• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Komitmen Organisasi dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme dan Independensi pada Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Komitmen Organisasi dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme dan Independensi pada Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali)."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM

MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN

INDEPENDENSI PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

GEDE NGURAH INDRA ARYA ADITYA

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM

MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN

INDEPENDENSI PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

GEDE NGURAH INDRA ARYA ADITYA NIM : 1391662021

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM

MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN

INDEPENDENSI PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

GEDE NGURAH INDRA ARYA ADITYA NIM : 1391662021

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 07 APRIL 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. A.A.N.B Dwirandra, SE., MSi., Ak. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., MSi., Ak. NIP 19641223 199303 1 001 NIP 19650727 199203 1 009

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak.,CA Prof Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP 19641224 199103 1 002

(5)

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 07 April 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 1341/UN14.4/HK/2016 Tanggal : 31 Maret 2016

Panitia Penguji Penelitian Tesis adalah :

Ketua :Dr. A.A.N.B. Dwirandra, SE., MSi., Ak.

Anggota :

1. Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., MSi., Ak. 2. Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak.

3. Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN

KARYA ILMIAH MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Gede Ngurah Indra Arya Aditya NIM : 1391662021

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Kemampuan Komitmen Organisasi Dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme Dan Independensi Pada Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 07 April 2016 Mahasiswa,

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha esa, karena penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Kemampuan Komitmen Organisasi Dalam Memoderasi Pengaruh Profesionalisme Dan Independensi Pada Kinerja Auditor.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. A.A.N.B. Dwirandra, Msi., Ak, pembimbing utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., MSi., AK., pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

(8)

ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. A.A. Gede Putu Widanaputra, SE, MSi., Ak., CA., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., CA., Ketua Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Dr. Drs. I Made Sukartha, MSi., Ak., Dr. Drs. I.D.G. Dharma Suputra, MSi., Ak., dan Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., yang telah memberikan saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI Angkatan 13 atas dukungannya selama perkuliahan. Orang tua Tercinta Bapak I Nyoman Gede Arya Diatmika, SE., MSi., Ak. CA., CPAI., dan Ibu Ni Made Sudarmi, SST., beserta adik Made Ngurah Krisna Arya Wiragama yang selalu memberikan dukungan morilnya kepada penulis. Untuk I Gusti Agung Ayu Adi Nariswari, SH., M.Kn., tercinta yang dengan dukungan sepenuh hati sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Penulis, 07 April 2016

(9)

ABSTRAK

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI

PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor, serta pengaruh komitmen organisasi dalam memoderasi hubungan profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten terkait dengan pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi dan variable komitmen organisasi diduga sebagai variable pemoderasi pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor.

Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Bali sebanyak 64 auditor yang diperoleh menggunakan teknik puposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan analisis regresi moderasi dengan melihat koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

Hasil yang diperoleh adalah profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor, independensi berpengaruh pada kinerja auditor, komitmen organisasi memperkuat pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor, dan komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kinerja auditor. Komitmen organisasi dapat dikategorikan sebagai jenis moderasi semu dalam penelitian ini.

(10)

ABSTRACK

The Ability Organization Commitment

To Moderate Professionalism And Independence To Performance Of Auditors (Empirical Study On Public Accounting Firm In Bali)

The purpose of this research to obtain empirical evidence of the influence of the professionalism and independence of the auditor's performance, as well as the influence of organizational commitment in moderating the relationship professionalism and independence of the auditor performance. Several previous researches have shown inconsistent results relating to the effect on performance of professionalism and independence of the auditor. The difference results of these research can be completed through a contingency approach and organizational commitment variables suspected as variable moderating influence on the professionalism and independence of the auditor performance.

This study uses primary data in the form of a questionnaire. Respondents in this study is the auditors who work in public accounting in Bali as many as 64 auditors obtained using purposive sampling technique. Data analysis technique used is multiple regression analysis and regression analysis moderation to see the coefficient of determination, the value of F statistics and statistical values t.

The results obtained are professionalism effect on the performance of auditors, auditor independence affects the performance, organizational commitment strengthen the influence of professionalism in the performance of auditors, and organizational commitment to strengthen the influence on the performance of auditor independence. Organizational commitment can be categorized as a kind of moderation is apparent in this study.

(11)

KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM MEMODERASI PENGARUH PROFESIONALISME DAN INDEPENDENSI

PADA KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di Bali)

RINGKASAN PENELITIAN

Secara teoritis audit yang baik adalah mampu memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, namun kenyataan yang terjadi menunjukkan hal sebaliknya, semakin banyak perilaku yang mengarah kepada penurunan kualitas audit. Beberapa kasus pengauditan telah membuat profesi auditor menjadi sorotan masyarakat yang membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus tersebut menunjukkan adanya penurunan kinerja auditor merupakan ancaman serius bagi profesi audit. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemampuan komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dan metode penentuan sampel adalah purposive sampling. Kriteria dalam penentuan sampel adalah auditor yang masa kerja lebih dari dua tahun dan pernah ditugaskan dalam pekerjaan lapangan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 64 kuisioner.

