• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA BERPIKIR, DESAIN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun berdasarkan kajian teori serta kajian empiris yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Teori utama atau grand theory berupa teori penetapan tujuan, dan teori perilaku dan sikap. Teori pendukung (supporting theory) dalam penelitian ini antara lain profesionalisme, independensi, komitmen organisasi, dan kinerja auditor. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian ini berupa beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian yang menjadi pedoman kajian empiris antara lain penelitian dari Akbar, dkk (2015), Cahyasumirat (2006), Trisnaningsih (2001), Aryani, dkk (2015), , Safitri (2014), Putri dan Suputra (2013). Dalam penelitian ini, kajian teori dan

17

kajian empiris digunakan untuk mengembangkan rumusan masalah dimana apabila telah tersusun maka dapat dilanjutkan dengan mengembangkan jawaban sementara atau hipotesis. Apabila telah memiliki hipotesis maka peneliti melanjutkan dengan melakukan uji statistik MRA agar memperoleh hasil dari penelitian yang kemudian akan ditarik kesimpulan dan memberi saran secara menyeluruh mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1

18

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari kajian teoritis dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.2.

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Pengaruh Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Pada penelitian ini diuji hubungan antara profesionalisme dengan kinerja auditor. Hubungan tersebut didasarkan pada keyakinan seseorang pada profesi auditor akan mencerminkan suatu sikap profesionalisme dalam bekerja yang dapat memotivasi auditor dalam meningkatkan kinerja. Keyakinan tersebut sesuai dengan teori sikap dan perilaku yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif terhadap kondisi yang sedang dialami yang tentu akan memberikan kecenderungan untuk bereaksi atau berperilaku baik positif maupun negatif. Adanya keyakinan pada profesi tersebut memberikan motivasi bagi

19

auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rahmawati (1997) dan Cahyasumirat (2006) juga menyatakan bahwa hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1 : Profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor

3.3.2. Pengaruh Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku mendefinisikan sikap mampu memberikan pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan seseorang untuk bereaksi atau merespon suatu kondisi. Sikap bukan merupakan perilaku tetapi lebih pada kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan memberikan pedoman dalam berperilaku. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Bhagat dan Black (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan pimpinan yang independen tidak selalu berarti kinerja perusahaan menjadi lebih baik daripada perusahaan yang lain. Independensi merupakan aspek penting bagi profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai macam kepentingan yang berbeda. Seorang auditor yang memiliki independensi tinggi

20

maka kinerjanya akan menjadi lebih baik. Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H2 : Independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor.

3.3.3. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Komitmen organisasi didefinisikan oleh Durkin dan Bennet (1999) sebagai perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Teori penetapan tujuan (goal setting theory) menyatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan secara spesifik dan dapat diterima oleh seseorang maka orang tersebut akan menunjukkan motivasi dalam memenuhi pencapaian yang telah ditentukan. Luthans (2006:249) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kinerja, kesuksesan dan kebaikan bagi organisasinya.

Pada dasarnya komitmen organisasi merupakan suatu hubungan antara anggota dengan organisasi, misalnya hubungan antara auditor dengan kantor dimana ia bekerja. Hubungan yang baik akan timbul apabila auditor memiliki kesetiaan dan mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi.

Berdasarkan pemikiran diatas, makahipotesis alternatif sebagai berikut:

H3 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor

21

3.3.4. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Auditor yang berperilaku independen dalam melakukan pekerjaan audit dilandasi oleh aturan-aturan standar audit yang mengharuskan seorang auditor untuk memiliki sikap independensi. Berdasarkan sikap tersebut auditor akan cenderung tidak mudah dipengaruhi serta tidak memihak kepentingan siapapun.

Curtis dan Wright (2001) mengemukakan bahwa komitmen didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Jika seseorang memiliki komitmen untuk organisasi, ia akan memiliki identifikasi yang kuat dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan, setuju dengan tujuan dan sistem nilai, kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan akhirnya, siap untuk bekerja keras demi organisasinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori penetapan tujuan (goal setting theory) dimana apabila seorang auditor yang memiliki komitmen organisasi yang kuat tentu auditor tersebut akan berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan. Partisipasi tersebut akan berdampak pada kerja keras yang akan dilakukan demi tujuan dari organisasi tercapai.

Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat dipisahkan dari karakteristik independensinya. Akuntan publik selalu dianggap orang yang harus independen. Seorang auditor yang dinilai memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan bekerja keras dalam mencapai ataupun menyelesaikan tugasnya sebagai seorang auditor. Dimana tugas seorang auditor wajib untuk bersikap

22

independen dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kinerja dari profesi akuntan publik akan ditentukan oleh independensinya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H4 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kinerja auditor

Dokumen terkait