• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh peneliti lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian yang berhubung dengan

2.3 KERANGKA BERFIKIR

Sumber Kantor Jasa Raharja 2012

Implementasi Tepat Pelayanan Santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan

Di kantor Jasa Raharja Sidoarjo

Tepat Informasi Tepat Jaminan Tepat Subjek Tepat Waktu Tepat Tempat

Ketepatan pelaksanaan pemberian santunan korban kecelakaan lalu

lintas jalan Peraturan Mentri Keuangan RI

No.36/PMK.010/2008

Besar Santunan dan Sumbangan Wajib dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan Mentri Keuangan

METODE PENELITIAN

3.1.J enis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung dari maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini termasuk penelitian Deskriptif Kualitatif, penulis bermaksud memperoleh gambaran yang mendalam tentang Implementasi pemberian dana santunan korban kecelakaan di PT. Jasa Raharja Sidoarjo.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan oleh dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif” Milles dan Huberman (1992:15). Penelitian kualitatif merupakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan merupakan angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari, dokumentasi, pita rekaman), yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan.

Milles dan Huberman (1992:12). Mendefinisikan data kualitatif sebagai sumber dari deskriptif yang luas dan berlandaskan kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

Dan akhirnya seperti yang telah dikemukakan oleh Smith dalam Milles dan Huberman (1992:02). Bahwa penemuan-penemuan dari penelitian kualitatif mempunyai mutu yang tidak disangkal kata-kata khususnya bila mana disusun dalam bentuk cerita atau peristiwa, mempunyai kesan yang lebih nyata, hidup dan penuh makna barang kali jauh lebih meyakinkan pembacanya, peneliti lainya, pembuat kebijakan, praktisi dan halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka.

Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan, menganalisa serta menginterprestasikan Implementasi Pemberian Dana Santunan Korban kecelakaan di PT. Jasa Raharja Sidoarjo.

3.2. Fokus Penelitian

Masalah yang akan diteliti, awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan. Fokus ini masih mungkin akan mengalami perubahan selama berlangsungnya penelitian itu. Fokus dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian. Berkaitan dalam tersebut bukunya. (1992:30) Miles dan Huberman mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi (1992:30). Jadi fokus memberikan sebuah aliran pada penulis untuk memusatkan perhatian pada penyederhanaan data yang

ada, sehingga penelitian itu membias.. Menurut Mazmanian dan Sabatiar dalam Wahab (2005 : 65), menjelaskan makna implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses yang sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula sosial yang berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat.

Adapun aspek yang menjadi fokus dalam, penelitian ini adalah 5 prinsip ”Tepat Pelayanan Santunan ( sumber Anonim, 2007, Ikon Pelayanan Publik Jawa Timur ) yang antara lain:

1. Tepat Infor masi

Pemberian Informasi kepada masyarakat tentang pengurusan santunan korban kecelakaan jalan di PT. Jasa Raharja yang meliputi tentang prosedur dan sosialisasi.

2. Tepat J aminan

Jumlah atau nlai santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan berdasarkan UU No. 34 Tahun 1964 dan Keputusan Mentri keuangan RI no.36/PMK.010/2008.

3. Tepat Subjek

Penerima santunan adalah korban secara langsung. Tetapi dapat diberikan kepada ahli waris jika korban telah meninggal dunia atau masih berada di Rumah Sakit.

4. Tepat Waktu

Penyeleseian waktu pemberian santunan mulai dari awal proses pemberian prosedur sampai pemberian santunan korban kecelakaan oleh pihak Jasa Raharja. Maksimal 7 hari setelah pemberian prosedur setelah itu pemrosesan santunan akan diberikan kepada korban ataupun ahli waris.

5. Tepat Tempat

Santunan diberikan sesuai dengan tempat / identitas korban dengan itu pada saat pemberian prosedur korban ataupun ahli waris harus mencantumkan KTP sebagai salah satu syarat pemberian santunan korban kecelakaan.

3.3 Lokasi Penelitian

Obyek penelitian gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Obyek itu sebagai atribut dari kelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu. Miles dan Haberman

(1992:30) Mendiskripsikan obyek sebagai suatu kontek terbatas, dimana seseorang mengkaji peristiwa-peristiwa, proses dan hasilnya. Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data. Dimana kota yang paling banyak tingkat kecelakaannya sehingga semakin banyaknya tingkat kecelakaan yang ada berarti peran PT. Jasa Raharja (Persero) sangat diperlukan sehingga rakyat kecil dapat menggunakan haknya dalam pemberian santunan dana korban kecelakaan.