Adapun variabel penelitian terdiri dari profesionalisme (X1), independensi (X2), komitmen organisasi (X3), dan kinerja auditor (Y). Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan hipotesis 2 adalah regresi linier berganda dengan model Ŷ = α + b1X1 + b2X2 + ε. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 3 dan hipotesis 4 adalah regresi moderasi (MRA) dengan model Ŷ = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b1X1.b3X3 + b2X2.b3X3 + ε. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala heteroskedastisitas serta model regresi memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2), hasil uji F dan uji t.

(12)

independensi sebesar 0,730 memiliki arti apabila independensi bertambah satu satuan, maka kinerja auditor meningkat sebesar 0,730 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan (cateris paribus);

Hasil uji F memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mampu memprediksi atau menjelaskan variabel terikat, serta uji t memiliki nilai signifikansi dibawah α (0,05). Hipotesis pertama menguji pengaruh positif profesionalisme pada kinerja auditor. Hasil koefisien profesionalisme memiliki nilai positif 0,726, nilai uji t hitung sebesar 9,032 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor. Pengujian hipotesis kedua, yaitu menguji pengaruh positif independensi pada kinerja auditor. Hasil koefisien menunjukkan nilai independensi memiliki nilai positif 0,730, nilai uji t hitung sebesar 4,577 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor. Pengujian hipotesis ketiga yaitu menguji pengaruh komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor. Hasil koefisien menunjukkan nilai interaksi profesionalisme dan komitmen organisasi memiliki nilai positif 0,867, nilai uji t hitung sebesar 2,106 dan tingkat signifikansinya adalah 0,040. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor, sehingga H3 diterima. Dilihat dari nilai koefisien B profesionalisme yang memiliki nilai positif memiliki arti semakin meningkatnya komitmen organisasi, maka semakin menguatkan pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor. Berdasarkan nilai signifikasi X3 (komitmen organisasi) sebesar 0,041 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi memiliki hubungan dengan kinerja auditor dan berdasarkan nilai signifikasi X1.X3 (interaksi profesionalisme dengan komitmen organisasi) sebesar 0,040 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi yang berinteraksi dengan profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor, sehingga komitmen organisasi dapat dikategorikan sebagai jenis Quasi moderator (moderasi semu). Pengujian hipotesis keempat dilakukan untuk mengetahui kemampuan komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh independensi terhadap kinerja auditor. Hasil pengujian pada Tabel 5.12 menunjukkan nilai signifikansi (Sig.t) koefisien sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh independensi terhadap kinerja auditor, sehingga H4 diterima. Dilihat dari nilai koefisien B independensi yang memiliki nilai positif memiliki arti semakin meningkatnya komitmen organisasi, maka semakin menguatkan pengaruh independensi pada kinerja auditor. Berdasarkan nilai signifikasi X3 (komitmen organisasi) sebesar 0,041 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi memiliki hubungan dengan kinerja auditor dan berdasarkan nilai signifikasi X2.X3 (interaksi independensi dengan komitmen organisasi) sebesar 0,040 lebih kecil dari α = 0,05 artinya komitmen organisasi yang berinteraksi dengan independensi berpengaruh pada kinerja auditor, sehingga komitmen organisasi dapat dikategorikan sebagai Quasi moderator

(13)
(14)

DAFTAR ISI

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 23

3.1. Kerangka Berpikir... 23

3.2. Konsep Penelitian... 25

3.3. Hipotesis... 25

3.3.1. Pengaruh Profesionalisme pada Kinerja Auditor... 25

3.3.2. Pengaruh Independensi pada Kinerja Auditor... 26

3.3.3. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan... Profesionalisme pada Kinerja Auditor... 27

(15)

BAB IV METODE PENELITIAN... 30

4.5.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 35

4.6. Instrumen Penelitian... 39

4.7. Prosedur Penelitian... 42

4.8. Analisis Data... 43

4.8.1. Analisis Statistik Deskriptif... 44

4.8.2. Uji Asumsi Klasik... 44

4.8.3. Uji Kelayakan Model dan Koefisien Determinasi... 46

4.8.4. Analisis Regresi Berganda... 47

4.8.5. Analisis Regresi Moderasi... 47

4.8.6. Pengujian Hipotesis Penelitian... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 49

5.1. Data Penelitian... 49

5.1.1. Deskripsi Responden... 49

5.1.2. Karakteristik Responden... 49

5.2. Hasil Penelitian... 51

5.2.1. Hasil Pengujian Instrumen... 51

5.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik... 52

5.2.3. Hasil Statistik Deskriptif... 53

5.2.4. Uji Kelayakan Model dan Koefisien Determinasi... 55

5.2.5. Analisis Regresi Berganda... 56

5.2.6. Analisis Regresi Moderasi (MRA)... 57

5.2.7. Pengujian Hipotesis... 59

5.3. Pembahasan Penelitian... 61

5.3.1 Profesionalisme Berpengaruh Positif pada Kinerja Auditor... 61

5.3.2 Independensi Berpengaruh Positif pada Kinerja Auditor... 62

5.3.3 Komitmen Organisasi Memperkuat Pengaruh Profesionalisme pada Kinerja Auditor... 64

5.3.4 Komitmen Organisasi Memperkuat Pengaruh Independensi pada Kinerja Auditor... 65

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 66

(16)

