• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI TEPAT PELAYANAN SANTUNAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN DI KANTOR JASA RAHARJA SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI TEPAT PELAYANAN SANTUNAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN DI KANTOR JASA RAHARJA SIDOARJO."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KORBAN K ECELAKAAN LALU LINTAS J ALAN

DI KANTOR J ASA RAHARJ A SIDOARJ O

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyar atan Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Disusun Oleh :

MEILLY FERNNY LOMBOAN NPM. 0841010009

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

KECELAKAAN LALU LINTAS J ALAN

DI KANTOR J ASA RAHARJ A SIDOARJ O

Oleh :

MEILLY FERNNY LOMBOAN NPM. 0841010009

Telah Diper tahankan Dihadapan Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Administr a si Negar a Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 18 J uni 2012

Pembimbing

Dr s. Ananta Prathama, M.Si NIP. 196004131990031001

Tim Penguji : 1. Ketua

Dr a. Susi Har djati, M.AP NIP. 196902101993032001 2. Sekr etar is

Dr . Er tien Rining N, M.Si NIP. 19680116199032001 3. Anggota

Dr s. Ananta Prathama, M.Si NIP. 196004131990031001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(3)

KECELAKAAN LALU LINTAS J ALAN

DI KANTOR J ASA RAHARJ A SIDOARJ O

Nama Mahasiswa : Meilly Fernny Lomboan

NPM : 0841010009

Pr ogr am Studi : Ilmu Administr asi Negar a Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa Skr ipsi ini telah dir evisi dan disahkan Pada Tanggal...

Mengetahui / Menyetujui

Dosen Penguji I

Dr a. Susi Har djati, M.AP NIP. 196902101993032001

Dosen Penguji II

Dr . Er tien Rining N, M.Si NIP. 19680116199032001

Dosen Penguji III

(4)

KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS J ALAN

DI KANTOR J ASA RAHARJ A SIDOARJ O

Disusun Oleh :

MEILLY FERNNY LOMBOAN NPM. 0841010009

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skr ipsi Menyetujui,

Pembimbing

Dr s. Ananta Prathama, M.Si NIP. 196004131990031001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(5)

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementa si Santunan Kepada Kor ban Kecelakaan Di Kantor Per wakilan J asa Rahar ja Sidoar jo”. Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

Dalam tersusunnya tugas ini penulis mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada Drs.Ananta Prathama,MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Disamping itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Administrasi Negara.

3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Seluruh staf PT. Jasa Raharja (Persero) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

(6)

yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan-kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran, kritik dari semua pihak yang dapat menambah kesempurnaan skripsi.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih serta besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juni 2012

(7)

Halaman

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI...

iii

DAFTAR TABEL ...

v

DAFTAR GAMBAR ...

vi

ABSTAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

10

1.3. Tujuan Penelitian ...

10

1.4. Kegunaan Penelitian ...

10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Pelayanan ...

14

2.2.1.1.

Pengertian Pelayanan ...

14

2.2.1.2.

Tujuan Pelayanan ...

16

2.2.1.3.

Pelayanan Sebagai Proses………. ...

16

2.2.1.4.

Faktor Pendukung Pelayanan……….. ...

17

2.2.2.

Pelayanan Publik...

19

(8)

2.2.2.3.

Prinsip-prinsip Pelayanan Publik...

21

2.2.2.4.

Kelompok Pelayanan Publik... ...

23

2.2.3. Kebijakan Publik... ...

24

2.2.3.1. Pengertian Kebijakan Publik………... .. 24

2.2.4. Implementasi Kebijakan Publik... 26

2.2.4.1 Pengertian Implementasi kebijakan...………… 26

2.2.4.2 Keberhasilan Implementasi Kebijakan... 29

2.2.4.3 Prospek untuk memperbaiki implmentasi………

30

2.2.5. Teori Asuransi……….………. 30

2.2.5.1 Pengertian Asuransi………..

30

2.2.6. PT. Jasa Raharja……….. 31

2.2.6.1. Prinsip 5 (lima) Tepat Pelayanan Santunan……….. 32

2.3. Kerangka Berpikir ...

34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ...

35

3.2. Fokus Penelitian. ...

36

3.3. Lokasi Penelitian ...

38

3.4. Sumber Data…... 38

3.5. Pengumpulan Data…... 39

3.6. Analisa Data... ... 42

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Objek Penlitian... 58

4.1.1.Sejarah Terbentuknya PT. Jasa Raharja... 58

4.1.2.Kedudukan Kantor Jasa Raharja... 66

4.1.3.Visi dan Misi PT. Jasa Raharja... 67

4.1.4.Bidang Usaha PT. Jasa Raharja... 68

4.1.5.Tugas dan Pokok PT. Jasa Raharja... 69

4.1.6.Dasar Hukum Pelaksanaan... 70

4.1.7.Sitem Pembayaran Premi... 75

4.1.8.Struktur Organisasi... .77

4.1.9.Pembagian Tugas Dan Wewenang... 78

4.1.10.Komposisi Kantor Jasa Raharja... 79

4.2. Hasil Penelitian... 81

4.2.1. Tepat Informasi... 81

4.2.2. Tepat Jaminan... 90

4.2.3. Tepat Subyek... 95

4.2.4. Tepat Waktu... 100

4.2.5. Tepat Tempat... 103

4.3. Pembahasan... .104

4.3.1. Tepat Informasi... 106

4.3.2. Tepat Jaminan... 109

(10)

4.3. 5. Tepat Tempat... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan... 116

5.2.Saaran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... . 119

LAMPIRAN... 200

(11)

ABSTRAKSI

MEILLY FERNNY LOMBOAN, IMPLEMENTASI TEPAT PELAYANAN SANTUNAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS J ALAN DI KANTOR J ASA RAHARJ A SIDOARJ O

Penelitian ini didasarkan pada fenomena yang terjadi yaitu banyaknya jumlah yang mengklaim santunan dan yang diberikan santunan sangat berbeda sekali jumlahnya dimana pemberian dana santunan yang diberikan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan hanya 40% pertahun atau 548 dari jumlah keseluruhan 1453 pemohon pertahun. Dimana dalam pelaksanaann pemberian santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan haruslah tepat dimana seluruh rakyan Indonesia berhak mendapatkan santunan tersebut sesuai UU. No. 34 Tahun 1964 dan Peraturan Mentri Keuangan RI No.36/PMK.010/2008 Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana implementasi tepat pelayanan santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan di kantor Jasa Raharja Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untukpelaksanaan tepat pelayanan santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan di kantor Jasa Raharja Sidoarjo.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian: tepat informasi, tepat jaminan, tepat subyek, tepat waktu, tepat tempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dengan key person dan informan serta dokumentasi dari arsip kantor Jasa Raharja Sidoarjo.