3.4. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan kunci ( key person )

Informan kunci adalah orang yang sangat memahami betul tentang permasalahan sosial tentang kajian yang akan diteliti, informan kunci biasanya disebut key person. Penentuan key person dapat dilakukan dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang baik formal ( Pemerintahan ) dalam hal ini Samsat Jasa Raharja Sidoarjo maupun informal (korban ataupun ahli waris) melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Adapun informan dari penelitian ini antara lain, meliputi :

b. Pelaksana Administrasi Santunan Jasa Raharja Sidoarjo. c. Korban atau ahli waris dan pemohon santunan.

2. Tempat dan Peristiwa

Berbagai peristiwa atau kejadian yang berkaitan dengan masalah atau fokus penelitian adalah instansi Samsat Jasa Raharja Sidoarjo.

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber data yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain meliputi : ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mengenai pelayanan, jumlah korban kecelakaan, dan lain sebagainya.

3.5. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan oleh penulis sendiri yang sekaligus bertindak sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Data penelitian kualitatif proses pengumpulan data ada tiga macam kegiatan yang dilakukan penulis:

1. Proses memasuki penelitian (Getting In)

Pada tahap ini melalui melakukan pendekatan tahap awal secara informal dengan menemui yaitu Bapak Nanang Pramono selaku Penanggung Jawab Samsat Jasa Raharja Sidoarjo, kemudian menemui Bapak Tri Suryanto P , Pelaksana Administrasi Samsat Jasa Raharja Sidoarjo secara lisan dan memberikan gambaran secara sekilas apa yang akan diteliti dan melalui jalur formal dengan mengurus surat ijin penelitian dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sebagai tanda bahwa

penulis benar-benar melakukan penelitian padaSamsat Jasa Raharja Sidoarjo.

2. Ketika berada di lokasi penelitian (Getting Along)

Ketika di lokasi penelitian peneliti menjalin hubungan dengan subyek peneliti (Informan) hal ini dilakukan karena merupakan kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi data dan komprehensivitas data penelitian. Selain itu dalam proses ini peneliti berusaha untuk memperoleh informasi selengkapnya dari Samsat Jasa Raharja Sidoarjo berupaya menangkap makna data yang diperoleh.

3. Teknik pengumpulan data (Logging Data)

Pengumpulan data dalam penelitian akan diperoleh melalui data primer dan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan berinteraksi tanya jawab langsung dengan pihak responden atau subyek untuk memperoleh data. Wawancara dalam penelitian ini, khususnya dalam taraf permulaan biasanya tak berstruktur. Tujuan ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mengadakan mengenai pandangan orang lain.

Pada mulanya belum dapat dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang spesifik karena belum dapat diramalkan keterangan yang akan di-berikan oleh responden, belum diketahui secara jelas ke arah mana

pembicaraan yang berkembang. Belum mengetahui apa fokus penelitiannya. Karena itu wawancara tak berstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian setelah peneliti memperoleh sejumlah keterangan peneliti dapat mengadakan yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh informan. Dalam penelitian ini, dilakukan interview dengan informan yang terdiri : b. Dokumentasi

Pada teknik penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang tepat dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

c. Observasi

Penelitian mengadakan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung atau melihat dari dekat obyek penelitian. Observasi dilakukan terhadap keseharian responden yang ada kaitannya dengan obyek penelitian. Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi.

3.6. Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif analisa data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Mengingat penelitian ini

mendiskripsikan mengenai Implementasi pemberian Dana Santunan Korban Kecelakaan di samsat Jasa Raharja Sidoarjo . Menurut Milles dan Hubermen (1992:16) yang terdiri dari:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata-kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan angka macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang biasanya “di proses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alas tulis).

2. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan informasi data kasar yang muncul dan catatan tulisan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

3. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang disusun secara terpadu dan mullah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.

4. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Peneliti berusaha untuk menganalisa dan mencari pola, terra, hubungan, persamaan dan hal-hal yang wring timbul yang dituangkan ke dalam kesimpulan (1992:15).

