• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada beberapa kompetensi penting yang perlu dimiliki siswa dalam bidang matematika yaitu pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving), komunikasi matematis (mathematical communication), penalaran matematis (mathematical reasoning), koneksi matematis (mathematical connection), dan representasi matematis (mathematical representation). Kelima kompetensi tersebut disebut kemampuan literasi matematis siswa.

Dalam serangkaian studi diperoleh hasil bahwa beberapa siswa MTs Muhammadiyah Kampung Baru kurang memiliki kelima kompetensi penting dalam matematika tersebut, atau lebih singkatnya tingkat literasi matematisnya masih kurang. Hal tersebut ditandai dengan pola respon siswa terhadap soal/masalah matematika yang diberikan masih kurang.

Dari hasil studi juga menunjukkan bahwa guru pada sekolah tersebut masih memberikan variasi pembelajaran yang konvensional atau pembelajaran yang hanya berkisar itu-itu saja, tidak terdapat inovasi model pembelajaran baru yang diberikan kepada siswa.

37Refiani,Putri,dan Husni Abdullah.”Penerapan Metode Double Loop Problem Solving

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Tema Lingkungan Sehat Kita Di SDN Lidah Kulon 1 Surabaya.”, Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017): h. 69.

Sebagaimana penelitian yang pernah dilakukan oleh Lucky Heriyanti Jufri

dengan judul “Penerapan Double Loop Problem Solving (DLPS) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Level 3 Pada Siswa Kelas VIII SMPN 27 Bandung“ , dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa dimana kelas dengan menerapkan Double Loop Problem Solving meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa dibandingan dengan kelas yang hanya menerapkan model konvensional. Ini jelas bahwa model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) mempunyai pengaruh terhadap kemampuan literasi matematis siswa.

Berdasarkan kajian dari beberapa penelitian sebelumnya maka model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) merupakan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

Gambar 1 : Kerangka Pikir

Siswa MTs Muhammadiyah Kampung Baru memiliki kemampuan literasi matematis yang kurang. Hal tersebut ditandai dengan kurangnya respon positif

terhadap soal/masalah matematika.

Model Pembelajaran DLPS (Double

Loop Problem Solving)

Penelitian Yang Relevan :

Lucky Heriyanti Jufri

Penelitian Yang Relevan :

Satya Gading Pradipta

Kemampuan Literasi Matematis Siswa

1. Terdapat perbedaan kemampuan literasi matematis siswa yang

menggunakan model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dan model pembelajaran konvensional di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec.Gantarang Kab.Bulukumba.

2. Terdapat perbedaan kemampuan literasi matematis siswa ditinjau dari

kemampuan verbal siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec.Gantarang Kab.Bulukumba.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran DLPS (Double

Loop Problem Solving) ditinjau dari kemampuan verbal siswa terhadap

kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec.Gantarang Kab.Bulukumba.

Kemampuan Verbal

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap

permasalahan yang diajukan dalam penelitian.38 Berdasarkan uraian di atas,

untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem

Solving) terhadap kemampuan literasi matematis siswa ditinjau dari kemampuan

verbal siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec.Gantarang Kab.Bulukumba dapat di rumuskan hipotesis yaitu :

1. Terdapat perbedaan kemampuan literasi matematis siswa yang

menggunakan model pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) dan model pembelajaran konvensional di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

2. Terdapat perbedaan kemampuan literasi matematis siswa ditinjau dari

kemampuan verbal siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran DLPS (Double

Loop Problem Solving) ditinjau dari kemampuan verbal siswa terhadap

kemampuan literasi matematis siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kampung Baru Kec. Gantarang Kab. Bulukumba.

38 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Penerbit SIC, 2001), h. 16

35

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan manggunakan metode ilmiah. Penelitian banyak didefnisikan oleh penulis sebagi proses yang sistematik. McMillan dan Schumacher dalam Wiersma mendefinisikan penelitian sebagai

“Suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data) untuk

berbagai tujuan.”1

Sementara Kerlinger mendefinisikan penelitian lmiah sebagai

“Penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena sosial

yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan

dengan fenomena tersebut.”2

Penelitian menggunakan metode ilmiah, penyelidikan pengetahuan melalui pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Dikaitkan dengan metode ilmiah, suatu proses penelitian sekurang-kurangnya berisi suatu rangkaian urutan langkah-langkah. Lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan melengkapi elemen-elemen umum pendekatan sistematik pada penelitian adalah, identifikasi masalah penelitian, review informasi, pengumpulan data, analisis data

dan penarikan kesimpulan.3

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen, penelitian kuasi eksperimen merupakan eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk

1Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h. 5-6. 2Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h. 5-6.

menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang

disebabkan perlakuan.4 Dalam melakukan kuasi eksperimen, peneliti tidak

mempunyai keleluasaan memanipulasikan suatu stimulasi treatment atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut. Ini artinya kelompok yang diacak biasanya dipakai sebagai dasar untuk menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dalam penelitian eksperimen, kontrol yang cermat terhadap kemungkinan masuknya pengaruh faktor lain sagat diperlukan, agar mendapatkan faktor-faktor yang benar-benar murni dari faktor-faktor yang

dimanipulasi tadi. 5

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Factorial Design6. Desain

faktorial merupakan desain yang memperhatikan adanya variabel lain dalam hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas, yang biasa disebut sebagai variabel moderator. Berdasarkan hal tersebut, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial 3 x 2, sedangkan digambarkan dalam tabel berikut ini:

4Zuriah, Metodologi penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015) h. 57-58.

5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 58.

6Fraenkel and Wallen, How to Design and Evaluate Research in Education (New York: McGraw-Hill, 2009), h. 273.

Tabel 3.1 Rancangan Factorial 3x2

Kemampuan Verbal

Dokumen terkait