6.2 Saran... 67

6.2.1 Manajemen KAP... 67

6.2.2 Peneliti Selanjutnya... 68

DAFTAR PUSTAKA... 70

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Daftar KAP di Provinsi Bali Tahun 2015... 33

4.2 Jenis Variabel Moderator... 34

5.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner... 49

5.2 Profil Responden... 50

5.3 Hasil Uji Validitas... 51

5.4 Hasil Uji Reliabilitas... 52

5.5 Hasil Uji Normalitas... 52

5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 53

5.7 Hasil Statistik Deskriptif... 54

5.8 Hasil Uji Kelayakan Moden Regresi Berganda... 56

5.9 Hasil Koefisien Determinasi... 56

... 5.10 Hasil Analisis Regresi Berganda... 57

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Penelitian Terdahulu... 75 Lampiran 2 Kuesioner... 79 Lampiran 3 Statistik Deskriptif... 87 Lampiran 4 Uji Validitas Instrumen...

... 105

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Instrumen... ... 107

Lampiran 6 Analisis Regresi Berganda... ... 114

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian pada bagian pendahuluan ini memaparkan latar belakang yang menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu diteliti. Rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan dengan dilandasi

pemikiran teoritik. Pada bab ini juga dibahas mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

1.1 Latar Belakang

Profesi akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan audit, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan

kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang

diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen dan profesional terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri.Pemakai laporan keuangan akan meragukan informasi yang

tersaji apabila mereka tidak mempercayai kredibilitas akuntan dalam memproses dan menyajikan informasi keuangan (Harini et al, 2010).

Skandal akuntansi pada perusahaan besar yang terjadi di Amerika seperti Enron yang diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) Arthur Andersen, dimana laporan keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian.Namun

(21)

sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Santosa, 2002).Sedangkan

di Indonesia juga pernahterjadi hal yang sama pada kasus PT. Kimia Farma Tbk.yang telah diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, lalu berdasarkan

kecurigaan pemegang saham mayoritas meminta KAP untuk menyajikan kembali (restated), dimana hasil audit kemudian menunjukkan adanya kesalahan penyajian yang dilakukan oleh direksi periode 1998 – juni 2002 yang mengakibatkan

terjadinya overstated pada laba bersih per 31 Desember 2001 sebesar Rp. 32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih (Siaran

Pers Bapepam, 2002).

Kasus lainnya terjadi pada PT. Great River International Tbk. bermula pada temuan Bapepam terkait adanya indikasi penggelembungan akun penjualan,

piutang, dan aset pada laporan keuangan yang mengakibatkan perusahaan tersebut mengalami kesulitan arus kas serta tidak mampu membayar kredit modal kerja

dan kredit investasi sebesar Rp. 250 milyar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp. 400 milyar. Bapepam menyatakan bahwa KAP Justinus Aditya Sidharta menjadi tersangka dalam kasus PT. Great River

International Tbk. sehingga Menteri Keuangan membekukan ijin KAP Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melanggar Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasian perusahaan tersebut pada tahun 2003 (HukumOnline.com, 2007).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor antara

(22)

dan signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja auditor.

Kinerja auditor dapat terlihat salah satunya dari adanya sikap profesionalisme yang menjadi peran penting dalam pemeriksaan laporan keuangan atau audit

laporan keuangan,dimana seorang auditor harus melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, cermat dan teliti (Friska, 2012). Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri (2013) menemukan hasil bahwa variabel profesionalisme

berpengaruh positif pada kinerja auditor. Namun hasil tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2010) yang menyatakan

bahwa profesionalisme auditor tidak berpengaruh pada kinerja auditor.

Selain profesionalisme, independensi dinyatakan mampu mempengaruhi pada kinerja auditor. Seperti pada penelitian sebelumnya yang

menyatakansemakin tinggi tingkat independesi auditor maka semakin baik pula kinerja dari auditor tersebut (Akbar, 2015). Namun terdapat hasil penelitian yang

berbeda ditemukan pada penelitian Safitri (2014) yang menyatakan bahwa independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Independensi bermakna bahwa seorang akuntan publik harus jujur dan tidak mengalami konflik

kepentingan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan hasil audit.

Laporan audit merupakan dasar bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan dalam mengambil keputusan. Bagi akuntan publik merupakan suatu keharusan untuk memelihara atau mempertahankan sikap mental yang independen

(23)

kepercayaan para pemakai laporan keuangan terhadap independensi akuntan

publik (Winarna, 2005).