Gambar 3

Analisis Inter ak tif Menur ut Miles Dan Huber man

Sumber : Data Analisa Kualitatif Miles dan Huberman (0992,20) Terjemahan dari TjetjepRohendi Rohidin

Berdasarkan gambaran di atas maka menjelaskan bahwa data diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah dianalisa kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan dengan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

3.7. Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitataif standar tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong ( 2002 : 173 – 174 ) untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan ( Credibility )

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan

inquiri ( penyelidikan ) sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan

penemuannya dapat dicapai serta menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang waktu penelitian sehingga data dapat di edit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Yang Terus Menerus

Dengan pengamatan yang terus menerus atau kontinyu, peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci dan mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai usaha untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang pokok penelitian yang diterapkan, hal ini sebagai usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang ( Member Check )

Yaitu memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan penelitian.

2. Keteralihan ( Transferbility )

Adalah sebagai persoalan empiris yang tergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha menyajikan hasil penelitian dengan memperkaya wacana ilmiah melalui deskripsi secara terperinci.

3. Standar Ketergantungan ( Dependability )

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa antara lain proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti harus perlu menyediakan bahan-bahan sebagi berikut :

a. Data mentah, seperti catatan lapangan sewaktu observasi dan wawancara, hasil rekaman, dokumen dan lain-lain yang disajikan dalam bentuk laporan lapangan.

b. Hasil analisa data, berupa rangkuman, konsep –konsep, dan sebagainya. c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran, kesimpulan, definisi, tema, pola

hubungan dengan literature dan laporan akhir.

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan yakni tentang metodologi, strategi, prosedur, rasional, usaha –usaha agar penelitian tercapai serta upaya untuk melakukan audit trail (memeriksa dan melacak sesuatu kebenaran).

4. Kepastian ( Comfortamibility)

Dalam upaya mewujudkan kepastian atas penelitian maka penulis mendiskusikan dengan dosen pembimbing setiap tahap penulisan penelitian maupun konsep yang dihasilkan dari lapangan. Dengan demikian diperoleh masukan untuk menambah kepastian dari hasil penelitian, disamping untuk menguji penelitian ini memenuhi syarat kepastian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah ter bentuknya PT. J asa Rahar ja

PT. Jasa Raharja merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bernaung dibawah Departemen Keuangan RI. Dimana PT. Jasa Raharja berdiri tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk melakukan nasionalisasi terhadap Perusahaan-Perusahaan milik Belanda dengan diundangkannya Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda.

Penjabaran dari Undang-Undang tersebut dalam bidang asuransi kerugian, pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asuransi kerugian Belanda berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan Asuransi Kerugian Belanda yang dikenakan Nasionalisasi. Adapun perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi dimaksud sebagai berikut:

1. Perusahaan Firma Bekouw & Mijnssen di Jakarta. 2. Perusahaan Firma Blom & van Der Aa di Jakarta. 3. Perusahaan Firma Sluyters di Jakarta.

4. Perusahaan N.V. Assurantie Maatschappij Jakarta di Jakarta. 5. Perusahaan N.V. Assurantie Kantor Langveldt-Schroder di Jakarta.

6. Perusahaan N.V. Zee-en Brandassurantie Maatschappij van 1851 c.s. di Jakarta.

7. Perusahaan N.V. Javasche Verzekerings Agenturen Maatschappij di Jakarta.

8. Perusahaan N.V. Nederlandsche Lloyd di Jakarta.

9. Perusahaan N.V. Maskapai Asuransi dan Administrasi Umum Nusantara Llyod di Jakarta.

10.Perusahaan N.V. Assurantie Kantor O.W.J. Schlenceker di Jakarta. 11.Perusahaan N.V. Kantor Asuransi “Kali Besar” di Jakarta.

12.Perusahaan Jakarta Assurantie & Administratie Kantor di Jakarta.

13.Perusahaan Yayasan Onderlinge Landmolestverzekerings Fonds (O.L.F) di Jakarta.

14.Perusahaan PT Maskapai Asuransi Arah Baru (Arba) di Jakarta.

Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan tanggal 16 Januari 1960, namun berlaku surut sampai tanggal 3 Desember 1957. Selanjutnya, beberapa perusahaan yang telah dinasionalisasi tersebut ditetapkan dengan status badan hukum Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara yang seluruh modalnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia.

