• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Kerangka Berfikir

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik diantaranya menciptakan suasana belajar yang mendorong peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Namun kenyataannya peserta didik masih pasif pada saat proses pembelajaran dan belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru.

Agar kemampuan pemecahan matematikapeserta didik dapat berjalan dengan sukses, pemilihan pendekatan ataupun strategi pembelajaran lah yang menjadi kuncinya. Salah satu upaya atau usaha yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika adalah menerapkan pendekatan Konstruktivisme peserta didik diharapkan benar-benar terlibat aktif dalam pembelajaran matematika, mampu memahami materi dan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan dengan kelas dengan menerapkan pendekatan Konstruktivisme dan kelas dengan pembelajaran konvensional lalu pemberian tes di awal dan di akhir pelajaran. Setelah diberikan perlakuan pada kelas tersebut, selanjutnya diadakan tes untuk memperoleh hasil belajar dari peserta didik yang diakan di akhir pembelajaran. Selanjutnya, hasil tes akhir tersebut akan dibandingkan dengan hasil tes awal tadi.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir D. Hipotesis

Adapun hipotesis yang diharapkan pada penelitian ini ialah

H1 : Kemampuan pemecahan masalah matematis dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada yang menggunakan pendekatan konvensional

Peserta Didik

Penentuan Kelompok Penelitian

Proses Belajar Mengajardengan Menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme

Proses Belajar Mengajar dengan Pembelajaran

Konvensional

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Tes Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Lakukan Perbandingan Hasil Tes Kemampuan

PenalaranMatematis

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penelitian eksperimen semu, penelitian eksperimen semu merupakan keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut(Yusuf, 2014: 183) dengan kata lain tidak semua variabel yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Peneliti tidak mengubah kelas dalam menentukan subjek sebagai kelompok eksperimen atau kontrol. Oleh karena itu, randomisasi hanya dapat dilakukan pada penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Penelitian ini dapat dilakukan dengan cara memberikan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen dengan cara penerapan pendekatan konstruktivisme dan memberikan perlakuan biasa pada kelas kontrol.

Penelitian eksperimen dilakukan untuk melihat kemampuan penyelesaian masalah matematika peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di kelas VIII SMP N se-Kecamatan Pariangan, waktu penelitian yaitu dimulai dari 31 Juli – 30 September 2018. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah.

C. Rancangan penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Only Design. Dalam penelitian ini beberapa sampel yang diambil dari populasi dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perlakuan yang diberikan pada eksperimen adalah menerapkan pendekatan konstruktivisme sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Rancangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Test

Kelompok eksperimen X O

Kelompok kontrol C O

Sumber (Lestari, 2017:125) Keterangan:

X= Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu dengan penerapan pendekatan konstruktivisme

C= Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, Perlakuan pembelajaran konvensional

O= Test Akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono 2013:80). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VIII SMP N se-kecamatan Pariangan Tahun Pelajaran 2018/2019, SMPN 1 Pariangan sudah memakai kurikulum 2013 selama 3 tahun sehingga sekolah yang digunakan adalah VIII SMP N 2 Pariangan dan SMP N 3 Pariangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.2 Jumlah peserta didik kelas VIII SMP N se-Kecamatan Pariangan

No Nama Sekolah Kelas Jumlah

1 SMP N 2 Pariangan VIII 32

2 SMP N 3 Pariangan VIII1 28

VIII2 27

(Sumber: guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP N se-Kecamatan Pariangan)

2. Sampel

Sugiyono memberikan defenisi “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (2013:81). Arikunto dalam (Riduwan, 2005:56) mengatakan sampel adalah bagian dari populasi

(sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random Sampling) artinya setiap populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dalam penelitian. Mengingat jumlah populasi yang akan diteliti berjumlah tiga kelas maka hanya dibutuhkan 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Agar sampel yang diambil representatif artinya benar-benar mencerminkan populasi, maka pengambilan sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai semester 2 mata pelajaran matematika peserta didik kelas VII SMP N se- Kecamatan Pariangan Tahun Pelajaran 2017/2018.

b. Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai semester 2 mata pelajaranmatematika. Pengujian ini dilakukan dengan Uji Liliefors.

Uji ini didasarkan pada fungsi distribusi komulatif empiris.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: Populasi berdistribusi normal.

