• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

C. Kerangka Berfikir

Permasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan akseptabilitas draf kriteria baru sebagai penentuan kalender Hijriah oleh ahli falak ormas Islam di Indonesia. Fokus permasalahan penelitian ini adalah akseptabilitas draf kriteria baru sebagai penentuan kalender Hijriah oleh ahli falak ormas-ormas Islam di Indonesia serta peluangnya sebagai pemersatu dalam penetapan awal bulan Hijriah di Indonesia.

Dasar pemahaman dari teori dan kajian pustaka tersebut akan menjadikan terciptanya kerangka berfikir penelitian ini. Yaitu dimana variabel pemahaman, akseptabilitas, dan sikap dari ahli falak ormas Islam di Indonesia yang mempunyai hubungan terhadap kriteria baru penentuan kalender Hijriah, dikemukakan sebagai berikut:

1. Pengaruh pemahaman ahli falak pada setiap ahli falak ormas Islam di Indonesia terhadap kriteria baru penentuan kalender Hijriah

Hal yang sangat penting akseptabilitas dari sebuah kriteria adalah pemahaman seseorang terhadap kriteria itu sendiri. Bagaimana mungkin seseorang akan menerima dengan lapang dada terhadap sebuah kriteria, jika orang tersebut tidak paham akan sifat filosofi dan hal yang akan menjelaskan lainnya dari kriteria

tersebut. Pemahaman ahli falak pada setiap ormas Islam di Indonesia terhadap kriteria baru penentuan kalender Hijriah tersebut akan terjadi sebab jika ahli falak ormas-ormas Islam ini paham akan draf kriteria baru tersebut, maka mereka akan mendapatkan informasi yang lebih objektif tentang draf kriteria tersebut.

Ahli falak ormas-ormas Islam yang tidak paham akan draf kriteria baru ini cenderung tidak akan menerima walaupun sebaik dan seilmiah apapun draf kriteria baru dibuat dan dirumuskan. Berbeda dengan kelompok (ahli falak ormas Islam) yang mempunyai pemahaman akan draf kriteria baru ini, kemungkinan mereka akan akseptabel pun sangat tinggi.

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman ahli falak pada setiap ormas terhadap draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah yang diusung MABIMS dan MUI sebagai indikator akseptabilitas. Karena itu pula, ada kemungkinan ahli falak ormas-ormas Islam tidak bisa menerima draf kriteria baru penetapan kalender Hijriah yang disebabkan ketidakpahaman mereka terhadap draf kriteria baru tersebut. Kemudian dapat diduga pula bahwa ketika ahli falak pada setiap ormas-ormas Islam itu paham dengan draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah, akan berpengaruh signifikan terhadap akseptabilitas mereka atas draf kriteria baru.

Atau sebalikya, pemahaman ahli falak pada setiap ormas terhadap draf kriteria baru belum tentu akseptabel, karena mempunyai pandangan dan sikap terhadap kriteria lain. Belum tentu, ahli falak pada setiap ormas Islam yang pemahamannya

dikategori sedang terhadap kriteria baru, ternyata mempunyai akseptabilitas yang tinggi, atau tidak akseptabel karena mempunyai pilihan kriteria lain. Berbeda pula dengan dengan kelompok yang tidak mau tahu tentang draf kriteria baru tersebut, dapat dipastikan sangat sulit untuk akseptabel terhadap draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah.

2. Pengaruh akseptabilitas ahli falak pada setiap ormas Islam di Indonesia terhadap kriteria baru penentuan kalender Hijriah

Draf kriteria baru kalender Hijriah di Indonesia akan lebih mudah ditetapkan dan akan diikuti pemakaiannya oleh seluruh komponen umat Islam (terutama ormas Islam), jika draf kriteria baru tersebut dapat diterima oleh mereka. Pengaruh akseptabilitas ahli falak pada setiap ormas Islam yang sangat mempunyai urgensitas dinamika perbedaan penetapan kalender Hijriah di Indonesia ini, akan sangat kuat terhadap penetapan draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah di Indonesia tersebut.

Sebaliknya pula jika ahli falak ormas-ormas Islam di Indonesia tidak akseptabel terhadap draf kriteria baru tersebut, akan sangat sulit bahkan tidak mungkin adannya kesepakatan bersama dalam penetapan kalender Hijriah di Indonesia. Ini juga akan terjadi walaupun seberapa baik dan ilmiahnya draf kriteria baru tersebut. Bahkan mungkin jurang perbedaan penetapan kalender Hijriah akan semakin meruncing jika pemerintah menetapkan draf tersebut, dan ahli falak ormas-ormas Islam tidak akseptabel terhadap draf kriteria baru itu.

Agar ahli falak ormas-ormas Islam itu akseptabel terhadap draf keriteria baru tersebut, maka komponen-komponen yang dapat

menjadikan akseptabel harus dipenuhi dan diberikan informasinya kepada ahli falak ormas-ormas Islam tersebut. Yaitu ahli falak ormas-ormas Islam minimal harus mengetahui kegunaan atau kemanfaatan (perceived usefulness) draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah sebagai suatu tingkatan di mana ahli falak pada setiap ormas Islam percaya bahwa menggunakannya dapat menyatukan penentuan awal bulan Hijriah. Sedangkan komponen lain, ahli falak ormas Islam juga harus mengerti bahwa dengan menggunakan draf kriteria baru ini dapat memunculkan kemudahan penggunaan (perceived ease of use) sebagai tingkat kepercayaan pengguna terhadap kriteria yang dapat digunakan dengan mudah, dipahami, dipelajari, dan diterapkan.

3. Pengaruh sikap ahli falak pada setiap ormas Islam di Indonesia terhadap kriteria baru penentuan kalender Hijriah

Sikap menjadi komponen yang sangat penting kaitannya terhadap masa depan draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah di Indonesia. Seberapa penting sikap ini sama halnya dengan seberapa penting cita-cita dibuatnya draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah. Ini terjadi karena jika sikap para ormas Islam tidak berkenan memakai draf ini, maka seberapun usaha ilmiah dilakukan, maka dapat dipastikan perbedaan penentuan kalender Hijriah di Indonesia akan tetap terjadi. Begitupun jikalau ahli falak ormas-ormas Islam ini paham, bahkan akseptabel terhadap draf kriteria baru itu, akan tetapi mereka mempunyai sikap berbeda, maka akan sulit juga drafini dijadikan kesepakatan bersama sebagai penentu kalender Hijriah.

Sehingga seberapa kuat sikap dari ormas-ormas Islam untuk menerima draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah, akan menentukan seberapa efektif pengesahan draf kriteria baru tersebut dalam penyelarasan dan peminimalisir adanya jurang perbedaaan kalender Hijriah di Indonesia.

Pengaruh sikap ahli falak ormas-ormas Islam di Indonesia terhadap draf kriteria baru penentuan kalender Hijriah menjadi komponen penentu akan terciptanya draf yang efektif dalam penyelarasan penentuan kalender Hijriah di Indonesia. Konsekwensinya, jika para ormas Islam berbeda, atau punya sikap sendirir-sendiri, maka kemungkinan tinggi akan tetap adanya perbedaan awal bulan Hijriah di Indonesia.

BAB III

Dokumen terkait