Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mempunyai lima karakteristik dalam pembelajaran. Karakteristik yang pertama adalah penggunaan konteks sebagai starting point pembelajaran. Karakteristik tersebut mengajarkan bahwa matematika sangatlah erat dengan kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar siswa dan konteks yang digunakan juga bermakna bagi siswa. Hal ini sangat dibutuhkan siswa untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis
46 karena literasi matematis berangkat dari suatu masalah yang berasal dari dunia nyata. Selanjutnya, karakteristik yang kedua adalah penggunaan model dan simbol untuk mempermudah proses matematisasi. Apabila siswa sudah terbiasa melakukan proses matematisasi, maka siswa dengan mudah dapat menyelesaikan soal literasi matematis. Matematisasi merupakan salah satu kemampuan dasar matematika yang dibutuhkan di dalam literasi matematis. Selain itu, penggunaan alat atau model matematika juga merupakan salah satu dari tujuh kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki siswa.
Kontribusi siswa melalui free production dan refleksi dapat berlangsung ketika siswa diberikan beberapa soal yang bervariasi untuk diselesaikan. Hal ini juga dibutuhkan ketika menyelesaikan soal literasi matematis. Permasalahan yang disajikan dalam literasi matematis berasal dari berbagai konten dan konteks. Apabila siswa dibiasakan untuk menyelesaikan soal yang bervariasi dan menggunakan strategi yang mereka kembangkan sendiri, maka siswa juga akan lebih mudah menyelesaikan soal literasi matematis. Karakteristik lain dari Pendidikan Matematika Realistik yaitu interaktivitas belajar dalam aktivitas sosial. Matematika merupakan aktivitas sosial, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru yang berguna dalam pembentukan matematika formal oleh siswa, sehingga model pembelajaran yang digunakan yaitu cooperative learning. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu Think Pair Share (TPS) yang dalam proses pembelajarannya terdapat tiga langkah sesuai dengan namanya, yaitu (1) Think atau berpikir, (2) Pair atau berpasangan, dan (3) Share atau berbagi.
47 Pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat membuat siswa berkontribusi aktif di dalam kelompok karena hanya terdiri dari dua anggota. Selain itu, kegiatan sharing atau berbagi, dapat melatih kemampuan komunikasi yang merupakan kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan soal literasi matematis. Komunikasi tidak hanya berupa lisan, tetapi juga dapat berupa tulisan. Kesesuaian antara apa yang dibutuhkan di dalam literasi matematis dengan pembelajaran yang berlangsung, maka akan berdampak terhadap kemampuan literasi matematis. Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan matematika yang disetting ke dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat memfasilitasi pencapaian kemampuan literasi matematis siswa.
D. Hipotesis
1. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik dalam setting kooperatif tipe Think Pair Share lebih berpengaruh terhadap kemampuan literasi matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMP. 2. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik dalam setting kooperatif tipe
Think Pair Share diterapkan pada siswa SMP ditinjau dari kemampuan literasi matematis siswa.
90 DAFTAR PUSTAKA
Ali Mahmudi. (2009). Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal MIPMIPA UNHALU. Vol. 8 (No. 1 Februari 2009).
Anita Lie. (2007). Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta : Gramedia.
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach. (Alih bahasa: Helly Prajitno S & Sri Mulyantini S). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A. Vernando. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar IPA. Diakses dari http://repository.library.uksw.edu/bitstream/
handle/123456789/945/T1_292008224_BAB%20II.pdf?sequence=3.
pada tanggal 1 Mei 2014, Jam 21.10 WIB.
Brodie, Karin. (2010). Teaching Mathematical Reasoning in Secondary School Classroom. New York : Springer.
Endang Mulyana. (2003). Matematika Modern Versus Matematika Realistik. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._ MATEMATIKA/195401211979031-endang_mulyana/makalah/
Matematika_Modern_Versus_Matematika_Realisti1.pdf. pada tanggal 13 April 2014, Jam 11.01 WIB.