H1: Populasi tidak berdistribusi normal.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas yaitu:

1) Menyusun skor nilai peserta didik dalam suatu tabel skor, disusun dari nilai yang terkecil sampai nilai yang terbesar.

2) Mencari skor baku dari skor nilai peserta didik dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

( ̅)

Keterangan:

S = Simpangan baku ̅ = Skor rata-rata

= Skor dari tiap peserta didik

3) Dengan menggunakan daftar dari distribusi normal baku dihitung peluang F(Zi) = P ( Z ≤ Zi ).

4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama Zi jika proporsi dinyatakan dengan S(Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5) Menghitung selisih antara F( ) dengan S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya.

6) Ambil harga yang terbesar dan harga mutlak selisih diberi simbol maks ( ) ( )

7) Kemudian, bandingkan Lo dengan nilai kristis L yang diperoleh dari daftar nilai kritis untuk uji liliefors pada taraf α yang dipilih yang ada pada tabel taraf nyata yang dipilih.

Kriteria pengujiannya :

(a) Jika berarti populasi berdistribusi normal.

(b) Jika berarti populasi tidak berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 466).

Setelah dilakukan uji normalitas populasi, diperoleh hasil bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dengan taraf nyata α = 0,05.

Hasil uji normalitas kelas populasi dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas VIII SMP N se-Kecamatan Pariangan

No. Kelas Lo Ltabel Hasil Keterangan 1. VIII1 0,127 0,170 Lo< Ltabel Berdistribusi

normal 2. VIII2 0,134 0,167 Lo< Ltabel

Berdistribusi normal 3. VIII3 0,104 0,156 Lo< Ltabel Berdistribusi

normal

Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat bahwa populasi berdistribusi normal karena L0 Ltabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran II halaman 87.

c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan Uji Barllet.Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Hipotesis yang diajukan yakni:

H0:

H1: Paling kurang ada satu pasang variansi yang tidak sama Dengan pengujiannya sebagai berikut :

1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan.

2) Hitung k buah ragam contoh s1, s2, … , sk dari contoh-contoh

3) Gabungkan semua ragam contoh sehingga, menghasilkan

dugaan: i

4) Dari dugaan gabungan tentukan nilai peubah acak yang mempunyai sebaran Bartlett:

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jikabbk

;n1,n2,,nk

, H0 diterima berarti data homogen

Jikabbk

;n1,n2,,nk

,H0 ditolak berarti data tidak homogen(

Walpole, 1995: 391-393).

Berdasarkan uji homogenitas variansi yang telah dilakukan dengan menggunakan uji bartlett, dari ketiga kelas populasi diperoleh hasil analisis bahwa b0,940danbk 0,929. Oleh karena

 

n b

bk ; , maka hipotesis nolnya diterima. Jadi, populasi bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya hasil uji bartlett ini dapat dilihat pada Lampiran III halaman 95.

d. Melakukan Analisis Variansi Satu Arah

Analisis variansi satu arah bertujuan untuk mengetahui apakah populasi memiliki kesaman rataan atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 :

H1 : Paling sedikit terdapat satu pasang populasi yang memiliki rataan yang tidak sama

Pengujian analisis variansi ini dilakukan dengan menggunakan teknik ANOVA dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tulis hipotesis yang diajukan

2) Tentukan taraf nyatanya ( ) kemudian tentukan wilayah kritiknya 3) Hutung jumlah simpangan kuadrat tiap skor dari rata-rata

keseluruhan. Indeks ini disebut jumlah kuadrat keseluruhan diberi notasi ∑ dengan rumus sebagai berikut:

∑ ( )

4) Cari jumlah kuadrat keseluruhan yang disebabkan oleh penyimpangan rata-rata kelompok dari rata-rata keseluruhan yang dinamakan jumlah kuadrat antar kelompok diberi notasi ∑ diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

(∑ ) (∑ ) (∑ ) (∑ )

5) Tahap selanjutnya cari jumlah kuadrat keseluruhan yang disebabkan oleh penyimpangan tiap skor rata-rata kelompok masing-masing yang disebut jumlah kuadrat dalam kelompok dengan notasi

rumus menghitungnya:

6) Buat rangkuman hasil perhitungan di atas dalam tabel analisis variansi sebagai berikut:

Tabel 3.4 Uji Anava Kelas Populasi Sumber Variansi Jumlah

Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Mean Diantara kelompok k-1

Di dalam

kelompok N-k

Keseluruhan (total) N-1

7) Membandingkan F rasio dengan F tabel Diterima jika F rasio < F tabel Tolak jika F rasio > F tabel