(12)

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Percepatan kemajuan ilmu pengetahuan membuat dunia terasa semakin

sempit. Sempitnya dunia dikarenakan pola hubungan antar manusia jaraknya yang tak

terbatas. Berbagai cara pola hubungan manusia dilakukan untuk dapat berkomunikasi

baik melalui dunia maya maupun secara konpensional, seluruh langkah

berkomunikasi tidak lepas dari sarana yang dapat memberikan kenyamanan,

kecepatan, dan keselamatan. Persaingan teknologi dalam mengembangkan sarana

berhubungan tidak dapat diabaikan lagi, karena sudah menjadikan tuntutan didalam

pemenuhan kebutuhan manusia.

Mobilitas masyarakat yang sangat tinggi berpengaruh pada pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Dalam pemenuhannya masyarakat sangat menginginkan

kemudahan didalam semua aspek yang ada seperti aspek ekonomi, sosial, dan

budaya. Karena itu masyarakat melakukan berbagai upaya didalam peningkatan

kebutuhan dalam penggunaan komunikasi dan transportasi.

Seiring perkembangannya teknologi dimana komunikasi dan transportasi

bukanlah hal yang sulit untuk dijumpai atau digunakan. Banyaknya masyarakat telah

menggunakan teknologi dari komuikasi dan transportasi sehingga semakin pesatnya

di dalam menjalankan aktifitasnya. Komunikasi dan Transportasi yang kian

berkembang, dikarenakan oleh perkembangan jumlah dan mobilitas manusia.

(13)

banyak dan beragam. Percepatan aktivitas penduduk dikarenakan persaingan untuk

pemenuhan kelangsungan kehidupannya. Konsekwensi dari aktivitas penduduk

berdampak pada pemenuhan alat komunikasi dan transportasi.

Transportasi mempunyai peranan yang vital dan strategis untuk memantapkan

perwujudan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Salah satu alat transportasi adalah transportasi darat yang identik dengan lalu lintas di

jalan raya perlu senantiasa dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya

sebagai penghubung wilayah, penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan

nasional demi kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian transportasi sangatlah dibutuhkan bukan hanya sebagai

sarana berkendara

tetapi sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena dengan

adanya transportasi aktifitas kehidupan secara langsung dapat dijalankan. Penggunaa

transportasi yang paling banyak adalah pengguna kendaraan pribadi. Dimana

kendaraan sudah bukan hal yang susah di dapatkan untuk waktu sekarang. Kendaran

pribadi yang sekarang mudah didapat karna lebih murah, praktis, dan efisien

membuat bagi pengguna jalan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yaitu

yang paling banyak diminati masyarakat adalah kendaraan roda dua.

Kendaraan roda dua banyak digunakan sebagai alat alternative yang paling

mudah didapatkan, sehingga pengguna kendaraan roda dua di jalan sangatlah banyak.

Dimana dengan banyaknya pengguna jalan yang ada sehingga fasilitas didalam

mendukung aktifitas transportasi haruslah dapat seimbang. Agar masyarakat

(14)

segala aturan di dalam berkendara.Tetapi yang dirasakan sekarang berbeda jauh

dimana dengan banyaknya pengguna kendaraan yang ada sehingga fasilitas yang

mendukung dalam lalu lintas menjadi sangat tidak seimbang. Yang menyebabkan

kemacetan di dalam berlalu lintas.

Itu dikarenakan tingkat masyarakat yang

menggunakan kendaraan pribadi sudah sangat meningkat jumlahnya dari pada

penguna kendaraan umum sehingga menyebabkan kemacetan

.

Kemacetan berdampak pada keseimbangan pemenuhan kebutuhan masyarakat

didalam berkendara. Sehingga terkadang dalam berkendara lebih banyak tidak

menaatai semua rambu-rambu yang ada untuk dapat sampai pada tempat tujuan yang

diharapkan. Ketidakdisiplinan dapat menyebabkan terjadi kecelakaan dalam berlalu

lintas. Kecelakaan yang terjadi tidak hanya berdampak pada kerugian materil pada

saja

tetapi juga pada keselamatan pengguna kendaraan dan orang lain dapat

menyebabkan luka-luka, cacat bahkan kematian.

Jawa Timur adalah Provinsi kedua

terpadat penduduknya

dengan masyarakat

yang majemuk. Dimana banyaknya penduduk secara tidak langsung juga berdampak

aktifitas di dalam berkendara banyak didapati dikota-kota yang ada di Jawa Timur.

Sehingga terjadi peningkatan arus berkendara yang tidak disiplin pada aturan-aturan

rambu lalu lintas yang ada.

Ketidakdisiplinan dalam berkendara menyebabkan Jawa

Timur adalah salah satu tingkat kecelakaan yang relatif tinggi.

(15)

yang mengalami luka-luka berat. Jadi sejak 2007 hingga kini Jasa Raharja

Jatim sudah mengeluarkan santunan sebesar Rp 1,037 triliun. Jatim

penyumbang angka kecelakaan tertinggi, bahkan dibandingkan Jakarta yang

jumlah kendaraannya lebih banyak

.

(Sumber: Kompas.com diakses tanggal 04 maret 2012)

Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah yang relatif tinggi pada tingkat

kecelakaan. Dimana jumlah yang tiap tahun semakin bertambah.

Ini berdasarkan

sumber: Kompas.com dari data Jasa Raharja Jawa Timur.

Hal ini dirasakan sebagai

sesuatu yang harus ditangani oleh pemerintah dalam memberikan sosialisasi kepada

masyarakat tentang ketidakdisiplinan didalam berkendara. Agar masyarakat dapat

menaati aturan berlalu lintas sehingga aman dan selamat dalam berkendara.