Motivasi peneliti menguji kembali mengenai pengaruh profesionalisme dan

independensi pada kinerja auditor karena terdapat inkonsistensi hasilpenelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan hasil hasilpenelitian-penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontijensi (Govindarajan,1986). Hal tersebut dilakukan

dengan cara memasukkan variabellain yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor baik sebagai

faktor moderating atau intervening. Pada penelitian ini peneliti menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi karena komitmen organisasi dinilai mampu memprediksi aktivitas profesional dan perilaku kerja auditor,

dimana komitmen organisasi mencerminkan sikap positif individu pada nilai dan sasaran/tujuan (goal) yang ingin dicapai organisasi (Sahertian dan Soetjipto,

2011). Penggunaan variabel komitmen organisasi sebagai variabel moderasi pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumarno (2005).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka peneliti menguji secara empiris mengenai kemampuan komitmen organisasi dalam memoderasi pengaruh

profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Nilai lebih dari penelitian yang akan dilakukan dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah penempatan variabel komitmen organisasi

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang berisi tentang motivasi peneliti melakukan penelitian ini, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor? 2) Apakahindependensi berpengaruh pada kinerja auditor?

3) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor?

4) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kinerja auditor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti dapat menentukan tujuan dari dilakukannya penelitian ini sebagai berikut :

1) Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh profesionalisme pada

kinerja auditor.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris dari pengaruh independensi pada kinerja

auditor.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris dari kemampuan komitmen organisasi memoderasi pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor.

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat bagi semua pihak terkait, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan profesionalisme dan independensi pada kinerja auditor, serta dapat sebagai

sumber referensi dan sumbangan pemikiran secara teoritis bagi pihak yang akan mengadakan kajian lebih luas mengenai teori penetapan tujuan, teori

sikap dan perilaku serta penelitian tentang kemampuan organisasi memoderasi pengaruh profesionalisme, independensi pada kinerja auditor. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, yaitu:

a. Bagi pemakai laporan keuangan yang telah diaudit

Kinerja auditor yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan yang disajikan dimana pemakai laporan keuangan akan

membutuhkan informasi dalam mengambil keputusan. Penelitian ini menyatakan dimana jika auditor yang memiliki komitmen organisasi

yang tinggi akan memperkuat profesionalisme dan independensi dalam melakukan pekerjaan audit.

b. Bagi auditor

(26)

memiliki sikap profesionalisme dan independensi, sehingga mampu

menghasilkan kualitas audit yang baik.

c. Bagi kantor akuntan publik

KAP dapat memperhatikan auditor agar selalu memiliki komitmen organisasi yang tinggi karena hal tersebut akan mendorong auditor untuk meningkatkan kinerjanya sikap profesionalisme terhadap perilaku

penyimpangan yang mungkin terjadi saat melakukan proses audit, khususnya yang dapat mempengaruhi profesionalisme dan independensi

auditor karena hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja auditor. Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit, karena berpengaruh terhadap kredibilitas kantor akuntan publik. Reputasi kantor akuntan

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian

teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.Grand

theory yang digunakan adalah teori penetapan tujuan serta teori sikap & perilaku.

Sedangkan supporting theory adalah profesionalisme, independensi, komitmen

organisasi, dan kinerja auditor. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

2.1 Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan (goal setting theory) ini mula mula dikemukakan

oleh Locke (1968). Teori ini relatif sederhana dimana aturan dasarnya adalah

penetapan tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan yang cukup sulit, khusus

dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh karyawan, akan

menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang tidak khusus,

dan yang mudah dicapai. Di samping itu, teori ini juga menunjukkan adanya

keterkaitan antara sasaran dan kinerja. Sasaran dapat dipandang sebagai

tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu.

Goal setting theory berasumsi bahwa ada hubungan langsung antara tujuan

yang spesifik dan terukur dengan kinerja. Temuan utama dari goal setting theory

adalah bahwa individu yang diberi tujuan yang spesifik dan sulit tapi dapat

dicapai memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang

menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik atau tidak ada tujuan sama

sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan yang

cukup dalam menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik yang

(28)

2

Goal setting theory juga merupakan bagian dari teori motivasi. Teori ini

menyatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tujuan tinggi akan

mempengaruhi kinerja manajerial. Adanya tujuan individu menentukan seberapa

besar usaha yang akan dilakukannya, semakin tinggi komitmen karyawan

terhadap tujuannya akan mendorong karyawan tersebut untuk melakukan usaha

yang lebih keras dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut Lunenburg (2011)

tujuan memiliki pengaruh yang luas pada perilaku karyawan dan kinerja dalam

organisasi dan praktik manajemen.

Locke dan Latham (2002) menyatakan bahwa sebuah tujuan agar efektif,

dibutuhkan ringkasan umpan balik yang mengungkapkan kemajuan manajer

dalam mencapai tujuan. Jika mereka tidak tahu bagaimana kemajuannya, akan

sulit bagi mereka untuk menyesuaikan tingkat atau arah usaha dalam

menyesuaikan strategi kinerja untuk mencocokkan apa yang diperlukan dalam

mencapai tujuan. Dalam penetapan tujuan juga diperlukan keterlibatan dalam

perencanaan untuk mengembangkan strategi yang akan dilakukan dalam

pencapaian tujuan. Adanya partisipasi dalam penetapan tujuan audit akan

menciptakan pertukaran informasi yang memungkinkan pegawai untuk

memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai tujuan audit sehingga

nantinya dapat mengurangi ambiguitas dalam melakukan pekerjaan mereka.