Tabel 3.5 Tabel Bantu Uji Kesamaan Rata-Rata Sumber

keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat

bebas Kuadrat tengah fhitung Diantarakelom

Berdasarkan hasil pengujian tabel 3.5 diperoleh hasil k] memiliki rata-rata yang sama atau hipotesis nolnya diterima. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran IV halaman 97.

e. Setelah ketiga kelas berdistribusi normal, mempunyai variansi yang homogen serta memiliki kesamaan rata-rata maka diambil sampel dua kelas secara acak (random). Kelas yang terambil pertama adalah kelas yang ditetapkan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII2 kelas yang terambil kedua adalah kelas VIII1 yang ditetapkan sebagai kelas kontrol.

E. Variabel dan Data 1. Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan konstruktivisme pada kelas eksperimen dan pendekatan pembelajaran konvensional dikelas kontrol.

b. Variabel terikat adalah hasil belajar matematika peserta didik kelas sampel.

2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah data hasil belajar matematika peserta didik yang diterapkan pendekatan pembelajaran konstruktivismedan hasil belajar siswa yang diterapkan model pembelajaran konvensional

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data ulangan harian peserta didik kelas SMP Negeri se-Kecamatan Pariangan Pelajaran 2017/2018 dan jumlah peserta didik.

b. Sumber Data

Sumber utama dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Pariangan, guru matematika SMP Negeri se-Kecamatan Pariangan 2017/2018.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian, biasanya berupa sejumlah pertanyaan/ soal oleh subjek yang diteliti (Lestari, 2017:164). Instrumen dalam penelitian ini terdiri soal-soal tes berbentuk uraian/essay dan lembar observasi. Soal-soal tes berbentuk uraian/essay dirancang untuk melihat

hasil kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, soal-soal tes berbentuk uraian/essaydibuat berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematisa tipe tes yang cocok digunakan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematis adalah tes essay.

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Instrumen(alat pengumpulan data) dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Dimana tes yang dibuat akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIII di SMP N 2 Pariangan dan SMP N 3 Pariangan.

Hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh hasil tes yang baikadalah sebagai berikut:

a. Menyusun Tes

Langkah-langkah dalam menyusun tes adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis.

2) Membuat batasan terhadap bahan pelajaran yang akan diujikan.

3) Menyusun kisi-kisi soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis.

4) Menuliskan dan menyusun butir-butir soal yang diujikan.

5) Pemberian skor terhadap jawaban peserta didik.

b. Validitas Tes

Pada penelitian yang akan peneliti lakukan ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi dan validitas muka.”Validitas isi adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana skor dalam tes berhubungan dengan penguasaan peserta tes dalam bidang studi yang diuji melalui perangkat tes tersebut”. Jika dilihat dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar, validitas isi sering disebut juga validitas kurikuler dan validitas perumusan. Validitas kurikuler berkenaan dengan petanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Validitas perumusan berkenaan dengan pertayaan

apakah aspek-aspek dalam soal-soal itu betul-betul tercakup dalam perumusan tentang apa yang hendak diukur (Arifin, 2009:148). Jadi tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar dan sahih dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan tes harus sesuai dengan indikator pembelajaran dan kisi-kisi soal yang dibuat.

Rancangan soal tes disusun sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dan sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat. Soal-soal tes diberikan kepada beberapa ahli untuk menvalidasi soal-soal yang telah dibuat yaitu Ibunda Vivi Hamdani M.Si (Dosen IAIN Batusangkar dan Bapak Amral M. Si (Dosen IAIN Batusangkar) dan Ibunda Nedrati, S.Pd (Guru mata pelajaran Matematika SMP Negeri 3 Pariangan) untuk hasil Validasi soal uji coba tes kemampuan pemecahan masalah matematis, dengan hasil Validasi adalah B yaitu Berdasarkan hasil validasi ahli maka soal tes akhir dapat digunakan dengan sedikit revisi pada penulisan soal. Hasil validasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran VI halaman 102.

