• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka berpikir dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai arah dan juga pedoman dalam melaksanakan penelitian untuk memahami alur pemikiran sehingga analisis yang dilakukan lebih sistematis, terarah dan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Kerangka berpikir juga membantu memberikan keterpaduan dan keterkaitan antar variabel sehingga menghasilkan pemahaman yang utuh terarah dan logis sistematis. Penelitian ini diawali dengan kesadaran bahwa bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang sangat besar dan juga merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan negara yang sangat multikultural dengan keanekaragaman suku, agama, budaya, ras, bahasa dan budaya. Memahami realitas ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan dalam membangun relasi sosial serta memandang keanekaragaman sebagai sebuah keniscayaan, anugerah dan kekayaan bangsa yang luar biasa.

Pemahaman akan realitas bangsa Indonesia yang beranekaragam dan pemahaman akan nilai multikultural oleh peserta didik dapat menjadi dasar yang kuat untuk diterapkan dalam pergaulan dan relasi sosial di lingkungan kelas, lingkungan sekolah dan juga di lingkungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai multikultural tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran kolektif peserta didik dan membangkitkan rasa kebersamaan, rasa persaudaraan dan sikap jujur, terbuka, toleran dan tidak angkuh dan acuh tak acuh. Sikap tersebut sangat membantu dalam membangun peradaban bangsa Indonesia. Sikap saling menghargai dan menghormati berimplikasi pada kerjasama yang saling menguntungkan dengan semangat gotong royong, toleransi yang mengikat perbedaan menjadi sesuatu kebanggan bangsa.

Sikap dan cara pandang berbasis multikulturalisme harus dijadikan sebagai kekuatan batin dan landasan dasar dalam bermasyarakat, menjadi modal utama untuk mencapai tujuan bersama dan keyakinan akan nilai-nilai luhur kebangsaan tentang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan menjunjung tinggi toleransi dan penghargaan terhadap keragaman budaya. Nilai luhur yang dimaksud adalah gotong royong, semangat persaudaraan, rasa persatuan kesatuan, nasionalisme dan selalu menempatkan serta mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan, sikap rela berkorban dan toleransi terhadap sesama.

Hal inilah yang diharapkan memberikan kesadaran dan motivasi bagi peserta didik sehingga terbentuknya karakter yang tekun, tangguh, jujur, ulet, rajin, dan sikap rela berkorban, saling menghormati, serta kreatif dan inovatif untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Implikasi dari pemahaman dan kesadaran terkait multikulturalisme dapat membentuk karakter kuat pada peserta didik, dengan adanya karakter kuat tersebut peserta didik akan memiliki rasa bangga, semangat juang, serta rasa toleransi yang tinggi terhadap sesama di tengah derasnya arus globalisasi terlebih di era digital saat ini.

Era digital merupakan era baru yang ditandai oleh penggunaan teknologi informasi yang berkembang pesat melampaui cara-cara klasik yang sudah tidak relevan dengan gaya hidup sekarang. Generasi Z adalah pemilik dan penerus peradaban di era digitalisasi atau zaman revolusi industri 4.0. Mereka karena sehari-hari ditemani gadget atau gadget, cenderung individualis, karena ditayangkan terus-menerus. Informasi yang mengandung hoax atau hate-speech dapat merasuki mereka tanpa mereka sadari. Hal ini tentu berbahaya bagi masa depan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Dengan kondisi seperti ini, perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan tersebut. Institusi pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar dalam mempersiapkan anak bangsa di era globalisasi ini. Kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran sangat menentukan kualitas dan output dari peserta didik, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Kurikulum mata pelajaran sejarah mengandung nilai-nilai berharga dalam kehidupan.

Materi pelajaran sejarah mempunyai potensi dalam menanamkan nilai –nilai yang mengandung penghargaan terhadap masyarakat multikultural di Indonesia agar dapat menjadi manusia yang berkarakter unggul.

Afandi (2011: 87) mengemukakan bahwa karakter merupakan watak akhlak, tabiat, dan kepribadian yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan mendasari cara pandang, berpikir, bersikap dan cara bertindak dari seseorang.

Kepribadian tersebut harus dapat dibangun dan diupayakan sesuai karakter yang dianut bangsa Indonesia yang sangat menjunjung tinggi gotong royong dan solider yang berbudi luhur harus dapat diejawantahkan dalam pendidikan dengan menjunjung tinggi Pancasila sebagai sumber dari perilaku dan pandangan hidup bernegara.

Pembelajaran sejarah diharapkan untuk dapat membangun dan mencetak insan pribadi dengan memiliki karakter kuat, unggul, bermartabat dan menjadi manusia beradap serta menghargai kemajemukan masyarakat yang multikultural juga dapat mempunyai rasa bangga, rasa tanggung jawab terhadap keutuhan bangsa saat ini di masa yang akan datang dengan berpegang teguh pada Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan tentang multikulturalisme mengandung nilai-nilai adiluhung bangsa sehingga diharapkan peserta didik memperoleh kesadaran dan dapat memahami dengan sungguh-sungguh yang berimplikasi kepada sikap saling menghargai, tenggang rasa, tumbuh persaudaraan sejati, gotong royong, dan rela berkorban serta lebih mencintai negara dalam bingkai persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa dan menjunjung tinggi sikap kesetaraan dan hal itu harus diajarkan, ditanamkan serta diimplementasikan melalui pembelajaran sejarah.

Silabus yang menjadi pedoman guru sejarah harus berisikan identitas, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Sementara itu, dalam proses penyusunan RPP harus mengandung beberapa komponen seperti identitas, kompetensi inti, kompetensi dasar, pengembangan indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi atau penilaian, sehingga guru dapat mengimplementasikan materi pembelajaran sejarah dengan mengafirmasikan multikulturalisme Indonesia, adakah kendala yang dihadapi dan bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini:

Gambar 2: Kerangka Berpikir Silabus

RPP

Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

Kurikulum

Kendala dan Upaya Pemahaman Guru dan

Siswa Terhadap Afirmasi Multikulturalisme

Indonesia Dalam Pembelajaran Sejarah

Afirmasi Multikulturalisme Indonesia Dalam Pembelajaran

Sejarah di Kleas X IPS

Dokumen terkait