2.2. Teori Sikap dan Perilaku

Teori sikap dan perilaku dikembangkan oleh Triandis (1971), menyatakan

(29)

3

terdiri dari komponen kognitif yaitu keyakinan, komponen afektif yaitu suka atau

tidak suka, berkaitan dengan apa yang dirasakan dan komponen perilaku yaitu

bagaimana seorang ingin berperilaku terhadap sikap. Robbins (2003) menyatakan

bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan tentang obyek, orang, atau peristiwa.Khikmah (2005)

menyatakan bahwa sikap memberikan pemahaman tentang tendensi atau

kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada kesiapan

untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan

memberikan pedoman bagi perilaku.

Triandis (1971) menegaskan bahwa model perilaku interpersonal yang lebih

komprehensif dengan menyatakan faktor-faktor sosial, perasaan dan konsekuensi

dirasakan akan mempengaruhi tujuan perilaku. Teori ini berusaha menjelaskan

mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya pada

akuntan publik atau auditor yaitu dengan meneliti bagaimana sikap auditor

mengenai profesionalisme, independensi yang akan mempengaruhi kinerja auditor

dengan tingkat komitmen organisasi yang berbeda-beda diantara auditor.

2.3. Profesionalisme

Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. “Profesi

merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan

profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat

suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dan Fogarty, 1995).

Profesionalisme yang dimiliki auditor menjadi begitu penting untuk diterapkan

(30)

4

kinerja auditor. Harapan masyarakat terhadap tuntutan transparansi dan

akuntabilitas akan terpenuhi jika auditor dapat menjalankan profesionalisme

sehingga masyarakat dapat menilai kinerja auditor (Gautama dan Arfan, 2010).

Hardjana (2002) memberikan pengertian bahwa seorang profesional adalah orang

yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini,

seorang profesional dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan

pekerjaannya sehingga dapat berjalan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang

diharapkan.

Kalbers dan Fogarty (1995) menyatakan bahwa terdapat lima dimensi

profesionalisme, yaitu:

a) Pengabdian pada profesi

Hal ini dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan

pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap

melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini

adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.

Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga

kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani,

baru kemudian materi.

(31)

5

Merupakan suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan

manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya

pekerjaan tersebut.

c) Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang

profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari

pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Setiap ada

campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara

profesional.

d) Keyakinan pada profesi

Merupakan suatu keyakinan bahwa yang palingberwenang menilai

pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang

tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

e) Hubungan dengan sesama profesi

Yang dimaksud adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk

didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide

utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional

membangun kesadaran profesional.

2.4. Independensi

Independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental

auditor dalam sepanjang pelaksanaan audit dimana auditor dapat memposisikan

dirinya dengan auditeenya secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak

(32)

6

akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan

memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak

hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur

dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik

(Christiawan, 2002).

Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah

sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai

kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan

prinsip integritas dan objektivitas. The CPA Handbook E.B. Wilcox menyatakan

bahwa independensi merupakan suatu standar auditing yang penting, karena opini

akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan

yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap

kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz

danSharaf, 1993). Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban

terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap

manajemen maupun pemilik (IAI, 2013: Seksi 220).

Carrey dan Mautz (1961) menyatakan bahwa independensi akuntan publik

dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan

keuangan meliputi:

1) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang

profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.

2) Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

(33)

7

juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan

fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri

auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi

akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada

profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting

untuk menilai mutu jasa audit.

2.5. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasional didefinisikan oleh Durkin dan Bennet (1999)

sebagai perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu

organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian

tujuan dan nilai-nilai tersebut. Luthans (2006:249) menyatakan bahwa komitmen

organisasional merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan

merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi

mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan

organisasinya. Lebih lanjut sikap loyalitas ini diindikasikan dengan tiga hal, yaitu:

(1) keinginan kuat seseorang untuk tetap menjadi anggota organisasinya; (2)

kemauan untuk mengerahkan usahanya untuk organisasinya; (3) keyakinan dan

penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Komitmen

organisasional akan membuat pekerja memberikan yang terbaik kepada organisasi

tempat dia bekerja. Pekerja dengan komitmen yang tinggi akan lebih berorientasi

pada kerja. Pekerja yang memiliki komitmen organisasional tinggi akan

(34)

8

Curtis dan Wright (2001) mengemukakan bahwa komitmen didefinisikan

sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Jika

seseorang memiliki komitmen untuk organisasi, ia akan memiliki identifikasi

yang kuat dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan, setuju dengan

tujuan dan sistem nilai, kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan akhirnya, siap

untuk bekerja keras demi organisasinya.

John dan Taylor (1999); Allen dan Meyer (1991); Sopiah (2008)

mengemukakan suatu model anteseden (faktor-faktor yang mendahului) dari

komitmen organisasional yaitu:

1) Karakteristik Pribadi

Beberapa karakteristik pribadi dianggap memiliki hubungan dengan

komitmen organisasional yaitu usia dan masa kerja, tingkat pendidikan,

status perkawinan, dan jenis kelamin.

2) Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan merupakan posisi pekerjaan, yaitu karakteristik

yang berkaitan dengan peran, self-employment, otonomi, jam kerja,

tantangan dalam pekerjaan, serta tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3) Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja dipandang sebagai suatu kekuatan sosialisasi utama yang

mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan ikatan psikologis dengan

organisasi.