Tabel 3.6 Tabel Saran Validator Saran

Sebelum Revisi Setelah Revisi

Perbaiki kartesius. Seorang penari bergerak diatas panggung tersebut. Gerakan bermula dari titik (3,5) dan setiap putaran mengikuti pola sebagai berikut: ( 1 satuan kekanan, 1 satuan ke depan, 1 satuan ke kiri, 1 satuan ke belakang) dan seterusnya. Tentukan koordinat seorang penari bergerak 2543 kali

Gerakan bermula dari titik (3,5) dan setiap putaran mengikuti pola sebagai berikut: ( 1 satuan kekanan, 1 satuan ke depan, 1 satuan ke kiri, 1 satuan ke belakang) dan seterusnya. Tentukan koordinat seorang penari bergerak 2543 kali, Jelaskan. akan mengerjakan tugas yang diberikan guru

Soal no 5 Diki, Ozi dan Aidil hendak pergi kerumah Romi mereka akan mengerjakan tugas yang diberikan guru Jelaskan !

c. Uji Coba Tes

Supaya soal yang disusun memiliki kriteria soal yang baik, maka soal tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan soal-soal yang memenuhi kriteria.

Untuk itu peneliti mengujicobakan tes ke lokal yang tidak terpilih menjadi sampel.Tes ini diujicobakan di kelas VIII SMPN 2 Pariangan yang dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2018. Lampiran IXhalaman 115.

d. Analisis Butir Soal 1) Validitas Empiris

Perhitungan validitas dari sebuah instrumen dapat menggunakan rumus korelasi pearson product moment.

Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut (Lestari, 2007, 193):



Untuk menginterpretasikan tingkat validitas, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya sebagai berikut :

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,90 ≤ rxy ≤1,00 Sangat tepat/ sangat baik 0,70 ≤ rxy<0,90 Tepat/ baik

0,40 ≤ rxy< 0,70 Cukup Tepat/ cukup baik 0,20 ≤ rxy<0,40 Tidak tepat/ buruk

rxy <0,20 Sangat Tidak Tepat/ sangat buruk (Sumber: Lestari, 2017:193)

Setelah harga koefisien validitas tiap butir soal diperoleh, kemudian hasil diatas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = n -2. Jika t hitung > t tabel maka koefisien validitas butir soal pada taraf signifikansi yang dipakai dan dinyatakan valid.

Setelah dilakukan uji coba tes dan dilakukan perhitungan maka didapatkan validitas butir soal pada tabel 3.8

Tabel 3.8 Hasil Validitas Butir Soal Setelah DilakukanUji Coba

Nomor soal Keputusan

1 Valid

2 Valid

3 Valid

4 Valid

5a Valid

5b Valid

6 Valid

Berdasakan tabel di atas, terlihat bahwa semua soal valid.

Hasil perhitungan validitas butir soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran X halaman 116.

2) Daya Pembeda

Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang dapat menjawab soal tersebut dengan tepat dan peserta didik yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat (Lestari, 2017:217). Pengukuransejauh mana suatu butir soal mampu

membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/ kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didikyang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi. Daya pembeda soal ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal.

Karena jenis soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis adalah soal essay , untuk menghitung daya pembeda soal essay, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:(Arifin, 2012:356).

a) Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah.

b) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah.

c) Cari indeks pembeda soal dengan rumus : ̅ ̅

( )

Keterangan :

= Indeks Pembeda

̅ = Rata-rata skor kelompok atas ̅ = Rata-rata skor kelompok bawah

∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

= Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

n = 27% x N (baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah)

Menurut (Arifin 2012:357), Suatu soal mempunyai daya pembeda soal yang berarti (signifikan) jika thitung t tabel pada df yang ditentukan”. Setelah dilakukan uji coba dengan ttabel = 2,31 untuk semua soal diperoleh daya pembeda soal sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Daya Pembeda Soal Setelah Dilakukan Uji Coba No Soal thitung ttabel Keterangan

1 4,913 2,31 Signifikan

2 4,427 2,31 Signifikan

3 2,556 2,31 Signifikan

4 3,137 2,31 Signifikan

5a 6,957 2,31 Signifikan

5b 3,535 2,31 Signifikan

6 2,333 2,31 Signifikan

Berdasakan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua soal memiliki daya pembeda yang signifikan. Hasil perhitungan analisis daya pembeda soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran XI halaman 122.

3) TarafKesukaran Soal

(Lestari, 2015:223) mengatakan indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal.

Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan daya pembeda, jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda soal tersebut menjadi buruk karena baik peserta didik kelompok atas maupun kelompok bawah akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat.

