• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori

C. Kerangka Berpikir

peserta didik memahami materi kimia sehingga dapat mengetahui konsep secara mendalam (Rizqiyah, 2017).

Berdasarkan pada hasil penelitian-penelitian di atas, peneliti akan melakukan pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendididkan karakter berbantu media Multiple level representation (MLR) pada materi hidrolisis garam di SMA Negeri 1 kepohbaru. Sejauh ini belum ada kajian pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendididkan karakter berbantu media MLR. Melalui pengembangan modul berbantu media MLR diharapkan dapat mengatasi rendahnya pemahaman konsep peserta didik pada tiga level representasi kimia serta dapat digunakan sebagai sarana belajar mandiri untuk peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

Pelajaran kimia bagi sebagian besar peserta didik dianggap kurang menarik, dan sulit dipahami. Salah satu materi kimia yang dianggap sulit oleh peserta didik adalah materi hidrolisis garam. Fakta di lapangan, berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran kimia, khususnya materi hidrolisis garam di SMA Negeri 1 Kepoh baru adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran kimia masih bersifat monoton. Metode ceramah masih digunakan karena dianggap praktis, dan tidak

membutuhkan waktu serta biaya yang banyak. Akan tetapi metode tersebut cenderung membuat peserta didik bosan, mengantuk, sehingga banyak peserta didik yang tidak bertahan lama dalam memperhatikan pelajaran. (2) Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran hidrolisis garam adalah LKS buatan penerbit tertentu. Sebenarnya bahan ajar tersebut sudah baik, tetapi dirasa masih kurang efektif bagi peserta didik maupun guru,karena teknik penyajiannya sulit untuk dipahami, tidak berwarna menarik, soal-soal latihan kadang tidak sesuai dengan kompetensi dasar, tidak didukung contoh-contoh yang relevan, teknik penyajian materi secara langsung tidak melatih peserta didik dalam menemukan konsep, dan tidak mencantumkan gambar untuk memperjelas pemahaman.

Hal ini tentu berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik yang rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, agar kompetensi yang ditetapkan dapat tercapai. Salah satunya adalah bahan ajar cetak yang berbentuk modul. Pembelajaran akan lebih efektif apabila didukung oleh bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta penggunaan metode dan model pembelajaran yang aktif.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk memaksimalkan fungsi penggunaan sumber belajar adalah model pembelajaran inkuiri. Berdasarkan hasil observasi, peserta didik tidak terbiasa dengan pembelajaran berbasis inkuiri. Selama ini proses pembelajaran yang dilakukan banyak berpusat pada guru dan menggunakan metode ceramah. Dengan demikian, proses pembelajaran masih perlu bimbingan guru. Herdian (2010) berpendapat bahwa peran guru yang membimbing siswa dalam kegiatan inkuiri disebut sebagai inkuiri terbimbing.

Motode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi peserta didik yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini peserta didik belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga peserta didik dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin, dkk (2009) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan pemahaman peserta didik.

Selain mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing, juga dilakukan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam modul. Hal ini dilakukan terkait temuan–temuan yang terdapat disekolah bahwa tingkah

moral dan prilaku anak zaman sekarang tidak mencerminkan prilaku yang sesuai dengan norma-norma karakter. Ketidaksesuaian tersebut tercermin dari anak sering bolos sekolah, anak sering tidak mengikuti pelajaran karena bosan, malas, dan anak cenderung lebih suka bermain handphone. Sehingga peserta didik harus diberikan pendidikan karakter untuk membentuk sikap dan mental yang sesuai dengan norma–norma karakter.

Pengintegrasian pendidikan karakter dalam modul pembelajaran ini adalah dengan menyisipkan nilai–nilai karakter positif dalam setiap aspek pembelajarannya. Dengan menyisipkan nilai–nilai karakter positif ini, diharapkan peserta didik dapat mempraktekkan nilai yang telah disisipkan pada modul tersebut. Pendidikan karakter merupakan suatu usaha sekolah dalam menanamkan etika, tanggungjawab dan perhatian kepada peserta didik dengan memberikan nilai-nilai untuk memperbaiki perilaku dan sikap peserta didik.

Modul kimia berpendekatan inkuiri terintegrasi pendidikan karakter merupakan salah satu solusi dalam mewujudkan proses pembelajaran yang baik. Selain berpendekatan inkuiri dan terintegrasi pendidikan karakter, modul juga dilengkapi dengan media MLR

menggambarkan pengetahuan kimia yang mencakup tiga level representasi, yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Representasi makroskopik adalah representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatannya terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan dipersepsi oleh pancaindra (misalnya larutan garam dapur). Representasi submikroskopik yaitu representasi kimia yang menjelaskan mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekul) (misalnya pergerakan partikel garam dalam air yang tidak dapat diamati oleh mata). Sedangkan representasi symbolic adalah representasi kimia secara kualitatif dan kuantitatif, seperti rumus kimia, diagram, gambar, dan persamaan reaksi (Mashami, R.A. dkk, 2016).

Keberadaan modul yang berkualitas menjadi harapan semua peserta didik. Modul yang berkualitas akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan optimal. Peserta didik akan lebih terbius untuk membuka lembar demi lembar halaman nya. Selain itu, mereka akan mengalami keinginan kuat dalam belajar. Oleh karena itu, sebuah keharusan bagi setiap pendidik agar mampu menyiapkan dan membuat sumber belajar yang berkualitas.

Berdasarkan paparan diatas, dikembangkanlah modul untuk materi hidrolisis garam berbasis inkuiri

terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu media Multiple Level Representation (MLR). Pengembangan dilakukan menggunakan tiga tahap yaitu: define, design, dan develop. Implementasi modul dilakukan dengan kelas kecil berjumlah 12 peserta didik. Pengembangan modul materi hidrolisis garam berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu media Multiple Level Representation (MLR) diharapkan mendapat responpositif dari peserta didik. Penggambaran alur pemikiran dalam penelitian pengembangan modul hidrolisis garam berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu media Multiple Level Representation (MLR) ini dijabarkan melalui gambar 2.2

Rendahnya

pemahaman konsep peserta didik pada tiga

level representasi

kimia

Materi hidrolisis garam sulit Pembelajaran bersifat monoton Bahan ajar yang digunakan di

sekolah masih kurang efektif Bahan ajar yang digunakan di

sekolah tidak melatih

penemuan konsep

Kemampuan peserta didik memahami materi berbeda-beda

Keterbatasan waktu dalam pembelajaran di sekolah

Modul kimia berbasis

inkuiri terbimbing Integrasi pendidikan karakter Media MLR

Modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu media MLR Validasi modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu media MLR

oleh ahli

Uji coba kelas kecil modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu

media MLR kepada 12 peserta didik Modul kimia berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter berbantu media MLR yang layak

digunakan dalam pembelajaran

Karakter peserta didik tidak sesuai dengan norma yang berlaku di sekolah

77

Dokumen terkait