• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

D. Kerangka Berpikir

1. Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua.

Kebanyakan orang tua yang berpendidikan tinggi, menginginkan anaknya juga bisa berpendidikan tinggi, bahkan lebih tinggi dari orang tuanya. Untuk mencapai pendidikan yang tinggi (Universitas), maka orang tua akan mengarahkan anaknya dari SMP untuk melanjutkan ke SMA, bukan SMK.

Biasanya orang tua yang berpendidikan tinggi, akan selalu membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dari kecil, agar saat anak beranjak dewasa juga memiliki pendidikan tinggi, sehingga pengaruh orang tua terhadap anak cukup dominan. Karena anak tersebut selalu dibimbing dan diarahkan dari kecil, maka minat anak tersebut untuk masuk SMK juga hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena lulusan SMK lebih diharapkan untuk bekerja atau berwiraswasta dari pada untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua, adalah berbanding terbalik seperti hukum permintaan. Semakin tinggi pendidikan orang tua, semakin kecil minat siswa untuk melanjutkan ke SMK. Sebaliknya semakin rendah pendidikan orang tua, semakin besar minat siswa untuk melanjutkan ke

SMK. Dan tentu saja rumus tersebut berlaku seperti hukum permintaan, adanya cateris paribus artinya faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK dianggap tidak ada. Karena selain tingkat pendidikan orang tua, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK, antara lain faktor ekonomi orang tua, faktor lingkungan status sosial ekonomi orang tua, dan lain-lain.

2. Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pendapatan Orang Tua.

Konsep utama pendidikan sebagaimana tercakup dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni sebagai media pencerdasan warga negara, maupun UUD 1945 pasal 31, dimana semua warga negara berhak atas pendidikan yang layak.

Kalau kita melihat UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan juga UUD 1945 pasal 31, memang setiap orang tua berkewajiban untuk menyekolahkan anak-anaknya sebaik mungkin, sesuai dengan perkembangan jaman. Karena di jaman sekarang, anak yang berpendidikan rendah akan relatif lebih sulit untuk mencari pekerjaan. Tetapi mungkin orang tua yang mempunyai pendapatan per bulan relatif kecil, biasanya setelah lulus SMP anaknya akan lebih diarahkan untuk masuk ke SMK.

Biasanya orang tua yang pendapatannya relatif kecil, akan selalu membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dari kecil, agar setelah beranjak dewasa dapat segera bekerja atau berwiraswasta agar dapat membantu meringankan beban orang tua. Karena anak tersebut selalu dibimbing dan diarahkan dari kecil, maka minat anak tersebut untuk melanjutkan ke SMK semakin besar, karena SMK memang pilihan yang tepat bagi anak yang ingin cepat bekerja atau berwiraswasta.

Di SMK memang diberi keterampilan khusus untuk membekali anak agar dapat berwiraswasta atau bekerja setelah lulus SMK. Kita ambil sebuah contoh di SMK 6 Yogyakarta. Semua jurusan di sekolah tersebut memiliki unit usaha yang semuanya telah mampu mendatangkan pendapatan pihak sekolah. Seperti jurusan tata busana yang memiliki unit usaha garmen, jurusan tata boga dengan unit usaha catering dan patisserie (pembuatan kue), jurusan kecantikan rambut dan kulit dengan unit usaha salon, serta jurusan hotel dan restoran yang memiliki hotel “Edohotel” yang berada di kompleks sekolah dan lain-lain.

Sementara di SMK PIRI 1 Yogyakarta, kelas unggulannya adalah jurusan otomotif yang mengembangkan bengkel resmi Yamaha sebagai unit usaha sekolah tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua

pendapatan orang tua, semakin kecil minat siswa untuk melanjutkan ke SMK, sebaliknya semakin kecil tingkat pendapatan orang tua semakin besar minat siswa untuk melanjutkan ke SMK.

Dan tentu saja rumus tersebut berlaku seperti hukum permintaan, adanya cateris paribus. Artinya kalau faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK dianggap tidak ada. Karena selain tingkat pendapatan orang tua, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK, antara lain faktor lingkungan, status sosial, dan lain-lain.

3. Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua.

Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari siswa perlu kerja keras dari semua pihak, termasuk orang tua, guru, siswa, dan semua pihak yang terkait. Orang tua merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam menentukan keberhasilan anak, karena waktu yang terbanyak bagi adalah adalah berada di rumah. Orang tua akan selalu membimbing, mengarahkan, dan memberikan biaya untuk anak-anaknya mulai dari SD, SMP, SMA dan bila memungkinkan sampai perguruan tinggi agar anak-anaknya tidak salah langkah dalam merencanakan masa depannya.

Di jaman yang modern seperti sekarang ini, faktor biaya juga memegang peran yang sangat penting dalam merancanakan masa depan

anak. Setelah lulus SMP, maka orang tua akan mempertimbangkan segi keuangannya, apabila pekerjaan orang tua tergolong rendah maka orang tua akan cenderung menyekolahkan anaknya ke SMK dengan harapan setelah lulus dari SMK bisa langsung bekerja, tetapi apabila pekerjaan orang tua tergolong tinggi atau mampu,maka setelah lulus dari SMP akan cenderung menyekolahkan anaknya ke SMA, dengan harapan setelah lulus dari SMA bisa dengan mudah melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sehingga minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari pekerjaan orang tua adalah seperti hukum permintaan (berbanding terbalik). Semakin mantap atau mapan pekerjaan orang tua, semakin kecil minat siswa untuk melanjutkan ke SMK. Sebaliknya, semakin kurang mantap atau mapan pekerjaan orang tua semakin besar minat siswa untuk melanjutkan ke SMK.

Yang dimaksud mantap atau mapan di sini adalah orang tua yang menghasilkan uang yang cukup. Masalahnya, lulusan SMK diharapkan bisa langsung bekerja atau berwiraswasta, walaupun ada juga yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi itu relatif sedikit.

Biasanya orang tua yang mapan (penghasilannya cukup), mengharapkan anak-anaknya bisa sekolah yang setinggi-tinginya. Sebaliknya, orang tua yang ekonominya kurang mapan atau lemah, sudah cukup puas apabila anaknya bisa lulus SMK. Yang penting harapan dari

taqwa. Karena unsur-unsur tersebut akan membentuk anak untuk siap mengahadapi tantangan hidup yang semaikn keras dan kompleks.

Pintar dalam hal ini tidak harus melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi terutama mencakup kepiawaian di bidang yang ditekuninya, mampu menambah keahlian, supel bergaul, dan pandai mencari teman yang bermanfaat, yang nantinya ketika terjun ke pekerjaan pintar mencari relasi. Kreatif mencakup masalah kemampuan berinovasi dan mempertajam daya cipta.

Rajin menyangkut cara hidup di rumah dan di luar rumah, memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, tekun menambah pengetahuan, di samping tekun dalam pilihannya, suka melatih diri pada hal-hal yang positif agar menjadi ahli dan meraih pengalaman.

Sedangkan taqwa menyangkut akhlak, karena kepandaian, kerajinan, dan kreatif tanpa ketaqwaan akan menjerumuskan orang pada tindakan amoral, asusila, dan terjebak pada tindakan ”serba boleh” yang akhirnya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dokumen terkait