Salah satu Kota di Jawa Timur yang paling padat transportasi adalah Kota

Sidoarjo. Dimana Kota Sidoarjo banyak dilewati kendaraan berbagai Kota arah

selatan dan timur dari Jawa Timur yang bertujuan ke Kota Surabaya. Sehingga dapat

dikatakan bahwa Kota Sidorjao memiik jumlah kepadatan lalu lintas. Dimana Jumlah

kendaraan yang melewati Kota Sidoarjo dapat menyebabkan peluang terjadinya

kecelakaan lalu lintas yang tinggi. Kecelakaan yang terjadi pun tidak hanya

mengalami luka-luka saja tetapi hingga kematian.

Data kecelakaan lalu lintas di Sidoarjo tiap bulannya dapa dikatakan relative

(16)

Tabel 1.1

DATA J UMLAH KORBAN KECELAKAN DI SIDORAJ O

No

Bulan

Jumlah Korban Kecelakaan

1.

Januari 2011

153

2.

Febuari 2011

136

3.

Maret 2011

140

4.

April 2011

93

5.

Mei 2011

136

6.

Juni 2011

129

7.

Juli 2011

114

8.

Agustus 2011

119

9.

September 2011

115

10.

Oktober 2011

154

11.

November 2011

127

12.

Desember 2011

106

Jumlah

1.522

Sumber :Data Kantor Perwakilian Jasa Raharja Sidoarjo 2011

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa kecelakan yang terjadi

di Sidoarjo sebanyak 1.522 kasus dari Januari 2011 hingga Desember 2011. Hal

tersebut merupakan tingkat kecelakaan tertinggi di area Jawa Timur (Sumber :Data

Kantor Perwakilan Jasa Raharja Sidoarjo 2011). Pada tabel diatas tampak korban

kecelakaan di kabupaten Sidoarjo per bulannya tidak kurang lebih dari 90 kejadian

kecelakaan,

Pada bulan Januari 2011 merupakan angka kecelakaan yang tertinggi

karena pada bulan tersebut banyak yang merayakan tahun baru sehingga banyak

masyarakat yang menggunakan kendaraan di dalam perayaan tahun baru.

Jumlah kecelakaan yang relatif tinggi di Sidoarjo selayaknya masyarakat

memiliki jaminan kecelakaan. Di mana Jaminan kecelakaan itu dapat berupa asuransi.

(17)

hingga asuransi kecelakaan milik Negara. Dan didalam pelayanannya pemerintah

memberikan asuransi santunan kepada korban kecelakaan.

PT. Jasa Raharja sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan

salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional negara Kesatuan Republik

Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam menyelenggarakan perekonomian

nasioanal guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu perwuju dan dari

pasal tersebut di atas adalah bahwa Negara melalui unit-unit usahanya yaitu BUMN

melakukan kegiatan menghasilkan barang dan atau jasa serta mengolah

sumber-sumber alam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas dengan disertai pengurusan

dan pengawasan secara professional.

PT. Jasa Raharja sebagai intansi pemerintah sebagai asuransi masyarakat.

melalui Undang-undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang dan Undang-undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana

Kecelakaan Lalu Lintas Jalan telah membentuk Perusahaan Negara yang bergerak

dibidang

perasuransian

yaitu

PT.

Jasa

Raharja

(Persero).

Tugas

dan

tanggungjawabnya adalah melakukan pemupukan dana melalui iuran dan sumbangan

wajib untuk selanjutnya disalurkan kembali melaui santunan jasa raharja kepada

korban atau ahli waris korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Pengajuan santunan di PT. Jasa Raharja Sidoarjo data untuk santunan

kematian maupun luka-luka dari tiap bulan pada Tahun 2012 relatif tidak ada

penurunan. Dapat dilihat pada table berikut tentang pengajuan santunan di PT. Jasa

(18)

Tabel 1.2

DATA PENGAJ UAN SANTUNAN KANTOR PERWAKILAN J ASA

RAHARJ A SIDOARJ O

NO

BULAN

J UMLAH PENGAJ UAN DANA SANTUNAN

MD

Luka-luka

J umlah

1.

Januari 2011

38

104

142

2.

Febuari 2011

31

97

128

3.

Maret 2011

32

106

138

4.

April 2011

29

64

93

5.

Mei 2011

36

91

127

6.

Juni 2011

41

88

129

7.

Juli 2011

29

85

114

8.

Agustus 2011

27

80

107

9.

September 2011

29

80

109

10

Oktober 2011

31

116

147

11.

November 2011

30

89

119

12.

Desember 2011

71

29

100

J UMLAH

424

1029

1453

Sumber :Data Kantor Perwakilan Jasa Raharja Sidoarjo 2011

Menurut tabel diatas ini dapat dilihat bahwa proses pengajuan asuransi jasa

raharja selama bulan Januari 2011 hingga Desember 2011 sebanyak 1453 kasus. Hal

ini hampir sebanding dengan banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi selama

periode tersebut. Ini menandakan bahwa masyarakat telah memahami pentingnya

asuransi kecelakaan sehingga proses pengajuan dana santunan asuransi berbanding

lurus dengan jumlah kasus kecelakaan yang ada. Hal ini didasarkan karena semakin

mahalnya biaya kesehatan dan menurunnya kondisi ekonomi masyarakat indonesia.

Dimana dalam pengajuan Santunan yang setiap bulannya meningkat dapat

dilihat pada tabel di bawah ini bahwa terjadi perbedaan dalam pengajuan santunan

(19)

Tabel 1.3

DATA PENERIMA SANTUNAN

KANTOR PERWAKILAN J ASA RAHARJ A SIDOARJ O

No

Bulan

J umlah Penerima

Dana Santunan

1.

Januari 2011

58

2.

Febuari 2011

53

3.

Maret 2011

43

4.

April 2011

43

5.

Mei 2011

61

6.

Juni 2011

48

7.

Juli 2011

39

8.

Agustus 2011

47

9.

September 2011

47

10.

Oktober 2011

54

11.

November 2011

47

12.

Desember 2011

44

J umlah

584

Sumber :Data Kantor Perwakilan Jasa Raharja Sidoarjo 2011

Jika dilihat dari tabel diatas penerima dana santunan dari kantor perwakilan

Jasa Raharja Sidoarjo sebanyak 584 orang sangat kecil jumlahnya jika dibanding

dengan pemohon pengajuan asuransi sebanyak 1.453 pemohon. Dari data tersebut

proses pengajuan yang disetujui untuk pencairan dana santuan hanya mencapai 40%.

(Sumber :Data Kantor Perwakilan Jasa Raharja Sidoarjo).