(35)

9

Karakteristik struktural adalah karakteristik yang dikembangkan untuk

meningkatkan komitmen individu kepada organisasi, meliputi kemajuan

karir dan peluang promosi di masa yang akan datang, besar atau kecilnya

organisasi, bentuk organisasi, dan tingkat pengendalian yang dilakukan

organisasi terhadap karyawan.

Tett dan Meyer (1993); Meyer et al. (1993); Karakus dan Aslan (2008);

Luthans (2008:249); Aydogdu dan Asikgil (2011) mengemukakan tiga dimensi

dari komitmen organisasi yaitu sebagai berikut:

1) Komitmen afektif (affective comitment)

Komitmen afektif adalah keterikatan emosional, identifikasi serta

keterlibatan seorang karyawan pada suatu organisasi. Komitmen afektif

seseorang akan menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu

organisasi konsisten dengan harapan-harapan dan memuaskan kebutuhan

dasarnya dan sebaliknya. Komitmen afektif menunjukkan kuatnya

keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena ia

memang setuju dengan organisasi itu dan memang berkeinginan

melakukannya. Karyawan yang mempunyai komitmen afektif yang kuat

tetap bekerja dengan organisasi karena mereka menginginkan untuk bekerja

pada organisasi itu.

2) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment)

Komitmen berkelanjutan merupakan komitmen karyawan yang didasarkan

pada pertimbangan apa yang harus dikorbankan bila meninggalkan

(36)

10

melanjutkan pekerjaannya dalam organisasi. Tindakan meninggalkan

organisasi menjadi sesuatu yang beresiko tinggi karena karyawan merasa

takut akan kehilangan sumbangan yang mereka tanamkan pada organisasi

itu dan menyadari bahwa mereka tak mungkin mencari gantinya. Karyawan

yang mempunyai komitmen berkelanjutan yang tinggi akan berada dalam

organisasi karena mereka memang membutuhkan untuk bekerja pada

organisasi itu.

3) Komitmen normatif (normative commiment)

Komitmen normatif merupakan komitmen karyawan terhadap

organisasinya karena kewajibannya untuk bertahan dalam organisasi untuk

alasan-alasan moral atau etis, atau dengan kata lain keyakinan yang

dimiliki karyawan tentang tanggung jawabnya terhadap organisasi.

Tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Komitmen

ini berkaitan dengan perasaan karyawan terhadap keharusan untuk tetap

bertahan dalam organisasi. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki

komitmen normatif yang tinggi akan bertahan dalam organisasi karena

merasa wajib atau sudah seharusnya untuk loyal kepada organisasi tersebut.

2.6. Kinerja Auditor

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).

Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja

berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau

(37)

11

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja

organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas

maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan

kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok

(Mangkunegara, 2005:15). Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi dan

Kanaka (1998:116) adalah auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan

(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan

tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha

perusahaan. Kalbers dan Forgarty (1995) mengemukakan bahwa kinerja auditor

sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri

sendiri, dan bawahan langsung.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti mendefinisikan bahwa

kinerja (prestasi kerja) auditor adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seorang

auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada auditor tersebut

atas dasar kecakapan, pengalaman dan ketepatan waktu yang diukur dengan

mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Kinerja (prestasi

kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah

(38)

12

hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu

adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007).

2.7. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2015) pada KAP

yang terdaftar di Bandung dimana penelitian tersebut menggunakan data primer

berupa kuesioner. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda dengan hasil yang diperoleh bahwa independensi,

profesionalisme berpengaruh positif terhadap kinerja auditor baik secara parsial

maupun simultan. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

Akbar, dkk. adalah terletak pada objek penelitian. Di mana objek penelitian

Akbar, dkk yaitu pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap kinerja

auditor, sedangkan objek penelitian yang dilakukan peneliti adalah pengaruh

profesionalisme, independensi terhadap kinerja auditor yang dimoderasi

komitmen organisasi.

Selanjutnya Cahyasumirat (2006) melakukan penelitian pada internal

auditor PT Bank ABC dengan menggunakan data primer berupa kuesioner yang

menunjukkan hasil bahwa variabel profesionalisme dan komitmen organisasi

tidak mempengaruhi kinerja internal auditor. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian Cahyasumirat adalah sama-sama meneliti kinerja auditor. Tetapi

perbedaannya terlihat jelas pada beberapa objek penelitiannya, dimana

Cahyasumirat menggunakan objek profesionalisme, komitmen organisasi,

(39)

13

profesionalisme, independensi, kinerja auditor eksternal dan komitmen

organisasi.

