apabila peristiwa sejarah diuraikan dari sudut pandang para tokoh yang terlibat. Oleh karena itu, uraian buku teks akan dipenuhi dengan pemikiran dan perasaan para pelaku sejarah, baik berupa keresahan maupun ketidakpuasan, yang mendorong mereka untuk melakukan aksi berupa peristiwa sejarah.

2. Keberagaman

Analisis terhadap aspek keberagaman dilakukan dengan meneliti kekayaan ragam golongan dan kekuatan dalam masyarakat yang diuraikan oleh setiap buku teks ketika membahas fenomena historis. Keberagaman yang dapat diuraikan oleh buku teks antara lain dari perspektif wilayah, usia, gender, profesi, etnik, agama, ras dan adat istiadat. Analisis dilakukan tidak hanya pada jumlah perspektif keberagaman yang dibahas oleh buku teks, tetapi juga kedalaman pembahasannya. Semakin banyak perspektif golongan yang dibahas dan uraiannya juga representatif, berarti semakin baik kualitas keberagamannya.

3. Sintesis Menuju Integrasi Nasional

Analisis terhadap aspek sintesis menuju integrasi nasional dilakukan untuk mengkaji uraian sejarah yang disusun oleh buku teks sebagai sintesis menuju terbentuknya integrasi nasional. Analisis dilakukan dengan meneliti kekayaan uraian buku teks tentang fenomena historis yang mencerminkan kebersatuan dan berkembangnya solidaritas antar kelompok kekuatan dan golongan dalam

masyarakat. Fenomena historis itu dapat berupa terjalinnya kerjasama sementara, selamanya maupun fusi antar kelompok kekuatan dan golongan. Semakin banyak fenomena historis yang merepresentasikan integrasi nasional dibahas secara mendalam, berarti semakin baik kualitas sintesis integrasi nasional yang disusun

4. Wacana

Agar dapat memperoleh pemahaman yang mendalam dan tajam tentang pesan-pesan yang hendak disampaikan, buku teks pelajaran sejarah dalam penelitian ini ditempatkan sebagai dokumen historis yang mengandung “ekspresi subjektif manusia masa lampau tentang kehidupan mereka yang termanifestasi melalui teks atau tulisan” dan khususnya ekspresi subjektif yang terkait dengan kehadiran kepentingan dan kekuasaan sebagai konteks dalam produksi dan reproduksi wacana (Wodak and Meyer, 2001: 24)..

Dengan menempatkan uraian buku teks sebagai “ekspresi subjektif” kepentingan dan kekuasaan, analisis teks menjadi dimungkinkan untuk tidak hanya berhenti pada makna gramatikal, tetapi lebih mendalam, yaitu sampai pada makna kontekstual untuk menangkap asumsi, ideologi dan pesan yang diwacanakan dan disampaikan oleh buku teks kepada siswa sebagai audien (Crawford, 2001: 327). Asumsi, ideologi dan pesan yang diwacanakan hadir dalam berbagai bentuk, baik term atau istilah, kalimat maupun frase.

Analisis wacana dilakukan dengan jalan: a. Analisis konten buku teks dengan fokus pada:

Hieronymus Purwanta, 2013

Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme

1) term-term superior, baik dalam bentuk kata, kalimat maupun frasa,. Term-term superior itu “not only the object of a particular knowledge, but also the object of a vision” (Spivak dalam Derrida, 1997: lviii), sehingga ditempatkan sebagai penanda kehadiran kelompok kepentingan (Derrida, 1997: 12). Dengan kata lain, term-term superior berfungsi untuk menggambarkan diri sendiri (self) dari kelompok kepentingan.

2) term-term inferior sebagai kebalikan atau oposisi biner dari term-term super. Sebagai oposisi, term-term inferior secara kontekstual berfungsi untuk menegasikan pihak-pihak lain (others). Penegasian dapat berupa ungkapan yang menyalahkan, mempenjahatkan maupun mengorbankan pihak-pihak yang dianggap tidak sejalan dengan kelompok kepentingan yang sedang berkuasa.

Kedua jenis term terdapat pada berbagai bagian dari uraian dalam buku teks. Oleh karena itu, sesuai dengan metode yang dikembangkan oleh van Dijk (Rosidi, 2007), analisis kritis dilakukan terhadap tiga tingkatan struktur wacana, yaitu struktur makro, struktur supra, dan struktur mikro (macro structure, superstructure, and micro structure). Struktur makro menunjuk pada makna keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati dari tema atau topik yang diangkat oleh suatu wacana. Dalam penelitian ini analisis struktur makro dilakukan pada periode sejarah yang dibahas dalam buku teks.