Menurut Tugas pokok PT. Jasa Raharja (Persero) adalah menghimpun dan

memupuk dana masyarakat melalaui iuran dan sumbangan wajib, untuk selanjutnya

menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang berwujud santunan jasa raharja,

terhadap korban kecelakaan lalu lintas. PT. Jasa Raharja (Persero) dalam

(20)

Undang-undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan

Pemerintah No. 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana

Kecelakaan Lalu Lintas. harusnya yang dapat semuanya dengan ketentunan yang

sesuai dengan undang-undang yang berlaku, sedangkan kenyataannya 40% korban

yang berhak atas santunan. Namun demikian jaminan tersebut belumlah cukup

memberikan jaminan perlindungan bagi korban kecelakan untuk mengurangi beban

penderitaan korban dan keluarganya.

Sidoarjo : Dalam pelaksanaan pemberian Santunan korban kecelakaan

dilapangan tidak demikian, terkait pelayanan masih saja oknum

petugas jasa raharja perwakilan sidoarjo mempersulit masyarakat saat

pengurusan surat-surat sebagai persyaratan masyarakat mendapat

santunan tersebut. Dalam pengurusannya masyarakat bisa sampai lima

kalimendatangi kantor perwakilan jasa raharja tersebut bahkan ada

yang sampai satu bulan.

Hal ini yang dialami oleh Yepi (21) warga desa tomproasri

RT.08/RW.03 kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. yang mengalami

kecelakaan pada tanggal 21 januari 2012 di jalan raya Beji – Pasuruan.

Pada saat kecelakaan dia sedang berangkat kerja, kemudian dia

dilarikan ke Rumah Sakit Masyitoh Bangil dan di rawat disana.

(Sumber: Infosidoarjo.com , di akses tanggal 04 maret 2012)

PT Jasa Raharja (Persero) dalam pelaksaannya yang sangat kurang di mana

didalam pelayanannya sangat berbelit-belit sehingga memerlukan waktu yang lama.

Dimana pada gambar tabel 1.2 dan tabel 1.3 antara korban yang mengklaim sangat

berbeda jauh dengan korban yang menerima dana santunan. Dialam tepat pelayanan

santunan pada saat korban atau ahli waris pada saat mengklaim dana santunan kurang

lebih dana santunan akan keluar 7 hari dari awal proses awal pengajuan sampai

dengan penyerahan santunan. Hal Ini dapat disebabkan didalam pelaksanaan

(21)

disebabkan oleh oknumnya yang berbelit-belit didalam kepengurusan dana santunan

kepada korban atau ahli waris.

Menurut Mazmanian dan Sabatiar dalam Wahab (2005 : 65), menjelaskan

makna implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul

sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang mencangkup baik

usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat

dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Pelaksanaan di dalam pemberian dana santunan sudah tepat dengan

bentuk-bentuk reformasi birokrasi yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja. Dan asuransi ini

sebagai bentuk pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia di dalam

menghimpun dan mengelola dana masyarakat sebagai penunjang pembiayaan

pebangunan nasional, dimana Jasa Raharja sebagai salah satu Agent Of Development.

Dalam pemberian dana santunan kepada masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu

lintas telah dilindungi dalam undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 yang

diperbaharui Peraturan Mentri Keuangan RI No. 36/PMK.010/2008 tetang Besar

Santunan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri

Keuangan Republik Indonesia.selang lama. Sehingga dalam pelaksanaan tepat

pelayanan santunan dapat diberikan sesuai ketentuan yang ada dimana terdapat

bentuk-bentuk Reformasi Birokrasi didalam pemberian dana Santunan di Jasa

(22)

untuk mendapatkan pembayaran dana santunan lebih sederhna dan tidak

berbelit-belit, dan dapat memudahkan korban atau ahli waris di dalam memperoleh dana

santunan di kantor Jasa Raharja.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “IMPLEMENTASI TEPAT PELAYANAN SANTUNAN

KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS J ALAN DI KANTOR J ASA

RAHARJ A SIDOARJ O

.

1.2

Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai perumusan

masalah Bagaimana Implementasi tepat pelayanan santunan kepada korban

kecelakaan jalan di kantor Jasa Raharja Sidoarjo ?

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tepat pelayanan

santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas di Kantor Jasa Raharja

Sidoarjo.

1.4

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi tambahan

bahan kajian yang berhubungan dengan pelayanan publik dan manfaat praktis

terutama sebagai bahan pertimbagan instansi tempat penelitian secara spesifik

(23)

1.

Bagi Peneliti:

Berguna untuk menambah pengetahuan, kajian dan pemahaman tentang

pelayanan publik khusunya Implementasi Tepat Pelayanan pada organisasi

publik yang berstatus Badan Usaha Milik Negara, Selain itu penelitian ini

dapat digunakan sebagai perbandingan teori yang didapat di bangku kuliah

dengan keadaan yang terjadi sebenarnya dilapangan serta merupakan salah

satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), juga bentuk

pengaplikasian dari salah satu bentuk tri dharma Mahasiswa yaitu mahasiswa

penelitian.

2.

Bagi Kantor J asa Rahar ja Sidoarjo:

Sebagai bahan informasi tentang tingkat pelaksanaan pelayanan santunan dan

masukan bagi Kantor Perwakilan Jasa Raharja Sidoarjo, sebagai

peningkatkan tepat pelayanan santunan di kantor jasa raharja, selain itu bentuk

hubungan antara masyarakat dengan instansi pemerintah.

3.

Bagi Universitas Pembangunan Nasioanal “ Veteran” J awa Timur:

Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh peneliti

lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian yang berhubung dengan

administrasi badan usaha milik negara dan manajemen pelayanan publik

dimasa mendatang, serta untuk menambah referensi perpustakaan Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Khususnya Fakultas Ilmu

(24)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. ANDHIKA PERBAWA PUTRA Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Diponegoro Semarang dalam penelitiannya Kualitas Pelayanan Santunan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ( studi pada PT. Jasa Raharja (persero ) Cabang Semarang. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah Bagaimana cara mendapatkan santunan kecelakaan dan besarnya jumlah santunan yang didapatkan dalam proses pengajuan santunan klaim di PT. Jasa Raharja (persero) Cabang semarang dan Bagaimana kualitas pelayanan di PT. Jasa Raharja (persero). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengambilan data melalui wawancara yang mendalam, observasi dan dokumentasi.

