• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Berpikir

DOMS merupakan suatu cedera yang biasa dialami oleh seorang atlit dan bisa juga terkena pada seseorang dengan intensitas latihan yang overload gejala yang timbul berasal dari nyeri otot dan timbulnya kelemahan. DOMS bisa diderita oleh seseorang yang melakukan aktifitas fisik dan kadang tidak melihat tingkat kebugaran seseorang, karena DOMS merupakan suatu efek fisiologis pada jaringan yang memberikan respon terhadap aktifitas yang diterima oleh otot.

Delayed Onset Muscle Soreness paling lazim terjadi pada awal pemberian latihan dimana seseorang mulai melakukan latihan setelah lama istirahat dan tidak latihan. Pada seorang atlit hal tersebut terjadi karena fase istirahat yang lama dapat menimbulkan pengaruh terhadap aktifitas fisik yang mengalami penurunan. Gejala yang menyertai terjadinya DOMS meliputi pemendekan otot, spasme otot, terjadinya bengkak, penurunan kekuatan otot, nyeri lokal, dan rasa propioceptive sendi yang terganggu. Gejala yang muncul dapat terjadi dalam 24 jam setelah latihan dan akan menghilang setelah 5-7 hari (Chung et al., 2003).

Masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat penting. Selain aktif berolahraga, nutrisi yang lengkap dan seimbang juga penting untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan ini. Olahraga bagi remaja

dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh lebih optimal, karena masa remaja merupakan masa pertumbuhan. Latihan yang dilakukan secara rutin pada masa ini akan memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan. Pada masa pertumbuhan, otot dan tulang membutuhkan aktivitas yang tinggi untuk dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, olahraga bagi remaja memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan tubuh yang optimal. Memiliki tulang yang kuat saat remaja, dapat membantu mengurangi risiko keropos tulang saat dewasa, dan pertumbuhan otot yang baik akan membuat tubuh terlihat lebih ideal. Jenis olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot dan tulang, seperti basket, bersepeda, dan berenang.

Tubuh yang fleksibel dapat membantu meningkatkan performa saat berolahraga dan kegiatan lainnya. Olahraga bagi remaja dapat memperkuat otot-otot, meningkatkan koordinasi dan bahkan memperbaiki postur tubuh. Otot yang fleksibel dapat membantu mencegah keseleo, kram dan masalah punggung yang mungkin dapat terjadi di kemudian hari. Cedera olahraga secara umum dibedakan menjadi cedera traumatis dan cedera berkelanjutan (overuse injury). Cedera traumatis berupa benturan sedangkan overuse injury terjadi karena akibat dari beban kerja fisiologis yang berlebihan. Bentuk cedera dapat berupa memar, strain, sprain sampai patah tulang. Respon tubuh terhadap kerusakan jaringan dapat berupa inflamasi (radang) yang dipicu oleh mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel yang rusak.

DOMS pada hamstring dapat terjadi karena adanya kontraksi eksentrik dan konsentrik dari otot tersebut. Adanya ketidakseimbangan antara kekuatan otot dan

latihan yang dilakukan berpengaruh terhadap kemampuan otot hamstring untuk dapat memenuhi kebutuhan katihan. Pada saat melakukan gerakan, hamstring berkontraksi untuk melakukan persiapan untuk ekstensi knee dan otot melakukan gerakan untuk memanjang. Hamstring harus merubah dari fungsi untuk eksentrik pada saat persiapan ekstensi knee ke gerakan konsentrik untuk melakukan ekstensi hip. Hal ini menunjukkan adanya perubahan kontraksi dari eksentrik ke konsentrik memungkinkan terjadinya cedera DOMS pada hamstring. Overload otot adalah penyebab utama ketegangan otot hamstring terjadi ketika otot over stretch melampaui kapasitasnya atau pembebanan yang tiba tiba, dan jika tidak diselingi dengan masa istirahat yang cukup maka hamstring akan memberikan respon yang negatif terhadap latihan yang diberikan yaitu berupa kelelahan yang otot yang akan berujung sampai kerusakan struktur sel.

Penanganan DOMS pada hamstring dengan menggunakan ice massage merupakan salah satu modalitas yang banyak digunakan untuk cedera pada fase akut. Pada fase akut , akan terjadi efek fisiologis dari modalitas yang digunakan yaitu berupa vase konstriksi arteri dan vena, penurunan kepekaan saraf bebas dan penurunan tingkat metabolisme sel sehingga mengakibatkan penurunan kebutuhan oksigen sel. Proses tersebut akan mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot, dan resiko kematian sel. Dewasa ini terapi dingin banyak digunakan pada fase cedera akut pada cerdera olahraga.

Efek fisiologis terapi dingin disebabkan oleh penurunan suhu jaringan yang mencetuskan perubahan hemodinamis lokal dan sistemik serta adanya respon neuromuskuler. Terapi dingin dapat meningkatkan ambang nyeri, mencegah pembengkakan dan menurunkan performa motorik lokal. Terapi dingin pada suhu 3,5 derajad Celcius selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit. Respon hormonal terhadap terapi dingin adalah pelepasan endorphin, penurunan transmisi saraf sensoris, penurunan aktivitas badan sel saraf, penurunan iritan yang merupakan limbah metabolisme sel, peningkatan ambang nyeri. Terapi dingin lebih mudah menembus jaringan daripada panas. Ketika otot sudah mengalami penurunan suhu akibat aplikasi dingin, efek dingin dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan panas karena adanya lemak subcutan yang bertindak sebagai insulator

Dari kerangka berpikir diatas, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat apakah aplikasi ice masssage sesudah pelatihan dapat mengurangi DOMS daripada tanpa pemberian aplikasi ice massage sesudah pelatihan pada otot hamstring pada remaja usia 19 tahun.

3.2 Konsep Faktor Eksternal -. Kurang pemanasan -. Latihan yang overload

DOMS

Faktor Internal : -. Inflamasi akut

-. Terjadi kerusakan struktur sel

Non Ice Massage Post Exercise :

-. Proses inflamasi meningkat -. Kerusakan struktur sel luas -. DOMS tdk dapat berkurang Ice Massage Post Excercise :

-. Memperlambat tjd inflamasi -. Memperlambat proses bengkak -. Mengurangi tjd DOMS

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Aplikasi ice massage sesudah pelatihan dapat mengurangi terjadinya DOMS daripada tanpa aplikasi ice massage sesudah pelatihan pada otot hamstring.

BAB IV

Dokumen terkait