Oleh karena itu, suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik jika soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran instrumen tes tipe subjektif dalam :

̅̅̅̅

Keterangan :

= Indeks kesukaran butir soal

̅̅̅̅= Rata-rata skor jawaban peserta didik pada suatu butir soal

= Skor maksimum ideal

Tabel 3.10Kriteria Indeks Kesukaran Soal

IK Interpretasi Indeks Kesukaran

Terlalu Sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Terlalu Mudah

(Sumber: Lestari, 2017:224)

Setelah dilakukan uji coba tes dan dilakukan perhitungan maka didapatkan indeks kesukaran soal pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Hasil Indeks Kesukaran Soal Setelah Dilakukan Uji Coba

No Soal IK Keterangan

1 Sedang

2 Sedang

3 Sedang

4 Sedang

5a Sedang

5b Sedang

6 Sedang

Tabel di atas memperlihatkan bahwa semua soal dikategorikan sedang.Perhitungan indeks kesukaran soal untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran XII halaman 126.

4) Klasifikasi Soal

Setelah dilakukan perhitungan indeks daya pembeda (Ip) dan indeks kesukaran soal (Ik) maka ditentukan soal yang digunakan.

Adapun klasifikasi soal uraian Prawironegoro dalam (Arikunto, 2008:219) adalah:

a) Soal tetap dipakai jika:

Daya pembeda signifikan, 0% <Tingkat Kesukaran < 100%.

b) Soal diperbaiki jika:

Daya pembeda signifikan dan tingkat kesukaran = 0% atau tingkat kesukaran = 100%

Daya pembeda tidak signifikan dan tingkat kesukaran = 0%

<tingkat kesukaran< 100%

c) Soal diganti jika

Daya pembedatidak signifikan dan tingkat kesukaran = 0% atau tingkat kesukaran =100%

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dan indeks kesukaran, soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.12 Klasifikasi Soal

Berdasarkantabel di atas dapat terlihat bahwa semua soal dapat dipakai. Hasil perhitungan analisis uji coba dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran XIII halaman 130.

5) ReliabilitasTes

Reliabilitas suatu instrumen adalah kekonsistenan instrumen bila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas n = Banyak butir soal

i2

= Variansi skor butir soal

t2

= Varians skor total = Banyak subjek

Tabel 3.13 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Soal

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,90≤ r ≤ 1 Sangat Tinggi

0,70 ≤ r <0,90 Tinggi

0,40≤ r <0,70 Sedang

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah

r < 0,20 Sangat Rendah

(Sumber: Lestari, 2017:206)

Harga yang diperoleh adalah 0,7151 yang berada pada interval 0,70 0,90 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tes uji coba memiliki korelasi reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran XIV halaman 131.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Meninjau sekolah tempat rencana penelitian yang akan diadakan.

b. Mengajukan surat observasi ke sekolah tersebut

c. Konsultasi dengan guru bidang studi Matematika di sekolah tersebut.

d. Membuat rencana pembelajaran (RPP) dan Ringkasan singkat e. Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.14 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Eksperimen Kontrol

Pertemuan 1 31 Juli 2018 31 juli 2018 Pertemuan 2 1 Agustus 2018 1 Agustus 2018 Pertemuan 3 2 Agustus 2018 3 Agustus 2018 Pertemuan 4 07 Agustus 2018 06 Agustus 2018

Tes Akhir 07 Agustus 2018 06 Agustus 2018 f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

RPP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP yang dirancang divalidasi diberikan kepada beberapa ahli untuk menvalidasi RPP yang telah dibuat yaitu Ibu Vivi Ramdhani, M.Si ( Dosen IAIN Tadris Matematika), Bapak Amral M.Si, ( Dosen IAIN Tadris Matematika ) dan Ibunda Nedrati, S.Pd (Guru Mata pelajaran Matematika SMPN 3 Pariangan) untuk hasil Validasi RPP, dengan hasil Validasi adalah B yaitu dapat digunakan dengan beberapa

RPP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. RPP yang dirancang divalidasi diberikan kepada beberapa ahli untuk menvalidasi RPP yang telah dibuat yaitu Ibu Vivi Ramdhani, M.Si ( Dosen IAIN Tadris Matematika), Bapak Amral M.Si, ( Dosen IAIN Tadris Matematika ) dan Ibunda Nedrati, S.Pd (Guru Mata pelajaran Matematika SMPN 3 Pariangan) untuk hasil Validasi RPP, dengan hasil Validasi adalah B yaitu dapat digunakan dengan beberapa

Dokumen terkait