• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................... 10-27

2.4 Kerangka Berpikir

2.4 Kerangka Berpikir

Pada era sekarang ini, kinerja karyawan yang tinggi menjadi penting bagi

keberhasilan sebuah perusahaan. Steers (2003) mendefinisikan kinerja sebagai “tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai.” Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian seorang karyawan

terhadap pelaksanaan tugas dan memenuhi perannya yang sesuai dalam organisasi.

Untuk mencapai kinerja yang tinggi, karyawan perlu memiliki work engagement yang

tinggi pula. Karyawan yang memiliki work engagement tinggi akan memihak dengan

kuat pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu.

Dengan kata lain, karyawan yang sangat engage akan tetap termotivasi meskipun

dalam keadaan yang merugikan, seperti sumber daya yang terbatas, peralatan kurang

memadai, tekanan waktu, dan sebagainya. Sebaliknya, karyawan yang tidak engage

akan cenderung termotivasi hanya di bawah kondisi yang menguntungkan atau ketika

mencoba untuk mencapai tujuan, tujuan jangka pendek yang akan menghasilkan

imbalan pribadi. Work engagement meningkat ketika karyawan berhasil mengerjakan

pekerjaan inti maupun bukan pekerjaan inti mereka.

Work engagement adalah tingkatan komitmen dan keterlibatan karyawan

dalam meraih visi misi perusahaan. Seorang karyawan yang memiliki work

engagement akan mengetahui tentang bisnis perusahaan dan bekerja bersama

rekannya untuk selalu meningkatkan kinerja demi keunggulan perusahaan. Hal ini

23

Engagement di tempat kerja dikonsepkan oleh Kahn sebagai pemanfaatan anggota

internal organisasi ke dalam peran kerja mereka. Dalam engagement, seseorang

bekerja dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif, dan emosional di

dalam kinerjanya.

Setiap perusahaan tentu sangat ingin mempertahankan karyawan terbaiknya

untuk tetap berada di dalam perusahaan. Karyawan tersebut sebisa mungkin

diperhatikan agar karyawan akan merasa betah dalam perusahaan. Untuk itu perilaku

karyawan dipelajari oleh perusahaan agar mampu memelihara mereka dengan baik.

Perusahaan akan lebih beruntung lagi jika karyawan mereka sudah terikat dengan

perusahaan. Work Engagement merupakan kontributor penting dalam upaya retensi

karyawan, menjaga kepuasan pelanggan, dan pencapaian kinerja optimal suatu

organisasi.

Idealnya Work Engagement itu tinggi, tetapi dalam kenyataanya setiap

karyawan memiliki work engagement berbeda-beda. Ada beberapa hal yang

mengakibatkan work engagement setiap karyawan berbeda-beda diantaranya adalah

penghargaan yang didapat di perusahaan. Penghargaan dapat berupa reward dan

penghargaan dalam bentuk lain. Work engagement erat kaitannya dengan kompensasi

yang diterima oleh karyawan di perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement adalah kesempatan yang

sama dan perlakuan yang adil, penilaian kinerja, gaji dan tunjangan, kesehatan dan

keselamatan, kepuasan kerja, komunikasi, keramahan keluarga, dan kerjasama

24

Schaufeli et al. (2002) menyatakan work engagement adalah keadaan positif yang

berhubungan dengan kesejahteraan dalam bekerja, penuh semangat dan kelekatan

yang kuat dengan pekerjaannya. Setidaknya ada empat alasan mengapa karyawan

yang engage melakukan pekerjaan lebih baik daripada karyawan yang tidak engage.

Pertama, karyawan yang engage sering mengalami emosi positif, termasuk rasa

syukur, sukacita, dan antusiasme. Kedua, karyawan yang engage mengalami

kesehatan yang lebih baik. Ini berarti bahwa mereka dapat fokus dan mendedikasikan

semua kemampuan dan energi untuk pekerjaan mereka. Ketiga, karyawan yang

engage menciptakan pekerjaan dan personal resources mereka sendiri. Akhirnya,

karyawan yang engage mentransfer work engagement mereka kepada orang lain di

lingkungan mereka. Karena sebagian besar kinerja organisasi merupakan hasil dari

usaha bersama, work engagement seseorang dapat mentransfer kepada orang lain dan

secara tidak langsung meningkatkan kinerja tim.

Dalam hal ini, work engagement dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri individu seperti personal resources, sedangkan faktor eksternal adalah faktor

yang berasal dari luar individu (situasi/lingkungan) seperti job demands.

Job demands adalah keadaan karyawan yang ditinjau dari beban

pekerjaannya. Sejalan dengan pemahaman tentang job demands, hubungan antara job

demands dengan work engagement diasumsikan memiliki hubungan yang negatif.

25

job demands memiliki dampak yang positif untuk work engagement dikarenakan

orang tersebut akan memberikan hasil pekerjaan yang lebih baik lagi, sebaliknya jika

nilai koefisien job demands memiliki arah yang negatif maka hal tersebut akan

berdampak negatif pula karena work engagement seseorang akan mengalami

penurunan karena kelelahan atau terlalu banyak tuntutan pekerjaan yang ia hadapi.

Job demands dan personal resources penting dijadikan elemen wajib saat

bekerja. Keduanya akan mampu membuat karyawan berkontribusi secara maksimal,

mengerahkan seluruh daya upaya untuk meningkatkan hasil, dan sukses mencapai

tujuan. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan faktor personal dan faktor

situasi akan meningkatkan work engagement.

Rothmann dan Badai (2003) menemukan pengaruh antara personal resources

dan work engagement.Personal resources tercermin apabila karyawan memiliki self

efficacy, organizational based self esteem, dan optimism.

Serupa dengan penelitian Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, dan Schaufeli

(2007) terhadap personal resources (self-efficacy, organizational based self esteem,

dan optimism) dalam memprediksi work engagement. Karyawan yang engage

memiliki kecenderungan untuk percaya bahwa mereka akan mendapatkan hasil yang

baik dalam hidup (optimism) dan percaya bahwa mereka dapat berpartisipasi dalam

organisasi (self-esteem).

Sejalan dengan penelitian yang juga dilakukan oleh Hakim, Van Vianen, dan

26

dapat menentukan tujuan, motivasi, kinerja, kerja dan kepuasan hidup terkait hasil

yang diinginkan.

Selain kedua faktor tersebut, menurut beberapa peneliti karyawan perempuan

lebih bertanggung jawab dan memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan mereka

dibandingkan karyawan laki-laki yang selanjutnya akan meningkatkan work

engagement.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir Job Demands Emotional Demands Work Overload Cognitive Demands Work Engagament Personal Resources Self Efficacy OBSE Optimism Jenis Kelamin

Dokumen terkait