• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Getasan 22 024 06 20 903 359 2 Tenggaran 376 504 306 460

2.7 Kerangka Berpikir

Penelitian ini akan dijelaskan melalui kerangka pemikiran mengenai tahap-tahap penlitian teoritis, kerangka penelitian tersebut berupa skema sederhana yang dapat menggambarkan tentang proses pemecahan permasalahan, kerangka berfikir yaitu sebagai berikut:

Kabupaten Semarang memiliki potensi dalam pengembangan usaha ternak sapi perah dilihat dari jumlah ternak sapi perah yang terdapat di Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 27.609 ekor hal tersebut juga didukung dengan jumlah ketersedian pakan ternaknya yang dapat dikatakan sangat memadai untuk melakukan pengembangan usaha ternak khususnya ternak sapi perah pada tahun yang sama sebanyak 1.504.663 Kg. Kecamatan Getasan menjadi daerah dengan jumlah populasi ternak sapi perah terbesar dengan jumlah 16.913 ekor sapi perah dengan produksi susu sebanyak 20.903.359 liter. Kecamatan Getasan itu sendiri terdiri dari 12 Desa dan desa yang memiliki jumlah populasi sapi perah terbesar terdapat pada Desa Sumogawe.

Jumlah sapi perah yang dimiliki seorang peternak sangat berpengaruh terhadap

besarnya susu sapi yang dapat diproduksi. Pada umumnya pemerahan susu sapi perah dilakukan dua kali dalam satu hari. Pemerahan yang dilakukan lebih dari dua kali sehari hanya dilakukan apda sapi yang beproduksi susu tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah tiga kali sehari. Akan tetapi di Indonesia frekeunsi pemerahan diatas dua kali sehari masih jarang dilakukan karna hal itu dinilai peningkatan biaya produksi untuk pemerahan

sebanyak tiga kali atau lebih tidak dapat ditutupi oleh peningkatan jumlah air susu yang akan diperoleh.

Penggunaan pakan ternak di Desa Sumogawe terbagi menjadi dua model, model penggunaan pakan ternak yang dilakukan oleh para peternak dengan pemikiran tradisonal cenderung menggunakan pakan ternak sesuai dengan apa yang sudah dilakukan peternak peternak terdahulu. Peternak pada model ini hanya sebatas menggunakan insting/felling dalam penakaran pakan ternak sapi perahnya, dan biasanya tidak mudah menerima masukan ataupun arahan dari penyuluh yang ada di Desa Sumogawe. Hal ini sangat berbeda dengan peternak yang memiliki pola berfikir sudah modern. Peternak dengan pola pikir modern lebih mempercayai arahan dari penyuluh peternakan, lebih belajar dari pengalaman dan dalam penakaran pakan ternaknya sesuai dengan arahan penyuluh peternakan.

Tenaga kerja merupakan sejumlah penduduk yang bekerja dan digunakan sebagai salah satu input untuk menjalankan produksi. Termasuk juga didalamnya adalah kualitas dan kuantitas peternak sapi perah. Pada umumnya peternakan tidak mempekerjakan tenaga kasar saja, sehingga harus ada tenaga yang mempunyai ilmu beternak yang biasanya diperoleh dari pendidikan formal dan biasa dikenal sebagai sarjana peternakan. Selain kedua tenaga kerja tersebut terdapat tenaga terampil yang memiliki ketrampilan beternak. Biasanya ketrampilan mereka diperoleh dari kebiasaan beternak. Mereka biasanya berupa tenaga kerja yang telah lama berkecimpung dalam peternakan. Tenaga kerja yang ideal untuk sebuah usaha peternakan adalah tenaga kerja yang memiliki modal dalam akademik juga memiliki pengalaman dalam usaha ternak itu sendiri. Akan

tetapi mayoritas peternak sapi perah di desa sumogawe belum memiliki modal akademik, hanya bermodalkan pengalaman dan ketrampilan. Tidak sedikit yang memperkerjakan anggota keluarganya dalam usaha ternak sapi perah, hal ini bertujuan untuk menekan beban biaya pembiayaan tenaga kerja.

Teknologi mempunyai arti sebagai pengembangan dari alat mesin atau pertukaran, material dan proses yang menolong manusia menyelsaikan masalahnya. Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Teknologi adalah salah satu cirri yang mendefinisikan hakekat manusia, yaitu bagian dari sejarahnya yang meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi berkaitan erat dengan sains dan perkayasaan. Dengan kata lain teknologi mengandung dua dimensi yaitu science dan engineering yang salung berkaitan satu dengan lainya, dengan kata lain teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menjelaskan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.

Pada gambar di bawah akan dijelaskan mengenai alur berfikir dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi perah di Desa Sumogawe.

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Desa Sumogawe

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013:99). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dengan mengacu dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi empiris yang berkaitan dengan penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Jumlah Sapi (Ekor) Pakan Ternak (Rupiah) Tenaga Kerja (Jam Kerja) Teknologi (Dummy) Produksi Susu (Liter)

H01: Jumlah Sapi Perah tidak berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

Ha1: Jumlah Sapi Perah berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

H02: Pakan Ternak tidak berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

Ha2: Pakan Ternak berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan

H03: Tenaga Kerja tidak berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

Ha3: Tenaga Kerja berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

H04: Teknologi tidak berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan

Ha4: Teknologi berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan

H0 : Jumlah sapi perah, pakan ternak, tenaga kerja serta teknologi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan

Ha: Jumlah sapi perah, pakan ternak, tenaga kerja serta teknologi secara bersama-sama berpengaruh terhadap besarnya output usaha ternak sapi perah yang berupa susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

a. Jumlah sapi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

b. Pakan ternak tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

c. Jam kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

d. Teknologi tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

e. Variabel jumlah sapi, pakan ternak, jam kerja dan teknologi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap produksi susu di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dapat disusun saran sebagai berikut.

a. Bagi pemerintah kabupaten Semarang untuk meningkatkan peranya dalam bentuk bantuan pakan, penyuluhan, pelatihan serta penambahan jumlah sapi perah ataupun bibit unggul sapi perah.

b. Sebaiknya peternak sapi perah di Desa Sumogawe mulai mengubah pola pikirnya untuk menjadikan usaha ternak sapi perah ini sebagai usaha yang tidak semata-mata hanya dijadikan usaha sampingan ataupun dijadikan tabungan. Hal ini terkait manajemen usaha sapi perah di Desa Sumogawe dengan tujuan bisa memiliki usaha ternak sapi perah yang berjangka panjang dan menguntungkan.

c. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang produksi susu sebaiknya dapat menggunakan variabel lain yang diduga masih berpengaruh seperti luas kandang, obat-obatan, modal, tingkat pendidikan peternak, dan sebagainya.

Dokumen terkait