Sebagai perusahaan negara, berdasarkan Pengumuman Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.12631/B.U.M. II. tanggal 9 Februari 1960, kemudian nama perusahaan-perusahaan tersebut diubah sebagai berikut :

No. NAMA LAMA NAMA BARU 1. 1. Firma Blom & Van Der Aa di

Jakarta

2. Firma Bekouw & Mijnssen di Jakarta.

3. Firma Sluyters & Co

4. N.V. Assurantie Maatschappij Jakarta di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA BHAKTI”

2. N.V. Assurantie Kantoor Langveldt-Schroder di Jakarta

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA DHARMA” 3. 1. N.V. Zee-en Brandassurantie Maatschappij van 1851 c.s. di Jakarta. 2. N.V. Javasche Verzekerings Agenturen Maatschappij di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA CHANDRA”

4. 1. N.V. Nederlandsche Lloyd di Jakarta.

2. N.V. Maskapai Asuransi dan Administrasi Umum Nusantara Llyod di Jakarta.

3. NV Brandwaarberg Maatschaapij B.M.I van 1863

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA CHANDRA”

5. 1. N.V. Assurantie Kantor O.W.J. Schlenceker di Jakarta.

2. N.V. Kantor Asuransi “Kali Besar” di Jakarta

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA MULYA”

6. Jakarta Assurantie & Administratie Kantor di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA DJASA”

7. PT Maskapai Asuransi Arah Baru (Arba) di Jakarta.

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA SAKTI”

8. Yayasan Onderlinge

Landmolestverzekerings Fonds (O.L.F)

Perusahaan Asuransi Kerugian Negara “IKA BHARATA”

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya, keempat PNAK tersebut yang semula berdasarkan Pengumuman Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian Belanda) No.12631/B.U.M.

II. tanggal 9 Februari 1960 yang nama perusahaannya disebut dengan “Ika” menjadi “Eka”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah itu pula, keempat PNAK tersebut yaitu Eka Bhakti, Eka Dharma, Eka Mulya dan Eka Sakti pada tanggal 1 J anuar i 1961 dilebur untuk menjadi satu perusahaan dengan nama PNAK Eka Karya. Dengan peleburan tersebut, maka segala hak dan kewajiban, kekayaan, pegawai dan usaha keempat perusahaan tersebut beralih kepada PNAK Eka Karya.

Namun dalam Pengumuman Menteri Keuangan (Badan Penguasa Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian Belanda) No.: 29495%/B.U.M.II tanggal 31 Desember 1960, penyebutan nama perusahaan-perusahaan tersebut kembali menggunakan “Ika” termasuk perusahaan yang baru didirikan tersebut yaitu “Ika Karya”. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena Pengumuman Menteri Keuangan tersebut diterbitkan mendahului diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Eka Karya yaitu pada tanggal 24 Maret 1961.

PNAK Eka Karya yang berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, agen atau koresponden di dalam dan/atau di luar negeri, bergerak dalam bidang usaha perasuransian yaitu:

1. Mengadakan dan menutup segala macam asuransi termasuk reasuransi, kecuali pertanggungan jiwa.

2. Memberi perantaraan dalam penutupan segala macam asuransi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari 1965

PNAK Eka Karya dilebur menjadi perusahaan baru dengan nama “Per usahaan Negar a Asur ansi Ker ugian J asa Rahar ja”dan seluruh kekayaan, pegawai dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya dialihkan kepada PNAK Jasa Raharja. Sebagaimana PNAK Eka Karya, PNAK Jasa Raharja pun berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta dan dapat mempunyai kantor cabang, kantor perwakilan, sedangkan untuk agen atau koresponden hanya diperkenankan di dalam negeri.

Berbeda dengan PNAK Eka Karya yang memberikan pertanggungan yang bersifat umum untuk segala jenis asuransi, maka PNAK Jasa Raharja didirikan dengan kekhususan memberikan pertanggungan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang.

Beberapa bulan sejak pendirian PNAK Jasa Raharja, tepatnya tanggal 30 Maret 1965 Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan No. B.A.P.N. 1-3-3 yang menunjuk PNAK Jasa Raharja untuk melaksanakan penyelenggaraan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai Undang-Undang Nomor 33 dan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964.

Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak

lanjut dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang. Pasal 2 ayat 2 dari UU tersebut menyatakan bahwa PERUM adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960

Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Umum Asuransi Kerugian “Jasa Raharja”, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja mendapat mandat tambahan untuk menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Penunjukan tersebut menjadikan Jasa Raharja sebagai pionir penyelenggara surety bond di Indonesia, di saat perusahaan asuransi lain umumnya masih bersifat fronting office dari perusahaan surety di luar negeri sehingga terjadi aliran devisa ke luar negeri untuk kepentingan tersebut.

Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum Jasa Raharja semakin berkembang sehingga diperlukan

Dokumen terkait