Keterampilan argumentasi merupakan suatu keterampilan untuk memberikan pernyataan yang disertai dengan bukti dan alasan (McNeill & Krajcik, 2006).
Keterampilan argumentasi memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam konstruksi pengetahuan dengan cara menerima sesuatu berdasarkan bukti, gagasan yang masuk akal, atau kekuatan yang tidak terbantahkan. Argumentasi dapat memberikan pondasi yang kuat dalam memahami konsep secara utuh dan benar.
Oleh karena itu, penguasaan keterampilan argumentasi sangat perlu untuk dikembangkan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan argumentasi adalah melalui penggunaan modul yang memuat informasi secara sistematis. Modul merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, menampilkan kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga secara akumulatif, siswa mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Penelitian Putri (2016) diperoleh kesimpulan bahwa modul animalia kontekstual berbasis LoI efektif untuk
memberdayakan keterampilan argumentasi siswa yang dibuktikan dengan nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa modul yang di dalamnya diintegrasikan suatu model pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan argumenasi siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diintegrasikan ke dalam modul sehingga dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan argumentasi siswa adalah model pembelajaran berbasis inquiri. Komite National Research Council Amerika (2007) menyebutkan bahwa inkuiri merupakan jalan untuk memahami sains secara utuh, dimana pembelajar belajar bagaimana menyelesaikan masalah berdasarkan data dan fakta. Bybee (1997) menyatakan bahwa penggunaan inkuiri memberikan pengalaman pada siswa dalam menempatkan masalah dalam konteks yang tepat, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, melibatkan siswa secara aktif, meningkatkan sikap positif terhadap pembelajaran sains, serta meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Komunikasi dalam sains harus melibatkan argumentasi, yang meliputi kegiatan memberi penjelasan ilmiah dalam suatu fenomena, memberikan alasan yang rasional dan partisipasi dalam aktivitas ilmiah dan diskusi.
Model pembelajaran berorientasi inquiri yang dikembangkan untuk melatih kemampuan argumentasi adalah model ADI (Sampson & Gleim, 2009). Model ADI merupakan sebuah model pembelajaran berorientasi inkuiri yang menekankan pada kegiatan berargumentasi yang mampu melatih siswa berargumentasi. ADI berbeda dari metode lainnya karena ADI menyediakan kesempatan kepada siswa untuk merancang penelitian mereka dan menemukan hasil sendiri, terlibat dalam proses argumentasi dimana mereka dapat berbagi dan mendukung ide-ide serta konsep sains (Demircioglu & Ucar, 2012). Model pembelajaran ADI sesuai dengan teori belajar Sosiokultural Vygotsky karena ada satu tahap pada model ADI dimana siswa diberi kesempatan untuk terlibat dalam suatu interaksi sosial melalui kegiatan mengusulkan, mendukung, mengkritik, dan mempertahankan argumentasi, penjelasan, ataupun pendapatnya dalam satu sesi diskusi kelas atau dalam format kelompok kecil yang akan memberikan kontribusi dan membangun bersama makna
suatu pengetahuan. Model pembelajaran ADI sesuai dengan teori belajar konstruktivisme Piaget, teori belajar penemuan Jean Brunner dan teori belajar bermakna Ausubel, karena teori-teori belajar tersebut termuat dan sesuai dengan sintaks model ADI.
Sintaks model ADI meliputi delapan tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah;
(2) mengum-pulkan data; (3) pembuatan argumen tentatif; (4) sesi argumentasi; (5) aporan investigasi; (6) double-blind peer review; (7) revisi laporan; dan (8) diskusi reflektif. Kemampuan siswa untuk berargumen atau mengemukakan klaim (claim) yang didukung data (evidence), disertai pembenaran (reasoning) dapat terlihat jelas dalam tahapan sesi argumentasi. Selain itu, tahapan ini juga mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan sanggahan (rebuttal) terhadap claim awal siswa lainnya.