Struktur supra menunjuk pada kerangka suatu wacana atau skematika, seperti kelaziman percakapan atau tulisan yang dimulai dari pendahuluan, dilanjutkan dengan isi pokok, diikuti oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan

penutup. Bagian mana yang didahulukan, serta bagian mana yang dikemudiankan, akan diatur demi kepentingan pembuat wacana.

b. Analisis Perbandingan dengan fokus pada:

1) Menemukan berbagai kajian akademik yang mendukung, baik historiografi yang disusun oleh sejarawan Indonesia maupun asing. Melalui pencermatan terhadap historiografi Indonesia pendukung dapat ditemukan seberapa besar wacana nasionalisme dari kelompok kepentingan dipromosikan kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

2) Mengkritisi rekonstruksi nasionalisme dari kelompok kepentingan melalui penelitian terhadap sumber-sumber primer dan berbagai kajian akademik. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini terutama surat kabar-surat kabar sezaman dengan peristiwa historis yang menjadi konten buku teks pelajaran sejarah.

3) Interpretasi. Dalam penelitian ini, pemaknaan atau interpretasi dilakukan dengan menggunaan pendekatan hermeneutik.

Wacana nasionalisme terpintal dalam bentuk kata, kalimat maupun frase pada seluruh bagian dari uraian buku teks ketika membahas fenomena historis. Dengan kata lain, wacana nasionalisme sangat mungkin muncul pada aspek integrasi nasional, keberagaman maupun ketika menerapkan pendekatan yang dipilih. Oleh karena itu, analisis terhadap wacana nasionalisme dilakukan pada bagian akhir analisis setiap aspek. Maksudnya, analisis terhadap pendekatan yang digunakan oleh buku teks, akan dilanjutkan dengan analisis wacana

Hieronymus Purwanta, 2013

Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme

nasionalisme. Hal itu juga berlaku ketika membahas aspek keberagaman dan integrasi nasional.

5. Kualitas Penyajian Buku Teks

Agar dapat memperoleh pemahaman yang mendalam dan tajam tentang aspek penyajian dalam buku teks pelajaran sejarah, dalam penelitian ini digunakan kriteria yang disusun oleh BSNP untuk buku teks pelajaran sejarah SMA tahun 2011. Dari kriteria BSNP tersebut dipilih 18 item yang dipandang dapat mengukur kualitas buku teks dari aspek penyajian, yaitu:

Tabel 2: Instrumen Penelitian Aspek Penyajian Dalam Buku Teks

1 Peta konsep 10 Menekankan kearifan sejarah 2 Menggugah berpikir kritis 11 Pendahuluan

3 Merangsang berpikir kronologis 12 Rangkuman dan Refleksi 4 Merangsang berpikir kasualitas

13

Mengembangkan kemandirian belajar

5 Mendorong berpikir komparatif

14

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial-emosional 6 Tidakbersifat indoktrinatif

15

Mengembangkan kecakapan personal dan sosial

7

Relevansi ilustrasi dengan

peristiwa yang diceritakan 16 evaluasi 8 Variasi penyajian 17 Daftar pustaka 9 Berpusat pada peserta didik 18 Glosarium

Untuk menganalisis terhadap masing-masing item digunakan panduan yang telah disusun oleh BSNP tahun 2011 sebagai berikut:

Tabel 3: Pengertian Setiap Item Instrumen Penelitian Aspek Penyajian Dalam Buku Teks

NO ITEM

1

Peta konsep Peta konsep berisi tentang bagan, flowchart hubungan antar konsep yang

NO ITEM

2

Menggugah berpikir kritis Penyajian materi dapat merangsang peserta didik untuk bertanya kepada

guru, orangtua atau orang lain tentang hal-hal yang sudah dan sedang dipelajarinya. Ilustrasi, dan soal latihan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis.

3

Merangsang berpikir kronologis Materi sejarah mencerminkan kemampuan untuk mendorong terbentuknya

cara berpikir kronologis, logis, kritis, dan analitis (diakronis) yang didukung dengan contoh dalam peristiwa sejarah

4

Merangsang berpikir kausalitas (sebab akibat) Materi sejarah mampu memberikan landasan terciptanya cara berpikir

prosesual dan temporal dalam memahami perubahan dan perkembangan peristiwa sejarah dalam masyarakat yang dilengkapi dengan contoh peristiwa sejarah.

5

Mendorong berpikir komparatif Buku ajar mampu menyajikan berbagai perbandingan contoh/ilustrasi dari

fakta sejarah untuk mencapai kedalaman wawasan dan objektivitas yang akhirnya mampu melahirkan visi dan orientasi sejarah Indonesia sebagai sarana pendidikan antara lain: cinta tanah air, rela berkorban, nasionalisme, dan keutuhan NKRI.

6

Tidak bersifat indoktrinasi Materi sejarah dalam buku ajar sejarah mampu menyajikan sumber sejarah

secara analitis, kritis, dan objektif berdasarkan penggunaan sumber yang komparatif, valid dan reliabel.

7

Relevansi ilustrasi dengan peristiwa yang diceritakan Gambar, peta, dan ilustrasi lain harus relevan dengan materi sejarah yang

disajikan.

8

Variasi penyajian Materi dipaparkan secara variatif sesuai materi ajar sehingga dalam proses

pembelajaran dapat menarik peserta didik untuk belajar dengan senang dan bersemangat. Misalnya diawali dengan contoh kasus, baru kemudian paparan, dan latihan, atau diawali dengan pertanyaan yang menggugah minat, contoh, paparan, simulasi, dan sebagainya. Pemilihan gambar harus jelas, fokus, relevan, komunikatif sesuai dengan pokok bahasan.

9

Berpusat pada peserta didik Penyajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran.

Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif, sehingga uraian dalam buku perlu didukung oleh kegiatan yang mampu membentuk kemandirian misalnya melalui tugas-tugas mandiri.

10

Menekankan kearifan sejarah Sajian materi memberikan ”makna” bagi kehidupan sekarang bagi peserta

Hieronymus Purwanta, 2013

Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme

NO ITEM

antaranak bangsa, di masa kini dan yang akan datang.

11

Pendahuluan Mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang

akan dipaparkan, sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajar lebih jauh tentang isi buku. Pendahuluan mengawali tiap bab.

12

Rangkuman dan refleksi Rangkuman berisi konsep-konsep penting yang ditulis secara ringkas dan

jelas, memudahkan peserta didik memahami keseluruhan isi bab. Refleksi memuat kesimpulan sikap dan perilaku yang harus diteladani khususnya dalam materi sejarah.

13

Mengembangkan kemandirian belajar Contoh dan latihan mendorong peserta didik menghargai karya sendiri,

belajar secara mandiri, mampu memecahkan masalah, mampu melacak informasi lebih lanjut dari berbagai sumber dan menghargai karya orang lain .

14

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial-emosional Bahasa yang digunakan sesuai dengan kematangan emosi peserta didik

dengan ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep dari lingkungan terdekat sampai dengan lingkungan internasional, tidak mengandung bias gender, kekerasan, kekasaran, pornografi, pelecehan, dan SARA.

15

Mengembangkan kecakapan personal dan sosial Materi, contoh, dan latihan mengembangkan rasa tanggungjawab, cerdas,

bertaqwa kepada Tuhan, mampu berinteraksi, bekerjasama, berempati, terbuka terhadap kritik dan perbedaan pendapat.

16

Evaluasi Evaluasi mengukur pencapaian kompetensi dasar, dapat mengungkapkan

kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Struktur kalimat evaluasi sebaiknya tidak dalam bentuk perintah tapi berupa ajakan, dan ada umpan baliknya.

17

Daftar pustaka Daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dan bacaan yang

berupa konsep dan teori harus up to date (< 5 tahun). Sementara bahan yang berkaitan dengan substans/materi yang digarap disesuaikan dengan tahun atau periode yang diteliti. Penulisan buku tersebut yang diawali dengan nama pengarang (yang disusun secara alfabetis), tahun terbitan, judul buku, tempat, dan nama penerbit

18

Glosarium Glosarium berisi istilah-istilah penting dalam teks dengan penjelasan arti

istilah tersebut, dan ditulis alfabetis.

Disadari sepenuhnya bahwa penggunaan instrumen penyajian yang disusun oleh BSNP akan membuka ruang yang sangat lebar untuk terjerumus pada penyusunan analisis yang anakronistik. Oleh karena itu, untuk menghindarinya, penggunaan instrumen itu dalam mengkaji penyajian buku teks bukan untuk membuat penilaian maupun penghakiman terhadap setiap buku teks yang menjadi subjek penelitian. Instrumen lebih ditempatkan sebagai alat untuk menemukan tonggak-tonggak perkembangan perhatian buku teks terhadap aspek penyajian.

Hieronymus Purwanta, 2013

Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme

BAB V: PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN