• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Berpikir

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 30-37)

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori, dan dengan kajian dari penelitian-penelitian yang relevan maka penulis memiliki pemikiran sebagai berikut:

1. Pengaruh pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif terhadap prestasi belajar termokimia.

Pemilihan pendekatan dan media pembelajaran merupakan salah satu usaha guru untuk memaksimalkan proses belajar siswa. Pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan materi, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi termokimia adalah salah satu bagian dari mata pelajaran kimia yang harus dikuasai siswa SMA kelas XI semester 1. Karakteristik materi termokimia adalah abstrak, kontekstual, matematis, dan konseptual. Materi termokimia mempelajari reaksi endoterm dan eksoterm yang kongkritnya bisa dipelajari dengan melihat contoh kejadian yang terjadi pada kehidupan sehari-hari siswa. Teori belajar Ausubel mengatakan bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Hal ini sesuai dengan materi termokimia yang mengakaitkan konsep belajar sebelumnya dengan konsep-konsep yang baru sehingga saling berhubungan dan relevan, yaitu siswa akan belajar menghitung kalor reaksi yang berhubungan dengan stoikiometri yang sebelumnya telah dipelajari.

Salah satu pendekatan yang sesuai dengan materi termokimia adalah CTL.

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas, 2004).

Pembelajaran CTL sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menghendaki siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan membangun pengetahuannya sendiri melalui pembentukan makna dan mengkaitkannya dengan kehidupan keseharian siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selama proses pembelajaran siswa akan berdiskusi dan belajar dengan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat menginternalisasi pemahaman-pemahaman yang sulit dan masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori Vygotsky yang mengemukakan pentingnya faktor-faktor sosial dalam belajar yaitu melalui interaksi antara bahasa dan tindakan dalam kondisi sosial.

Sementara itu hal yang tidak kalah penting dari pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah modul dan media interaktif. Modul adalah media berbasis cetakan sedangkan media interaktif adalah media berbasis komputer. Setiap media pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, tidak ada satu media yang sempurna. Kedua media tersebut dapat didesain untuk pembelajaran mandiri sebagai sumber belajar pada materi termokimia. Penggunaan modul dan media interaktif diharapkan mampu membantu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Modul merupakan salah satu media pembelajaran alternatif yang bisa memberikan informasi kepada siswa tanpa kehadiran guru secara langsung.

Modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka. Modul dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari. Hal-hal itulah yang mendukung modul dapat dikatakan sebagai sumber belajar mandiri. Pembelajaran dengan modul

diharapkan dapat membuat siswa berperan lebih aktif dan lebih mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuan, sehingga memungkinkan tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Kelemahan modul yaitu: 1) sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan; 2) biaya percetakan mahal jika di dalamnya terdapat ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni; 3) setiap bagian dalam unit-unit materi dalam media cetakan harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan tidak membosankan siswa, 4) jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusak atau hilang, 5) membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.

Media interaktif memiliki keunggulan yaitu dapat menayangkan informasi yang berupa teks, gambar, video dan animasi sehingga bersifat lebih interaktif dengan siswa dan dimungkinkan siswa lebih termotivasi dalam belajar.

Kekurangan dari media interaktif adalah: 1) memerlukan komputer dan pengetahuan program; 2) pembuatannya cukup rumit; 3) biaya pembuatan relatif mahal; 4) membutuhkan kemampuan siswa dalam penggunaan media interaktif;

5) hanya efektif digunakan untuk penggunaan seseorang atau beberapa siswa dalam kurun waktu tertentu.

Modul termasuk pengalaman simbolik, yaitu materi pembelajaran disajikan dalam bentuk bahasa dan simbol. Pada tahap ini siswa sudah mampu memanipulasi simbol-simbol dan hanya sedikit sekali mengandalkan gambaran objek-objek konkret. Media interaktif termasuk pengalaman ikonik, yaitu materi yang disajikan untuk siswa yang bentuknya persepsi statik dan sudah melibatkan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek, tetapi siswa tidak memanipulasi objek secara langsung. Dari penjelasan tersebut, diduga pembelajaran CTL berbantuan media interaktif akan memberikan hasil belajar yang lebih baik.

2. Pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar termokimia.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa salah satunya adalah faktor ekternal dan internal siswa. Faktor internal yang digunakan pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan proses berpikir reflektif yang aktif secara terus-menerus dan berkelanjutan yang melibatkan proses kognitif seseorang mengenai keyakinan dan pengetahuan.

Dalam pembelajaran bermakna yang merupakan landasan dari pembelajaran CTL, siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi akan mudah mengeksplorasi keterkaitan materi, lingkungan, dan pengalaman yang mereka alami sehingga siswa lebih mudah memahami pelajaran dan sebagai akibatnya prestasi belajarnya akan meningkat.

Materi termokimia memiliki karakteristik untuk menganalisa, banyak konsep terkait termokimia yang hampir sama yang mengakibatkan siswa mengalami kebingungan. Materi termokimia juga bersifat hitungan yang menuntut siswa dapat menginterpretasi dan mengevaluasi data-data sehingga melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran CTL menganut teori belajar konstruktivis, pengetahuan dibangun oleh siswa, tidak diberikan langsung dari guru kepada siswa sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah cenderung mengalami kesulitan belajar karena menunggu pengetahuan diberikan oleh guru sehingga prestasi belajarnya akan rendah pula.

Diduga terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia. Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi diharapkan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Pengaruh kecerdasan visual tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar termokimia

Faktor internal lain yang ditinjau pada penelitian ini adalah kecerdasan visual. Siswa dengan kecerdasan visual tinggi dapat dengan mudah mengingat dan melihat kembali kejadian yang pernah dialami, sehingga pada pembelajaran CTL siswa dapat lebih mudah membuat hubungan antara pengalaman yang dialaminya dengan materi termokimia dalam pembelajaran serta pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Lucy (2010) kecerdasan visual termasuk juga kemampuan untuk memahami diagram dan grafik, serta menginterpretasikan gambar-gambar visual dan memiliki kepekaan terhadap warna dan garis. Pemahaman konsep dalam memahami data berbentuk tabel, penentuan arah aliran kalor pada reaksi endoterm dan eksoterm, serta menginterpretasikan diagram tingkat energi dan hubungannya dalam penentuan entalpi reaksi pada pokok bahasan termokimia memerlukan kecerdasan visual. Siswa yang memiliki kecerdasan visual yang baik diharapkan akan lebih mudah memahami konsep termokimia. Diduga terdapat pengaruh kecerdasan visual terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia.

4. Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar termokimia

Dalam pembelajaran CTL berpikir kritis merupakan kemampuan yang diperlukan dalam mengeksplorasi keterkaitan materi dan pengalaman yang mereka alami, menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan permasalahan dan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang khususnya berhubungan dengan materi termokimia sehingga dapat mengambil kesimpulan yang berupa pengetahuan. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari.

Dalam mengkonstruksi pengetahuannya dibutuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menginterpretasi, menganalisa, dan mengevaluasi data-data dan informasi yang terdapat di dalam modul sehingga diharapkan siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dengan pembelajaran CTL berbantuan modul akan mempunyai prestasi belajar yang memuaskan. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah akan lebih cocok dikenai pembelajaran CTL berbantuan media interaktif karena dalam proses pembelajaran lebih menarik dan lebih termotivasi dengan penyajian video dan animasi sehingga mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Diduga ada interaksi antara pembelajaran CTL berbantuan

modul dan media interaktif dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar pada materi termokimia.

5. Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif dengan kecerdasan visual siswa terhadap prestasi belajar termokimia

Pada penelitian ini pada pembelajaran termokimia dengan pendekatan CTL digunakan media yang berupa modul dan media interaktif. Kedua media tersebut akan berisikan materi pelajaran termokimia sebagai sumber belajar.