Beberapa penelitian yang terkait dengan penggunaan strategi ADI dalam pembelajaran sains telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya mengkaji pengaruh ADI terhadap keterampilan argumentasi. Hasil penelitian Demircioglu &
Ucar (2012) menunjukkan bahwa ADI lebih efektif dalam meningkatkan kualitas argumentasi dibandingkan dengan metode praktikum tradisional. Penelitian Ginanjar, Utari, dan Muslim(2015) menunjukkan hasil bahwa penerapan model ADI dapat meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa, baik argumentasi lisan maupun argumentasi tertulis. Penelitian yang dilakukan oleh Demircioglu dan Ucar (2012) diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model ADI lebih efektif dalam meningkatkan kualitas argumentasi siswa dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional atau ceramah.
Modul berbasis ADI merupakan modul yang penyajiannya berisi kegiatan-kegiatan yang mengakomodir sintaks dari model pembelajaran ADI yang dapat mengarahkan siswa dalam berargumentasi. Modul berbasis ADI dapat meningkatkan keterampilan argumentasi siswa, karena penyajian materi dengan tahap-tahap ADI, sehingga siswa secara langsung terlibat dalam kegiatan penyelidikan, merancang sendiri pertanyaan penelitian mereka dan membuat kesimpulan sendiri, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam argumentasi dengan berbagi ide, mendukung dan mendiskusikannya. Siswa akan
berusaha menemukan konsep dan jawaban hipotesis, mengajukan argumen serta mengkritisi argument siswa lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modul berbasis ADI keterampilan argumentasi siswa akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 2.8.
Pengembangan Modul Berbasis Argument Driven Inquiry (ADI)
Keterampilan Argumentasi Siswa dapat dberdayakan Analisis Bahan Ajar:
Bahan ajar yang digunakan hanya berisi soal-soal yang memerlukan jawaban singkat.
Bahan ajar belum memuat kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi siswa untuk berargumentasi.
Penilaian hanya terbatas pada aspek kognitif
Gambar 2.8 Alur Kerangka Berpikir
Perlu Pengembangan bahan ajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk berargumentasi
Keterampilan yang perlu dikuasai pada abad 21:
keterampilan berpikir, komunikasi, kreatifitas, kerjasama.
Keterampilan yang menjadi bagian penting dari keterampilan komunikasi khususnya dalam bidang sains adalah keterampilan argumentasi.
Keterampilan argumentasi adalah keterampilan seseorang untuk melakukan proses penyusunan sebuah pernyataan yang bertujuan untuk membenarkan keyakinan, sikap atau suatu nilai, mempertahankannya, dan mempengaruhi orang lain yang disertai dengan bukti dan alasan yang logis.
Fakta di lapangan:
Jumlah siswa yang memiliki inisiatif dalam mengemukakan pendapat / menjawab pertanyaan sebanyak 7 siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa jawaban ataupun pernyataan yang diberikan siswa cenderung berupa pernyataan singkat dan kurang lengkap, serta tidak disertai dengan alasan dan bukti yang tepat.
Hasil analisis menunjukkan persentase aspek keterampilan argumentasi siswa sebagai berikut: claim 24,08%; evidence 16,88%;
reasoning 10,43%; dan rebuttal 0%. Rata-rata keterampilan argumentasi siswa 12,84%.
Keterampilan argumentasi siswa rendah
Model ADI sesuai dengan teori belajar : Vygotsky 3. pembuatan argumen tentative;
4. sesi argumentasi; 5. Laporan investigasi;
6. double-blind peer review; 7. revisi laporan; 8. diskusi reflektif
Analisis Proses Pembelajaran:
Pembelajaran berpusat pada guru.
Tidak ada kegiatan-kegiatan yang memfasilitasi siswa untuk berargumentasi.
Guru tidak memfasilitasi siswa untuk mengajukan argumentasi yang disertai dengan bukti dan alasan yang lengkap.