Selanjutnya dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Trisnaningsih

(2007) dengan sampel sebanyak 510 auditor yang terdapat pada 53 KAP, dimana

pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan analisis data

penelitian menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan program

AMOS menunjukkan hasil bahwa 1) pemahaman good governance tidak

berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor, melainkan berpengaruh tidak

langsung melalui independensi auditor. 2) gaya kepemimpinan berpengaruh

langsung terhadap kinerja auditor, tetapi komitmen organisasi bukan merupakan

intervening variabel dalam hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja

auditor. 3) Budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor,

namun secara tidak langsung komitmen organisasi memediasi hubungan antara

budaya organisasi terhadap kinerja auditor. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian Trisnaningsih adalah menggunakan variabel terikat yang sama yaitu

kinerja auditor. Perbedaannya terletak pada jenis variabel komitmen organisasi

dalam model penelitian, dimana pada penelitian Trisnaningsih menggunakan

komitmen organisasi sebagai variabel mediasisedangkan pada model penelitian

yang dilakukan oleh peneliti, komitmen organisasi berperan sebagai variabel

moderasi.

Penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Aryani, dkk (2015) pada BPK RI

Perwakilan Provinsi Bali menggunakan metode kuesioner dengan mengambil

(40)

14

berganda yang menunjukkan hasil bahwa independensi, komitmen organisasi dan

etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Penelitian Aryani, dkk

(2015) memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal mengukur kinerja

auditor sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan variabel moderasi

berupa komitmen organisasi pada penelitian ini, sedangkan pada penelitian

Aryani, dkk (2015) variabel komitmen organisasi digunakan sebagai variabel

prediktor atau variabel bebas.

Selanjutnya dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Safitri (2014)

menggunakan metode kuesioner dengan mengambil responden sebanyak 90

auditor pada Kantor Akuntan Publik di Pekanbaru, Batam dan Medan dan analisis

data dilakukan melalui analisis jalur (Path Analysis) menunjukkan hasil bahwa 1)

Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi, 2)

Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Komitmen Organisasi, 3)

Independensi Auditor tidak berpengaruh dantidak signifikan terhadap kinerja

auditor, 4) Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor,

5) Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, 6)

Komitmen mampu dijadikan variabel intervening untuk pengaruh variabel

independensi terhadap kinerja auditor, 7) Komitmen tidak mampu dijadikan

variabel intervening untuk pengaruh variabel independensi terhadap kinerja

auditor. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Safitri (2014) terletak

pada dimensi waktu dan penggunaan variabel komitmen organisasi dimana

penelitian oleh Safitri (2014) menggunakan variabel intervening sedangkan pada

(41)

15

Putri dan Suputra (2013) melakukan penelitian pada Kantor Akuntan publik

di Bali dengan menggunakan data primer berupa kuesioner dan analisis data

menggunakan regresi linier berganda dengan menunjukkan hasil bahwa

independensi, profesionalisme dan etika profesi berpengaruh positif terhadap

kinerja auditor. Persamaan antara penelitian Putri dan Suputra (2013) dengan

penelitian ini terletak pada penggunaan variabel independensi, profesionalisme

dan kinerja auditor. Sedangkan perbedaannya terletak pada dimensi waktu dan

(42)

16

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, DESAIN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengenai kerangka berpikir, konsep

penelitian serta menjelaskan mengenai hipotesis penelitian. Peranan kerangka

berpikir berguna agar peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini secara

sistematis. Berdasarkan kerangka berpikir, peneliti lalu menyusun konsep

penelitian yang merupakan hubungan logis antara kajian teoritis dan empiris.

Kemudian peneliti menyusun hipotesis

3.1. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun berdasarkan kajian teori serta kajian empiris yang dikaitkan dengan

masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian

ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia

selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat tertentu, yang nantinya akan

mempengaruhi kinerja individu tersebut. Teori utama atau grand theory berupa

teori penetapan tujuan, dan teori perilaku dan sikap. Teori pendukung (supporting

theory) dalam penelitian ini antara lain profesionalisme, independensi, komitmen

organisasi, dan kinerja auditor. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian

ini berupa beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Penelitian yang menjadi pedoman kajian empiris antara lain penelitian dari Akbar,

dkk (2015), Cahyasumirat (2006), Trisnaningsih (2001), Aryani, dkk (2015), ,

(43)

17

kajian empiris digunakan untuk mengembangkan rumusan masalah dimana

apabila telah tersusun maka dapat dilanjutkan dengan mengembangkan jawaban

sementara atau hipotesis. Apabila telah memiliki hipotesis maka peneliti

melanjutkan dengan melakukan uji statistik MRA agar memperoleh hasil dari

penelitian yang kemudian akan ditarik kesimpulan dan memberi saran secara

menyeluruh mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Kerangka berpikir pada

(44)

18

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, kemudian disusun konsep yang

menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep

penelitian ini merupakan hubungan logis dari kajian teoritis dan kajian empiris

yang telah dijelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar 3.2.