Kesimpulan dari penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dimana PT. Jasa Raharja (persero) telah melakukan tanggungjawabnya dengan baik dalam memberikan santunan dan pelayanan kepada masyarakat. Meskipun dalam kenayataan masih ada kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, masih di perlukan upaya peningkatan lagi ke depannya.

(25)

Raharja Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan Undang-undang NO. 33 Tahun 1964 tentang dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan penumpang dan Undang – undang No. 34 Tahun 1964 tentang dana kecelakaan Lalu Lintas oleh Perusahan PT. Jasa Raharja ( persero) dan apakah tanggung jawab perusahaan PT. Jasa Raharja (persero) dalam menyalurkan santunan asuransi terhadap korban ahli waris korban kecelakaan di jalan raya sudah dilaksanakan sesuasi dengan Undang-undang No.33 Tahun 1964 tentang dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dan Undang-undang No. 34 Tahun 1964 tentang dana Kecelakaan lalu lintas atau belum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

(26)

asuransi lain. Selanjutnya dijelaskan tentang pembahasan Bahwa PT Jasa Raharja (Persero) telah melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan Undang-undang No. 33 dan 34 Tahun 1964. Penyaluran santunan asuransi jasa raharja dengan konsisten PT Jasa Raharja (Persero) berpedoman kepada undang-undang yang mengaturnya. Bila terjadi hubungan hukum antara korban dengan asuransi lain maka pihak PT Jasa Raharja (Persero) tetap konsisten membayarkan santunan sesuai dengan hak dari pada korban, dan selanjutnya memberikan legalisir guna pengurusan kepada asuransi lainnya. Namun demikian legalisir tidak menjamin terkabulnya atas klaim santunan baik jasa raharja taupun asuransi lainnya.

Persamaan terdapat pada tempat penelitian dimana peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan perbedaan lainya adalah peneliti terdahulu meneliti tentang bagaimana kualitas pelayanan dan pertanggunggung jawaban dana santunan sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang implementasi pemberian dana santunan korban kecelakaan di kantor perwakilan jasa raharja Sidoarjo.

2.2 Landasan Teor i 2.2.1 Pelayanan

2.2.1.1 Penger tian Pelayanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris

(27)

Menurut Soegiarto (2002:36) pelayanan diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani.

Menurut Boediono (2003:60) pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Berdasarkan pemikiran tentang pelayanan tersebut maka dapat diketahui bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari pengertian diatas, ada dua pihak yang terlibat didalamnya yaitu pelayan (servant) dan pelanggan (customer). Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan customer (masyarakat).

Menurut Wasistiono (2003:43) pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat.

Menurut Moenir (2001:26-27) pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

(28)

2.2.1.2 Tujuan Pelayanan

Sebagai suatu proses kegiatan, pelayanan umum memiliki sasaran akhir yaitu kepuasan hak yang dilayani. Menurut Moenir (2001:197) untuk mencapai kepuasan itu banyak hal yang harus diperhatikan:

a. Tingkah laku yang sopan.

b. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan.

c. Waktu menyampaikan yang tepat. d. Keramahtamahan.

Sedangkan menurut Kotler (1992:226), tujuan pelayanan adalah untuk mencapai tingkat kepuasan konsumen atau masyarakat yang maksimal. Karena tingkat kepuasan konsumen dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen selaku pengguna barang dan jasa yang disediakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pelayanan adalah menciptakan tingkat kepuasan masyarakat yang maksimal sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai penerima pelayanan.

2.2.1.3 Pelayanan Sebagai Pr oses

(29)

jasa. Proses pemenuhan kebutuhan melaui aktivitas orang lain yang langsung inilah dinamakan pelayanan.

Menurut Luthans dalam Moenir (2001:17) pengertian proses terbatas dalam kegiatan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat.

2.2.1.4 Faktor Pendukung Pelayanan Umum

Menurut Moenir (2006: 88) dalam pelayanan umum terdapat beberapa faktor pendukung yang penting, diantaranya adalah :

Menurut Moenir (2001:8) dalam bukunya ‘manajemen pelayanan umum” ada enam factor dalam mewujudkan pelaksanaan pelayanan antara lain:

1. Faktor Kesadaran

Faktor ini menunjukan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu merupakan titik tentu dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati, dan keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan sebagai pangkal tilak untuk perbuatan yang akan dilakukan.

2. Faktor Aturan

(30)

a. Kewenangan

b. Pengetahuan dan pengalaman

c. Kemampuan berbahasa dan bertutur kata d. Pemahaman pelaksanaan

e. Disiplin pelaksanaan 3. Faktor Organisasi

Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu.

4. Faktor Pendapatan

Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu.

5. Faktor Kemampuan dan Ketrampilan

Adalah keadaan seseorang yang dapat melaksanakan pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada.

6. Faktor Sarana Pelayanan

(31)

Fungsi pelayanan adalah:

a. Mempercepat proses pelaksanan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu

b. Meningkatkan produktifitas baik barang maupun jasa c. Kualitas produk yang lebih baik

d. Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin e. Lebih mudah dalam gerak pelakunya

f. Menimbulkan rasa nyaman bagi orang-orang

g. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan

2.2.2 Pelayanan Publik

2.2.2.1 Penger tian Pelayanan Publik

Menurut Rohman (2008:3) Pelayanan Publik adalah suatu layanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah.

(32)

Kep. Menpan No. 63 tahun 2003 mendefinisikan pelayanan sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan BUMN/ BUMD dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu instansi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan layanan sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani. Sehingga penerima mendapatkan haknya melalui sistem prosedur dan metode tertentu sesuai dengan perundang-undangan.

2.2.2.2 Asas-Asas Pelayanan

Menurut Ratminto (2005:19) asas-asas pelayanan publik terdiri dari : 1. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta secara mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

(33)

4. Partisipasi

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

2.2.2.3 Pr insip-pr insip Pelayanan

Menurut Islami (2004:4) dalam bukunya “Manajemen pelayan publik” setiap petugas pelayanan harus memahami beberapa prinsip pokok dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yaitu:

1. Prinsip Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanankan.

2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik

(34)

3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Keamanan

Proses produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasaran

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi, telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan, Keramahan

(35)

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

2.2.2.4 Kelompok Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 pelayanan publik dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) antara lain:

1. Kelompok Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikasi kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan atau Penguasaan Tanah dan sebagainya.

(36)

3. Kelompok Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilakn berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, asuransi dan sebagainya.

2.2.2.5 Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Penyelenggaraan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan standart pelayanan, antara lain :

1) Standart Pelayanan Publik

Sesuai dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2009, Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

a. Dasar hukum; b. Persyaratan;

c. Sistem, mekanisme, dan prosedur; d. Jangka waktu penyelesaian; e. Biaya/tarif;

f. Produk pelayanan;

g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; h. Kompetensi Pelaksana;

(37)

j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan; k. Jumlah Pelaksana;

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan;

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan;

n. evaluasi kinerja Pelaksana.

2) Sistem Informasi Pelayanan Publik

Sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 ; Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut Sistem Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

3) Pengelolaan Sarana dan Prasarana serta fasilitas Pelayanan Publik

(38)

4) Biaya atau Tarif Pelayanan Publik

Permasalahan penting dalam penyediaan pelayanan publik adalah penentuan tarif/biaya pelayanan yang sering disebut charging for services. Pada dasarnya terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan biaya/tariff pelayanan publik, misalnya metode biaya marginal (marginal cost princing), metode pemulihan biaya penuh (full cost recovery), metode biaya ditargetkan (target costing).

Dalam penentuan biaya pelayanan tersebut diperlukan perhitungan akuntasi biaya pelayanan yang cukup kompleks. Pada prinsipnya penetapan besarnya biaya/tarif pelayanan publik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat 2. Nilai/harga yang berlaku atas barang dan atau jasa

3. Rincian biaya yang harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan. (Mahmudi, 2007 : 222).

5) Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan

Menurut Undang-Undang No 25 Tahun 2009, Pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku sebagai berikut:

a. Adil dan tidak diskriminatif; b. Cermat;

c. Santun dan ramah;

(39)

e. Profesional;

f. Tidak mempersulit;

g. Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;

h. Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;

i. Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

j. Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan;

k. Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;nnya dengan pola pelayanan,

l. Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;

m. Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;

(40)

2.2.3 Kebijakan Publik

2.2.3.1 Penger tian Kebijakan Publik

Pengertian kebijakan publik menurut Chandler & Piano (1998) dalam Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemecahan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dye dalam Islamy (1997 :18) mendefinisikan kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Friedrich dalam Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut Easton dalam Islamy (2001 : 19), memberi arti kebijakan Negara sebagai pengalokasikan nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota masyarakat

Menurut Anderson dalam Agustino (2006 : 7) memberikan pengertian tentang kebijkan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.

(41)

baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.

Pengertian kebijakan publik menurut Easton dalam Islamy (1997 : 19) adalah pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat, kemudian definisi kebijkan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42) adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi suatu cita-cita atas mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.

Atas dasar pengertian diatas, maka dapat dikemukakan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Anderson dalam Islamy yang antara lain mencangkup :

1. kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu. 2. kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah 3. kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

bahkan

(42)

5. kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)

Dari beberapa pengertian diatas dan mengikuti paham bahwa kebijakan publik itu harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

2.2.4 Implementasi Kebijakan Publik 2.2.4.1 Penger tian Implementasi Kebijakan

Kamus Webster dalam Wahab (2005 : 64), merumuskan secara pendek bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

Menurut Mazmanian dan Sabatiar dalam Wahab (2005 : 65), menjelaskan makna implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang mencangkup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

(43)

yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula social yang berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat.

Konsep implementasi telah diuraikan diatas, dengan demikian maka perlu juga diuraikan tentang konsep kebijakan yang mempunyai peran penting dalam berlangsungnya suatu implementasi. Berikut akan dijelaskan beberapa konsep kebijakan dari pakar-pakar administrasi.

Friedrich dalam Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut Easton dalam Islamy (2001 : 19), memberi arti kebijakan Negara sebagai pengalokasikan nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota masyarakat.

Menurut Anderson dalam widodo (2001 : 190) mngemukakan:

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu. 2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah 3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

bahkan

(44)

5. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)

Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 19), kebijakan adalah sebagai tindakan, pilihan dan keputusan yang baik yang dilakukan oleh pemerintah dalam pecapaian tujuan kebijakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, golongan atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan sesuatu tindakan serta tujuan.

Proses kebijakan berlangsung dalam beberapa tahapan, yang masa proses implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses kebijakan, sebab berbagai kebijakan yang telah dibuat tidak akan ada artinya apabila hanya tersimpan rapi tanpa adanya upaya untuk melaksanakannya sehingga proses kebijakan akan berakhir hanya sampai pada tahap pembuatan kebijakan yang tanpa berlanjut pada tahap berikutnya, yaitu tahap implementasi kebijakan.

Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2004 : 102) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

(45)

hukum dimana berbagai aktor organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

Adapun implementasi kebijakan menurut Islamy (2004 : 102) dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dirumuskan, yaitu peristiwa-peristiwa dan kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan public, baik itu menyangkut kegiatan-kegiatan ataupun peristiwa-peristiwa.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah melaksanakan keputusan kebijakan dalam rangka mengatasi suatu permasalahan melalui langkah-langkah yang sudah digariskan dalam rangka pencapaian tujuan.

2.2.4.2 Keber hasilan Implementasi Kebijaka n

Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21), menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari 3 (tiga) factor yaitu :

1. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan aparatur pelaksana

2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancara rutinitas dan tiadanya persoalan

(46)

2.2.4.3 Pr ospek untuk memperbaik i implmentasi

Pelaksanaan kebijakan selama ini telah diidentifikasikan bahwa banyak masalah yang timbul. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut karakteristik program kebijakan yang di jalankan maupun oleh aktor yang terlihat dalam implementasi kebijakan. (Winarno, 2002 : 161)

Kebijakan apapun sebenarnya mengandung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab (2004 : 61) membagi pengertian kegagalan kebijakan ke dalam dua kategori yaitu non- implementation (tidak terimplementasikan) dan unsuccesfull implementation (implementasi yang tidak berhasil)

Islamy (2003 : 108) menjelaskan bahwa kebijakan akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat. Selain itu untuk mencapai efektifitas pelaksanaan kebijaksanaan proses komunikasi harus baik yaitu menyebarluaskan kebijaksanaan