Dalam menginterpretasi pengetahuan yang terdapat pada modul yang dilengkapi dengan gambar-gambar, tabel, grafik, dan diagram pada materi termokimia serta media interaktif yang berisi animasi dan video serta data-data tabel, grafik dan diagram, tentu saja dibutuhkan kecerdasan visual dalam mempelajarinya. Siswa dengan kecerdasan visual tinggi dapat dengan mudah mengingat dan melihat kembali kejadian yang pernah dialami, sehingga pada pembelajaran CTL siswa dapat lebih mudah membuat hubungan antara pengalaman yang dialaminya dengan materi termokimia dalam pembelajaran serta pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Siswa dengan kecerdasan visual tinggi cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti animasi dan video, sehingga belajar menggunakan media interaktif yang dalam sajiannya berisi animasi dan video dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Siswa yang mempunyai kecerdasan visual rendah akan lebih cocok dikenakan pembelajaran berbantuan modul dalam proses belajarnya, karena penyusunannya yang sangat terstruktur dan tidak dilengkapi animasi yang menuntut kecerdasan visual siswa untuk memahaminya sehingga lebih mudah untuk dipelajari. Diduga ada interaksi antara pembelajaran CTL berbantuan modul dan media interaktif dengan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar pada materi termokimia.

6. Interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia

Kemampuan berpikir kritis merupakan proses berpikir reflektif yang aktif secara terus-menerus dan berkelanjutan yang melibatkan proses kognitif seseorang mengenai keyakinan dan pengetahuan. Kecerdasan visual adalah kecerdasan dalam berpikir dalam gambar meliputi pemahaman arah dan apa yang dilihat serta menginterpretasikan gambar, tabel, diagram, dan memahami hubungan-hubungan di dalamnya dengan pengetahuan. Dalam menginterpretasi bentuk-bentuk visual yang berupa gambar, tabel, diagram diperlukan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga dapat memahami hubungan-hubungan di dalammnya dengan pengetahuan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan visual dan kemampuan berpikir kritis mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini berarti siswa dengan kecenderungan kecerdasan visual tinggi dan kemampuan berpikir kritis tinggi akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar.

Demikian pula siswa dengan kecenderungan kecerdasan visual rendah dan kemampuan berpikir kritis rendah akan meningkat prestasi belajarnya karena penggunaan pembelajaran bermakna dalam kondisi sosial. Selama proses pembelajaran siswa akan berdiskusi dan belajar dengan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat menginternalisasi pemahaman-pemahaman yang sulit dan masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran. Diduga terdapat interaksi antar kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia.

7. Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif, kemampuan berpikir kritis, dan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia

Bertolak dari uraian sebelumnya yaitu kemungkinan siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan kecerdasan visual rendah lebih cocok dikenai pembelajaran CTL berbantuan modul sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah dan kecerdasan visual tinggi lebih cocok dikenai pembelajaran CTL berbantuan media interaktif. Kedua media ini dalam proses pembelajaran akan digunakan siswa dalam mengkonstruksi

pengetahuannya sesuai dengan pembelajaran CTL yang menganut teori belajar konstruktivis, pengetahuan dibangun oleh siswa, bukan diberi guru. Diduga ada interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL menggunakan media modul dan media interaktif, kemampuan berpikir kritis, dan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dan perumusan masalah yang diajukan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif terhadap prestasi belajar termokimia.

2. Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar termokimia.

3. Terdapat pengaruh kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia.

4. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar termokimia.

5. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif dengan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia.

6. Terdapat interaksi antara kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia.

7. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan pendekatan CTL berbantuan modul dan media interaktif, kemampuan berpikir kritis, dan kecerdasan visual terhadap prestasi belajar termokimia.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 30-37)

Dokumen terkait