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Pengaruh Profesionalisme Pada Kinerja Auditor

Pada penelitian ini diuji hubungan antara profesionalisme dengan kinerja

auditor. Hubungan tersebut didasarkan pada keyakinan seseorang pada profesi

auditor akan mencerminkan suatu sikap profesionalisme dalam bekerja yang dapat

memotivasi auditor dalam meningkatkan kinerja. Keyakinan tersebut sesuai

dengan teori sikap dan perilaku yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu

pernyataan evaluatif terhadap kondisi yang sedang dialami yang tentu akan

memberikan kecenderungan untuk bereaksi atau berperilaku baik positif maupun

(45)

19

auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rahmawati

(1997) dan Cahyasumirat (2006) juga menyatakan bahwa hubungan dengan

sesama profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan pemikiran

diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H1 : Profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor

3.3.2. Pengaruh Independensi Pada Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku mendefinisikan sikap mampu memberikan

pemahaman tentang tendensi atau kecenderungan seseorang untuk bereaksi atau

merespon suatu kondisi. Sikap bukan merupakan perilaku tetapi lebih pada

kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan

memberikan pedoman dalam berperilaku. Independensi juga berarti adanya

kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya

pertimbangan yang tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan

menyatakan pendapatnya.

Bhagat dan Black (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan

pimpinan yang independen tidak selalu berarti kinerja perusahaan menjadi lebih

baik daripada perusahaan yang lain. Independensi merupakan aspek penting bagi

profesionalisme akuntan khususnya dalam membentuk integritas pribadi yang

tinggi. Hal ini disebabkan karena pelayanan jasa akuntan sangat dipengaruhi oleh

kepercayaan klien maupun publik secara luas dengan berbagai macam

(46)

20

maka kinerjanya akan menjadi lebih baik. Berdasarkan pemikiran diatas, maka

hipotesis alternatif sebagai berikut:

H2 : Independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor.

3.3.3. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Profesionalisme

Pada Kinerja Auditor

Komitmen organisasi didefinisikan oleh Durkin dan Bennet (1999) sebagai

perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu

organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian

tujuan dan nilai-nilai tersebut. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

menyatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan secara spesifik dan dapat diterima

oleh seseorang maka orang tersebut akan menunjukkan motivasi dalam memenuhi

pencapaian yang telah ditentukan. Luthans (2006:249) menyatakan bahwa

komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan

merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi

mengekspresikan perhatian mereka kepada kinerja, kesuksesan dan kebaikan bagi

organisasinya.

Pada dasarnya komitmen organisasi merupakan suatu hubungan antara

anggota dengan organisasi, misalnya hubungan antara auditor dengan kantor

dimana ia bekerja. Hubungan yang baik akan timbul apabila auditor memiliki

kesetiaan dan mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi.

Berdasarkan pemikiran diatas, makahipotesis alternatif sebagai berikut:

H3 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh profesionalisme pada

(47)

21

3.3.4. Pengaruh Interaksi Komitmen Organisasi dengan Independensi Pada

Kinerja Auditor

Teori sikap dan perilaku menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh

sikap, aturan-aturan sosial dan kebiasaan. Auditor yang berperilaku independen

dalam melakukan pekerjaan audit dilandasi oleh aturan-aturan standar audit yang

mengharuskan seorang auditor untuk memiliki sikap independensi. Berdasarkan

sikap tersebut auditor akan cenderung tidak mudah dipengaruhi serta tidak

memihak kepentingan siapapun.

Curtis dan Wright (2001) mengemukakan bahwa komitmen didefinisikan

sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Jika

seseorang memiliki komitmen untuk organisasi, ia akan memiliki identifikasi

yang kuat dengan organisasi, memiliki nilai-nilai keanggotaan, setuju dengan

tujuan dan sistem nilai, kemungkinan akan tetap di dalamnya, dan akhirnya, siap

untuk bekerja keras demi organisasinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori

penetapan tujuan (goal setting theory) dimana apabila seorang auditor yang

memiliki komitmen organisasi yang kuat tentu auditor tersebut akan berpartisipasi

dalam proses penetapan tujuan. Partisipasi tersebut akan berdampak pada kerja

keras yang akan dilakukan demi tujuan dari organisasi tercapai.

Keberadaan akuntan publik sebagai suatu profesi tidak dapat dipisahkan

dari karakteristik independensinya. Akuntan publik selalu dianggap orang yang

harus independen. Seorang auditor yang dinilai memiliki komitmen organisasi

yang tinggi akan bekerja keras dalam mencapai ataupun menyelesaikan tugasnya

(48)

22

independen dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kinerja dari profesi akuntan

publik akan ditentukan oleh independensinya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka hipotesis alternatif sebagai berikut:

H4 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendampingi dan mewakili pemberi kuasa sepenuhnya sebagai penggugat dalam perkara Perbuatan Melawan Hukum melawan PT … yang diwakili oleh …, perusahan di bidang … dengan

Kerusakan yang terjadi mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/ peralatan tersebut digunakan .Oleh

In addition, the provision of Quality of Service (QoS) for the application of specific healthcare services in e-health, the scheme of priority for e-health services and the support

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan kepada pihak sekolah, orang tua dalam mengawasi siswa agar tidak terlalu sering menonton film kekerasan dan tidak

Dalam penelitian ini akan dipertihatkan bahwa batas pengendali untuk grafik pengendali non parametrik berdasarkan nilai invers dan kuantil fungsi distribusi empirik melalui

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda adalah uji regresi linier dengan dua atau lebih variabel independen digunakan untuk meramalkan suatu variabel

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia diketahui bahwa, siswa melaksanakan praktikum satu sampai dua kali setiap semester. Rendahnya pelaksanaan

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan