• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan studi pendahuluan yang telah dilakukan telah diketahui bahwa pembelajaran matematika merupakan salah satu masalah pembelajaran di Indonesia. Materi trigonometri merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa yang terbukti pada presentase penguasaan soal matematika Ujian Nasional SMK Tahun Pelajaran 2010/2011 ketuntasan siswa pada materi trigonometri hanya 44,61% (Balitbang,2011). Apalagi bagi siswa SMK cenderung remeh karena menganggap matematika tidak terlalu penting untuk masa depan mereka. Padahal salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam KTSP adalah siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya bermanfaat hanya pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, karena tak dapat dipungkiri bahwa masalah selalu ada dalam kehidupan kita. Untuk itu siswa tidak hanya membutuhkan kemampuan pemecahan masalah saja tetapi siswa juga harus memiliki keterampilan pemecahan masalah. Sehingga siswa mampu dan terampil dalam memecahkan masalah-masalah baru. Namun, seringkali siswa cenderung mengeluh jika dihadapkan pada masalah baru bahkan cenderung menghindarinya. Untuk itu siswa perlu dibantu dalam mengembangkan metode penyelesaian masalah yang akan menghasilkan pemecahan masalah yang tepat. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru yaitu dengan inovasi pendekatan atau model pembelajarannya.

Selain itu, masalah lain yang timbul dari bidang pendidikan di Indonesia adalah karakter. Krisis karakter yang dialami bangsa saat ini disebabkan oleh kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara kolektif sehingga menjadi budaya. Padahal pendidikan memiliki tujuan mulia sebagaimana amanat UU Sisdiknas No.20 tahun 2003. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu jalan keluar untuk memperbaiki karakter bangsa agar menghasilkan output yang diharapkan. Salah satu karakter yang dapat dikembangkan adalah karakter rasa ingin tahu. Karena dengan rasa ingin tahu akan membuka pikiran manusia sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru. Dengan rasa ingin tahu pula kita akan selalu memikirkan dan menemukan cara alternatif dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

SMK Negeri 10 Semarang merupakan salah satu sekolah kejuruan di Indonesia. Pembelajaran langsung masih diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah tersebut. Pembelajaran langsung dirasa kurang dapat membentuk kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah, serta karakter ingin tahu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran yang dapat membentuk kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah, serta karakter rasa ingin tahu, yaitu, model pembelajaran Superitem.

Model pembelajaran Superitem dipilih karena model pembelajaran ini menggunakan soal bentuk superitem yang memperhatikan tahap Taksonomi SOLO siswa. Sehingga dengan soal-soal yang bertingkat, akan memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar

konsep. Di samping itu soal bentuk superitem lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian, keterampilan pemecahan masalah siswa dapat meningkat dengan baik, sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa dapat terbentuk dengan tercapinya ketuntasan belajar siswa. Selanjutnya, guru juga dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan hasil belajar siswa dapat dimonitor lebih dini. Respons siswa terhadap soal pemecahan masalah siswa juga dapat diketahui. Sebab dengan soal bentuk superitem, siswa akan terdorong rasa ingin tahunya untuk memahami konsep yang lebih luas, dan menggali pengetahuannya lebih dalam agar dapat memecahkan masalah dengan baik. Jadi, model pembelajaran superitem yang memberikan tugas atau soal pemecahan masalah dari sederhana kemudian meningkat pada yang lebih kompleks diharapkan dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan karakter rasa ingin tahu siswa. Untuk membantu keefektifan model pembelajaran superitem, maka digunakan scaffolding agar siswa terarah dalam meningkatkan kemampuan yang akan dicapai. Dengan meningkatnya keterampilan pemecahan masalah dan karakter rasa ingin tahu siswa, peneliti yakin bahwa ketuntasan belajar siswa dapat mencapai KKM, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah siswa dapat terbentuk.

2.10 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Model pembelajaran Superitem berbantuan Scaffolding pada materi trigonometri kelas X SMK dapat meningkatkan karakter siswa khususnya rasa ingin tahu? (2) Model pembelajaran Superitem berbantuan Scaffolding pada materi trigonometri

kelas X SMK dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa? (3) Model pembelajaran Superitem berbantuan Scaffolding pada materi trigonometri

kelas X SMK dapat mencapai ketuntasan KKM yang ditentukan pada kemampuan pemecahan masalah?

69

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, atau paradigma interpretatif dan konstruktif yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2010 : 15)

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif kualitatif, artinya menggambarkan atau mendeskripsikan kejadian-kejadian yang menjadi pusat perhatian secara kualitatif dan berdasar data kualitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Nazir (dalam Murdiono, 2005: 5), bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Data yang dihasilkan berupa

kata-kata atau ucapan-ucapan yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara berupa tulisan atau bilangan. Berdasarkan pendekatan kualitiatif dalam penelitian ini, semua fakta baik tulisan maupun lisan dari sumber data siswa yang telah diamati dan dokumen terkait lainnya yang diuraikan apa adanya kemudian dikaji seringkas mungkin untuk menjawab permasalahan. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah adalah pembentukan karakter rasa ingin tahu, keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan pembelajaran yang ditetapkan.