2.2.5 Teor i Asur ansi 2.2.5.1 Definisi Asur ansi

(47)

pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan 2.2.1 Tujuan Asur ansi

Menurut Purba (1992:56), adapun tujuan asuransi adalah : a. Bagi tertanggung

1. Untuk memperoleh rasa tentram dari risiko yang dihadapinya atas kegiatan usahanya atau atas harta miliknya.

2. Untuk mendorong keberaniannya menggiatkan usaha yang lebih besar dengan risiko yang lebih besar pula, karena risiko yang besar itu diambil alih oleh penanggung.

b. Bagi penanggung

1. Meringankan risiko yang dihadapi oleh para nasabahnya (para tertanggung) dengan mengambil alih risiko yang mereka hadapi

2. Menciptakan rasa tentram di kalangan nasabahnya sehingga lebih berani menggiatkan usaha yang lebih besar.

(48)

2.2.2 Pr insip Asur ansi

Menurut Purba (1992:43), dalam asuransi khususnya asuransi kerugian ada 4 prinsip utama yaitu :

1. Kepentingan yang dapat di asuransikan (insurable interest)

Prinsip kepentingan menegaskan bahwa harus ada kepentingan atas harta benda yang dapat dilimpahkan kepada orang lain, harta benda itu harus yang dapat diasuransikan (insurable) dan harus ada hubungan antara tertanggung dengan harta benda itu.

2. Jaminan atas ganti rugi (indemnity)

Prinsip jaminan menjelaskan bahwa jaminan ada bila timbul kerugian. Sebaliknya, tidak ada jaminan bila tidak ada kerugian. Bila ada kerugian atas insurable interest maka yang tertanggung tidak boleh memperoleh keuntungan dari ganti rugi.

3. Kepercayaan (trustful)

Dalam asuransi, kepercayaan dari penanggung mendapat tempat terhormat dalam setiap penutupan asuransi. Bila tidak ada kepercayaan dari pihak penanggung, maka bisnis asuransi akan mengalami kegagalan.

4. Itikad terbaik (utmost goodfaith)

(49)

2.2.3 Syar at sah Asur ansi

Menurat pasal 1320 KUHPdt tentang syarat sah suatu perjanjian dalam Muhammad (2006:49) syarat sah asuransi adalah :

1. Kesepakatan (Consensus)

Kesepakatan untuk mengadakan perjanjian asuransi pada pokoknya meliputi :

a. Benda yang menjadi objek asuransi b. Pengalihan risiko dan pembayaran premi c. Evenemen dan ganti kerugian

d. Syarat-syarat khusus asuransi

e. Dibuat secara tertulis yang disebut polis 2. Kewenangan (Authority)

Kewenangan untuk berbuat ada yang bersifat subjektif (kedua pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak berada di bawah perwakilan atau pemegang kuasa yang sah) dan bersifat objektif (tertanggung mempunyai hubungan yang sah dengan benda objek asuransi karena benda tersebut adalah kekayaan miliknya sendiri.

3. Objek tertentu

(50)

4. Kausa yang halal (legal cause)

Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.

5. Pemberian (Notification), terdiri atas :

a. Teori objektifitas, “ setiap asuransi harus mempunyai objek tertentu. Objek tertentu artinya jenis, identitas dan sifat objek asuransi wajib diberitahukan oleh tertanggung kepada penanggung, tidak boleh ada yang disembunyikan. Berdasarkan pemberitahuan itu penanggung dapat mempertimbangkan apakah dia akan menerima pengalihan risiko dari tertanggung atau tidak.

b. Pengaturan pemberitahuan dalam KUHD, menurut pasal 251 KUHD semua pemberitahuan yang salah atau tidak benar atau penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang objek asuransi, mengakibatkan asuransi itu batal.

2.2.6 PT. J asa Rahar ja (Per ser o)

(51)

dijamin oleh Undang-undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Sumbangan wajib yang dijamin oleh Undang-undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas. harusnya yang dapat semuanya dengan ketentunan yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku

2.2.6.1 Sistiem Infor masi Manajemen

Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggnakannya untuk membuat keputusan. Syarat-syarat Informasi menurut Parker (1989:6) :

1. Ketersediaan (available)

Sudah barang tentu syarat yang mendasar bagi suatu Informasi adalah tersediannya normasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh (accessible) bagi orang yang hendak memanfaatkannya. 2. Mudah dipahami (comprehensibility)

(52)

3. Relevan

Dalam konteks organisasi, informasi yang diperlukan adalah yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi

4. Bermanfaat

Sebagai konseuensi dari syarat relevansi, informasi juga harus bermanfaat bagi organisasi. Karena itu informasi juga harus dapat tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatan oleh organisasi yang bersangkutan.

5. Tepat Waktu

Informasi harus tersedia tepat waktunya. Syarat ini terutama sangat penting pada saat organisasi membutuhkan informasi ketika manajer hendak membuat keputusan-keputusan yang krusial.

6. Keandalan (reliability)

Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus dapat menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikannya.

7. Akurat

(53)

8. Konsisten

Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam penyajianya karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan keputusan.

2.2.6.2 Pr insip 5 (lima) Tepat Pelayanan Santunan

Berdasarkan 5 (lima) prinsip Tepat Pealayanan Santunan di mana pelaksanaannya haruslah tepat tertuju epada masyarakat sesuai dengan hak setiap masyarakat Indonesia di dalam mendapatkan santunan korban kecelakaan yang dilindungi dalam Undang-undang No. 33 dan 34 Tahun 1964. Maka dalam peneliyian ini dignaka sebagai fokus yaitu :

1. Tepat Informasi

Diperoleh informasi yang akurat tentang kecelakaan alat angkutan umum dan lalu lintas jalan sedini mungkin serta diberitahukan kepada korban atau ahli waris tentang haknya dengan tepat dan jelas.

2. Tepat jaminan

Pemberian santunan kepada krban atau ahli waris korban dipastikan sesuai dengan ketentuan dan ruang lingkup serta nilai jaminan.

3. Tepat Subjek

(54)

4. Tepat Waktu

Pelayanan penyelesaian santunan mulai dari proses pengajuan sampai waktu dengan penyerahan santunan dilakukan dalam batasan waktu yang tepat serta menepati waktu yang dijanjikan.

5. Tepat Tempat

Penyerahan santunan diupayakan sedekat mungkin dengan domisili resmi korban dan atau ahli waris yang dijanjikan.

Sumber : Ikon Pelayanan Publik Jawa Timur, 2007

2.2.6.2 Undang-undang Nomer 34 Tahun 1964 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas J alan

1. Korban Yang Berhak Atas Santunan, adalah pihak ketiga yaitu : a. Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang

menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut, contoh : Pejalan kaki ditabrak kendaraan bermotor b. Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu

kendaraan bermotor dan ditabrak, dimana pengemudi kendaran bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi.