Erman Suherman. et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA, UPI.
Fajar Shodiq. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika Yogyakarta pada tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004.
Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematics Education : onwikkelen van realistics reken/wiskundeonderwijs (met een samenvatting in het nederlands). Utrecht : CD β Press.
Herry P. S. (2010). Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Diakses dari https://herryps.files.wordpress.com/2010/09/strategi-pemecahan-masalah-matematika.pdf pada tanggal 8 Oktober 2015, Jam 19.00 WIB.
Maulana. (2007). Pembelajaran Matematika yang Konstruktif di Sekolah Dasar. Diseminarkan pada Seminar dan Lokakarya Pengembangan Pembelajaran
91 Bidang Studi di Sekolah Dasar di Aula PGSD UPI Kampus Sumedang pada tanggal 29 Oktober 2007.
Muhammad Sabirin. (2014). Representasi dalam Pembelajaran Matematika. JPM IAIN Antasari Vol. 01. (No. 2 Januari – Juni 2014). Hlm. 33 – 44.
Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Nasution. (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
OECD. (2013). PISA 2012 Assassement and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. Diakses dari http://www.oecd.org pada tanggal 6 Februari 2015, Jam 22.15.
OECD. (2014). PISA 2012 Results in Focus: What 15-years-olds know and what they can do with what they know. Diakses dari http://www.oecd.org pada tanggal 27 September 2015, Jam 12.32 WIB.
Santika Lya, dkk. (2013). Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia dengan Asesmen Bernuansa PISA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Diseminarkan pada Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan (SNEP) I di PPs UNNES tanggal 13 Juli 2013.
Sri Imelda. et al. (2013). Investigating Secondary School Students Difficulties in Modeling Problems Pisa – Model Level 5 and 6. IndoMS. J.M.E Vol. 4 (No.1 – Januari 2013).
Sri Wardhani dan Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Kemdiknas, P4TK Matematika.
Sugihartono. et al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Sugiman. Pandangan Matematika sebagai Aktivitas Insani Beserta Dampak Pembelajarannya. Diseminarkan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY tanggal 5 Desember 2009.
Sugiman. Dampak Pembelajaran Matematika Realistik terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Keyakinan Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Yogyakarta. Disertasi. UPI.
Sukardi. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara.
92 Sutarto Hadi. (2014). Developing student’s mathematical literacy: PMRI schools
revisited. Diseminarkan pada ICSE (International Congres for School Effectiveness and Improvement) di Yogyakarta tanggal 5 Januari 2014. Tim PISA Indonesia. (2011). Survei Internasional PISA. Diakses dari
http://litbang.kemdikbud.go.id. pada tanggal 12 April 2015, Jam 20.00 WIB.
Tri Handayani. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Matematika Realistik untuk Memfasilitasi Pencapaian Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Moyudan Sleman. Laporan Penelitian. FMIPA UNY.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari http://www.inhernt-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. pada tanggal 1 Mei 2014, Jam 21.31 WIB.
Sunarto. (2009). Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik, Namun Paling Disukai. Diakses dari https://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/
pada tanggal 8 Oktober 2015, Jam 15.00 WIB.
Van den Heuvel-Panhuizen, M. (2000). Mathematics education in the Netherlands: A guide tour. Freudenthal Institute Cd-rom for ICME9. Utrecht : Utrecht University.
Walpole R.E. (1992). Pengantar Statistika Edisi Ke-3. (Alih bahasa : Ir. Bambang Sumantri). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Widhiarso. (2008). Uji Hipotesis Komparatif. Diakses dari http://widhiarso.staff. ugm.ac.id. pada tanggal 15 September 2015, Jam 20.00 WIB.
Wiratna Sujarweni. (2014). SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yuli Fitriono, dkk. (2015). Model PBL dengan Pendekatan PMRI Berpenilaian Serupa PISA untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Siswa. UJMER Vol 4. (No.1 – Juni 2015).