2. Tabrakan Dua atau Lebih Kendaraan Bermotor

(55)

merupakan penyebab terjadinya kecelakaan, maka baik pengemudi mapupun penumpang kendaraan tersebut tidak terjamin dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965.

b. Apabila dalam kesimpulan hasil pemeriksaan pihak Kepolisian belum diketahui pihak-pihak pengemudi yang menjadi penyebab kecelakaan dan atau dapat disamakan kedua pengemudinya sama-sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomer 34/1964 Peraturan Pemerintah Nomer 18 Tahun 1965 santunan belum saat diserahkan atau ditangguhkan sambil menunggu Putusan Hakim/Putusan Pengadilan

Kasus Tabrak Lari

(56)

2.3 KERANGKA BERFIKIR

Sumber Kantor Jasa Raharja 2012

Implementasi Tepat Pelayanan Santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan

Di kantor Jasa Raharja Sidoarjo

Tepat Informasi

Tepat Jaminan

Tepat Subjek

Tepat Waktu

Tepat Tempat

Ketepatan pelaksanaan pemberian santunan korban kecelakaan lalu

lintas jalan Peraturan Mentri Keuangan RI

No.36/PMK.010/2008

Besar Santunan dan Sumbangan Wajib dana kecelakaan Lalu Lintas Jalan Mentri Keuangan

(57)

METODE PENELITIAN

3.1.J enis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung dari maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini termasuk penelitian Deskriptif Kualitatif, penulis bermaksud memperoleh gambaran yang mendalam tentang Implementasi pemberian dana santunan korban kecelakaan di PT. Jasa Raharja Sidoarjo.

Hal tersebut sesuai dengan kutipan oleh dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif” Milles dan Huberman (1992:15). Penelitian kualitatif merupakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan merupakan angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari, dokumentasi, pita rekaman), yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan.

(58)

Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

Dan akhirnya seperti yang telah dikemukakan oleh Smith dalam Milles dan Huberman (1992:02). Bahwa penemuan-penemuan dari penelitian kualitatif mempunyai mutu yang tidak disangkal kata-kata khususnya bila mana disusun dalam bentuk cerita atau peristiwa, mempunyai kesan yang lebih nyata, hidup dan penuh makna barang kali jauh lebih meyakinkan pembacanya, peneliti lainya, pembuat kebijakan, praktisi dan halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka.

Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mendeskripsikan, menganalisa serta menginterprestasikan Implementasi Pemberian Dana Santunan Korban kecelakaan di PT. Jasa Raharja Sidoarjo.

3.2. Fokus Penelitian

(59)

ada, sehingga penelitian itu membias.. Menurut Mazmanian dan Sabatiar dalam Wahab (2005 : 65), menjelaskan makna implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses yang sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula sosial yang berlangsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat.

Adapun aspek yang menjadi fokus dalam, penelitian ini adalah 5 prinsip ”Tepat Pelayanan Santunan ( sumber Anonim, 2007, Ikon Pelayanan Publik Jawa Timur ) yang antara lain:

1. Tepat Infor masi

(60)

2. Tepat J aminan

Jumlah atau nlai santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan berdasarkan UU No. 34 Tahun 1964 dan Keputusan Mentri keuangan RI no.36/PMK.010/2008.

3. Tepat Subjek

Penerima santunan adalah korban secara langsung. Tetapi dapat diberikan kepada ahli waris jika korban telah meninggal dunia atau masih berada di Rumah Sakit.

4. Tepat Waktu

Penyeleseian waktu pemberian santunan mulai dari awal proses pemberian prosedur sampai pemberian santunan korban kecelakaan oleh pihak Jasa Raharja. Maksimal 7 hari setelah pemberian prosedur setelah itu pemrosesan santunan akan diberikan kepada korban ataupun ahli waris.

5. Tepat Tempat

Santunan diberikan sesuai dengan tempat / identitas korban dengan itu pada saat pemberian prosedur korban ataupun ahli waris harus mencantumkan KTP sebagai salah satu syarat pemberian santunan korban kecelakaan.

3.3 Lokasi Penelitian

(61)

(1992:30) Mendiskripsikan obyek sebagai suatu kontek terbatas, dimana seseorang mengkaji peristiwa-peristiwa, proses dan hasilnya. Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data. Dimana kota yang paling banyak tingkat kecelakaannya sehingga semakin banyaknya tingkat kecelakaan yang ada berarti peran PT. Jasa Raharja (Persero) sangat diperlukan sehingga rakyat kecil dapat menggunakan haknya dalam pemberian santunan dana korban kecelakaan.

3.4. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber

Gambar

Tabel 1.1  DATA JUMLAH KORBAN KECELAKAN DI SIDORAJO
Tabel 1.2 DATA PENGAJUAN  SANTUNAN KANTOR PERWAKILAN JASA
Tabel 1.3 DATA PENERIMA SANTUNAN
Gambar 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang dikehendaki serta yang dimaksud oleh pembuat undang-undang. Adapun tafsir hukum yang dimaksud dalam judul

Iya, saya mampu menguasai materi training kepada karyawan baru dengan menjelaskan visi misi toko Keris Ambarawa, menjelaskan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan,

Sistem multimedia yang baru yaitu Penggunaan media pembelajaran tersebut akan dapat membantu pemahaman peserta didik dalam penguasaan konsep materi, dan dapat dijadikan sebagai

KEHILANGAN HASIL DAN CARA PENGENDALIAN PENYAKIT KUDIS UBIJALAR Kehilangan hasil ubijalar akibat serangan penyakit kudis beragam tergantung pada varie- tas yang terserang, strain

Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMP pasundan 1,2,3, dan 6 secara umum dinilai baik dilihat dari skor rata- rata total untuk variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut kisah para orang tua, ada tiga dewa yang menjadi puyang (nenek moyang) orang Besemah, yaitu Dewa Gumay, Dewa Semidang, dan Dewa Atung Bungsu.. Mereka bertigalah yang

Berdasarkan penjelasan dan uraian sebagaimana yang telah dijelaskan penulis pada bagian di atas, dengan menyajikan judul artikel seperti tersebut, hal ini dapat menggugah

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar